Anda di halaman 1dari 26

Commented [w1]:

LAPORAN PBL II

(JUDUL INTERVENSI)

DI UNIT SANITASI
RSUD TUGUREJO SEMARANG
KOTA SEMARANG BULAN FEBRUARI
TAHUN 2020

Di susun oleh :

Peminatan K3

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN


MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO
SEMARANG
2020
HALAMAN PENGESAHAN
Mahasiswa tersebut dibawah ini :

Nama :

NIM :

Peminatan : Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Telah melaksanakan PBL II

Mulai tanggal 3 Februari 2020 sampai dengan tanggal 3 Maret 2020

Di RSUD Tugurejo Semarang

Jl. Raya Tugurejo Semarang, Semarang, Jawa Tengah, Indonesia, 50158

Kota Seamarang

Pembimbing LapanganPBL II

.....................................

HALAMAN PERSETUJUAN
LAPORAN PBL II

(JUDUL INTERVENSI)

DI UNIT SANITASI

RSUD TUGUREJO SEMARANG

KOTA SEMARANG BULAN FEBRUARI TAHUN 2020

Di susun oleh :

Peminatan K3

Telah disetujui

Hari : ...........................................................................

Tanggal : .....................................................................

Pembimbing Akademik Pembimbing Lapangan

................................... ..................................

BAB I

PENDAHULUAN
A. GAMBARAN UMUM
Rumah Sakit adalah suatu tempat dilakukanya pelayanan
publik dengan ciri khas berupa pelayanan medis serta merupakan
institusi yang padat modal, tetapi menjadi unit sosio ekonomi, padat
tenaga dan padat teknologi sehingga pengelolaan rumah sakit tidak
bisa sebagai unit sosial saja, dalam pengelolaan keuangan rumah
sakit perlu menerapkan prinsip-prinsip ekonomi dan rumah sakit juga
mempunyai tanggung jawab sosial. Perubahan paradigma tersebut
membuat rumah sakit harus mempertanggung jawabkan kinerjanya
secara maksimal meliputi kinerja layanan maupun kinerja keuangan
dengan memperhatikan standar-standar kerja dan peningkatan mutu
yang sifatnya kontinyu (Evamairoza, 2006).
Rumah Sakit Tugurejo Awal mula pendirian rumah sakit
Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo adalah untuk merawat
penderita kusta dari daerah-daerah di Jawa Tengah yang perlu
mendapat perawatan. Rumah Sakit Khusus Kusta Tugurejo
dibangun pada tahun 1952 oleh Dinas Pemberantasan Penyakit
Kusta Provinsi Jawa Tengah. Berkembangnya kebutuhan
masyarakat makan layanan kesehatan yang memadai, maka RSUD
Tugurejo Semarang mengalami konversi menjadi Rumah Sakit
Umum. Konversi Rumah Sakit Kusta Tugurejo Semarang menjadi
rumah sakit umum yang telah dirintis kurang lebih 12 tahun ini, yaitu
berawal dari tahun 1997 hingga sekarang. Berdasarkan data rumah
sakit sejak tahun 1997 (tahun konversi pelayanan kusta umum)
pengguna fasilitas rumah sakit mengalami perkembangan yang
sangat pesat.
Rumah sakit terletak berada pada jalur utama Semarang –
Jakarta, tepatnya pada Jalan Raya Walisongo Semarang. Letak Commented [w2]: Pakai alamat RS yang baru

Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo ini sangat strategis karena


berada pada jalur yang ramai kendaraan dengan tingkat rawan
kecelakaan yang cukup tinggi, rumah sakit ini berada di lingkungan
pemukiman dan perumahan yang padat penduduk serta berada
dikawasan industri besar antara lain : Kawasan Industri Wijaya
Kusuma, Kawasan Industri Tugu Indah, Kawasan Industri Candi dan
Kawasan Guna Mekar Industri. RSUD Tugurejo adalah Rumah Sakit
tipe B milik Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, yang berada di
Semarang Barat dengan Kapasitas 437 Tempat Tidur (Oktober
2015). Luas tanah 37.361 m2, Luas bangunan 31.096 m2 terdiri dari Commented [w3]: Data tempat tidu terbaru per Januari 2020
410 tt
Gedung IGD, gedung rawat jalan, kamar bersalin, bangsal
perawatan, kamar bedah, , bagian penunjang, kantor, auditorium dan
wisma. Melalui pendekatan mutu, RSUD Tugurejo selalu berusaha
meningkatkan dan mengembangkan mutu pelayanan diseluruh
jajaran Rumah Sakit (Hospital Quality Improvement).

a. Visi, Misi dan Motto

1. Visi RSUD Tugurejo


Rumah sakit prima, mandiri dan terdepan dalam pelayanan
2. Misi RSUD Tugurejo
a. Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan
mengembangkan pelayanan unggulan
b. Meningkatkan profesionalisme SDM kesehatan yang
berdaya saing dalam pelayanan dan pendidikan
c. Mengembangkan sarana dan prasarana RS yang aman dan
nyaman
3. Motto RSUD Tugurejo
Kesembuhan dan kepuasan anda adalah kebahagiaan kami
b. Tujuan, Strategi dan Nilai
1. Tujuan
Menurut perda tahun 2008 Tentang Organisasi dan tata Kerja
RSUD dan RSJD Provinsi Jawa Tengah adalah
Menyelenggarakan Pelayanan kesehatan dengan upaya
penyembuhan, pemulihan, peningkatan, pencegahan, pelayanan
rujukan dan menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan,
penelitian dan pengembangan serta pengabdian masyarakat dan
sebagai unsur pendukung tugas gubernur di bidang pelayanan
kesehatan.
2. Strategi
a. Mengusahan peningkatan sarana dan prasaranan melalui
dana APBD, APBN terutama untuk pembangunan gedung
dan peralatan kesehatan.
b. Mengusahakan penambahan tenaga profesi maupun
struktural ke institusi terkait serta peningkatan kualitas
sumber daya manusia.
c. Menyusun SOT agar rumah sakit menjadi lembaga yang
kondusif bagi pengembangan pelayanan prima.
d. Meningkatkan komunikasi dan informasi di seluruh jajan
rumah sakit.
e. Mengusahakan adanya dukungan instansi terkait,DPRD,
DEPKES, dan lembaga lain.
f. Menyelesaikan masalah sedini mungkin.
g. Melakukan monitoring evaluasi seluruh kegiatan pelayanan.
h. Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dengan
meningkatkan mutu pelayanan yang sudah ada maupun
menambah pelayanan yang belum ada sesuai dengan
kebutuhan masyarakat.
3. Nilai-Nilai RS Tugurejo
R amah dalam bersikap
S antun dalam berbicara
T anggung jawab dalam tugas
G igih dalam usaha
U tama dalam karya
R api dalam penampilan
E mpaty dalam rasa
J ujur dalam bertindak
O rientasi pelayanan prima
c. Sejarah
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr.Adhyatma, MPH
merupakan salah satu Rumah Sakit pemerintah provinsi Jawa
tengah yang berlokasidi Jl. Tugurejo semarang,RSUD Dr.Adhyatma
mengalami perkembangan yanag cukup panjang hingga saat ini.
Tahun 1952 adalah awal Rumah Sakit ini oleh Dinas Pemberantasan
Penyakit kusta Provinsi Jawa Tengan dan berubah nama menjadi
Rumah Sakit Kusta Tugurejo pada tahun 1958. Pada September
1993, Rumah sakit ini merupakan Rumah sakit Kusta (khusus) milik
pemerintah Daerah Tingkat 1 Provinsi Jawa Tengah dengan eselon
IV A.
Oktober 1993-1995, adanya peristiwa kenaikan Eselon Rmah
Sakit melalui proyek studi kelayakan dari Direktur Rumah Sakit
Khusus dan Swasta Departemen kesehatan. Sedangkan pada 12
Oktober 1995, adanya surat usulan penetapan kelas Rumah Sakit
dari Menteri Kesehatan kepada Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara.
Pada 30 mei 1996, berdasarkan persetujuan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara, diteteapkan sebagai Rumah Sakit
Kusta Tugurejo Semarang dengan Golongan kelas C. Dan pada 5 juli
1996 terbit keputusan menteri kesehatan nomor
743/Menkes/Sk/VII/1996 tentang penetapan kelas Rumah sakit
Kusta Tugurejo Semarang menjadi setara dengan Rumah Sakit
Kusta Tugurejo semarang.
Pada tanggal 26 Desember 2000, muncul keputusan menteri
Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial nomor 1810/Menkes-
kesos/SK//XII/2000 Tentang perubahan status Rumah Sakit Khusus
menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Kelas C.pada januari 2003,
terakreditasi dengan status akreditasi penuh tingkat dasar sertifikat
No.YM.00.03.2.2.159, sedangkan pada 9 November 2003, terdapat
keputusan menteri Kesehatan RI No.1600/MENKES/SK/XI/2003
tentang peningkatan kelas B non Pendidikan Rumah Sakit Umum
Daerah Tugurejo Semarang milik Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
Pada Maret 2007, Rumah Sakit Tgurejo telah tersertifikasi
ISO/9001 : 200 untuk 7 bidang pelayanan utama, yaitu Instalasi
Gawat Darurat, Instalasi Rawatinap,Instalasi Rawat Jalan, Instalasi
Farmasi, Instalasi Laboratorium, instalasi Radiologi, Pelayanan
rekam medik.
Pada 6 Ferbruari 2008 Rumah sakit Umum Daerah Tugurejo
terakreditasi dengan status penuh tingkat lengkap (16 bidang
pelayanan) dan sertifikasi No.01-10/III/359/08, yaitu administrasi dan
manajemen, pelyanan medis, farmasi, pelayanan gawat darurat,
pelayanan keperawatan, rekam medis, k3, radiologi, laboratorium,
kamar oprasi, pengendalian infeksi di Rumah Sakit, Perinatal Risk
Tinggi, Pelayanan rekam Medis, Pelayanan Gizi, Pelayanan Intensif,
Pelayanan Darah.
Sedangkan pada tanggal 29 Juli 2008 Rumah SakitUmum
Daerah Tugurejo menjadi Rmah sakit model akreditasi untuk 5
bidang pelayanan antara lain, Adminstrasi manajemen, Pelaynan
Medis, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Keperawatan dan
Rekam Medik
Pada 1 Januari 2009 RSUD Tugurejo ditetapkan menjadi
PPK BLUD penuh. SK GUB No.059/78/2008 tentang penetapan
status pengelolaan keuangan RSUD Tugurejo sendiri. Penetapan
Rumah Sakit dapat digunakan langsung tanpa perlu menyetor ke Kas
Negara. Dan pada 12 Maret 2010 Rumah Sakit Umum Daerah
Tugurejo Semarang telah tersertifikasi ISO9001:2008 untuk 7 bidang
pelayanan dan penunjangaan laainnya. Commented [w4]: Sertifikasi Akreditasi terbaru mei TH 2018
paripurna
d. Bidang Pelayanan RSUD Tugurejo
Commented [w5]: Lihat pelayanan RS terbaru di profil RS
1. Instalasi Rawat Jalan (website)

a. Poli spesialis anak


b. Poli spesialis kebidanan dan kandungan
c. Poli spesialis bedah
d. Poli spesialis penyakit dalam
e. Poli spesialis kulit dan kelamin
f. Poli spesialis orthopedik
g. Poli fisioterapi
h. Poli spesialis saraf
i. Poli spesialis mata
j. Poli spesialis gigi
k. Poli spesialis THT
l. Poli spesialis paru
m. Poli kusta
n. Poli kecantikan
o. Poli tumbuh kembang
p. Poli gizi
q. Poli psikologi
r. Klinik VCT
2. Instalasi Rawat Inap
a. Kelas I
b. Kelas II
c. Kelas II
d. Paviliun Nusa Indah
3. Instalasi gawat darurat
a. Pelayanan gawat darurat
b. Pelayanan noon gawat darurat
4. Instalasi bedah Sentral
5. Instalasi Rawat Intensif
6. Instalasi Rekam Medis
7. Instalasi Farmasi
8. Instalasi Gizi
9. Instalasi Radiologi
10. Instalasi Laboratorium
11. Instalasi Pemeliharan Sarana Rumah Sakit (IPSRS)
12. Instalasi CSSD dan Laundry
13. Instalasi Sanitasi

Struktur Organisasi RSUD Tugurejo Semarang

Struktur organisasi menampilkan kerangka dan susunan


perwujudan pola serta hubungan diantara fungsi, bagian,
maupun petunjuk pendidikan, tugas dan wewenang serta
tanggung jawab yang berbeda dalam suatu organisasi.
Tabel struktur

DIREKTUR
KELOMPOK WADIR WADIR UMUM DAN
JABFUNG PELAYANAN KEUANGAN

BIDANG BIDANG BIDANG BAGIAN BAGIAN BAGIAN


PELAYANAN PENUNJANG KEPERAWATAN UMUM PERENCANAAN KEUANGAN
DIKLAT

SEKSI SEKSI SEKSI SUB BAGIAN SUB SUB BAGIAN


PELAYANAN PENUNJANG KEPERAWAT TATA BAGIAN ANGGARAN
RAWAT MEDIK AN RAWAT USAHA PROGRAM
JALAN JALAN HUKUM
DAN SUB
SEKSI SEKSI SUB BAGIAN
SEKSI HUMAS BAGIAN
PELAYANAN PENUNJANG AKUTANSI
KEPERAWAT MONITORIN
RAWAT NON MEDIK
AN RAWAT G DAN
INAP SUB BAGIAN
INAP EVALUASI
ORGANISASI
DAN SUB BAG.
KEPERAWAT PEMBENDAHA
SUB
AN RAAN &
BAGIAN
PENDIDIKA VERIFIKASI
N DAN
SUB BAGIAN
PELATIHAN
RUMAH
TANGGA

B. GAMBARAN KHUSUS
Pelayanan sanitasi adalah suatu usaha pencegahan penyakit
yang menitik beratka kegitannya kepada usaha-usaha lingkungan
hidup manusia. Sanitasi lingkungan merupakan upaya pengendalian
semua faktor lingkungan fisik manusi yang mungkin menimbulkan
hal-hal yang merugikan bagi perkembangan fisik kesehatan dan
daya tahan tubuh manusia.
Pengelolaan sanitasi merupakan salah satu upaya
pengawasan berbagai faktor lingkungan fisik, kimia dan biologi
rumah sakit yang dapat menimbulkan atau meningkatan pengaruh
yang buruk pada kesehatan jasmani, rohan maupun sosial bagi
petugas, pasien, pengunjung maupun masyarakat yang adadisekitar
rumah sakit.
Instalasi sanitasi adalah instalasi yang menangani kegiatan
sanitasi rumah sakit yangmeliputi sanitasi air, pemantauan keualitas
lingkungan, promosi kesehatan lingkungan, pengendalian serangga,
dan pemeliharaan tanaman. Untuk kelancaran dalam pelaksaan
kegiatan instalasi ini dilengkapi dengan berbagai sarana, antara lain
incinerator, IPAL, Hygrometer, Termo-Hygrometer, Fogger,
Luxmeter dan sebagainya.
Instalasi sanitasi RSUD Tugurejo Semarang merupakan
salah satu instalasi non medis dibawah Bidang Penunjang. Instalasi
ini sebelumnya metupakan sub-bagian sanitasi dan kesehatan
lingkungandari Instalasi Pemeliharaan Sara rumah sakit (IPSRS).

Rumah Sakit Tugurejo memiliki unit kerja dalam keselamatan dan


kesehatan kerja yaitu:
a. Mengadakan penilaian pada unit kerja yang menjadi
tanggung jawabnya masing-masing
b. Memeriksa, menyusun, memperbaiki SOP / Protap yang ada
dilingkungan unit kerjanya
c. Membimbing dan mengarahkan petugas di lingkungan
kerjanya agar sesuai dengan standart
d. Mengusulkan / memberikan masukan kepada ketua
mengenai kelengkapan alat-alat proteksi / pelindung diri yang
memenuhi standart masing-masing pekerjaan
e. Memeriksa dan menganalisis data laporan hasil kerja di
Commented [w6]: Profil Tim K3 dan program K3 bukan
lingkungan unit kerjanya yang digunakan Instalasi sanitasi (lihat panduan program K3 dan SK Tim K3)
BAB II

IDENTIFIKASI MASALAH

A. Metode Identifikasi
Metode yang digunakan dalam identifikasi masalah antara lain
dengan cara :
1. Observasi
Obsevasi dilakukan dengan pengamatan secara langsung
dan mencatat masalah yang ditemukan du lingkungan RSUD
Tugurejo Semarang.
2. Wawancara
Wawancara yaitu melakukan tanya jawab dengan
pembimbing lapangan dan karyawan RSUd Tugurejo
mengenai masalah yang terjadi di lingkungan Rumah Sakit.
3. Diskusi
Melakukan diskusi dengan kelompok dan pembimbing
lapangan terkait dengan masalah yang terjadi dan rencana
intervensi yang akan dilakukan.
4. Metode FMEA (Failure Mode Effect Analysis)
FMEA adalah salah satu tool yang digunakan dalam praktk
perbaikan performa dalam bisnis, dan merupakan teknik
untuk mengidentifikasi atau menganalisa kesalahan (failure)
dalam proses.

B. Permasalahan
Berdasarkan hasil identifikasi masalah menggunakan FMEA
RSUD Tugurejo Semarang yang dkombinasi dari hasil obsrvasi
lapangan, wawancara sedikit kepada pekerja diperoleh berbagai
maslah yang terjadi di RSUD Tugurejo Semarang berdasrkan
metode FMEA antara lain :
Dampak
No Kegiatan program Unit Probabilitas Sebab
(Consequences)
1. Keamanan dan Farmasi Tekanan air dari Eye wash station Tidak fungsional Cidera mata
keselamatan kurang tinggi
Atap roboh Kerusakan atap Tertimpa robohan atap
Rawat inap Pengunjung tidak menggunakan handrub Kurang pengetahuan, kurang Tertular penyakit
sebelum dan setelah menjenguk pasien sosialisasi
Keluhan gangguan muskuluskeletal Sikap kerja yang monoton Produktivitas kerja
menurun, kelelahan otot,
pegal, sakit pinggang
Pemakaian APD kurang sesuai saat Tidak adanya media Terinfeksi penyakit
sterilisasi komunikasi cara penggunaan
APD yang tepat
Tersengat listrik saat melakukan Konsleting listrik/kabel Luka bakar, kematian
sterilisasi (fogging)
Loundry Kontak bahaya fisik (kebisingan) Suara bising berasal dari Gangguan pendengaran
mesin
Gangguan musculuskeletal pada Sikap kerja kurang ergonomis Kelelahan otot, pegal,
petugas terkilir
Sanitasi Penataan barang, alat dan dokumentasi Terbatasnya tempat Tersandung, terjepit
yang berantakan
Gangguan musculuskeletal pada Posisi kerja yang tidak Kelelahan otot, pegal,
karyawan ergonomis sakit pinggang
IPAL Pemakaian APD pada saat pengecekan Tdak memakai masker Terinfeksi
IPAL penutup mulut
Pengolahan Kurangnya kepatuhan pemakaian APD Tidak memakai penutup Terinfeksi
sampah pada saat pengolahan sampah infeksius kepala, dan tidak memakai
infeksius APD yang sesuai SPO
IGD Tertusuk benda tajam atau jarum suntik Petugas medis kurang Tertular penyakit dari
berhati-hati pasien
Terjadi penularan bakteri atau virus Kontak dengan pasien Penularan penyakit,
dalam penanganan pasien infeksi nosokomial
Radiologi Terkena radiasi sinar X dari mesin/alat Kontak dengan mesin yang Masalah kesehatan
memancarkan sinar X

ICU Terjadi penularan bakteri atau virus Kontak dengan pasien Penularan penyakit,
dalam penanganan pasien infeksi nosokomial

IPSRS Peralatan yang menimbulkan getaran Getaran pada peralatan kerja Gangguan kesehatan
(HAV)

Cleaning servis Keluhan low back pain Sikap kerja yang monoton Gangguan kesehatan,
kelelahan kerja

2. Pengolahan bahan Pengolahan Kurangnya kepatuhan pemakaian APD Tidak memakai penutup Terinfeksi
berbahaya dan sampah pada saat pengolahan sampah infeksius kepala, dan tidak memakai
beracun infeksius APD yang sesuai SPO
Radiologi Terpapar dengan bahan kimia Penggunaan bahan-bahan Iritasi kulit, gangguan
kimia pada saat pencucian pernafasan
foto
Cleaning service Terpapar dengan bahan kimia Penggunaan bahan-bahan Iritasi kulit, gangguan
kimia pada saat melakukan pernafasan
kebersihan
3. Penanggulangan Rawat jalan Tidak ada petugas red code di Irja 1 Tidak terkoordinasi oleh tim Susahnya evakuasi
bencana tanggap darurat bencana korban bencana
Rawat inap Tidak ada RAM pada gedung bertingkat Belum terfasilitasi sarana Terjadi kesulitan pada
(Dahlia) RAM saat evakuasi untuk
pasien resiko jatuh saat
terjadi bencana pada
gedung bertingkat
Rawat inap Tidak ada RAM pada gedung bertingkat Belum terfasilitasi sarana Terjadi kesulitan pada
(Nusa indah) RAM saat evakuasi untuk
pasien resiko jatuh saat
terjadi bencana pada
gedung bertingkat
4. Proteksi kebakaran Seluruh gedung Konsleting listrik Penataan kabel tidak rapi Kebakaran
RS

Gizi Ledakan gas Kebocoran gas Kebakaran


Loundry Letak gas Sistem penataan tidak sesuai Kebakaran
5. Peralatan medis Rawat inap Petugas kurang teliti Alat medis tidak terkalibrasi Keselamatan
(Tulip) pasien/salah diagnosa
IPSRS Penularan penyakit dari alat medis Kontak dengan alat medis Terinfeksi penularan
yang rusak penyakit
6. Sistem penunjang Selasar rawat Kebocoran pipa hydrant Kurangnya pemeliharaan Tekanan air tidak
/utilitas inap maksimal
Gedung parkit Kehilangan CCTV mati Lokasi tidak
Lt.1 termonitoring/tidak
terkontrol
C. Prioritas Masalah

Metode yang digunakan untuk menentukan prioritas masalah


adalah dengan menggunakan metode FMEA (Failure Mode Effect
Analysis). FMEA adalah suatu alat yang secara sistematis
mengidentifikasi akibat atau konsekuensi dari kegagalan sistem atau
proses, serta mengurangi atau mengeliminasi peluang terjadinya
kegagalan. Analisis pengaruh dan mode kegagalan risiko (risk
FMEA) adalah cara utama untuk melakukan penghitungan pada
manajemen risiko (Gaspersz). FMEA adalah teknik analisis untuk
mengidentifikasi dan mengeliminasi potensi dari kegagalan,
permasalahan, kerusakan pada sistem, desain, proses, atau layanan

Menentukan prioritas risiko dengan menggunakan rumus:

SKOR RISIKO = Probabilitas X Dampak

Keterangan :
a. Dampak (Consequences)
Penilaian dampak / akibat suatu insiden adalah seberapa
berat akibat yang dialami pasien mulai dari tidak ada cedera
sampai meninggal.

Level DESKRIPSI CONTOH DESKRIPSI

1 Tdk Signifikan Tidak ada cedera

2  Cedera ringan missal, luka lecet


Minor  Dapat diatasi dengan pertolongan pertama,

3  Cedera sedang missal, luka robek


 Berkurangnya fungsi motorik / sensorik / psikologis
atau intelektual secara reveibel dan tidak
Moderate berhubungan dengan penyakit yang mendasarinya
 Setiap kasus yang memperpanjang perawatan
4  Cedera luas / berat missal, cacat, lumpuh
 Kehilangan fungsi utama permanent (motorik,
Major sensorik, psikologis, intelektual) / irreveibel, tidak
berhubungan dengan penyakit yang mendasarinya

5  Kematian yang tidak berhubungan dengan perjalanan


Katastropik penyakit yang mendasarinya

b. Probabilitas / Frekuensi /Likelihood


Penilaian tingkat probabilitas / frekuensi risiko adalah
seberapa seringnya insiden tersebut terjadi.

Level Frekuensi Kejadian actual


1 Jarang Dapat terjadi dalam lebih dari 5 tahun
2 Tidak biasa Dapat terjadi dalam 2 – 5 tahun
3 Kadang-kadang Dapat terjadi tiap 1 – 2 tahun
4 Kemungkinan Dapat terjadi beberapa kali dalam setahun

5 Sering Terjadi dalam minggu / bulan

Untuk menentukan skor risiko digunakan matriks grading risiko :


a. Tetapkan frekuensi pada kolom kiri
b. Tetapkan dampak pada baris ke arah kanan
c. Tetapkan warna bands-nya, berdasarkan pertemuan antara
probabilitas dan dampak.
Skor risiko akan menentukan prioritas risiko. Jika pada
asesmen risiko ditemukan dua insiden dengan hasil skor risiko
yang nilainya sama, maka untuk memilih prioritasnya dapat
menggunakan warna bands risiko.
Konsekuensi Potensial
Frekuensi/ Insignificant Minor Moderate Major Catastropic
Likelihood 1 2 3 4 5
Sangat Sering
Terjadi
Sedang Sedang Tinggi Extreme Extreme
(Tiap mgg /bln)
5
Sering terjadi
(Bebrp x /thn) Sedang Sedang Tinggi Extreme Extreme
4
Mungkin terjadi
(1-2 thn/x) Rendah Sedang Tinggi Extreme Extreme
3
Jarang terjadi
(2-5 thn/x) Rendah Rendah Sedang Tinggi Extreme
2
Sangat jarang
sekali (>5 thn/x) Rendah Rendah Sedang Tinggi Extreme
1

Setelah nilai dampak dan probabilitas diketahui, dimasukkan


dalam table matriks grading risiko untuk menghitung skor risiko
dan mencari warna bands risiko.
Bands risiko adalah derajat risiko yang digambarkan dalam
empat warna yaitu:
Bands biru : Rendah / Low
Bands hijau : Sedang / Moderate
Bands kuning : Tinggi / High
Bands merah : Sangat tinggi / Extreme
Level / Brands Tindakan
Ekstrim (sangat Risiko ekstrim, dilakukan RCA paling lama 45 hari
tinggi)
High (tinggi) Risiko tinggi, dilakukan RCA paling lama 45 hari,
kaji dengan detil & perlu tindakan segera serta
membutuhkan perhatian top manajemen
Moderator (sedang) Risiko sedang, dilakukan investigasi sederhana
paling lama 2 minggu. Manajer / pimpinan klinis
sebaiknya menilai dampak terhadap biaya dan
kelola risiko
Low (rendah) Risiko rendah, dilakukan investigasi sederhana
paling lama 1 minggu diselesaikan dengan prosedur
rutin
Proses menganalisa risiko yang perlu dipertimbangkan
adalah dampak dari risiko tersebut bila benar terjadi;
a. Risiko yang dampaknya besar harus segera
ditindaklanjuti dan mendapat perhatian dari Direktur.
b. Risiko yang dampaknya menengah-ringan akan dikelola
oleh tim PMKP bersama kepala instalasi untuk membuat
rencana tindak lanjut dan pengawasan.
Level skor
Kegiatan Dampak
No Unit Probabilitas Sebab P D Brand
program (Consequences)
1. Keamanan dan Farmasi Tekanan air dari Eye wash Tidak fungsional Cidera mata 1 1 Rendah
keselamatan station kurang tinggi
Atap roboh Kerusakan atap Tertimpa robohan 3 2 Sedang
atap
Rawat inap Pengunjung tidak menggunakan Kurang pengetahuan, Tertular penyakit 4 4 Extream
handrub sebelum dan setelah kurang sosialisasi
menjenguk pasien
Keluhan gangguan Sikap kerja yang Produktivitas kerja 2 3 Sedang
muskuluskeletal monoton menurun,
kelelahan otot,
pegal, sakit
pinggang
Pemakaian APD kurang sesuai Tidak adanya media Terinfeksi penyakit 3 5 Tinggi
saat sterilisasi komunikasi cara
penggunaan APD yang
tepat
Tersengat listrik saat melakukan Konsleting listrik/kabel Luka bakar, 3 2 Sedang
sterilisasi (fogging) kematian
Loundry Kontak bahaya fisik (kebisingan) Suara bising berasal Gangguan 4 4 Extream
dari mesin pendengaran
Gangguan musculuskeletal Sikap kerja kurang Kelelahan otot, 2 3 Sedang
pada petugas ergonomis pegal, terkilir
Sanitasi Penataan barang, alat dan Terbatasnya tempat Tersandung, 3 4 Tinggi
dokumentasi yang berantakan terjepit
Gangguan musculuskeletal Posisi kerja yang tidak Kelelahan otot, 4 3 Tinggi Commented [w7]: Dikasih warna sesuai kriteria brand
pada karyawan ergonomis pegal, sakit (background table )
pinggang
IPAL Pemakaian APD pada saat Tdak memakai masker Terinfeksi 3 5 Tinggi
pengecekan IPAL penutup mulut
Pengolahan Kurangnya kepatuhan Tidak memakai Terinfeksi 4 4 Extream
sampah pemakaian APD pada saat penutup kepala, dan
infeksius pengolahan sampah infeksius tidak memakai APD
yang sesuai SPO
IGD Tertusuk benda tajam atau Petugas medis kurang Tertular penyakit 2 3 Sedang
jarum suntik berhati-hati dari pasien
Terjadi penularan bakteri atau Kontak dengan pasien Penularan 4 4 Extream
virus dalam penanganan pasien penyakit, infeksi
nosokomial
Radiologi Terkena radiasi sinar X dari Kontak dengan mesin Masalah kesehatan 4 2 Tinggi
mesin/alat yang memancarkan
sinar X

ICU Terjadi penularan bakteri atau Kontak dengan pasien Penularan 4 4 Extream
virus dalam penanganan pasien penyakit, infeksi
nosokomial

IPSRS Peralatan yang menimbulkan Getaran pada peralatan Gangguan 2 3 Sedang


getaran kerja kesehatan (HAV)
Cleaning Keluhan low back pain Sikap kerja yang Gangguan 4 3 Tinggi
servis monoton kesehatan,
kelelahan kerja

2. Pengolahan Pengolahan Kurangnya kepatuhan Tidak memakai Terinfeksi 4 4 Extream


bahan sampah pemakaian APD pada saat penutup kepala, dan
berbahaya dan infeksius pengolahan sampah infeksius tidak memakai APD
beracun yang sesuai SPO
Radiologi Terpapar dengan bahan kimia Penggunaan bahan- Iritasi kulit, 4 3 Tinggi
bahan kimia pada saat gangguan
pencucian foto pernafasan
Cleaning Terpapar dengan bahan kimia Penggunaan bahan- Iritasi kulit, 5 3 Tinggi
service bahan kimia pada saat gangguan
melakukan kebersihan pernafasan
3. Penanggulangan Rawat jalan Tidak ada petugas red code di Tidak terkoordinasi Susahnya evakuasi 4 2 Sedang
bencana Irja 1 oleh tim tanggap korban bencana
darurat bencana
Rawat inap Tidak ada RAM pada gedung Belum terfasilitasi Terjadi kesulitan 2 2 Rendah
(Dahlia) bertingkat sarana RAM pada saat evakuasi
untuk pasien resiko
jatuh saat terjadi
bencana pada
gedung bertingkat
Rawat inap Tidak ada RAM pada gedung Belum terfasilitasi Terjadi kesulitan 2 2 Rendah
(Nusa indah) bertingkat sarana RAM pada saat evakuasi
untuk pasien resiko
jatuh saat terjadi
bencana pada
gedung bertingkat
4. Proteksi Seluruh Konsleting listrik Penataan kabel tidak Kebakaran 4 1 Tinggi
kebakaran gedung RS rapi

Gizi Ledakan gas Kebocoran gas Kebakaran 4 2 Tinggi


Loundry Letak gas Sistem penataan tidak Kebakaran 2 3 Sedang
sesuai
5. Peralatan medis Rawat inap Petugas kurang teliti Alat medis tidak Keselamatan 2 3 Sedang
(Tulip) terkalibrasi pasien/salah
diagnosa
IPSRS Penularan penyakit dari alat Kontak dengan alat Terinfeksi 2 2 Rendah
medis medis yang rusak penularan penyakit

6. Sistem Selasar Kebocoran pipa hydrant Kurangnya Tekanan air tidak 4 2 Tinggi
penunjang rawat inap pemeliharaan maksimal
/utilitas
Gedung Kehilangan CCTV mati Lokasi tidak 2 3 Sedang
parkit Lt.1 termonitoring/tidak
terkontrol

Anda mungkin juga menyukai