BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut WHO 2017 oksigen merupakan salah satu kebutuhan yang
di perlukan dalam proses kehidupan karena oksigen sangat berperan dalam
proses metabolisme tubuh. Kebutuhan oksigen dalam tubuh harus terpenuhi
karena apabila berkurang maka akan terjadi kerusakan pada jaringan otak
dan apabila berlangsung lama akan menjadi kematian (Ficka, 2018).
Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling
mendasar yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh,
mempertahankan hidup, dan aktivitas berbagai organ dan sel. Sistem tubuh
yang berperan dalam kebutuhan oksigenasi adalah kebutuhan dasar manusia
dalam pemenuhan oksigen yang digunakan untuk kelangsungan
metabolisme sel tubuh, mempertahankan hidup dan aktifitas berbagai organ
atau sel (Kemenkes RI, 2017).
Keberadaan oksigen merupakan salah satu komponen gas dan unsur
vital dalam proses metabolisme dan untuk mempertahakan kelangsungan
hidup seluruh sel-sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara
menghirup oksigen (O2) setiap kali bernapas dari atmosfer. Oksigen untuk
kemudian diedarkan keseluruh jaringan oksigenasi yaitu saluran pernafasan
bagian bawah dan paru (Andarmoyo,2012).
Gangguan kebutuhan oksigenasi menjadi masalah penting pada
pasien gagal jantung kongestif. Untuk itu, sebaiknya masalah tersebut segera
ditangani agar tidak memperparah kondisi tubuh pasien. Intervensi
keperawatan dalam upaya pemenuhan kebutuhan oksigenasi bisa dilakukan
dengan pemberian oksigen, memberikan posisi semi fowler, auskultasi suara
nafas, dan memonitor respirasi dan status O 2. Kebutuhan oksigenasi
merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan
metabolisme sel tubuh dalam mempertahankan hidup dan aktivitas sebagian
organ atau sel (Hidayat, 2016).
2
B. Rumusan Masalah
1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan dengan masalah pada
oksigenisasi di ruangan Al-Amin RSUD Siti Aisyah Tahun 2022.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan masalah
oksigenisasi pada penyakit CHF di ruang Al-Amin RSUD Siti Aisyah
Tahun 2022.
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan
masalah oksigenisasi pada penyakit CHF di ruang Al-Amin RSUD Siti
Aisyah Tahun 2022.
c. Mampu menyusun intervensi keperawatan pada pasien dengan
masalah oksigenisasi pada penyakit CHF di ruang Al-Amin RSUD Siti
Aisyah Tahun 2022.
d. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada pasien dengan
masalah oksigenisasi pada penyakit CHF di ruang Al-Amin RSUD Siti
Aisyah Tahun 2022.
e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan masalah
oksigenisasi pada penyakit CHF di ruang Al-Amin RSUD Siti Aisyah
Tahun 2022.
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Laporan asuhan keperawatan ini berguna untuk menambah
wawasan dan sebagai bekal ilmu bagi penulis untuk memberikan
pendidikan kesehatan kepada masyarakat terkait dengan masalah-
masalah yang tertentunya berhubungan dengan masalah oksigenisasi.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam
pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan di masa yang akan
datang. Sebagai masukan bagi institusi pendidikan dalam proses belajar
mengajar, khusunya tentang Laporan asuhan keperawatan dan
5
BAB II
LANDASAN TEORI
4. Nilai normal
Tekanan Parsial Oksigen(PaO2):75-100mmHg,
Tingkat penyerapan oksigen (SaO2):94-100%.
c. Hipovolemia
d. Peningkatan laju metabolism (infeksi, demam, ibu hamil, luka)
e. Kondisi yang mempengaruhi gerakan dinding dada (kehamilan,
besitas, muskuloskeletal yang abnormal, serta penyakit kronis seperti
TB paru (Tarwoto & Wartonah, 2010)
2. Faktor Perkembangan
a. Bayi prematur
b. Bayi dan todler
c. Anak usia sekolah dan remaja
d. Dewasa muda dan dewasa pertengahan
e. Lansia (Perry&Potter, 2009)
3. Saraf otonomik
4. Hormon dan obat, semua hormon termasuk derivat catecholamine
dapat melebarkan saluran pernapasan. Obat yang tergolong
parasimpatis, seperti sulfas atropin dan ekstrak belladona, dapat
melebarkan saluran pernapasan, sedangkan obat yang menghambat
adrenergik tipe beta (khusunya beta-2), seperti obat yang menghambat
penyakit beta nonselektif, dapat mempersempit saluran napas
(bronkhokontriksi)
5. Alergi pada saluran napas, seperti faktor yang dapat menimbulkan
alergi, antara lain serbuk benang sari bunga, kapuk, makanan dan lain-
lain
6. Perilaku, dapat mempengaruhui kebuthan oksigenasi adalah perilaku
dalam mengonsumsi makanan (status nutrisi), sebagai contoh, obesitas
dapat mempengaruhi proses perkembagan paru, aktivitas dapat
mempengaruhi proses peningkatan kebutuhan oksigenasi, merokok
dapat menyebabkan proses penyempitan pada pembuluh darah,
(Alimul, 2006).
10
6. Etiologi Oksigenisasi
a. Hipoksemia
Kekurangan oksigen merupakan keadaan di mana terjadi
penurunan konsentrasi oksigen dalam darah arteri (PaO2) atau saturasi
O2 arteri (SaO2) dibawah normal (normal PaO285-100 mmHg,
SaO295%). Keadaan ini disebabkan oleh gangguan ventilasi, perfusi,
difusi, pirau (shunt), atau berada pada tempat yang kurang oksigen.
Pada keadaan hipoksemia, tubuh akan melakukan kompensasi dengan
cara meningkatkan pernapasan, meningkatkan stroke volume,
vasodilatasi pembuluh darah, dan peningkatan nadi. Tanda dan gejala
hipoksemia diantaranya sesak napas, frekuensi napas dapat mencapai
35 kali per menit, nadi cepat dan dangkal, serta sianosis
b. Hipoksia
Merupakan keadaan kekurangan oksigen di jaringan atau tidak
adekuatnya pemenuhan kebutuhan oksigen seluler akibat defisiensi
oksigen yang diinspirasi atau meningkatnya penggunaan oksigen pada
tingkat seluler. Tanda dan gejala hipoksia diantaranya kelelahan,
kecemasan, menurunnya kemampuan konsentrasi, nadi meningkat,
pernapasan cepat dan dalam, sianosis, sesak napas, serta jari tabuh
(clubbingfinger).
7. Manifestasi Klinis
Adanya penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi menjadi tanda
gangguan oksigenasi. Penurunan ventilasi permenit, penggunaan otot
nafas tambahan untuk bernafas, pernafasan nafas flaring (nafas cuping
hidung), dispnea, ortpnea, penyimpangan dada, nafas pendek, posisi
tubuh menunjukan posisi 3 poin, nafas dengan bibir, ekspirasi
memanjang, peningkatan diameter anterior-posterior, frekuensi nafas
kurang, penurunan kapasitas vital menjadi gangguan oksigenasi
(NANDA, 2015). Beberapa tanda dan gejala dari masalah oksigenisasi
diantarnya:
11
9. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Potter&Perr, 2009, pemeriksaan diagnostik yang dapat
dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan oksigenasi yaitu:
a. Pemeriksaan fungsi paru, untuk mengetahui paru-paru dan untuk
menentukan apakah paru-paru terserang penyakit tertentu, adapun
contohnya adalah:
1) Spirometry
2) Tes difusi gas
3) Plestimografi tubuh
4) Tes latihan tekanan
5) Tes pencucian napas
b. Pemeriksaan gas darah arteri, untuk memberi informasi tentang
difusi gas melalui membran kapiler alveolar dan keadekuatan
oksigenasi
c. Oksimetri, untuk mengukur saturasi oksigen kapiler. Normal saturasi
oksigen 90-100%
d. Pemeriksaan sinar X dada, untuk mengetahui adanya cairan, massa,
fraktur, dan proses abnormal
e. Bronkoskopi, untuk memperoleh sampel bipsy dan cairan atau
sampel spuntum/benda asing yang menghambat jalan napas
f. Endoskopi, untuk melihat lokasi kerusakan adanya lesi mengetahui
radioplumonal, misalnya:kerja jantung. Kontraksi paru
g. Ct Scan, mengidentifikasi adanya massa abnormal
1. Klien dengan kadar O2 arteri rendah dari hasil analisa gas darah
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah tahap kedua dalam proses
keperawatan dimana merupakan penialain klinis terhadap kondisi
individu, keluarga, atau komunitas baik yang bersifat actual, resiko, atau
masih merupakan gejala.
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai
respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik berlangsung actual maupun potensial (Tim Pokja SDKI
DPP PPNI, 2016). Penilaian ini berdasarkan pada hasil analisis data
pengkajian dengan cara berpikir kritis. Diagnosa yang ditegakkan dalam
masalah ini ialah ketidakpatuhan pengobatan (Debora, 2017). Berikut
diagnosa yang terkait dengan penyakit tuberculosis adalah:
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
bronkospasme
2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti paru
3) Hipertermi berhubungan dengan reaksiinflamasi
4) Deficit pengetahuan keluarga tentang kondisi, pengobatan,
pencegahan, berhubungan dengan tidak ada yang menerangkan
5) Deficit nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan factor
psikologis
6) Risiko infeksi berhubungan dengan daya tahan tubuh menurun,
fungsi silia menurun, secret yang menetap
7) Keidakpatuhan Program Pengobatan berhubungan dengan program
terapi kompleks dan atau lama
3. Rencana Keperawatan
Intervensi atau perencanaan adalah tahap ketiga dari proses
keperawatan. Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang
dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan
penilaian klinis untuk mencapai luaran(outcome) yang diharapkan (Tim
Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia
18
1 Bersihan jalan nafas tidak Setelah di lakukan tindakan Latihan batuk efektif 1. Untuk memantau kesehatan
efektif b.d sekresi yang asuhan keperawatan selama Observasi klien
tertahan
3x24 jam di harapkan bersihan 1. Identifikasi kemampuan
2. Trapeutik
jalan nafas efektif dapat batuk 1. Agar pasien rileks dan mudah
teratasi dengan kriteria hasil : 2. Monitor adanya retensi untuk bernafas
SLKI:Bersihan jalan napas sputum 2. Untuk mengetahui jumlah dan
(Ekspektasi:meningkat), Trapeutik warna sputum
dengan kriteria hasil 1. Atur posisi semifowler dan
Edukasi
Indikator Awa Target fowler 1. Untuk pasien mengetahui
l 2. Buang sekret di tempat batuk efektif mandiri
Batuk 3 5 sputum 2. Untuk mempermudah sputum
efektif Edukasi keluar
Ket Skala: 1. Jelaskan tujuan dan prosedur
Kolaborasi
1:menurun batuk efektif 1. Agar mempercepat
2:cukup memburuk 2. Anjurkan tariknafas dalam penyembuhan
3:sedang melalui hidung lalu tahan
4:cukup membaik selama 4 detik
5:meningkat Kolaborasi
(Ekspektasi:menurun) kriteria 1. Kolaborasi pemberian
hasil mukolitik/ekspektoran jika
Indikator Awa Target perlu
l
Dispnea 3 5
Produksi 3 5
sputum
Ket Skala:
1:meningkat
2:cukup memburuk
3:sedang
4:cukup membaik
5:menurun
(Ekspektasi:membaik) kriteria
hasil
Indikator Awa Target
l
Frekuensi 3 5
napas
Ket Skala:
1:memburuk
2:cukup memburuk
3:sedang
4:cukup membaik
5:membaik
2 Pola nafas tidak efektif b.d Setelah di lakukan tindakan Managemen jalan nafas Observasi
hambatan upaya nafas asuhan keperawatan selama Observasi 1. Agar pasien rileks
3x24 jam di harapkan pola 1. Monitor pola nafas 2. Untuk memantau adanya
nafas tidak efektif efektif dapat 2. Monitor bunyi nafas bunyi nafas tambahan
teratasi dengan kriteria hasil : tambahan Trapeutik
SLKI:Pola napas Trapeutik 1. Untuk membuat pasien
(Ekspektasi:menurun), dengan 1. Pertahankan kepatenan mudah bernafas
kriteria hasil jalan nafas 2. Agar jalan nafas efektif
2. Berikan air minum hangat 3. Mempermudah pasien untuk
3. Berikan oksigen bernafas
Indikator Awa Target Kolaborasi Kolaborasi
l 1. Kolaborasi pemberian 1. Mempercepat penyembuhan
Dispnea 3 5 broncodilator ekspektoran, pada pasien
Pengguna 3 5 minokolitik
an otot
bantu
napas
Ket Skala:
1:meningkat
2:cukup meningkat
3:sedang
4:cukup menurun
5:menurun
(Ekspektasi:membaik) kriteria
hasil
Indikator Awa Target
l
Frekuensi 3 5
napas
Ket Skala:
1:memburuk
2:cukup memburuk
3:sedang
4:cukup membaik
5:membaik
23
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah tahap keempat dari proses keperawatan.
Tahap ini muncul jika perencanaan yang dibuat di aplikasikan pada
klien. Implementasi terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan
yang merupakan tindakan keperawatan khusus yang digunakan untuk
melaksanakan intervensi. Tindakan yang dilakukan mungkin sama,
mungkin juga berbeda dengan urutan yang telah dibuat pada
perencanaan. Implementasi keperawatan membutuhkan fleksibilitas dan
kreativitas dimana aplikasi yang akan dilakukan pada klien akan
berbeda, disesuaikan dengan kondisi klien saat itu dan kebutuhan yang
paling dirasakan oleh klien (Debora,2017).
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap kelima dari proses keperawatan. Pada
tahap ini perawat membandingkan hasil tindakan yang telah dilakukan
dengan kriteria hasil yang sudah ditetapkan serta menilai apakah
masalah yang terjadi sudah teratasi seluruhnya, hanya sebagian, atau
bahkan belum teratasi semuanya. Evaluasi adalah proses berkelanjutan
yaitu proses yang digunakan untuk mengukur dan memonitor kondisi
klien untuk mengetahui (1) kesesuaian tindakan keperawatan, perbaikan
tindakan keperawatan, (3) kebutuhan klien saat ini, (4) perlunya dirujuk
pada tempat kesehatan lain, dan (5) apakah perlu menyusun ulang
prioritas diagnose supaya kebutuhan klien bisa terpenuhi. Selain
digunakan untuk mengevaluasi tindakan keperawatan yang sudah
dilakukan, evaluasi juga digunakan untuk memeriksa sumua proses
keperawatan (Debora,2017).
Evaluasi keperawatan terhadap pasien tuberculosis dengan masalah
ketidakpatuhan program pengobatan diantaranya :
a. Pasien melakukan pengobatan sesuai dengan yang sudah diresepkan.
b. Pasien mengonsumsi obat sesuai interval yang ditentukan.
24