PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga merupakan unsur penting dalam perawatan, khususnya
perawatan pada anggota keluarga yang menderita penyakit, salah satunya
penyakit hipertensi. Hipertensi adalah kondisi penting di antara orang dewasa,
yang mempengaruhi hampir satu miliar orang di seluruh dunia dan
menyebabkan sekitar 7,1 juta kematian per tahun (Osamor & Owumi, 2011).
Studi penelitian Framingham Heart melaporkan risiko hipertensi menjadi
sekitar 90% untuk pria dan wanita yang nonhipertensif pada usia 55 atau 65
tahun dan selamat sampai usia 80-85 (Chobanian, 2011). Menurut WHO, 20–
50% dari keseluruhan kematian pada penyakit kardiovaskuler disebabkan
komplikasi hipertensi. Laporan Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Departemen Kesehatan Indonesia didapatkan angka kejadian
hipertensi pada golongan usia 45–54 tahun adalah 19,5% yang meningkat
menjadi 30,6% di atas umur 55 tahun (Suprianto, dkk, 2012).
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
menyebutkan hipertensi sebagai penyebab kematian nomor tiga setelah stroke
dan tuberkulosis, jumlahnya mencapai 6,7% dari populasi kematian pada
semua umur di Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar menunjukkan
prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7% (Kemenkes, 2013).
Pengobatan hipertensi umumnya dilakukan seumur hidup atau
pengobatan jangka panjang sehingga kebanyakan pasien tidak meminum obat
antihipertensi sesuai dengan yang diresepkan dan menghentikannya setelah 1
tahun (Manurung, 2011). Hasil penelitian di Amerika Serikat
mengungkapkan bahwa pengobatan jangka panjang selalu menjadi masalah
dalam setiap kondisi penyakit kronis, termasuk hipertensi. Banyak pasien
yang bersikap negatif terhadap minum obat, terutama jika mereka merasa
baik (Osamor & Owumi, 2011).
Salah satu strategi untuk mengatasi ketidakpatuhan adalah dengan
memanfaatkan keluarga. Keluarga merupakan sistem pendukung utama
terhadap masalah-masalah yang terjadi pada anggota keluarganya. Secara
umum orangorang yang merasa menerima penghiburan, perhatian dan
pertolongan yang mereka butuhkan dari seseorang atau sekelompok orang
biasanya cenderung lebih mudah mengikuti nasehat medis dari pada mereka
yang kurang merasa mendapat dukungan (Suprianto, dkk, 2011).
B. Tujuan
1. Mengidentifikasi dukungan keluarga terhadap pasien hipertensi .
2. Mengidentifikasi kepatuhan menjalankan pengobatan pada pasien
hipertensi.
3. Menganalisis pengaruh dukungan keluarga terhadap kepatuhan
menjalankan pengobatan pada pasien hipertensi.
C. Manfaat
1. Dapat menambah pengetahuan dalam memberikan intervensi keperawatan
keluarga pada penderita hipertensi.
2. Dapat bermanfaat sebagai sumber informasi untuk pengembangan
keperawatan keluarga dan hipertensi.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Keluarga.
1) Pengertian Keluarga
Keluarga adalah sekumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama
sebagai dua atau lebih individu yang berhubungan karena hubungan darah,
mempertahankan budaya.
darah, hidup dalam satu rumah tangga, memiliki kedekatan emosional, dan
bersama.
2) Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga
Tahap dan siklus tumbuh kembang keluarga menurut Duval 2009 dan
umur 30 bulan)
pasangan.
c. Tahap III : Keluarga dengan anak usia pra sekolah (anak tertua berumur
2-6 tahun)
13tahun)
e. Tahap V : Keluarga dengan anak remaja (anak tertua umur 13-20 tahun)
yang melepas anak usia dewasa muda (mencakup anak pertama sampai
f. Tahap VI : Tahap ini adalah tahap keluarga melepas anak dewasa muda
g. Tahap VII : Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan atau pensiunan)
rumah dan berakhir atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini juga
dimulai ketika orang tua memasuki usia 45-55 tahun dan berakhir pada
3. Tipe Keluarga
yaitu:
a. Keluarga Tradisional
1) Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri dan
atau ditinggalkan.
3) Pasangan inti hanya terdiri dari suami dan istri saja, tanpa anak atau
bekerja.
6) Jaringan keluarga besar, terdiri dari dua keluarga inti atau lebih
geografis.
anak.
sama.
a. Keluarga tradisional
3) Keluarga dyad yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri
tanpa anak.
4) Single parent yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua
dewasa saja
6) Keluarga usia lanjut yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami
Darmawan (2011)
dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan
pernikahan.
4. Fungsi Keluarga
a. Fungsi afektif
memberikan batasan perilaku yang boleh dan tidak boleh pada anak,
d. Fungsi ekonomi
daya keluarga.
e. Fungsi biologis
generasi selanjutnya.
f. Fungsi psikologis
identitas keluarga.
5. Tugas Keluarga
etiologi/ penyebab masalah dan biasanya dikaji pada saat penjajagan tahap
II bila ditemui data malaadapti pada keluarga. Lima tugas keluarga yang
diaksud adalah:
sakit.
keluarga.
B. Konsep Penyakit
1. Definisi Hipertensi
Darah tinggi yang lebih dikenal sebagai hipertensi merupakan suatu
keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas
normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan
angka kematian (mortalitas) (Muttaqin. Arif, 2009).
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90
mmHg. Pada populasi lanjut usia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan
sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg (Wijaya, 2016).
Menurut WHO (World Health Organitation), batas normal adalah 120-
140 mmHg sistolik dan 80-90 mmHg diastolik. Jadi seseorang, disebut
mengidap hipertensi jika tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan
darah diastolik ≥ 95 mmHg, dan tekanan darah perbatasan bila tekanan
darah sistolik antara 140 mmHg-160 mmHg dan tekanan darah diastolik
antara 90 mmHg-95 mmHg (Poerwati, 2014).
2. Etiologi
Menurut Sunardi (2012), penyebab hipertensi dibagi menjadi dua yaitu:
a. Hipertensi essensial
Hipertensi essensial atau idiopatik adalah hipertensi tanpa
kelainan dasar patologis yang jelas. Lebih dari 90% kasus merupakan
hipertensi essensial. Penyebab hipertensi meliputi faktor genetik dan
lingkungan. Faktor genetik mempengaruhi kepekaan terhadap natrium,
kepekaan terhadap stress, reaktivitas pembuluh darah terhadap
vasokontriktor, resistensi insulin dan lain-lain. Sedangkan yang
termasuk faktor lingkungan antara lain diet, kebiasaan merokok, stress
emosi, obesitas dan lain-lain.
Pada sebagian besar pasien, kenaikan berat badan yang berlebihan
dan gaya hidup tampaknya memiliki peran yang utama dalam
menyebabkan hipertensi. Kebanyakan pasien hipertensi memiliki berat
badan yang berlebih dan penelitian pada berbagai populasi menunjukkan
bahwa kenaikan berat badan yang berlebih (obesitas) memberikan risiko
65-70 % untuk terkena hipertensi primer.
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang dipicu oleh penyakit lainnya.
Sekitar 5-10% kasus hipertensi merupakan hipertensi sekunder. Pada
kebanyakan kasus, disfungsi renal akibat penyakit ginjal kronis atau
penyakit renovaskular adalah penyebab sekunder yang paling sering.
Obat-obat tertentu baik secara langsung ataupun tidak, dapat
menyebabkan hipertensi atau memperberat hipertensi dengan menaikkan
tekanan darah. Hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui, sering
berhubungan dengan beberapa penyakit misalnya ginjal, jantung
koroner, diabetes dan kelainan sistem saraf pusat.
3. Klasifikasi
Menurut Sugihartono (2011), hipertensi dapat dibedakan menjadi tiga
golongan yaitu :
a. Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension) merupakan
peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti peningkatan tekanan diastolik
dan umumnya ditemukan pada usia lanjut. Tekanan sistolik berkaitan
dengan tingginya tekanan pada arteri apabila jantung berkontraksi
(denyut jantung). Tekanan sistolik merupakan tekanan maksimum dalam
arteri dan tercermin pada hasil pembacaan tekanan darah sebagai tekanan
atas yang nilainya lebih besar.
b. Hipertensi diastolik (diastolic hypertension) merupakan peningkatan
tekanan diastolik tanpa diikuti peningkatan tekanan sistolik, biasanya
ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda. Hipertensi diastolik
terjadi apabila pembuluh darah kecil menyempit secara tidak normal,
sehingga memperbesar tahanan terhadap aliran darah yang melaluinya
dan meningkatkan tekanan diastoliknya. Tekanan darah diastolik
berkaitan dengan tekanan arteri bila jantung berada dalam keadaan
relaksasi di antara dua denyutan.
c. Hipertensi campuran merupakan peningkatan pada tekanan sistolik dan
diastolik.
5. Manifestasi Klinis
Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan
darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina,
seperti perdarahan, eksudat, penyempitan pembuluh darah, dan pada
kasus berat dapat ditemukan edema pupil (edema pada diskus optikus).
Menurut Price, gejala hipertensi antara lain sakit kepala bagian belakang,
kaku kuduk, sulit tidur, gelisah, kepala pusing, dada berdebar-debar, lemas,
sesak nafas, berkeringat dan pusing (Price, 2011).
Gejala-gejala penyakit yang biasa terjadi baik pada penderita hipertensi
maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal hipertensi yaitu
sakit kepala, gelisah, jantung berdebar, perdarahan hidung, sulit tidur, sesak
nafas, cepat marah, telinga berdenging, tekuk terasa berat, berdebar dan
sering kencing di malam hari. Gejala akibat komplikasi hipertensi yang
pernah dijumpai meliputi gangguan penglihatan, saraf, jantung, fungsi ginjal
dan gangguan serebral (otak) yang mengakibatkan kejang dan pendarahan
pembuluh darah otak yang mengakibatkan kelumpuhan dan gangguan
kesadaran hingga koma (Cahyono, 2013).
Corwin menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul setelah
mengalami hipertensi bertahun-tahun adalah nyeri kepala saat terjaga,
kadang kadang disertai mual dan muntah yang disebabkan peningkatan
tekanan darah intrakranial (Corwin, 2009).
6. Faktor Resiko
a. Faktor yang dapat dikendalikan atau dimodifikasi
1) Keturunan/ genetic
2) Usia
3) Jenis kelamin
4) Ras/ etnis
5) Tipe Kepribadian
b. Faktor yang dapat dikendalikan atau dimodifikasi
1) Makan berlebihan
2) Obesitas
3) Tidak berolahraga
4) Merokok
5) Minum alkohol
7. Komplikasi
a. Penyakit ginjal
Pembuluh darah kecil di kedua ginjal anda dapat rusak karena hipertensi,
jadi akan menghalangi oragan ginjal dalam menjalankan fungsinya
dengan normal. Keadaan tersebut bisa menyebabkan berbagai gejala,
contoh gejalanya kulit gatal, sesak nafas, kecing lebih sering, darah pada
urine, kelelahan, pergelangan tangan, atau kaki membengak.
b. Penyakit arteri koronaria
Darah tinggi biasanya juga termasuk faktor penyebab utama dari
penyakit arteri koronaria. Penggumpalan yang terbentuk di percabangan
arteri, yang menuju arah koronaria kanan dan kiri, serta agak jarang di
arteri sirromflex. Aliran darah menuju distal bisa mengalami obstruksi
permanen atau sementara, yang diakibatkan karena akumulasi plaque.
Perkembangan sirkulasi kolateral disekitar obstruksi arteromasus
menghambat pertukaran dari nutrisi dan gas menuju miokardium. Dan
kegagalan sirkulasi kolateral dalam menyediakan suplai oksigen adekuat
menuju sel-sel, akan menyebabkan seseorang terkena penyakit arteri
koronaria.
c. Stroke
Gangguan aliran darah juga bisa menyebabkan penyakit stroke. Ini
berarti terjadi gangguan pembuluh darah di otak. Saat aliran darah
menuju otak terganggu, area otak yang juga terlibat akan menjadi rusak.
Terkadang stroke disebabkan karena pembuluh darah yang tersumbat
serta darah tak bisa mengalir. Tekanan darah tinggi juga bisa
menyebabkan pembuluh darah kecil pada otak pecah, disebut juga stroke
hemoragic, aliran berkurang di sebabkan oleh kebocoran darah yang
keluar melalui darah.
8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan non farmakologis
1) Diet pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Garam dapur
mempunyai kandungan 40% natrium. Sumber sodium lainnya antara
lain makanan yang mengandung soda kue, baking powder, MSG
(monosodium glutamat), pengawet makanan atau natrium benzoat
biasanya terdapat dalam saos, kecap, selai, makanan yang terbuat dari
mentega. Penderita tekanan darah tinggi yang sedang menjalani diet
garam harus memperhatikan hal sebagai berikut:
a) Jangan menggunakan garam dapur.
b) Hindari makanan awetan seperti kecap, margarin, mentega, keju,
terasi, petis, sosis, ikan asin, dan lain-lain.
c) Hindari makanan yang di olah dengan menggunakan bahan
makanan tambahan atau penyedap rasa seperti saos.
d) Hindari menggunakan baking soda atau obat-obatan yang
mengandung sodium.
e) Batasi minumn yang bersoda seperti cocacola, fanta, sprit.
2) Diet rendah kolesterol / lemak
Di dalam tubuh terdapat 3 bagian lemak yaitu kolesterol, trigliserida,
dan pospolipid. Sekitar 25-50% kolesterol berasal dari makan yang
dapat di absorbsi oleh tubuh sisanya akan di buang lewat feses.
Beberapa makanan yang mengandung kolesterol tinggi yaitu daging,
jeroan, keju keras, susu, kuning telur, kepiting. Tujuan diet rendah
kolesterol adalah menurunkan kadar kolesterol serta menurunkan
berat badan bila gemuk. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
mengatur nutrisi pada hipertensi adalah :
a) Hindari penggunaan minyak kelapa, lemak, margarin, dan
mentega.
b) Batasi konsumsi daging, hati, limpa, dan jenis jeroan.
c) Gunakan susu full cream.
d) Batasi konsumsi kunig telur, paling banyak tiga butir/minggu.
e) Lebih sering mengkonsumsi tahu, tempe, dan kacang lainnya.
f) Batasi penggunaan gula dan makanan yang manis-manis seperti
sirup, dan dodol.
g) Lebih banyak mengkonsumsi sayur dan buah-buahan.
3) Contoh menu untuk penderita hipertensi:
- 1 piring nasi (100g)
- 1 potong daging (50g)
- 1 mangkok sup (130g)
- 1 potong tempe (50g)
- 1 potong pepaya (100g)
4) Aktivitas, klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan
disesuaikan dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan
seperti berjalan, bersepeda, dan berenang.
5) Pencegahan Hipertensi dapat dilakukan sendiri dengan :
- Hindari Obesitas
- Hindari merokok
- Usahakan pikiran selalu tenang dan santai
- Berolahraga secara teratur
- Sering memakan buah-buahandansayuran
- Kurangi minuman yang mengandung kafein (Kopi)
- Hindari minuman beralkohol
- Kurangi makanan yang banyak mengandung garam (Asin)
- Rutin Kontrol ke tenaga kesehatan terdekat jika memang
mempunyai riwayat hipertensi.
b. Penatalaksanaaan farmakologis
Secara garis besar terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pemeberian atau pemulihan obat anti hipertensi yaitu :
1) Mempunyai efektifitas yang tinggi.
2) Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
3) Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
4) Tidak menimbulkan intoleransi.
5) Harga obat relative murah dan terjangkau.
6) Memungkinkan penggunaan jangka panjang.