Anda di halaman 1dari 29

HUBUNGAN PERILAKU PEROKOK AKTIF DENGAN PRESTASI

BELAJAR SISWA KELAS X DAN XI DI SMK 1 PEMUDA SUMEDANG

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar ahli madya


Keperawatan pada jenjang Pendidikan Diploma III Keperawatan

Oleh

Noval Ardiyanto

NIM 2001885

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA KAMPUS DAERAH DI

SUMEDANG

2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Rokok ialah olahan dari tembakau yang bisa memberikan dampak
berbahaya bagi kesehatan tubuh, di dalam satu batang rokok memiliki zat
adikitif seperti nikotin dan tar yang membuat seseorang perokok menjadi
ketergantungan. Merokok menjadi kebiasaan dilingkungan masyrakat dan
semua kalangan dan sering ditemukan pada kehidupan sehari-hari. Ada
dua jenis rokok yaitu rokok non filter yang pada bagian pangkalnya tidak
terdapat gabus dan rokok filter yang pada bagian pangkalnya terdapat
gabus. Meskipun rokok sudah tidak asing di semua kalangan dan sebagian
besar dari penduduk di Indonesia mengetahui dampak dari mengkonsumsi
rokok sangat berbahaya. Tetapi masih banyak orang yang sering
menyepelekan masalah tentang hal tersebut (Junitasari, 2021).
Meskipun banyak orang yang mengetahui bahaya dari perilaku
merokok, tetapi perokok akan tetap mengkonsumsi rokok. Dampak
negatif dari merokok yaitu dapat menyebabkan penyakit seperti infeksi
pada gusi, penyakit kerongkongan seperti faringitis (infeksi faring),
infeksi pita suara, penyakit bronkitis dan penyakit paru-paru (Aula &
Lisa, 2015). Dan rokok bukanlah hal yang baru bagi usia remaja, perilaku
merokok sudah menjadi budaya dikalangan remaja di zaman sekarang.
Menurut Badan Statistik Persentase tahun 2022 bahwa persentase
penduduk usia 15 tahun ke atas yang merokok di Indonesia provinsi jawa
barat menduduki peringkat ke 5 dengan populasi penduduk yang
merokok. Dan untuk persentase penduduk usia 15 tahun yang merokok
Kabupaten Sumedang mendapatkkan nilai 36,48% dan penduduk yang
merokok digolongkan berdasarkan pendidikan yaitu di Kabupaten
Sumedang didapatkan SMP ke atas dengan nilai 37,43%.
Setiyanto (2013) mengemukakan bahwa adanya beberapa faktor
yang menyebabkan seorang remaja menjadi perokok aktif yang
semulanya tidak merokok menjadi seorang perokok. Faktor yang
mempengaruhinya

1
2

yaitu tekanan dari teman-teman, berteman dengan seorang perokok, status


ekonomi rendah, adanya perokok aktif di dalam keluarga dan
dilingkungan sekolah (guru). Lingkungan sekolah sangat mempengaruhi
untuk berkembangnya seorang siswa agar menjadi siswa berperestasi,
tetapi itu sendiri kembali ke diri mereka masing-masing apakah mereka
terbawa oleh lingkungan yang buruk atau bisa mengendalikan diri mereka
agar tidak ikut ke dalam perubahan lingkungan. Remaja di zaman
sekarang lebih mementingkan gaya hidup, seorang remaja ingin merasa
dirinya lebih keren dengan mengkonsumsi rokok. Jika seorang remaja
menjadi perokok aktif, salah satu dampak dari merokok ialah sulit
berkonsentrasi karena menurunnya daya tangkap. Dan hal ini menjadi
faktor siswa menjadi kurang fokus dalam belajar dan mempengaruhi
siswa untuk berprestasi. Alasan seorang siswa menjadi perokok aktif yaitu
adanya pengaruh positif, jika dengan menghisap rokok dirinya senang,
tenang dan ada juga pengaruh negatif yaitu dimana seorang siswa jika
menghisap rokok bahwa emosi negatif yaang dihadapinya akan mereda
dengan menghisap rokok.
Prestasi belajar ialah salah satu indikator pencapaian tujuan
pendidikan. Prestasi belajar peserta didik di dasari dari berbagai faktor
diantaranya faktor dari luar yang mempengaruhi peserta ataupun faktor
dari peserta didik sendiri. Motivasi dan disiplin belajar ialah salah satu
faktor utama dari peningkatan prestasi belajar, jika peserta didik disiplin
belajar tinggi dan tekun mempelajari materi-materi yang telah diperoleh
disekolah maka kelak mendapatkan prestasi belajar yang baik. Motivasi
dan disiplin belajar yang tinggi dengan kesadaran sendiri tanpa adanya
dorongan atau perintah sangatlah hal yang tidak memungkinkan, karena
adanya pengaruh pengaruh dari luar. Fungsi disiplin belajar sangatlah
diperlukan, siswa yang disiplin maka sudah dipastikan ia hidup teratur
dan mengerjakan tugas tepat waktu. Siswa yang terbawa pengaruh
pergaulan lingkungan cenderung lebih menurun dalam keseriusan belajar,
seseringnya mereka berada disekolah tetapi isi dalam pikiran mereka
tidak ada hal tentang persekolahan.
3

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Damaiyana tentang


“Hubungan kebiasaan merokok dengan prestasi belajar siswa SMP Negeri
17 Makasar tahun 2012” menunjukkan hasil adanya hubungan kebiasaan
merokok dengan prestasi belajar, tidak ada hubungan lamanya merokok
dengan prestasi belajar dan tidak ada hubungan jumlah konsumsi rokok
dengan prestasi belajar.
Menurut Nugroho & Fuziyanti (2018) berdasarkan penelitian
tentang “Hubungan Perilaku Merokok dengan Prestasi Belajar Siswa di
Sekolah Menengah Pertama” didapatkan hasil adanya hubungan yang
positif dan signifikan antara perilaku merokok dengan prestasi belajar
dengan nilai= 0,0001 < 0,05. Peneliti menyarankan sebagai upaya
terciptanya komunikasi antara pihak sekolah, orangtua, dan tenaga
kesehatan melalui bimbingan konseling dan pendidikan kesehatan, serta
adanya pengawasan yang ketat oleh pihak sekolah pada siswa untuk tidak
merokok karena dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa.
Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Ferdita, Alwi & Asfar
(2020). Dengan Judul “Hubungan Perilaku Merokok dengan Prestasi
Belajar pada Siswa SMK” didapatkan hasil bahwa perilaku merokok
ringan yang prestasi belajar baik sebanyak 58,3%, perilaku merokok
ringan yang kondisi prestasi belajar kurang baik sebanyak 41,7%,
sedangkan perilaku merokok berat dengan prestasi belajar baik sebanyak
27,0%, perilaku merokok berat yang prestasi belajar kurang baik
sebanyak 73,0%. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa ada hubungan
perilaku merokok dengan prestasi belajar dengan nilai p-value 0,048.
Beradasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti
pada tanggal 20 Maret 2023 dengan menggunakan instrumen kuisioner
dengan tujuan mengetahui siswa di SMK 1 Pemuda kelas X dan kelas XI
yang merokok didapatkan hasil 62.4% sebanyak 116 orang siswa yang
merokok dengan alasan mereka merokok yaitu untuk menenangkan
pikiran. Dan didapatkan hasil dengan kategori perokok ringan (1-10
batang/hari) yaitu sebesar 57,8% dari 104 responden sedangkan untuk
kategori perokok sedang (11-20 batang /hari) didapatkan hasil 3,9%
4

dengan responden 7 orang, dan kategori perokok berat didapatkan hasil


2,2% dengan responden 4 orang.
Adapun Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
yaitu pada judul, waktu, tempat serta subjek penelitian dan
mengembangkan penelitian sebelumnya dengan sudut pandang yang
berbeda. Penelitian ini memfokuskan pada perilaku perokok aktif pada
siswa dan prestasi belajar dengan adanya penelitian tentang Hubungan
perilaku perokok aktif dengan prestasi belajar ini ialah untuk mengetahui
adakah hubungan antara perokok aktif dengan prestasi belajar pada siswa.
1.2. Rumusan Masalah
Beradasarkan uraian masalah diatas maka rumusan masalah yang
muncul ialah “Adakah Hubungan Perilaku Merokok Aktif dengan Prestasi
Belajar?”
1.3. Tujuan penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan perilaku perokok aktif dengan
prestasi belajar.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui perilaku perokok aktif
2. Untuk mengetahui prestasi belajar
1.4. Manfaat penelitian
1.4.1. Manfaat praktis
1. Manfaat penelitian bagi siswa ialah menambah wawasan
tentang perilaku perokok aktif
2. Manfaat penelitian bagi tenaga kesehatan ialah dapat
dijadikan sumber informasi dan bahan pertimbangan bagi
dinas kesehatan dalam memberikan pendidikan kesehatan
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1. Definisi Rokok


Rokok ialah olahan dari tembakau kemarau yang terbungkus
sehingga berbentuk seperti cerutu. Sebagian besar rokok mengandung
tembakau serta tanaman nicotiana tabacum, nicotiana rustica dan spesies
lainnya atau yang mengandung nikotin dan tar menggunakan atau tanpa
bahan tambahan lainnya. Rokok mengakibatkan bahaya bagi Kesehatan
individu dan masyarakat, karena rokok adalah keliru satu zat adiktif serta
perlu dilakukan aneka macam upaya pengamanan (Kurniasih, et al.2016).
2.1.1. Kandungan Rokok
Ketika asap rokok yang dihisap mengandung berbagai macam
bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan tubuh. Ada beberapa zat
yang terkandung dalam rokok, diantaranya ialah:
1. Nikotin
Nikotin dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah,
denyut jantung dan meningkatnya kontraksi otot jantung
sehingga dipaksa untuk menggunakan oksigen semakin besar.
Efek samping dari nikotin ialah menyebabkan
perangsangan terhadap hormon kathekolamin (adrenalin)
yang memiliki sifat memacu jantung dan tekanan darah.
Jantung tidak akan diberikan kesempatan untuk istirahat dan
tekanan darah akan semakin tinggi yang dapat menyebabkan
hipertensi.
2. Karbon monoksida (CO)
Karbon monoksida ialah gas yang tidak memiliki bau, yang
dihasilkan oleh pembakaran yang tidak sempurna dari unsur
zat arang atau karbon ketika merokok.
3. Tar
Tar adalah senyawa polisiklik hidrokarbon aromatika yang
bersifat karsinogenik. Tar dapat menyebabkan rusaknya sel

5
6

paru-paru, karena lengket dan menempel pada saluran nafas


dan paru-paru yang menyebabkan kanker.
4. Akrolein
Akrolein adalah zat cair yang tidak berwarna seperti
aldehid. Zat ini sedikit banyak mengandung kadar alkohol
yang artinya alkohol yang telah diambil cairannya dan hal ini
yang mengganggu kesehatan pada tubuh.
2.2. Definisi Perilaku perokok
Menurut Komalasari, 2002 (dalam Tulenan, Rompas & Ismanto,
2015) perilaku perokok ialah seseorang yang memulai dengan membakar
sebatang rokok yang terdiri dari bahan kertas, tembakau, cengkeh dan
saus yang mengandung nikotin dan tar kemudian menghisap rokok
tersebut dan masuk ke dalam paru-paru. Dan semakin banyak jumlah
rokok yang dihisap maka semakin berat juga tingkah laku seseorang.
2.2.1. Tipe perokok
Tipe perokok terbagi menjadi dua, diantaranya ialah sebagai berikut:
1. Perokok aktif
Perokok aktif ialah individu yang memiliki kebiasaan
merokok. Dan merokok sudah menjadi bagian hidupnya,
sehingga bila tidak merokok dalam sehari dirinya serasa tidak
enak (Dariyo, 2004). Ada beberapa tipe perokok aktif dari
seberapa banyak menghisap rokok per harinya menurut
Sitepoe (dalam Perwitasari, 2006) diantaranya: 1) perokok
ringan, merokok 1-10 batang per hari; 2) perokok sedang,
merokok 11-20 batang per hari; 3) perokok berat, merokok
lebih dari 24 batang per hari.
2. Perokok pasif
Perokok pasif ialah orang yang berada disekitar perokok
aktif yang sedang merokok dan menghisap asap rokok dan
perokok pasif akan menerima efek asap rokok yang tidak
sedikit pada kesehatannya.
7

Bahaya yang ditimbulkan dari asap rokok pada perokok


pasif tdak kalah dengan perokok aktif. Maka dari itu perlunya
kesadaran pada perokok aktif untu tidak merokok ditempat
umum sehingga tidak merugikan orang lain.
2.2.2. Alasan seseorang menjadi perokok aktif
Menurut (Dariyo, 2004) Ada beberapa alasan individu menjadi
perokok aktif diantaranya:
1. Pengaruh positif, yaitu dimana seseorang ingin merokok
karena merasa bahwa dengan merokok dapat memberi
manfaat positif bagi dirinya. Ketika seseorang merokok ia
merasa bahwa dirinya tenang dan nyaman karena memperoleh
kenikmatan dengan merokok.
2. Pengaruh negatif, yaitu dimana seseorang ketika merokok
merasa bahwa emosi-emosi negatif pada dirinya dapat mereda
jika dengan merokok. Salah satu contohnya ialah ketika
dalam keadaan cemas, dengan merokok merasa bahwa dirinya
lebih rileks, tenang, santai dan tidak lagi merasa cemas.
3. Habitual (ketergantungan fisiologis), yaitu perilaku yang
sudah menjadi kebiasaan bahkan menjadi gaya hidup (life
style). Seseorang merasa ketagihan untuk merokok dan ia
tidak dapat menghindari atau menolak permintaan yang
berasal dari dalam dirinya (internal).
4. Ketergantungan psikologis, yaitu dimana kondisi seseorang
selalu merasakan, memikirkan dan memutuskan untuk
merokok terus-menerus dalam keadaan apapun dan
dimanapun.
2.2.3. Tahapan-tahapan perokok
Perilaku merokok bukan terjadi secara kebetulan, karena ada
tahapan yang dilewati seorang perokok sebelum ia menjadi perokok
reguler yakni seorang yang telah mengira bahwa rokok adalah bagian
dari hidupnya. Menurut Sodik (2018) terdapat 4 tahap dalam perilaku
merokok sehingga seseorang menjadi seorang perokok, yakni:
8

1. Tahap preparatory
Pada tahap ini remaja mendapatkan model yang
menyenangkan dari lingkungan atau media. Remaja
mendapatkan gambaran menyenangkan tentang rokok dengan
cara mendengar, melihat ataupun hasil bacaan yang
menimbulkan minat untuk merokok.
1) Teman sebaya yang menjadi penyebab life model,
remaja akan menularkan perilaku merokok dengan
cara menawari teman-teman remaja lainnya tentang
kenikmatan merokok ataupun solidaritas kelompok.
2) Orangtua yang merokok juga dapat menjadi dampak
besar pada pembentukan perilaku merokok pada
remaja.
2. Tahap initation
Pada tahap ini yakni tahap seseorang meneruskan untuk
mencoba-coba merokok, setelah terbentuk interpretasi-
interpretasi tentang model yang ada, selanjutnya remaja
mengevaluasi hasil interpretasi tersebut melalui perasaan dan
perilaku.
3. Tahap becoming smoker
Tahap ini ialah tahap dimana seseorang sudah
mengkonsumsi rokok sebanyak empat batang perharinya. Hal
tersebut didukung karena adanya kepuasan psikologis dari
dalam diri dan terdapat reinforcement positif dari teman
sebaya nya.
4. Tahap maintenance of smoking
Pada tahap ini, individu sudah betul-betul merasakan
kenikmatan dari merokok sehingga perilaku sudah dilakukan
sesering mungkin untuk mengeliminasi kecemasan,
menghindari kecemasan juga upaya untuk menghilangkan
kelelahan, rasa tidak enak makan ketika bekerja, ketika lelah
berfikir bahkan ketika merasa terpojokkan.
9

2.3. Prestasi Belajar


Prestasi belajar ialah hasil yang dicapai dari suatu kegiatan yang
telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati, yang diperoleh
dengan jalan keuletan kerja, baik secara individual maupun secara
kelompok dalam bidang kegiatan tertentu (Nikmah, 2013).
Prestasi belajar menunjukkan taraf kemampuan siswa dalam
mengikuti program balajar dalam waktu tertentu sesuai dengan kurikulum
yang telah ditentukan. Tes prestasi belajar yang diukur adalah
pengetahuan yang dimiliki siswa (soal hafalan) dan bagaimana
menerapkan pengetahuan tersebut untuk menyelesaikan soal-soal yang
ada (soal hitungan, analisis masalah). Di tingkat SMU, umumnya soal-
soal yang diberikan masih pada tingkat kompetensi recall, tingkat
kompetensi aplikasi dan analisis cenderung hanya diterapkan pada mata
pelajaran matematika, fisika dan kimia.
Prestasi belajar biasanya ditunjukkan dalam bentuk huruf atau
angka, yang tinggi rendahnya menunjukkan seberapa jauh siswa telah
menguasai bahan yang telah diberikan, tetapi hal tersebut sudah tidak
dapat diterima lagi karena hasil raport tidak hanya menunjukkan seberapa
jauh siswa telah menguasai materi pelajaran yang telah diberikan.
Presatasi belajar juga dipengaruhi oleh perilaku siswa, kerajinan dan
keterampilan atau sikap tertentu yang dimiliki siswa tersebut, yang dapat
diukur dengan standar nilai tertentu oleh guru yang bersangkutan agar
mendekati nilai rata-rata (Wahyuningsih, 2004).
Prestasi belajar atau hasil belajar siswa dapat diketahui dengan
jalan diukur atau menilai. Menurut Sumadi Suryabrata (2005), disebutkan
bahwa hasil belajar siswa dapat diukur dengan cara:
1) Memberikan tugas-tugas tertentu
2) Menanyakan beberapa hal yang berkaitan dengan pelajaran
tertentu
3) Memberikan tes pada siswa sesudah mengikuti pelajaran tertentu,
dan
4) Memberikan ulangan.
10

2.2.1. Faktor-faktor yang memperngaruhi prestasi belajar


Berhasil atau tidaknya proses belajar seorang individu juga
dipengaruhi oleh banyak faktor baik itu faktor yang berasal dari
dalam (internal), maupun faktor yang berasal dari luar (eksternal).
Faktor internal meliputi motivasi diri, intelegensi dan bakat,
sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan pergaulan. Prestasi
belajar siswa pada hakekatnya merupakan interaksi dari beberapa
faktor.
Menurut Dalyono (2005) faktor-faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar, yaitu:
1) Faktor internal (faktor yang berasal dari dalam) Faktor ini
meliputi kesehatan, intelegensi dan bakat, minat dan motivasi
serta cara belajar
2) Faktor eksternal (faktor yang berasal dari luar) Faktor ini
meliputi keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan
sekitar.
11
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian


Metode penelitian yang akan dipergunakan pada penelitian ini
ialah kuantitatif kolerasi. Menurut Creswell (2014), penelitian kuantitatif
korelasional adalah penelitian dengan menggunakan metode statistik yang
mengukur pengaruh antara dua variabel atau lebih.
Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional. Metode
cross sectional ialah suatu penelitian obsevasional dimana pengukuran
paparan (eksposure) dan hasil (disease outcome) dilakukan pada waktu
yang sama. Keuntungan dari metode ini dapat mengukur perilaku, opini
atau praktek pada saat itu dan memberikan pada waktu yang singkat
(Abduh et al., 2023).
3.2. Populasi, Sampel Penelitian
3.2.1. Populasi
Menurut Syafdinawati (2020), populasi adalah keseluruhan dari
subjek penelitian. Sejalan dengan Rivaldi dkk, (2018), populasi
merupakan kumpulan dari objek atau subjek yang memiliki kualitas dan
karakteristik tertentu yang sudah ditetapkan oleh peneliti untuk dikaji.
Populasi yang akan dilakukan penelitian ini ialah siswa laki-laki kelas X
dengan jumlah 150 orang dan XI dengan jumlah 213 orang di SMK
Pemuda 1 di Kabupaten Sumedang dengan total keseluruhan ialah 363
orang.
3.2.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi objek penelitian
dan dianggap mewakili kondisi populasi (Firmansyah et al., 2022).
Sejalan dengan (Mara & Intisari, 2013) sampel adalah bagian dari
populasi yang memiliki karakteristik mirip dengan populasi itu
sendiri. Menurut Arikunto (2012) jika jumlah populasinya kurang
dari 100 orang, maka bisa diambil secara keseluruhan, tetapi jika

11
12

populasinya lebih besar dari 100 orang, maka bisa diambil 10-15%
atau 20-25% dari jumlah populasinya.
Dalam menentukan jumlah sampel, peneliti menghitung sampel
dengan rumus slovin (Noor, 2011) dengan kesalahan 10% atau 0,1 yaitu
sebagai berikut:
N
n=
1+ ( N x e )
2

363
n=
1+ ( 363 x 0,12 )
363
n=
1+ ( 363 x 0,01 )
363
n=
1+3,63
363
n=
4,63
n=78 Siswa
Keterangan:
n = Besar sampel
N = Besar populasi
e = margin of error (10% = 0,1)
jadi, jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah
Diketahui n = 78 orang
Dari 78 orang responden, peneliti akan mengambil dari tiap masing-
masing kelas X dan XI dengan menggunakan teknik cluster sampling.
Menurut Azwar (2010) dalam Putra & Prihatsanti, (2016) mengatakan
bahwa pengambilan sampel dengan cara cluster adalah melakukan
randomisasi terhadap kelompok, bukan terhadap subjek secara individual.
rumus sebagai berikut:
Keterangan:
Fi= Sampel pecahan cluster
NI= Banyaknya individu yang ada dalam cluster
N= Banyaknya populasi seluruhnya
13

n= Banyaknya anggota yang dimasukan dalam sampel.


(Wahyudi, 2017).

 Pengambilan sampel kelas X dengan rumus sebagai berikut:


fi= ¿
N
150
fi=
363
fi=0,41
Kemudian didapatkan besarnya sampel per cluster, dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
¿=fi x n
¿=0,41 x 78
¿=31,9 8 menjadi 32
Jadi sampel dari kelas X ialah sebanyak 32 orang
 Dan untuk pengambilan sampel kelas XI sebagai berikut:

fi= ¿
N

213
fi=
363

fi=0,58

Kemudian didapatkan besarnya sampel per cluster, dengan menggunakan


rumus:

¿=fi x n

¿=0,58 x 78

¿=45,7 menjadi 46

Jadi sampel yang diambil dari kelas XI sebanyak 46 orang

Kelas X di SMK 1 Pemuda Sumedang terbagi menjadi 5 kelas,


berikut cara menentukan sampel dari masing masing kelas X ialah
dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:
14

Ni= jumlah siswa tiap kelas X

N= 150 (populasi seluruh siswa kelas X)

n= 32 (jumlah sampel yang diambil dari kelas X)

fi= sampel yang akan diambil dari masing-masing kelas

fi= ¿ x n
N

32
X −1= x 32=7
150
32
X −2= x 32=7
150
33
X −3= x 32=7
150
28
X −4= x 32=6
150
26
X −5= x 32=5
150
Jadi, sampel yang akan diambil dari tiap kelas X ialah X 1= 7
orang, X 2= 7 orang, X 3=7 orang, X 4=6 orang dan X 5= 5 orang.
Kelas XI di SMK 1 Pemuda terbagi menjadi 6 kelas, berikut cara
menentukan sampel dari masing-masing kelas XI ialah dengan rumus
sebagai berikut:

Keterangan:

Ni= jumlah siswa tiap kelas XI

N= 363 (populasi seluruh siswa kelas X dan XI)

n= 46 (jumlah sampel yang diambil dari kelas XI)

fi= sampel yang akan diambil dari masing-masing kelas

fi= ¿ x n
N
36
XI −1= x 46=8
213
15

34
XI −2= x 46=7
213
37
XI −3= x 46=8
213
36
XI −4= x 46=8
213
36
XI −5= x 46=8
213
36
XI −6= x 46=8
213
Jadi, sampel dari masing-masing tiap kelas XI ialah XI 1=8 orang,
XI 2=7 orang, XI 3=8 orang, XI 4= 8 orang, XI 5= 8 orang dan XI 6= 8
orang.
Pengambilan sampel dari masing-masing kelas yaitu dengan cara
pengundian dari tiap kelasnya.
3.3. Tempat dan Waktu Penelitian
Peneliti akan melakukan penelitian di SMK 1 Pemuda Sumedang di
Kabupaten Sumedang. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret
hingga April.
3.3.1.1. Kriteria responden
1. Kriteria inklusi
1) Seluruh siswa laki-laki kelas X dan XI di SMK 1
Pemuda Sumedang yang bersedia menjadi
responden.
2) Siswa laki-laki perokok aktif
3) Siswa yang kooperatif
2. Kriteria ekslusi
1) Siswa yang sedang sakit
2) Siswa yang menolak sebagai responden
3) Siswa yang tidak kooperartif
3.4. Teknik pengumpulan data
Cara pengumpulan data dalam penelitian ini ialah:
1. Data primer
16

Data primer didapatkan langsung dari hasil membagikan


kuesioner dan observasi yang dilakukan peneliti secara langsung
kepada responden.
2. Data sekunder
Data sekunder didapatkan dengan cara melihat nilai
semester sebelumnya dan nilai rata-rata raport siswa laki-laki
kelas X dan XI di SMK 1 Pemuda Sumedang.
3.5. Variabel penelitian
3.5.1. Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini ialah perilaku perokok aktif.
3.5.2. Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini ialah prestasi belajar.
3.5.3. Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini mencakup dua variabel,
diantaranya ialah perokok aktif dengan prestasi belajar.

N Variabel Definisi Paramet Alat Skor Skala


o penelitia Operasion er ukur
n al

1. Variabel Tingkah Siswa Kuesion 1. Perokok Nomin


bebas: laku siswa Perilaku er ringan al
perilaku yang perokok perilaku Merokok
perokok dimulai aktif di perokok 1-10
aktif dengan SMK 1 batang/har
membakar Pemuda i.
sebatang Nilai (1)
rokok 2. Perokok
kemudian sedang
menghisap merokok
asap yang sekitar 11-
berasal 20
dari batang/har
pembakara
17

n rokok i.
tersebut Nilai (2)
kemudian 3. Perokok
masuk berat
kedalam merokok
paru-paru sekitar
(perjelas) lebih dari
20
batang/har
i.
Nilai (3)

2. Variabel Prestasi Nilai Lembar 1. Baik Ordinal


terikat: belajar rata-rata observas (skor atau
prestasi yaitu hasil raport i hasil nilai 76-
belajar yang siswa prestasi 100)
dicapai kelas X belajar 2. Cukup
dari suatu dan XI (raport) (skor atau
kegiatan di SMK nilai 56-
yang telah 1 75)
dikerjakan Pemuda 3. Kurang
(skor atau
nilai ≤ 56)

Tabel 3.2 Definisi Operasional Hubungan Perilaku Perokok


Aktif dengan Prestasi Belajar siswa kelas X dan XI di SMK 1
Pemuda.

3.6. Prosedur dan Teknik pengolahan data


Hasil data kemudian akan di olah melalui beberapa tahap:
3.6.1. Instrumen penelitian
18

Instrumen pada penelitian ini adalah Nilai raport Siswa dan


kuisioner. Kuisioner adalah daftar pertanyaan yang sudah tersusun
dengan baik, sudah matang, dimana responden (dalam hal angket)
dan interview (dalam hal wawancara) tinggal memberikan jawaban
atau dengan memberikan data-data tertentu (Notoatmodjo, 2005).
3.6.2. Editing
Memeriksa dan meneliti kembali tentang kelengkapan jawaban
kemudian data dapat di proses.

3.6.3. Coding
Pemberian nilai pada jawaban yang nantinya akan di
kategorikan (Notoatmodjo, 2012).
a. Data umum
1) Kode responden
Responden 1= X1
Responden 2= X2
Responden 3= X3, dst
2) Status reponden
Tidak perokok =1
Ya perokok =2
3) Kategori perokok
Tidak merokok =1
Perokok ringan =2
Perokok sedang =3
Perokok berat =4
4) Jumlah rokok yang dihisap dalam satu hari
0 batang rokok =1
1-4 batang rokok = 2
5-14 batang rokok = 3
≥ 15 batang rokok = 4
5) Umur
19

15 tahun =1
16 tahun =2
17 tahun =3
18 tahun =4
6) Kelas
Kelas X =1
Kelas XI =2
b. Data khusus
1) Kriteria prestasi
Nilai raport dengan rata-rata < 56 = 1
Nilai raport dengan rata-rata 56–75 = 2
Nilai raport dengan rata-rata 75-100 = 3
3.6.4. Cleaning
Melakukan pengecekan ulang pada data yang telah di entry untuk
mengetahui apakah data tersebut telah sesuai atau belum.
Analisis data yang dilakukan peneliti yaitu analisis data univariate.
Analisis data univariate merupakan tekhnik analisis data terhadap
suatu variabel secara mandiri, setiap variabel dianalisis dan tidak
dikaitkan dengan variabel lainnya. Tujuannya adalah untuk
menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik masing- masing
variabel penelitian. Analisis data kategorik hanya menghasilkan
distribusi frekuensi dan presentase dari setiap variabel secara umum
(Notoatmodjo, 2012a).
Untuk mendapatkan nilai distribusi frekuensi dan presentase tiap
variabel menggunakan rumus sebagai berikut:
f
P= x 100 %
n
Keterangan:
P = Peresentase.
f = Frekuensi dari setiap jawaban yang dipilih.
N = Jumlah sampel.
100% = Konstanta.
(Munggaran, 2012).
20

Selanjutnya peresentase yang diperoleh diterjemahkan kedalam


kategori sebagai berikut:

Persetanse Kategori

0-1% Tidak ada

2-25% Sebagian kecil

26-49% Kurang dari setengahnya

50% Setengahnya

51-75% Lebih dari setengahnya

76-99% Sebagian besar

100% Seluruhnya

Tabel kategori Persentase (Munggaran,2012)


Hasil ukur dari sikap dapat menggunakan T-skor dengan
interpretasikan seperti berikut:
1) Sikap positif jika skor T > T mean
2) Sikap negative jika skor T ≤ T mean
a) Rumus untuk mengetahui Skor T dapat dihitung dengan
menggunakan rumus seperti berikut:
x−x
T =50+10( )
s
Keterangan:
x : skor jawaban yang akan diubah dalam bentuk
Tskor
𝑥̅ : rata-rata skor dari kelompok
𝑠 : Deviasi standar skor kelompok
b) Rumus untuk mencari s menggunakan rumus
∑ (𝑥i − 𝑥̅)2
𝑠=√
𝑛−1
Keterangan:
21

s : standaar deviasi
xi : masing-masing data
𝑥̅ : rata-rata skor
𝑛 : jumlah sampel
c) Rumus untuk mengetahui mean T
𝑥̅ = ∑ 𝑥i
𝑛
Keterangan:
𝑥̅ : mean
∑ 𝑥i: jumlah tiap data
n : jumlah data
3.6.5. Entry
Entri data untuk setiap respons yang ditandai atau dikodekan
kemudian dimasukan sebagai tabel lalu dihitung menggunakan
aplikasi Microsoft Excel dan SPSS 22.
3.6.6. Tabulasi
Mengetahui jumlah total setiap item jawaban yang telah diisi
oleh responden dalam kuesioner, kemudian memasukan data ke
dalam tabel sesuai dengan variabel penelitian.
3.6.7. Analisa data
1. Analisis Univariat
Anlisis yang dimaksud dalam penelitian ini ialah untuk
mengetahui distribusi variabel yang diamati, seperti melihat
gambaran perilaku merokok dengan tingkat prestasi belajar
remaja perokok.
2. Analisis Bivariat
Analisis ini dilakukan untuk menguji hubungan variabel
bebas dan variabel terikat yaitu perilaku perokok aktif dan
prestasi belajar dengan uji statistik chi square (X2) untuk
mengetahui hubungan yang signifikan antara masing-masing
variabel bebas dengan terikat. Uji chi square dilakukan dengan
menggunakan bantuan perangkat lunak berbentuk komputer
22

dengan tingkat signifikan p < 0,05 (taraf kepercayaan 95%).


Pengambilan keputusan dengan tingkat kepercayaan 95%:
a. Jika nilai sig p > 0,05 maka hipotesis penelitian ditolak.
b. Jika nilai sig p ≤ 0,05 maka hipotesis penelitian
diterima.
3.6.8. Etika penelitian
Notoadmojo (2010) menyebutkan bahwa kode etik penelitian
adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk setiap kegiatan
penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang diteliti,
dan masyarakat yang akan memperoleh dampak dari hasil penelitian
tersebut.
Sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti mendekati,
memperkenalkan diri, dan menjelaskan identitas peneliti terlebih
dahulu terhadap responden yang terpilih, kemudian menjelaskan
tujuan penelitian sehingga responden dapat mengambil keputusan
bersedia atau tidak menjadi responden (ANA, 2001) Untuk mencegah
timbulnya masalah etik maka dilakukan penekanan masalah yang
meliputi:
1. Informed consent (Lembar Persetujuan)
Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for
human dignity) Peneliti memberikan informasi yang terbuka
berkaitan dengan proses penelitian dan memberikan kebebasan
kepada responden untuk menentukan pilihan. Responden bebas
dari paksaan untuk berpartisipasi dalam kegiatan penelitian
(autonomy). Selain itu, peneliti telah mempersiapkan lembar
persetujuan responden (informed consent) yang berisi
penjelasan mengenai tujuan penelitian, persetujuan bahwa
subyek dapat mengundurkan diri kapan saja, dan jaminan
anonimitas serta kerahasiaan.
2. Anonimity (Tanpa Nama)
Peneliti tidak menampilkan informasi mengenai identitas
responden dalam kuisioner, baik nama maupun alamat asal
23

responden. Peneliti menggunakan inisial atau identification


number sebagai pengganti identitas responden.
3. confidentially (Kerahasiaan)
Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian
(respect for privacy and confidentially). Setiap manusia
memiliki hak dasar individu termasuk privasi dan kebebasan
individu (Polit, 2006). menjaga anonimitas dan kerahasiaan
identitas responden.
Etika penelitian ini dilakukan dengan cara: Melapor dan
mendapat izin dari Kepala Sekolah SMK 1 Pemuda, mencari
data siswa laki-laki yang perokok kemudian memilih sesuai
kriteria inklusi yang ditetapkan, menemui siswa tersebut
sebelum melakukan penelitian, maka peneliti menjelaskan
lebih dahulu tentang maksud dan tujuan penelitian kepada
calon responden atau membuat informed concent, Peneliti
mengajukan surat permohonan menjadi responden kepada
calon responden dan apabila di setujui ditandai dengan
responden mau menandatangani persetujuan tersebut,
mengambil data penelitian dengan memberikan lembar
kuisioner perilaku merokok pada siswa laki-laki perokok dan
mengambil nilai raport pada wali kelas masing- masing kelas,
setelah data yang diperlukan terkumpul peneliti melapor pada
Kepala Sekolah SMK 1 Pemuda dan mendapatkan surat telah
menyelesaikan penelitian, data dimasukan dalam master tabel
dan pengolahan data dilakukan melalui program komputer.
24

DAFTAR PUSTAKA

Abduh, M., Alawiyah, T., Apriansyah, G., Rusdy,), Sirodj, A., & Afgani, W.
(2023). Survey Design: Cross Sectional dalam Penelitian
Kualitatif. Jurnal Pendidikan Sains Dan Komputer, 3(01), 31–39.
https://doi.org/10.47709/JPSK.V3I01.1955

Aula, Lisa, E. (2015). STOP Merokok! Sekarang atau Tidak Sama Sekali.
Yogyakarta: Gara Ilmu ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 1.
Nomor 1. Agustus 2013 8

Creswell, J. W. (2014). Reseach Design: Pendekatan, Kualitatif, Kuantitatif, dan


Mixed. Yogyakarta: Pustaka pelajar

Damaiyana, T. I. (2012). Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Prestasi Belajar


Siswa SMP Negeri 17 Makassar (Doctoral dissertation, Universitas
Islam Negeri Alauddin Makassar).

Dalyono, 2005. Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta.

Departemen Kesehatan RI. 2004. Fakta Tembakau Indonesia: Data Empiris untuk
Strategi Nasional Penanggulangan Masalah Tembakau. Jakarta:
Depkes RI.
25

Ferdita, W., Alwi, M. K., & Asfar, A. (2020). Hubungan Perilaku Merokok
dengan Prestasi Belajar pada Siswa SMK. Window of Nursing
Journal, 143-151.

Gobel, S., Pamungkas, R. A., Abdurrasyid, R. P. S., Safitri, A., & Samran, V.
(2020). Bahaya Merokok Pada Remaja. Sumber, 35, 100.

https://www.bps.go.id/indicator/30/1435/1/persentase-merokok-pada-penduduk-
umur-15-tahun-menurut-provinsi.html

Junitasari, D. (2021). Perilaku Kebiasaan Merokok sebagai gaya hidup (Studi


Etnometodologi Perilaku Kebiasaan Merokok Sebagai Gaya Hidup
di Kalangan Mahasiswi Hijab Kota Bandung) (Doctoral
dissertation, FISIP UNPAS).

Komalasari D, Helmi A. (2002). Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Merokok Pada


Remaja Jurnal Psikologi Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Diakses tanggal 2
November 2014.

Kurniasih, H., Widjanarko, B & Indraswari, R. (2016). Pengetahuan Dan Sikap


Mahasiswa Tentang Upaya Penerapan Kawasan Tanpa Rokok
(Ktr) Di Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang. Jurnal
Kesehatan Masyarakat (Undip), 4(3), 1005-1012.

Maseda, D. R., Suba, B., & Wongkar, D. (2013). Hubungan pengetahuan dan
sikap tentang bahaya merokok dengan perilaku merokok pada
remaja putra di SMA Negeri I Tompasobaru. Jurnal Keperawatan,
1(1).

Munggaran, R. D. (2012). Pemanfaatan Open Source Software Pendidikan Oleh


Mahasiswa Dalam Rangka Implementasi Undang- Undang No. 19
Tahun 2002 Tentang Hak Cipta. Universitas Pendidikan Indonesia,
19, 73.

Moediarta. 2007. Stop merokok. Jakarta: PT Gramedia.

Notoatmodjo (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta


26

Notoatmodjo, S. (2012a). Metodologi penelitian kesehatan. PT. Rineka Cipta.

Nugroho, T., & Fuziyanti, A. (2018). HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK


DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SEKOLAH
MENEGAH PERTAMA. Healthy Journal, 6(2), 39-48.

Putra, M. T. P., & Prihatsanti, U. (2016). Hubungan antara beban kerja dengan
intensi turnover pada karyawan di PT. “X”. Jurnal Empati, 5(2),
303-307.

Ramdhani, G. (2018). Pengaruh Pengetahuan Konsumen dan Peraturan


Pemerintah (PP) Terhadap niat Berhenti Merokok di kota Bandung
(Doctoral dissertation, Program Studi Manajemen S1 Fakultas
Ekonomi-Bisnis Universitas Widyatama).

Setiyanto, R. (2013). Faktor-Faktor Penyebab Merokok. Bandung: Alfa Beta

Siyoto, S., & Sodik, A. (2015). Dasar Metode Penelitian (ayup.

Sodik, (2018). Merokok & Bahayanya.

Sugiyono, (2008). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta

Sumadi Suryabrata, (2005). Psikologi pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Sumiyati,2012,” Pengaruh Motivasi Berprestasi Dan Disiplin Diri Terhadap


Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Negeri Kapuhan”

Tantri, A., Fajar, N. A., & Utama, F. (2018). Hubungan persepsi terhadap
peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok dengan perilaku
merokok pada remaja laki-laki di Kota Palembang. Jurnal Ilmu
Kesehatan Masyarakat, 9(1), 74-82.

Tulenan, M., Rompas, S., & Ismanto, A. Y. (2015). Hubungan perilaku merokok
dengan prestasi belajar pada remaja perokok di SMA Negeri 1
Remboken. Jurnal Keperawatan, 3(2).

Wahyudi, S. T. (2017). Statistika Ekonomi: Konsep, Teori, dan Penerapan.


Universitas Brawijaya Press.
27

Wahyuningsih, A. S. (2004). Hubungan antara kecerdasan emosional dengan


prestasi belajar pada siswa kelas II SMU LAB School Jakarta
Timur. Jakarta: Universitas Persada Indonesia YAI (SKRIPSI).

Lampiran

Lembar Kuisioner

Anda mungkin juga menyukai