Anda di halaman 1dari 31

HUBUNGAN LINGKUNGAN DAN FAKTOR PSIKOLOGIS

DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA


DI SLTP NEGERI 4 KOTA LUBUKLINGGAU
KECAMATAN LUBUKLINGGAU BARAT I
TAHUN 2020

Oleh :

DITHA SEPTIANI PUTRI MARLINA


2192614050P

SEKOLAH TINGI ILMU KESEHATAN BHAKTI


HUSADA BENGKULU PROGRAM
STUDI KEPERAWATAN
TAHUN 2020

1
2

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hampir semua orang tahu dengan rokok, dengan bentuk silender kecil

yang hanya merupakan gulungan kertas berisi tembakau ini sangat terkenal

diseluruh dunia. Rokok merupakan zat aditif yang mengancam kesehatan karena

didalamnya mengandung zat-zat yang membahayakan tubuh. Badan kesehatan

dunia (WHO) menerangkan bahwa dalam setiap kepulan asap rokok terkandung

4000 racun kimia berbahaya dan 43 diantaranya bersifat karsinogen atau

merangsang tumbuhnya kanker. Beberapa zat yang berbahaya tersebut

diantaranya tar, karbonmonosida dan nikotin (Istiqomah, 2012).

Rokok menjadi masalah, karena membahayakan manusia. Disadari atau

tidak rokok telah menggiring manusia pada kematian, yang tidak hanya

disebabkan oleh kanker, penyakit paru-paru, kardiovaskuler, pembuluh darah,

otak serta penyakit lainnya. Organisasi kesehatan sedunia (WHO) telah

menyatakan bahwa rokok pada saat ini telah muncul sebagai wabah penyakit

baru, yang telah berhasil menyaingi dan menjadi unggulan pertama dari lain-

lain penyakit, sebagai akibat ulah manusia sendiri. (Kemenkes RI, 2010).

Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga

120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang


3

berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu

ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada

ujung lainnya (Wikipedia, 2008).

Menurut Soekimin (2008) sifat toksik lain nikotin yang diketahui dalam

jumlah kecil bisa memberi efek penenang tetapi juga bisa memberi efek

merangsang, dalam jumlah besar sangat berbahaya, karena dalam dosis 20-50

grm dapat menyebabkan seseoarang berhenti bernapas atau lupa bernapas

secara abadi, menghisap sebatang rokok dengan asapnya berarti menghisap 2-3

mg nikotin. Bahaya nikotin bagi yang tidak biasa merokok (termasuk perokok

pasif) 1-2 mg nikotin memberi gejala-gejala pusing, mual, muntah, berkeringat,

pedih didaerah lambung, menyebabkan penyempitan nadi, gangguan suplai

darah kejantung, otak, dan otot penggerak tubuh, sehingga menurunkan

prestasi belajar dan bekerja.

Saat ini World Health Organitation (WHO) memperkirakan sekitar 1,2

miliar penduduk dunia merupakan perokok, dan 800 juta diantaranya terdapat

di negara berkembang. Besarnya jumlah perokok tersebut menyebabkan angka

kematian akibat merokok saat ini adalah 4 juta jiwa setiap tahun, yang berarti

terdapat sekitar satu kematian dalam setiap 8 menit. Dalam studi yang

dilakukan di Jepang, seperti yang diberitakan The Asahi Shimbun terbit 23

April 2004, didapatkan hasil bahwa 29% atau 80.000 orang pada pria dan 4%

atau 5000 orang pada wanita penderita kanker di Jepang di sebabkan oleh rokok

(Jaya, 2009).
4

Sedangkan di Asia Indonesia menempati urutan kedua terbesar setelah

Kamboja dengan presentasi perokok pria yaitu Kamboja 54%, Indonesia 53%,

Vietnam 50%, Malaysia 49%, dan Thailand 39%, melihat data tersebut sangat

memprihatinkan sehingga membuat pemerintah terus berupaya untuk menekan

upaya kebiasaan merokok salah satunya dengan sistem pajak yang tinggi

(Kemenkes RI, 2011).

Di Dunia prevalensi jumlah perokok menurun 1,1% setiap tahunnya,

akan tetapi di negara berkembang seperti Indonesia jumlah perokok 2,1%

meningkat setiap tahunnya. Jumlah perokok di Indonesia menempati urutan

terbesar keempat dunia dengan kekerapannya sekitar 60% pada laki-laki dan

40% pada perempuan (Jaya, 2009).

Kebiasaan merokok justru dimulai pada usia yang sangat muda, jika dua

puluh tahun yang lalu umur rata-rata seseorang mulai merokok adalah pada usia

16 tahun, tetapi estimasi sekarang seseorang mulai merokok pada usia remaja

yaitu 12-14 tahun (remaja tingkat SLTP). Berdasarkan survey Yayasan Pelita

Ilmu, lebih dari 3 juta remaja menggunakan rokok tembakau, dan dari

keseluruhan tersebut hampir 20% adalah siswa SLTP. Bahkan data dari tiga

tahun terakhir 30% dari jumlah anak SLTP adalah perokok aktif. Satu dari tiga

siswa menjadi perokok permanen sampai dia dewasa dan meninggal pada usia

yang sangat muda yang diakibatkan oleh penyakit yang disebabkan karena

merokok (Subanada, 2011).


5

Secara psikologis remaja SLTP berada pada tahapan perkembangan

remaja awal. Periode masa remaja awal dikatakan sebagai masa transisi dimana

jiwa anak masih labil. Hal ini disebabkan karena anak belum menemukan

pegangan hidup yang mantap. Akibat labilnya jiwa anak, menjadikan mereka

sangat sensitif terhadap pengaruh-pengaruh dari luar, baik yang bersifat positif

maupun negatif, salah satu sifat negatif dari remaja yaitu merokok

(Soetjiningsih, 2012)

Merokok pada remaja perlu mendapatkan perhatian khusus. Penurunan

sumberdaya manusia dimasa yang akan datang menjadi sesuatu hal yang tidak

mustahil terjadi yang disebabkan karena remaja terbiasa dengan perilaku yang

tidak sehat, perilaku merokok pada remaja dapat menjadi bagian dari

serangkaian sindrom perilaku bermasalah secara umum (Jaya, 2009).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di dua

SLTP yang berada di Kota Lubuklinggau yaitu SLTP Negeri 4 dan SLTP

Negeri 7. Di SLTP Negeri 4 didapatkan informasi dari guru bimbingan

konseling bahwa disekolah tersebut belum pernah dillakukan penelitian yang

berkaitan dengan perilaku merokok siswa. Padahal dari beberapa permasalahan

mengenai kenakalan remaja di SLTP Negeri 4 Lubuklinggau, merokok menjadi

masalah karena pada suatu waktu dilakukan penggeledahan dalam tas siswa,

didapatkan korek dan rokok dan hasil wawancara peneliti terhadap 20 orang

siswa yaitu 15 siswa (75%) menyatakan sudah pernah merokok bahkan masih

merokok sampai sekarang, sedangkan di SLTP Negeri 7 berdasarkan


6

wawancara terhadap 20 orang siswa yaitu hanya ada 9 siswa (45%) yang

menyatakan sudah pernah merokok.

Di SLTP Negeri 4 berdasarkan hasil wawancara dengan 10 orang setiap

kelasnya, siswa kelas IX didapatkan data bahwa ada 8 orang siswa yang

merokok, hanya 2 orang yang tidak merokok. Adapun untuk kelas VIII ada 7

siswa yang merokok dan hanya ada 3 orang yang tidak merokok, dan untuk

kelas VII ada 4 orang yang merokok dan ada 5 orang yang tidak merokok.

Kebanyakan siswa di SLTP Negeri 4 Kota Lubuklinggau merokok diluar

lingkungan sekolah, mereka bergerombol disuatu tempat yang memang

memudahkan mereka mendapatkan rokok. SLTP Negeri 4 memiliki kebijakan

yang tertulis dalam peraturan sekolah dengan calon siswa mengenai larangan

membawa ataupun merokok didalam maupun diluar lingkungan sekolah,

termasuk sanksi tegas yang menjerat apabila larangan ini dilanggar oleh siswa.

SLTP Negeri 4 Kota Lubuklinggau merupakan instansi pendidikan yang

berada di wilayah Lubuklinggau barat I, Instansi pendidikan ini merupakan

sekolah negeri yang banyak diminati di wilayah Lubuklinggau. Hal ini terlihat

dari banyaknya siswa yang terdaftar di SLTP Negeri 4 Lubuklinggau. Jumlah

siswa secara keseluruhan yaitu 985 siswa dengan 488 siswa laki-laki dan 497

siswa perempuan. Dari 985 siswa tersebut terbagi menjadi 320 siswa kelas VII,

376 siswa kelas VIII, dan 289 siswa kelas IX (Data SLTPN 4 Kota

Lubuklinggau, 2012).
7

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada remaja yaitu

ada beberapa faktor pemicu seperti pengaruh biologis, psikologis, sosial, dan

lingkungan. Dari keempat faktor tersebut faktor lingkungan dan faktor

psikologis yang paling dominan karena dari faktor lingkungan yaitu pengaruh

dari orang tua, teman, dan iklan rokok yang sering tampil dilayar televisi, dan

dari faktor psikologis yaitu perasaan dengan merokok akan tampil lebih gagah

(Subanada, 2011).

Selain itu perilaku merokok merupakan perilaku yang dipelajari,

sehingga perlu ada agen sosialisasi dalam proses munculnya perilaku tersebut,

dan lingkungan merupakan faktor penting yang pertama kali memperkenalkan

remaja terhadap perilaku merokok. Aktivitas merokok yang ada dilingkungan

remaja menstimulasi remaja untuk mencoba hal yang sama agar diterima

sebagai anggota dilingkungan tersebut (Subanada, 2011).

Atas dasar kenyataan data tersebut maka peneliti merasa perlu

melakukan penelitian tentang hubungan lingkungan dan faktor psikologis

dengan perilaku merokok pada remaja di SLTP Negeri 4 Kota Lubuklinggau

Lubuklinggau Kecamatan Lubuklinggau Barat 1 tahun 2020.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti dapat merumuskan

permasalahan pada penelitian ini yaitu apakah ada hubungan lingkungan dan
8

faktor psikologis dengan perilaku merokok pada remaja di SLTP Negeri 4

Kota Lubuklinggau Kecamatan Lubuklinggau Barat I tahun 2020.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana distribusi frekuensi perilaku merokok pada remaja di SLTP

Negeri 4 Lubuklinggau Kecamatan Lubuklinggau Barat I tahun 2020.

2. Bagaimana distribusi frekuensi lingkungan pada remaja di SLTP Negeri 4

Lubuklinggau Kecamatan Lubuklinggau Barat I tahun 2020.

3. Bagaimana distribusi frekuensi faktor psikologis pada remaja di SLTP

Negeri 4 Lubuklinggau Kecamatan Lubuklinggau Barat I tahun 2020.

4. Apakah ada hubungan antara lingkungan dengan perilaku merokok pada

remaja di SLTP Negeri 4 Lubuklinggau Kecamatan Lubuklinggau Barat I

tahun 2020.

5. Apakah ada hubungan antara faktor psikologis dengan perilaku merokok

pada remaja di SLTP Negeri 4 Lubuklinggau Kecamatan Lubuklinggau

Barat I tahun 2020.

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahui hubungan lingkungan dan faktor psikologis dengan

perilaku merokok pada remaja di SLTP Negeri 4 Kota Lubuklinggau

Kecamatan Lubuklinggau Barat 1 tahun 2020.


9

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui distribusi frekuensi perilaku merokok pada remaja di SLTP

Negeri 4 Lubuklinggau Kecamatan Lubuklinggau Barat I tahun 2020.

b. Diketahui distribusi frekuensi lingkungan pada remaja di SLTP Negeri 4

Lubuklinggau Kecamatan Lubuklinggau Barat I tahun 2020.

c. Diketahui distribusi frekuensi faktor psikologis pada remaja di SLTP

Negeri 4 Lubuklinggau Kecamatan Lubuklinggau Barat I tahun 2020.

d. Diketahui hubungan antara lingkungan dengan perilaku merokok pada

remaja di SLTP Negeri 4 Lubuklinggau Kecamatan Lubuklinggau Barat

I tahun 2020.

e. Diketahui hubungan antara faktor psikologis dengan perilaku merokok

pada remaja di SLTP Negeri 4 Lubuklinggau Kecamatan Lubuklinggau

Barat I tahun 2020.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Dinas Pendidikan Kota Lubuklinggau

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang

kenakalan siswa sekarang ini, dan dapat mengambil langkah-langkah

pencegahan untuk meredam kenakalan siswa tersebut khususnya merokok,

karena dengan merokok bisa membuat siswa menggunakan narkoba.


10

2. Bagi SMP Negeri 4 Kota Lubuklinggau

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan

masukan bagi guru di SLTP Negeri 4 Kota Lubuklinggau khususnya guru

Budi Pekerti (BP) agar lebih mengawas perilaku pelajar supaya tidak

merokok baik dilingkungan sekolah maupun di luar sekolah.

3. Bagi Stikes Bhakti Husada

Diharapkan hasil penelitian ini bisa menjadi sumbangan Ilmiah bagi

mahasiswa Stikes Bhakti Husada, dan dapat dijadikan bahan masukan bagi

peneliti yang berikutnya jika melakukan penelitian yang sama.

4. Bagi Peneliti

Diharapkan hasil penelitian ini berguna menambah wawasan untuk

mengembangkan ilmu pengetahuan dan pengalaman di bidang penelitian

dan memenuhi tugas akhir.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan Survey analitik untuk mengetahui

hubungan lingkungan dan faktor psikologis dengan perilaku merokok pada

remaja, Tempat penelitian ini yaitu dilakukan di SLTP Negeri 4 Kota

Lubuklinggau.
11

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Rokok

1. Pegertian Rokok

Rokok adalah suatu gulungan tembakau (kira-kira sebesar kelingking)

yang dibungkus daun nipah atau kertas (Jaya, 2009).

Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga

120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang

berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah

satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat

mulut pada ujung lainnya, biasanya rokok dalam satu bungkus berjumlah 12

batang, seseorang jika merokok lebih dari 12 batang perhari dikatakan

perokok berat (Wikipedia, 2008).

2. Sejarah Rokok

Masyarakat yang pertama kali menghisap asap tembakau yang

dibakar melalui sebuah pipa adalah bangsa Indian dari Amerika. Tetapi

kebiasaan ini hanya dilaksanakan pada saat tertentu saja, setelah masuknya

pendatang-pendatang dari Eropa, kebiasaan yang terjadi bersifat istimewa

sempat berubah menjadi semacam kenikmatan sehari hari bahkan kebiasaan

ini dibawa dan dikembangkan di Eropa (Danusantoso, 2009).


12

Dengan adanya perang Dunia I dan II , perang Korea, perang Indian,

dan lain - lain, sebetulnya yang menang perang adalah industri rook. Karena,

semua tentara dari semua pihak diberi jatah, baik yang merokok maupun

yang tadinya tidak merokok, sehingga akhirnya makin banyak perokok

didunia ini. Manusialah satu satunya mahluk di dunia yang memilih

menghirup asap dari alang alang yang terbakar kedalam tubuh dan

menghembuskannya kembali keluar (Amstrong.S, 2011).

3. Zat - zat yang terkandung dalam rokok

Asap rokok mengandung ribuan bahan kimia beracun dan bahan-

bahan yang dapat menimbulkan kanker (karsinogen). Kandungan racun

pada rokok antara lain ;

a. Nikotin

Merupakan zat padat yang terdapat dalam tembakau, berperan

sebagai penyebab ketergantungan atau ketagihan bagi pemakainya dan

memberikan efek yang sama dengan nakotik, seperti heroin dan kokain.

Setelah seseorang mulai merokok, maka akan sulit baginya untuk

menghentikan hal tersebut. Terutama bila hal ini terjadi pada generasi

muda dan wanita yang mulai merokok pada usia muda. Tercatat 80%

perokok gagal menghentikan kebiasaan merokok (Agung, 2009).

b. Gas Karbon Monoksida (CO)

Gas Karbon Monoksida, pada prinsipnya akan menghambat

pengangkutan oksigen oleh sel darah merah dari paru-paru ke organ


13

tubuh lainnya. Kombinasi nikotin dengan CO akan sangat merugikan

suplai oksigen ke organ-organ tubuh. Dengan demikian resiko mendapat

penyakit yang disebabkan oleh kurangnya suplai oksigen ke organ-organ

tubuh dan tersumbatnya pembuluh darah akan semakin meningkat,

apalagi bila perokok tersebut umurnya sudah agak lanjut dan banyak

merokok (Danusantoso, 2009)

Menurut Soekimin (2008) sifat toksik lain nikotin yang diketahui

adalah dalam jumlah kecil bisa memberi efek penenang tetapi juga bisa

memberi efek merangsang, dalam jumlah besar sangat berbahaya,

karena dalam dosis 20-50 mgr dapat menyebabkan seseorang berhenti

bernapas atau lupa bernapasan secara abadi, menghisap sebatang rokok

(dengan asapnya) berarti menghisap 2-3 mgr nikotin.

Masih menurut Soekimin (2008) bahaya nikotin bagi yang tidak

biasa merokok (termasuk perokok pasif) 1-2 mgr nikotin memberi

gejala-gejala pusing, mual, muntah, berkeringat, pedih didaerah

lambung, menyebabkan penyempitan nadi, gangguan suplai darah

kejantung, otak, dan otot penggerak tubuh, sehingga menurunkan

prestasi belajar dan bekerja.

c. Tar

Tar dapat terlihat pada bagian dalam pipa rokok. Zat ini

seringkali harus dibersihkan agar pipa rokok tidak tersumbat. Pada

seorang perokok berat pipa tersebut perlu dibersihkan beberapa kali


14

sehari. Filter terakhir maupun pipa terakhir dari seorang perokok adalah

saluran pernafasan. Walaupun saluran pernafasan mempunyai

kemampuan untuk memebersihkan diri secara biologis, tetapi kalau

terjadi timbunan Tar setiap harinya melebihi kemampuan biologis

tersebut, maka perlahan-lahan akan terjadi akumulasi tar. Lama-

kelamaan akan menimbulkan kerusakan selaput lendir saluran

pernapasan (Bronkhitis dan emfisema) serta kemungkinan terjadinya

kanker mulai dari hidung, daerah pita suara, sampai paru-paru

(Danusantoso, 2009)

Selain ketiga racun paling berbahaya tersebut diatas, pada

merokok racun-racun berikut juga akan terhisap, di samping sekitar,

4000 bahan kimia lainnya yaitu: aceton (penghapus cat), methanol

(bahan baker roket), naphatalene (kapur barus), hydrogen cyanide

(untuk hukuman mati), ammonia (pembersih lantai), toluene (pelarut

industri), arsenic (racun semut putih), phenol (pensuci hama), butane

(bahan baker korek api), dan DDT/Dieldrin/Endrin (racun serangga).

Demikian pula dengan bahan penyebab kanker seperti: toluidine,

pyrene, dibenzacridine, cadmium, polonium,-210, benzopyrene, vinyl

chloride, dimethylnitrosamine, urethane, naphthylamine (Soekimin,

2008).

4. Bahaya Merokok
15

Rokok mempunyai bahan-bahan bahaya yang mampu membunuh

tubuh manusia dengan mengeluarkan bahan tar dan nikotin. Antaranya dapat

menyebabkan penyakit Bronkitis kronis, pada penyakit ini perokok

seringkali mengalami batuk dan mengeluarkan dahak yang agak kekuningan

dan kehijauan. Jika penyakit ini agak buruk, tanda yang ada ialah seperti

bibir dan jari-jari perokok menjadi biru dan kegagalan pada fungsi jantung.

Kematian akan terjadi jika perokok mempunyai tanda kekurangan oksigen

dan kegagalan fungsi jantung (Epondok, 2008).

Rokok dapat memberi dampak negatif yang luas bagi kesehatan yaitu

sebagai salah satu penyebab utama timbulnya penyakit kanker paru,

penyakit jantung kroner, impotensi, bahkan gangguan kehamilan dan janin,

yang semua itu merupakan gejala awal dari stroke (Sukendro, 2007).

5. Bahaya Rokok Bagi Kesehatan

a. Jantung

Merupakan satu satunya organ yang bekerja secara terus menerus

siang dan malam serta berdetak selama 24 jam. Dalam satu jam, detak

jantung yang normal adalah 4.500 kali yang berarti 108.000 detak perhari.

Setiap detak menghasilkan kontraksi pada otot otot jantung dan memicu

mekanisme pengaliran darah kesekuruh tubuh. Untuk menjalankan

tugasnya, jantung harus mendapat asupan nutrisi dan oksigen yang cukup

disalurkan oleh pembuluh nadi koroner. Pembuluh nadi ini sangat peka

terhadap nikotin, sedangkan nikotin dapat menyebabkan epinefrin dan


16

norepinefrin dalam darah meningkat dan mengakibatkan jantung berdebar

lebih cepat serta pembuluh darah berkintraksi dan menyempit. Dalam hal

ini nikotin lah yang berperan membuat irama jantung tidak teratur

(Agung, 2009).

b. Telinga, hidung dan tenggorokan.

Asap rokok menimbulkan iritasi pada saluran eustasius, yaitu

saluran yang menghubungkan hidung, telingga dan tenggoroka. Iritasi

menyebabkan selaput lender yang melindungi saluran ini mengeluarkan

lender diluar batas yang wajar. Ini memicu timbulnya radang, dan

akhirnya menimbulkan ketulian.

Merokok akan meangkibatkan rangsangan pada tenggorokan,

karena zat-zat tar akan menyerang selaput-selaput halus pada saluran

pernafasan. Zat ini akan dipindahkan ketenggorokan dan paru-paru

dengan perantaraan asap rokok (Agung, 2009).

c. Otak

Rokok dapat mempengaruhi dan melemahkan saraf otak. Otak

tersusun dari jenis jaringan saraf yang sama dengan saraf mata. Saraf

optic merupakan sambungan dari saraf otak. Dengan demikian, maka

nikotin dapat melumpuhkan saraf penglihatan, ia dapat pula berpengaruh

pada otak. Keadaan ini terutama dipicu oleh pengaruh yang merangsang

dari nikotin terutama saat menghisap dan menghembuskan asap rokok.

d. Rokok merusak kulit


17

Khususnya dampak pada wanita rokok bisa memudarkan warna

kulit dan menyebabkan keriput dibagian wajah dan leher. Hal ini terjadi

karena nikotin dapat mengerutkan pembuluh darah, baik itu bagian wajah

dan leher maupun dibagian kulit lainnya. Menurut Dr.E.D.Hollis,merokok

menyebabkan penyakit kulit, eksim, dan ruam pada perokok yang peka

pada nikotin (Agung, 2009).

e. Pengaruh rokok pada paru-paru

Penelitian di Indonesia maupun didunia telah membuktikan bahwa

sebagian besar (80 %) kanker paru-paru disebabkan oleh kebiasaan

merokok. Dan disinilah salah satu jenis kanker yang paling sering

ditemukan pada laki-laki. Resiko terkena kanker paru akan meningkat

bila jumlah batang rokok yang dihisap setiap hari lebih banyak, usia

mulai merokok yang lebih muda, menghisap lebih kuat dan kebiasaan

merokok yang telah berlangsung lebih lama.

f. Wanita remaja dan ibu hamil

Merokok dapat menyebabkan ganguan pada kehamilan baik pada

ibu maupun pada perkembangan janin. Merokok juga meningkatkan

resiko terjadinya abortus, lahir premature, berat badan lebih rendah,

gangguan pernapasan janin, cacat bawaan, dan janin yang kecil akibat

kekurangan oksigen atau hipoksia.

Keadaan kurang oksigen tersebut akan diteruskan dari ibu kealiran

darah plasenta dan janin. Untuk si ibu merokok juga dapat menyebabkan
18

gangguan kesehatan secara umum yang meliputi hipertensi, keracunan

kehamilan (eklamsia) yang menyebabkan kejang-kejang dan kematian.

Selain itu, merokok juga dapat menyebabkan pendarahan saat kehamilan

dan melahirkan (Agung, 2009).

6. Perokok Pasif

Saat ini diluar negeri sedang hangat-hangatnya dibicarakan perihal

perokok pasif, yaitu mereka yang sebenarnya tidak merokok namun karena

ada orang lain didekatnya merokok, maka yang tidak merokok pun terpaksa

harus ikut juga menghirup asap rokok. Dengan segala akibat yang tidak beda

seperti halnya pada seorang perokok aktif. Dengan demikian bila dalam

ruangan ber –AC, tata ruangan agak sempit, jendela-jendela ditutup rapat,

plafon tidak terlalu tinggi, apabila terdapat beberapa orang yang merokok

maka orang lain dalam ruangan tersebut yang sebetulnya tidak ikut merokok,

pasti juga akan ikut menghirup asap rokok (Passive smoking).

Penelitian diluar negeri telah membuktikan bahwa asap rokok juga

akan terhirup orang yang tidak merokok yang berada didekat seorang

perokok. Sehingga yang tidak merokok pun akan menghadapi resiko yang

sama seperti halnya para perokok. Telah diketahui melalui istri-istri para

perokok menghadapi resiko 1,6 kali lebih tinggi untuk mrnderita penyakit

kanker dari pada istri-istri bukan perokok, juga anak-anak yang orang tuanya

merokok, pada umumnya akan jauh lebih sering mederita infeksi saluran
19

pernapasan dari pada anak-anak yang orang tuanya tidak merokok

(Danusantoso, 2009).

B. Konsep Dasar Perilaku

1. Definisi Perilaku

Perilaku adalah respon individu terhadap sesuatu sistem stimulus

atau suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik,

durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak. Perilaku merupakan

kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi. Sering tidak disadari

bahwa interaksi tersebut amat kompleks sehingga kadang-kadang kita tidak

sempat memikirkan penyebab seseorang menerapkan perilaku tertentu.

Karena itu amat penting untuk dapat menelaah alasan dibalik perilaku

individu sebelum ia mampu mengubah perilaku tersebut, menurut

Notoatmodjo (2007) dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau

aktivitas organisme (mahluk hidup) yang bersangkutan.

Menurut Green (2010) mengatakan pengetahuan mempunyai

hubungan positif dengan perubahan perilaku. Perilaku baru terbentuk bila di

awali dengan adanya pengetahuan yaitu stimulus berupa pengetahuan yang

baru akan suatu materi atau objek yang selanjutnya menimbulkan respon

batin dalam membentuk sikap terhadap objek atau meteri yang diketahui

dan respon ini dapat berupa tindakan yang tepat pada akhirnya pengetahuan

juga merupakan domain yang didasari oleh ilmu pengetahuan akan lebih
20

langgeng dibandingkan dengan perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan.

Berdasarkan teori Lawrence Green, perilaku dipengaruhi oleh tiga

faktor, yaitu faktor predisposisi (pengetahuan, sikap, tindakan, kepercayaan,

keyakinan, nilai-nilai), faktor pendukung (sarana dan pra sarana) dan faktor

penguet (keluarga, perilaku petugas dan perilaku tokoh)

Perilaku adalah respon atau reaksi individu terhadap stimulus yang

berasal dari luar atau dari dalam dirinya

Bentuk-bentuk respon:

a. Respon berupa tindakan yang dilihat dari luar dan dapat diukur (over

behavior)

b. Respon yang tidak berupa tindakan yang dapat dilihat langsung (covert

behavior)

c. Awarenees (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari adanya

stimulus atau informasi

d. Interest, dimana orang tersebut mulai tertarik atau stimulus tersebut

e. Evaluation, dimana yang bersangkutan menimbang-menimbang baik

atau buruknya diterima atau tidak stimulus tersebut.

f. Trial, dimana orang bersangkutan mencoba perilaku tersebut.

g. Adaptasi, dimana setelah dicoba tampaknya sesuai, maka yang

bersangkutan menerima sepenuhnya perilaku tersebut berdasarkan


21

pertimbangan pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif terhadap

stimulus (Notoatmodjo, 2007).

2. Perilaku perokok

Menurut Silvan Tomkins dalam Al Bachri, (2009) ada 4 tipe perilaku

merokok berdasarkan management of affect theory, yaitu :

a. Tipe perokok yang dipengaruhi perasaan positif

Dengan merokok seseorang merasakan penambahan rasa yang

positif. Green (dalam psychological factor in smoking, 1978)

menambahkan ada 3 subtipe ini

1). Pleasure relaxation.

Perilaku merokok hanya untuk menambah atau meningkatkan

kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok setelah minum

kopi atau makan.

2). Stimulation to pick them up.

Perilaku merokok hanya dilakukan sekedarnya untuk menyenangkan

perasaan.

3). Pleasure of handling the cigarette.

Kenikmatan yang diperoleh dengan memegang rokok. Sangat

spesifik pada perokok pipa. Perokok pipa akan menghabiskan waktu

untuk mengisi pipa dengan tembakau sedangkan untuk

menghisapnya hanya dibutuhkan waktu beberapa menit saja atau


22

perokok lebih senang berlama-lam untuk memainkan rokoknya

dengan jari-jarinya lama sebelum ia menyalakan dengan api.

b. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif

Banyak orang yang menggunakan rokok untuk mengurangi

perasaan negatif, misalnya ia marah, cemas, gelisah, rokok dianggap

sebagai penyelamat. Mereka menggunakan rokok bila perasaan tidak

enak terjadi, sehingga terhindar dari perasaan yang lebih tidak enak.

c. Perilaku merokok yang adiktif (Psycological addiction)

Mereka yang sudah adiksi, akan menambah dosis yang

digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya

berkurang. Mereka umumnya akan pergi keluar rumah untuk membeli

rokok, walau tengah malam sekalipun, karena ia khawatir kalau rokok

tidak tersedia setiap saat ia menginginkannya.

d. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan.

Mereka menggunakan rokok sama sekali bukan karena untuk

mengendalikan perasaan mereka, tetapi karena benar-benar sudah

menjadi kebiasaan rutin. Dikataka pada orang-orang tipe ini merokok

sudah merupakan perilaku yang bersifat otomatis, seringkali tanpa

dipikirkan dan tanpa, ia sadari,ia menghirup api rokoknya bila rokok

yang terdahulu telah benar-benar habis.

3. Perilaku Kesehatan
23

Menurut Skinner dalam Notoatmodjo (2007) merumuskan bahwa

perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus

(rangsangan dari luar). Perilaku terjadi melalui proses adanya stimulus

terhadap organisme, dan kemungkinan organisme tersbut merespon, maka

teori skinner disebut teori “S-O-R” atau stimulus-organisme-respon.

Sedangkan yang dimaksud prilaku kesehatan menurut Notoatmodjo

(2007) diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu :

a. Perilaku pemeliharaan kesehatan (Health Maintenance).

Adalah perilaku atau usaha seseorang untuk memelihara / menjaga

kesehatan agar tidak sakit atau usaha untuk menyembuhkan bilamana

sakit.

b. Perilaku pencarian pengobatan (Health seeking behavior)

yaitu perilaku pencarian pengguanaan sistem atau fasilitas pelayanan

kesehatan.

C. Faktor yang mempengaruhi perilaku merokok

1. Lingkungan

Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup

keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora

dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan, dengan

kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana

menggunakan lingkungan fisik tersebut (Khoirul, 2009).


24

Banyak remaja mulai mengenal dan kemudian menjadi perokok pemula

karena berawal dari rumah. Kebiasaan orang tua merokok ternyata memberi

dampak bagi perilaku remaja untuk mencoba rokok. Dalam Journal of

Consumer Affairs disebutkan bahwa orang tua perokok akan berpengaruh

dalam mendorong anak mereka untuk menjadi perokok pemula di usia remaja.

Diperkirakan faktor merokok ini akan meningkatkan kemungkinan merokok

1,5 kali pada anak lelaki dan 3,3 kali lebih besar pada anak perempuan

(Aliyah, 2011).

Lingkungan terdiri dari komponen abiotik dan biotik. Komponen abiotik

adalah segala yang tidak bernyawa seperti tanah, udara, air, iklim,

kelembaban, cahaya, bunyi. Sedangkan komponen biotik adalah segala

sesuatu yang bernyawa seperti tumbuhan, hewan, manusia dan mikro-

organisme (virus dan bakteri) (Khoirul, 2009).

Selain itu perilaku merokok merupakan perilaku yang dipelajari,

sehingga perlu ada agen sosialisasi dalam proses munculnya perilaku tersebut,

dan lingkungan merupakan faktor penting yang pertama kali memperkenalkan

remaja terhadap perilaku merokok. Aktivitas merokok yang ada dilingkungan

remaja menstimulasi remaja untuk mencoba hal yang sama agar diterima

sebagai anggota dilingkungan tersebut (Muchtar, 2005).

Toleransi orang tua terhadap asap rokok di rumah akan membentuk nilai

bagi anak bahwa merokok adalah hal yang boleh-boleh saja dilakukan, dan

mereka juga merasa bebas untuk merokok karena tidak ada sangsi moral yang
25

diberikan oleh orang tua. Pada tahap selanjutnya, banyak penelitian

membuktikan bahwa perokok pemula di usia remaja lebih dari setengahnya

akan menjadi perokok berat saat mereka berusia 30-40 tahun kelak. Selain itu

faktor lingkungan teman dan pergaulan juga memberi pengaruh besar

terhadap remaja untuk menjadi perokok pemula. Banyak orang terdorong

menjadi perokok pemula untuk menyesuaikan diri pada sebuah komunitas

pergaulan, rokok membuat mereka merasa lebih diterima oleh banyak orang

(Aliyah, 2011).

2. Faktor Psikologis

Faktor Psikologis, merokok dapat menjadi sebuah cara bagi individu

untuk santai dan kesenangan, tekanan-tekanan teman sebaya, penampilan diri,

sifat ingin tahu, stress, kebosanan dan ingin kelihatan gagah merupakan hal-

hal yang dapat mengkontribusi mulainya merokok. Selain itu,individu dengan

gangguan cemas bisa menggunakan rokok untuk menghilangkan kecemasan

yang mereka alami (Subanada, 2011).

Pada umumnya faktor-faktor tersebut terbagi dalam lima bagian yaitu:

a. Kebiasaan. Perilaku merokok adalah sebuah perilaku yang harus tetap

dilakukan tanpa adanya motif yang bersifat positif ataupun negatif.

Seseorang merokok hanya untuk meneruskan perilakunya tanpa tujuan

tertentu.

b. Reaksi emosi yang positif. Merokok digunakan untuk menghasilkan reaksi

yang positif, misalnya rasa senang, relaksasi dan kenikmatan rasa.


26

Merokok juga dapat menunjukkan kejantanan (kebanggaan diri) dan

menunjukkan kedewasaan.

c. Reaksi untuk penurunan emosi. Merokok ditunjukkan untuk mengurangi

rasa tegang, kecemasan biasa, ataupun kecemasan yang timbul karena

adanya interaksi dengan orang lain.

d. Alasan sosial. Merokok ditunjukkan untuk mengikuti kebiasaan merokok,

identifikasi perokok lain, dan menentukan image diri seseorang.

e. Kecanduan dan ketagihan. Seseorang merokok karena mengaku telah

mengalami kecanduan karena kandungan nikotin dalam rokok. Semula

hanya mencoba-coba merokok, tetapi akhirnya tidak dapat menghentikan

kebiasaan tersebut karena kebutuhan tubuh akan nikotin (Soetjiningsih,

2012).

3. Faktor Biologis

Faktor Biologis, faktor genetik dapat dapat mempengaruhi seseorang

untuk mempunyai ketergantungan terhadap rokok. faktor lain yang mungkin

mengkontribusi perkembangan kecanduan nikotin adalah merasakan adanya

efek bermanfaat dari nikotin. Proses biologinya yaitu nikotin diterima reseptor

asetilkotin-nikotinik yang kemudian membagi ke jalur imbalandan jalur

adrenergenik. Pada jalur imbalan, perokok akan merasakan nikmat, memacu

sistem dopaminergik. Hasilnya perokok akan merasa lebih tenang, daya pikir

serasa lebih cemerlang, dan mampu menekan rasa lapar. Di jalur adrenergik,

zat ini akan mengaktifkan sistem adrenergik pada bagian otak lokus seruleus
27

yangmengeluarkan sorotin. Meningkatnya sorotin menimbulkan rangsangan

rasa senang sekaligus keinginan mencari rokok lagi. Hal inilah yang

menyebabkan perokok sangat sulit meninggalkan rokok, karena sudah

ketergantungan pada nikotin. Ketika ia berhenti merokok rasa nikmat yang

diperolehnya akan berkurang (Subanada, 2011).

D. Kerangka Teori

Faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada remaja adalah :


Faktor Lingkungan yang berkaitan dengan
penggunaan tembakau antara lain orang
tua, saudara kandung maupun teman
sebaya yang merokok, reklame tembakau,
artis pada reklame tembakau di media.

Faktor Psikologis, merokok dapat menjadi


sebuah cara bagi individu untuk santai dan
kesenangan, tekanan-tekanan teman
sebaya, penampilan diri,sifat ingin tahu,
stress, kebosanan dan ingin kelihatan gagah
merupakanhal-hal yang dapat
mengkontribusi mulainya merokok. Perilaku Merokok
pada remaja
Faktor Biologis, faktor genetik dapat dapat
mempengaruhi seseorang untuk
mempunyai ketergantungan terhadap
rokok. Proses biologinya yaitu nikotin
diterima reseptor asetilkotin-nikotinik yang
kemudian membagi ke jalur imbalandan
jalur adrenergenik.

Faktor Sosial, yaitu pengaruh rasa sosial


dari teman atau seseorang yang merokok.

Sumber : Subanada (2011).


28

BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN
HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan

antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang

akan dilakukan (Notoatmodjo, 2008).

Aktivitas merokok yang ada dilingkungan remaja menstimulasi remaja

untuk mencoba hal yang sama agar diterima sebagai anggota dilingkungan

tersebut, dari faktor psikologis yaitu perasaan dengan merokok akan tampil lebih

gagah, sehingga penelitian mengambil lingkungan dan psikologis sebagai variabel

independen dan perilaku merokok pada remaja sebagai variabel dependen.

Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen

Lingkungan

Faktor Psikologis
Perilaku merokok
Faktor Psikologis

Faktor Psikologis

Sumber : (Subanada, 2011).


29

Keterangan : : Diteliti : Tidak diteliti


Gambar 3.1 : Kerangka Konsep hubungan lingkungan dan faktor psikologis
dengan perilaku merokok pada remaja di SLTP Negeri 4 Kota
Lubuklinggau Kecamatan Lubuklinggau Barat I Tahun 2020.

B. Definisi Operasional

Tabel 3.1
Definisi Operasional

No Variabel Defenisi Cara Alat Ukur Hasil ukur Skala


Idependen Operasional Ukur Ukur
1 Lingkungan Lingkungan Wawancara Kuisioner a. Ya: Jika Ordinal
yang orang tua
membuat dan teman-
remaja teman
mengenal responden
rokok seperti perokok.
kebiasaan
orang tua, b. Tidak:Jika
teman yang orang tua
perokok dan teman-
(Aliyah, 2011). teman
responden
bukan
perokok.

2. Faktor Faktor Wawancara Kuisioner a. Ya: Jika Ordinal


Psikologis psikologis nilai
adalah responden
dorongan dari menjawab ≥
dalam diri mean.
remaja untuk
merasa b.Tidak: Jika
tampil gagah, nilai
dengan responden
merokok menjawab <
(Subanada, mean.
2011).
30

No Variabel Defenisi Cara Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Dependen Operasional Ukur Ukur
3 Perilaku Perilaku Wawancara Kuisioner a. Ya: jika Ordinal
Merokok merokok pada responden
pada remaja remaja adalah merokok
suatu kegiatan baik
atau aktivitas disekolah
remaja yang maupun
menghisap diluar
rokok sekolah
(Notoatmodjo
(2007). b. Tidak: jika
responden
tidak
merokok
baik
disekolah
maupun
diluar
sekolah.

C. Hipotesis

1. Ada hubungan antara lingkungan dengan perilaku merokok pada remaja di

SLTP Negeri 4 Kota Lubuklinggau Kecamatan Lubuklinggau Barat I tahun

2020.
31

2. Ada hubungan antara faktor psikologis dengan perilaku merokok pada remaja

di SLTP Negeri 4 Kota Lubuklinggau Kecamatan Lubuklinggau Barat I tahun

2020.

Anda mungkin juga menyukai