PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
keselamatan dan kesehatan bagi sumber daya manusia rumah sakit, pasien,
sakit dan Fasilitas medis lainnya adalah bagian dari manajemen rumah
keadaan Rumah sakit yang aman, sehat, dan bebas dari kecelakaan kerja
maupun penyakit akibat kerja bagi sumber daya rumah sakit, Pasien
66/MEN/2016).
karena kondisi sarana dan prasarana yang ada di Rumah Sakit yang tidak
tahun 2004 sebanyak 43 klien atau 15,7%). Klien yang dirawat di ruangan
inap jiwa RSJ Tampan, diperoleh data kekerasan fisik yang dilakukan
pasien pada diri sendiri (84%) merupakan bentuk perilaku kekerasan yang
paling sering terjadi di ruang rawat inap jiwa. Kemudian diikuti dengan
kepada perawat (77%) dan kekerasan verbal (70%). Lebih dari separuh
cedera ringan dalam satu tahun terakhir. Dan sebagian kecil responden
cedera serius.
Sakit Jiwa dan lima perawat yang menangani pasien jiwa sering terjadinya
benturan fisik antara perawat dengan pasien jiwa terutama di ruang UPIP,
patah tangan, memar dan trauma. Banyak alasan yang dikemukakan oleh
jiwa. Hingga saatini, perawat tidak tahu harus bersikap dan berperilaku
Kerja Rumah Sakit (K3RS) di Rumah Sakit Jiwa. Oleh karena dirasa
1. Tujuan Umum
2. Tujuan khusus
TINJAUAN TEORI
tertinggi (top referral hospital) atau disebut juga rumah sakit pusat.
Rumah Sakit ini bersifat transisi karena pada suatu saat akan ditingkatkan
menjadi rumah sakit kelas C. Pada saat ini kemampuan rumah sakit tipe D
Sama halnya dengan rumah sakit tipe C, rumah sakit tipe D juga
Rumah sakit ini merupakan rumah sakit khusus (special hospital) yang
saat ini banyak tipe E yang didirikan pemerintah, misalnya rumah sakit
jiwa, rumah sakit kusta, rumah sakit paru, rumah sakit jantung, dan rumah
(Kelas E), karena melayani pasien yang menderita penyakit yang lebih
Rumah Sakit Jiwa memiliki perbedaan dari rumah sakit umum, yaitu :
a. Pasien terdiri dari orang yang berperilaku abnormal walau fisiknya
dalam ruangan.
e. Tanah yang luas unuk penyediaan lahan bagi terapi kerja lapangan
preventif)
b. menyembuhkan penderita gangguan jiwa dengan usaha-usaha
penyembuhan optimal
fungsi yang terintegrasi. Sistem pasien atau klien dapat berupa induvidu,
psikiatri.
rumah.
umum.
g. Memberi konsultasi.
teridentifikasi masalah.
dari rumah sakit jiwa untuk memudahkan transisi dari rumah sakit
ke komunitas.
1. Pengertian Hazard
Setiap kegiatan yang dilakukan tidak ada satupun yang bebas dari
resiko yang ditimbulkan dari bahaya, demikian pula kegiatan yang
kimia, temperatur tinggi, tekanan tinggi, dan jumlah dari bahan yang
a. Komponen Bahaya
1) Karakteristik material
2) Bentuk material
2. Jenis-Jenis Hazard
dapat berupa bahaya fisisk, kimia, biologi dan bahaya berkaitan dengan
misalnya penyakit akibat kerja, pemajanan terjadi pada waktu lama dan
listrik.
sebagainya
e. Hazard ergonomi yang termasuk didalam kategori ini antara lain
desain
tempat kerja yang tidak sesuai, postur tubuh yang salah saat
melakukan
berulang-ulang
3. Pengendalian Bahaya
(2018).
risiko hazard yang terdapat di rumah sakit jiwa, yaitu antara lain :
2. - Luka memar
Melakukan - Patah tulang
pembersihan ruangan Terpeleset, disinfektan - Keracunan
- Cedera mata
5. - Nyeri otot
Melakukan pekerjaan
Memandikan pasien - Nyeri punggung
berulang
6. - Nyeri otot
- Pekerjaan yang dilakukan
Mengganti pakaian - Nyeri punggung
berulang
pasien - Luka memar
- mendapat serangan pasien
- Luka gores
7. - Stres
Dinas malam yang - Kelelahan sehingga
Kerja berlebih
melebihi 8 jam meimbulkan insiden
9. Menangani pasien
yang defisit perawatan - Terpukul - Luka memar
diri (melatih BAB & - Tercakar - Luka gores
BAK) - Perilaku tidak baik - Stress
pengendalian yaitu:
1. Substitusi :
Melakukan perawatan
Gunakan pencahayaan yang baik
terhadap pasien pada
(lampu yang sesuai standar), agar
siang hari
penglihatan dapat melihat dengan
jelas pada objek
2. Administrasi :
Memperhatikan tanda-tanda
Melakukan
peringatan yang ada di lokasi kerja
pembersihan ruangan
untuk mengatisipasi adanya bahaya
dan melakukan pekerjaan sesuai
dengan prosedur
3. APD :
Melakukan perawatan
Perawat harus menggunakan APD
ODGJ dengan penyakit
seperti sarung tangan dan masker
menular
ketika melakukan tindakan terhadap
pasien.
4. Administrasi :
Dilakukan manajemen kerja dengan
pelatihan perawat untuk penanganan
Melakukan restrain pada pasien gangguan jiwa termasuk
cara merestrain pasien ketika
mengamuk dan mengisolasi pasien
pada saat gaduh-gelisah.
5. Memandikan pasien Perancangan :
Pekerjaan yang dilakukan berulang-
ulang bisa menguras tenaga, dengan
tambahan petugas pada saat tindakan
bias mengurangi beban pekerjaan.
6. Administrasi :
Mengganti pakaian Harus melakukan tata cara yang baik
pasien sesuai dengan SOP/SPO ergonomi
yang baik dan benar.
7. Administrasi :
Melakukan manajemen kerja sesuai
Dinas malam yang
ketentuan yang ada untuk
melebihi 8 jam
menghindari beban tugas yang terlalu
padat.
8. Eliminasi :
Menangani pasien Menghilangkan rasa takut pada
halusinasi pekerjaan yang membuat psikologi
terganggu saat bekerja
9. Administrasi :
Menangani pasien yang
Memahami tata cara dalam
defisit perawatan diri
melakukan pekerjaan sesuai dengan
(melatih BAB & BAK)
SOP serta mengikuti pelatihan untuk
perawat Jiwa
10. Administrasi :
Memahami tata cara dalam
melakukan pekerjaan alat dengan
Melakukan terapi
fisik agar bisa meningkatkan
bermain/ TAK
kesejahteraan fisik, mental, dan
beban kerja. Pelatihan keperawatan
jiwa bagi perawat
5. Resiko dan Hazard pada Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit
Jiwa (RSJ)
ajukan perawat
pemeriksaan fisik.
keluarganya
poli, ruangan rawat inap, sampai ke unit gawat darurat dan ruang
12) Cuci tangan dengan air dan sabun sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien
13) Bersihkan kaki dengan di semprot ketika meninggalkan ruangan
mempertimbangkan:
(APP)
4) Membuat peraturan
pencapaian (SMART)
6) Indikator kinerja
7) Program kerja
Rumah sakit harus menetapkan dan melaksanakan proram K3 rumah
8) Pengorganisasian
jawab ini harus ditanamkan melalui adanya aturan yang jelas. Pola
difteri dari pasien pasca menangani dan melakukan tindakan awal pada
untuk perawat.
c) RS menyediakan pemilahan tempat sampah medis dan non medis.
Pada dasarnya pemantauan dan evaluasi K3 di rumah sakit adalah salah satu
fungsi manajemen K3 rumah sakit yang berupa suatu langkah yang diambil
pelaksanaan dari suatu kegiatan K3 rumah sakit dalam mencapai tujuan yang
ditetapkan, meliputi :
RS (SPRS)
3) Melaksanakan audit K3
Audit K3 meliputi falsafah dan tujuan, administrasi dan pengelolaan,
keselamatan.
sesuai ketentuan.
pengembangan mutu
a. Manajemen Risiko
maupun pengunjung.
rumah sakit.
kebutuhan di lapangan.
keamanan.
kebakaran.
bencana.
DAFTAR PUSTAKA
Alfiqri, dkk. 2018. Evaluasi Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) di Rumah Sakit Jiwa Grhasia D.I.Yogyakarta.
Asmadi. 2008. Konsep dasar Keperawatan. Jakarta : EGC
Fahri, Arizal. 2010 Perawat yang Profesional. Jakarta : Bina Media
Perintis.
Gartinah, dkk. 2002. Keperawatan dan Praktek Keperawatan.
Jakarta : PPNI
Indragiri, Suzanna. 2018. Manajemen Risiko K3 Menggunakan
Hazard Identification Risk Assessment and Risk Control
(HIRARC). Jurnal Kesehatan, 9 (1).
Liberty, Meivert. 2012. Laporan Magang di Instalasi Rekam Medi
Rumah Sakit Jiwa. Prof dr. VL. Manado
https://libertymr.wordpress.com/2012/08/30/rumah-sakit-jiwa/
di unduh 19 Oktober 2020
Nugroho, W (2000). Keperawatan Gerontik, Edisi-2. Jakarta:EGC
Kementerian Kesehatan. 2017. Definisi Perawat.
Pasaribu, Yohana. 2018. Manajemen Risiko K3 Menggunakan
Hazard Identification Risk Assessment and Risk Control
(HIRARC).