OLEH :
Nim : 107101000136
JAKARTA
1430 H/2011 M
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN GIZI
MAGANG, APRIL 2011
ABSTRAK
Kurang gizi masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Hal ini
ditandai dengan masih tingginya prevalensi balita gizi buruk yaitu sebesar 4,9 % dan
gizi kurang 13 % (Riskesdas, 2010). Secara nasional sekitar 62,3% rumah tangga
telah megunakan garam beriodium dan baru 6 provinsi yang telah mencapai target
Universal Salt Iodization 2010 (Riskesdas, 2007). Walaupun Indonesia telah
dinyatakan bebas masalah kurang vitamin A klinik (Xeropthalmia) pada tahun 1992
namun kekurang vitamin A pada balita sangat berhubungan dengan pertumbuhan dan
perkembangan balita tersebut, sekitar 71,5% vitamin A telah di distribusikan kepada
anak umur 6-59 bulan (Riskesdas, 2007). Ketersediaan data secara cepat, akurat, dan
berkesinambungan menjadi faktor penting untuk dapat melacak dan menjaring
dengan cepat permasalahan gizi di suatu wilayah.
Kegiatan magang ini bertujuan untuk mengetahui gambaran umum mengenai
pelaksanaan pemantauan wilayah setempat (PWS) gizi lima puskemas wilayah kerja
Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan Tahun 2010. Metode pengumpulan data
dilakukan dengan wawancara, observasi dan studi pustaka selama 26 hari kerja pada
Februari – Maret 2011. Adapun pelaksanaan PWS-Gizi di lima puskesmas meliputi
pengumpulan, pencatatan, pengolahan, pelaporan, penyajian dan analisis data.
Penetapan target sasaran setiap puskesmas dilakukan oleh Dinas Kesehatan
Kota Tangerang Selatan berdasarkan jumlah penduduk masing-masing wilayah.
Pelaksanaan PWS-Gizi tingkat Puskesmas wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota
Tangerang Selatan sudah sesuai dengan ketetapan indikator Depkes 2008 yaitu
prevelensi Ibu hamil Kurang Energi Kronis (Bumil KEK), prevelensi Bayi Berat
Rendah (BBLR), cakupan ASI Ekslusif, cakupan desa dengan garam beryodium baik,
pemantauan pertumbuhan, cakupan 90 TTD ibu hamil dan cakupan kapsul vitamin A
dosis tinggi untuk balita dan ibu nifas. Lokasi utama dalam pengumpulan, pencatatan,
pengolahan data PWS-Gizi dilakukan pada posyandu. Lokasi lain yang menjadi
sumber data Puskesmas, bidan, klinik dan RB swasta. Pelaksanaan pencatatan,
pengolahan dan pelaporan tingkat posyandu dilakukan oleh kader posyandu.
Penanggung jawab PWS-Gizi tinkat puskesmas seorang TPG (tenaga
pelaksana gizi) yang dibantu bidan koordinator, bidan desa dan kader posyandu.
Pelaksanaan PWS-Gizi di lima puskesmas mengalami kelamahan pencatatan,
pengolahan dan pelaporan data pada indikator cakupan ASI eksklusif dan prevelensi
BBLR di tingkat posyandu maupun puskesmas. Hal tersebut ditandai oleh tidak
terdapatnya informasi cakupan ASI eksklusif dan prevelensi BBLR di puskesmas
secara pasti. Kelemahan pun terjadi pada pelaporan data dari bidan, klinik dan RB
swasta kepada puskesmas, diakui puskesmas keterlambatan bahkan tidak
dilaporkannya data sering terjadi. Dari lima puskesmas, hanya satu puskesmas yang
pernah terlambat mengirimkan laporan LB3 kepada pihak Dinas Kesehatan Kota
Tangerang Selatan. Saran yang diberikan ialah pelatihan dan pengawasan terhadap
kader, bidan desa, juga TPG dalam pencatatan, pengolahan dan pelaporan cakupan
ASI ekslusif dan prevelensi BBLR serta memberikan teguran, sangsi dan membuat
kesepakatan baru dengan bidan, klinik dan RB swasta dalam hal pelaporan data
terkait dengan PWS-Gizi di Puskesmas oleh Dinas Kesehatan Kota Tangerang
Selatan.
Daftar bacaan : 13 (1996-2011)
KATA PENGANTAR
Segala syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT , atas segala
gizi lima puskemas wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan Tahun
2010. ” walaupun masih ada kekurangan yang masih perlu diperbaiki. Salawat serta
salam tidak lupa disampaikan kepada baginda Rasulallah SAW yang membawa
Penyusunan laporan magang ini tidak dapat selesai tanpa bantuan, kerjasama,
dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. dr. Yuli Prapanca Satar, MARS, Selaku Kepala program studi Kesehatan
Masyarakat.
2. Ibu Yuli Amran SKM, MKM, selaku penanggung jawab magang.
3. Ibu Febrianti, Msc, selaku dosen pembimbing Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan atas konsultasi, arahan dan bimbingannya selama kegiatan magang
berlangsung.
4. Bapak H. Dadang, S. Ip, M. Epid, selaku kepala Dinas Kesehatan Kota
Tangerang Selatan atas kesempatan dan izinnya untuk melakukan magang.
5. Ibu Drg. Hj. Khairati, M.Kes, selaku kepala bidang kesehatan keluarga di
Dinas Kesehatan Kota Tangerang atas bimbingan dan ruangan kerjanya
selama kegiatan berlangsung.
6. Ibu Ida Kurniasih, SKM, selaku pembimbing lapangan atas saran dan
bimbingannya selama proses magang berlangsung maupun dalam proses
penyusunan laporan di tempat magang.
7. Seluruh staff Dinas Kesehatan Tangerang Selatan yang telah membantu
penulis selama magang.
8. Seluruh Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) dan staff Puskesmas Ciputat, Ciputat
Timur, Jurang Mangu, Jombang dan Pamulang.
9. Orangtua tercinta yang selalu mendoakan, memberikan dukungan, motivasi,
perhatian dan pengorbanan yang tidak akan pernah putus serta adik-adikku
Virda Dzikria Rahmawati dan Sarah Rifka Rahmawati.
10. Sahabat-sahabat terbaikku, Mellysa Putri Neldi, Siti Pipit Nurzeha Puspa
Bhayangkaari, Yeni Aryati Safitri, Ayu Pradipta yang selalu menemaniku
dalam suka dan duka, motivasi dan pemberi inspirasi serta Reinaldy Eka
Syahwal.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih sangat jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharap kritik dan saran yang membangun agar di masa
mendatang penulis dapat menyusun laporan yang lebih baik lagi.
Penulis
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Email : ika_337@yahoo.com
Riwayat Pendidikan
ABSTRAKSI .................................................................................................................. i
DAFTAR BAGAN....................................................................................................... xv
2.3.5 Tujuan....................................................................................... 11
B.1 Indikator..................................................................... 16
C.1 Indikator..................................................................... 19
4.1.1.1 Visi.............................................................................. 46
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
Masalah gizi kurang dapat di sebabkan oleh penyebab langsung dan tidak
langsung. Makanan dan penyakit dapat secara langsung menyebabkan gizi kurang.
Timbulnya gizi kurang tidak hanya dikarenakan asupan makanan yang kurang, tetapi
juga penyakit. Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai, pola asuh dan
pelayanan kesehatan, lingkungan yang kurang memadai, pokok masalah di
masyarakat dan akar masalah menjadi penyebab tidak langsung.
Berkaitan dengan hal tersebut maka pada kegiatan magang kali ini mahasiswa
peminatan gizi program studi kesehatan masyarakat fakultas kedokteran dan ilmu
kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ingin melihat dan mengetahui gambaran
pelaksanaan pemantauan wilayah setempat (PWS) Gizi tingkat puskesmas wilayah
kerja Dinas Kesehatan kota Tangerang Selatan.
1.2. Tujuan
setempat (PWS) gizi tingkat puskemas wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota
Tahun 2010.
Tahun 2010.
1.1 Manfaat
2010.
Hidayatullah Jakarta
Masyarakat.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
a. Kuratif (pengobatan)
Kesehatan Online. Informasi kesehatan ini dapat diakses secara online dari
kesehatan dapat diperoleh secara akurat dan real time. Perkembangan teknologi
dalam bentuk pelaporan yang cepat dari seluruh pusat pelayanan kesehatan di
2.3.1 Pengertian
RI, 2008)
hamil Kurang Energi Kronis (Bumil KEK), prevelensi Bayi Berat Rendah
kapsul vitamin A dosis tinggi untuk balita dan ibu nifas (Depkes RI,
2008).
Kesehatan.
dan menghasilkan informasi secara cepat, tepat, akurat dan terus menerus
(Bumil KEK)
tingkat masyarakat
2.3.6 Manfaat
gizi
A.1 Indikator
lingkar lengan atas (LiLA) < 23.5 cm (Depkes, 1982). Bumil KEK
Cara menghitung :
bidan di desa atau bidan dipuskesmas pada kohort ibu dan buku
KIA.
di desa ke Puskesmas.
tabel, grafik dan peta menurut wilayah dan waktu atau berdasarkan
2008).
B.1 Indikator
waktu tertentu (cakupan dapat dihitung per bulan atau per tahun)
seluruh ibu hamil yang telah diberi tablet Fe3 dari seluruh
seluruh ibu hamil yang telah diberi tablet Fe3 dari seluruh desa
RI, 2008)
data berupa tabel, grafik, dan peta menurut wilayah dan waktu
C.1 Indikator
dengan berat badan < 2500 gram yang timbang pada saat lahir atau
timbang pada saat lahir dan hari ke 7 setelah lahir, indikator adalah
2008).
Cara menghitung :
1. Data berat badan lahir bayi di desa dan puskesmas di catat pada
buku KIA dan kohort bayi oleh bidan di desa dan di Puskesmas.
2. Data BBLR di rumah sakit di catat oleh petugas di ruang
bersalin.
di Puskesmas
dari rumah sakit, ruma bersalin dan bidan praktek swasta setiap
bentuk tabel, grafik, dan peta menurut tempat dan waktu atas
D.1 Indikator
ASI eksklusif adalah pemberian Air Susu Ibu (ASI) saja kepada
rumus berikut :
Cakupan ASI Eksklusif 6 bulan
1. Data seluruh bayi 0-6 bulan pada bulan bersangkutan dicatat oleh
bentuk tabel, grafik dan grafik menurut tempat dan waktu atas
E.1 Indikator
ditimbang pada bulan lalu (O) dan yang baru pertama kali
ditimbang (B).
pertumbuhan .
menurut umur berada pada dan dibawah garis merah pada KMS.
keberhasilan program.
Saat ini perhatian mulai diutamakan pada balita yang tidak
balita akan ditambah dengan balita yang tidak naik berat badannya
(T).
Catatan : Balita yang tidak tetap atau < 6 bulan bertempat tinggal
Cara menghitung :
Atau
Pengumpul
Indikator Sumber Data Lokasi Waktu
Data
buku KIA dicatat oleh kader Posyandu pada buku register bayi
2008).
dalam bentuk label, grafik dan peta menurut tempat dan wkatu atau
F.1 Indikator
tinggi
A Dosis Tinggi
100%
Hasil
sweeping/valida
si data vit.A
F.3 Pencatatan, Pengolahan dan Pelaporan Data
1. Kader atau bidan desa mencatat bayi 6-11 bulan yng diberi
melaporkannya ke puskesmas.
disampaikan ke kabupaten/kota.
4. TPG kabupaten/kota menghitung cakupan kapsul vitamin
leporan ke puskesmas.
kabupaten/kota.
Penyajian dalam bentuk tabel, grafik dan peta menurut tempat dan
G.1 Indikator
kemudian dites dengan iodina test oleh guru sekolah dasar yang
2008).
2008).
1. Pelayanan kesehatan Ibu dan Bayi : Cakupan bayi lahir berat rendah /
per tahun (90%), cakupan ibu hamil yang mendapat 90 tablet Fe (90%)
(Depkes, 2003).
BAB III
4.1 HASIL
4.1.1.1 Visi
untuk mewujudkannya.
4.1.1.2 Misi
sebagai berikut:
besarta lingkungannya.
kesehatan.
4.1.1.3 Struktur Organisasi
Kepala
KepalaDinas
DinasKesehatan
Kesehatan
Kota
Kota TangerangSelatan
Tangerang Selatan
Kepala
KepalaBidang
Bidang
Kesehatan
KesehatanKeluarga
Keluarga
Kepala
KepalaSeksi
Seksi
Bidang
BidangGizi
Gizi
Staf
Stafahli
ahli
Bidang
BidangGizi
Gizi
Tangerang Selatan.
Tabel 4.1
Jumlah Tenaga Pelaksana Gizi Tingkat Puskesmas
di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan 2010
Tabel 4.2
Jumlah Prasarana Kesehatan Menurut Kecamatan
Kota Tangerang Selatan 2010
JUMLAH PRASARANA
No KECAMATAN RUMAH RUMAH SAKIT
PUSKESMAS SAKIT SWASTA
1 2 3 4 5
1 Serpong 1 - 6
2 Serpong Utara - - -
3 Setu 2 - -
4 Pamulang 1 1 1
5 Ciputat 3 - 3
6 Ciputat Timur 1 - 3
7 Pondok Aren 3 - 3
JUMLAH 11 1 16
Sumber: Laporan Tahunan Gizi Dinas Kesehatan Tangerang Selatan 2010
4.1.1.6 Posyandu dan Kader
Tabel 4.3
Jumlah Posyandu dan Kader Menurut Puskesmas
Kota Tangerang Selatan tahun 2010
Posyandu Jumlah
Kader
No Puskesmas Pratama Madya Purnama Mandiri
1 Serpong 1 20 41 13 371
2 Ciputat 4 31 3 2 175
3 Ciputat Timur 18 49 40 12 595
4 Pamulang 33 53 28 13 629
5 Pondok Aren 12 42 7 7 189
6 Setu 0 2 14 1 90
7 Pondok Jagung 19 28 20 3 345
8 Jurang Mangu 3 83 6 1 470
9 Jombang 5 16 17 9 240
10 Kampung 0 16 24 2 220
Sawah
11 Keranggan 0 3 16 2 92
12 Perigi 3 13 1 1 240
Kota Tangerang 98 356 271 66 3.656
Selatan
Sumber: Laporan Tahunan Gizi Dinas Kesehatan Tangerang Selatan 2010
4.1.2Gambaran Indikator dan Pelaksanaan Pemantauan Wilayah
Setempat (PWS) Gizi Lima Puskesmas Wilayah Dinas Kesehatan
Kota Tangerang Selatan
ibu hamil yang mempunyai ukuran lingkar lengan atas (LiLA) <
2. cakupan 90 TTD ibu hamil yaitu ibu hamil yang telah mendapat
lahir dengan berat badan < 2500 gram yang timbang pada saat
lahir atau hari ke 7 setelah lahir (WHO 1987 dalam Depkes RI,
2008);
2008);
2008);
tetentu. (Depkes RI, 2008). Dan untuk ibu nifas, ibu nifas yang
Gizi merupakan salah satu yang ditangani oleh seorang TPG Puskesmas.
dilakukan secara berjenjang yaitu mulai dari tingkat desa, kecamatan dan
kota. Pengumpulan data di tingkat desa dilakukan oleh bidan desa dan
kerja posyandu dan mencatat hasil pendataan status ibu hamil antara
lain identitas ibu, umur, nama suami, kehamilan, jumlah TTD yang
posyandu dan mencatat hasil antara lain : nama bayi, tanggal lahir,
ASI eksklusif.
dalam wilayah kerja posyandu antara lain : nama anak, tanggal lahir,
dalam wilayah kerja posyandu antara lain : nama anak, tanggal lahir,
kerja posyandu antara lain : nama WUS dan PUS, umur, Tahapan KS,
kelurahan)
SD/MI yang di ambil sampelnya, jenis garam dan hasil uji sampel
garam.
8. Form Vitamin A yang digunakan untuk daftar registrasi bayi dan balita
hamil oleh bidan desa yang antara lain keterangan : register ibu,
10. Kohort ibu nifas yang digunakan untuk pencatatan ibu nifas oleh bidan
11. Buku bantu KIA yang digunakan untuk merekap data kunjungan ibu
data BBLR, ASI eksklusif, kapsul vitamin A dosis tinggi untuk ibu
nifas.
12. Buku bantu gizi yang digunakan untuk merekap data Format 5
13. LB3 digunakan sebagai form pelaporan kepada tingkat kota yang
Format 5
Rekapitulasi data Posyandu
Pencatatan
LB3 Gizi
Bagan 4.1
Mekanisme Pencatatan, Pengolahan dan Pelaporan Data PWS-Gizi
Tingkat Puskesmas
dilakukan oleh kader dan bidan desa, pencatatan ditulis pada SIP (Sistem
Informasi Posyandu) format 1 hingga format 4. Bidan desa mencatat pada
kohort ibu dan nifas di setiap posyandu untuk beberapa indikator PWS-
Gizi seperti pemberian tablet 90 TTD dan kapsul vitamin A dosis tinggi
untuk ibu nifas, yang kemudian dicatat kembali dalam SIP. Data yang
tingkat puskesmas.
Selain dari posyandu sumber data LB3 Gizi adalah poli KIA
puskesmas dan bidan, klinik dan RB swasta. Sumber data yang berasal
dari poli KIA Puskesmas dan bidan, klinik dan RB swasta mencakup
balita, prevelensi ibu hamil KEK dan ibu nifas dan prevelensi BBLR.
data dari bidan, klinik, dan RB swasta kepada pihak puskesmas diwilayah
melakukan pengolahan data yang telah direkap oleh bidan desa dalam
data pada LB3 hal ini masih dilakukan secara manual. Setelah data telah
lembaran kertas beserta laporan lain yang di minta pihak Dinas Kesehatan
setiap bulannya. Jarang terdapat puskesmas yang terlambat dalam
Format 1
Pencatatan
Format 5
Rekapitulasi data Posyandu
Format 5
Rekapitulasi data Kelurahan
Klinik,
Poli KIA
Bidan dan Pencatatan
Puskesmas
RB swasta
Pencatatan
LB3 Gizi
Bagan 4.2
Pencatatan, Pengolahan dan Pelaporan Data
Prevelensi Ibu Hamil Kek di Tingkat Puskesmas
Di posyandu pencatatan data ibu hamil yang mengalami
Kurang Energi Kronis dicatat dalam kohort ibu oleh bidan desa
hamil :
Data Ibu
Hamil yang Kohort ibu
Pencatatan
mendapat
90 TTD
Format 1
Pencatatan
Format 5
Rekapitulasi data Posyandu
Format 5
Rekapitulasi data Kelurahan
Klinik,
Poli KIA
Bidan dan Pencatatan
Puskesmas
RB swasta
Pencatatan
LB3 Gizi
Bagan 4.3
Pengumpulan, Pengolahan dan Pelaporan Data
Cakupan 90 TTD Ibu Hamil Tingkat Puskesmas
prevelensi BBLR :
Kasus KMS
Pencatatan
BBLR
Format 2
Pencatatan
Format 5
Rekapitulasi data Posyandu
Format 5
Rekapitulasi data Kelurahan
Klinik,
Poli KIA
Bidan dan Pencatatan
Puskesmas
RB swasta
Pencatatan
LB3 KIA
Bagan 4.4
Pencatatan, Pengolahan dan Pelaporan Data
Prevelensi BBLR di Tingkat Puskesmas
Pencatatan di posyandu dilakukan setiap kali ditemukan
semua kasus BBLR dari bidan desa, poli KIA Puskesmas, bidan,
bayi lahir dalam buku bantu gizi. Jadi secara keseluruhan, data
Bayi yg
melakukan
Format 2
ASI Eksklusif Pencatatan
berumur 0-6
bln
Format 5
Pencatatan Posyandu
Format 5
Rekapitulasi data Kelurahan
Poli KIA
Pencatatan
Puskesmas
LB3 KIA
Bagan 4.5
Pencatatan, Pengolahan dan Pelaporan Data
Cakupan ASI Eksklusif di Tingkat Puskesmas
kepada orang tua bayi yang datang ke poli KIA. Seperti halnya di
wilayah rumahnya.
PWS-Gizi.
KIA dan LB3 gizi yang diserahkan kepada petugas gizi tingkat
kota.
Format 3b
Format 3a
Penimbangan bayi
Data bayi Format 2
dan balita serta
dan balita
pengisian KMS
Format 5
Pencatatan Posyandu
Format 5
Rekapitulasi data Kelurahan
Pencatatan
LB 3 Gizi
Bagan 4.6
Pencatatan, Pengolahan dan Pelaporan Data
Pemantauan Pertumbuhan Tingkat Puskesmas
Pelaksanaan penimbangan di posyandu dilakukan oleh
balita yang ditimbang bulan ini tapi tidak di timbang pada bulan
3a dan 3b.
Puskesmas.
Ibu Nifas
Format 3a dan 3b
Pencaatatan
LB 3 Gizi
Bagan 4.7
Pengumpulan Dan Pengolahan Data Cakupan Kapsul Vitamin A
Untuk Bayi Dan Balita Tingkat Puskesmas
Pemberian kapsul vitamin A dilakukan di posyandu,
oleh kader atau bidan desa setelah itu balita diberikan kapsul
yang berasal dari poli KIA puskesmas dan laporan bidan, klinik
Format 1
Pencatatan
Format 5
Rekapitulasi Data Posyandu
Format 5
Rekapitulasi Data Kelurahan
Data
Buku Bantu KIA
klinik,
Pencatatan Puskesmas Pencatatan
bidan, dan
RB swasta
LB 3 Gizi
Bagan 4.8
Pencatatan Dan Pengolahan Data Cakupan Kapsul Vitamin A
Untuk Ibu Nifas Tingkat Puskesmas
Pencatatan ibu nifas yang datang ke posyandu dan di
tinggi ibu nifas pada format 5 posyandu. Ibu nifas di desa tidak
dilakukan pada kohort ibu nifas dan buku bantu KIA. Selain
vitamin A dosis tinggi ibu nifas berasal dari bidan, klinik dan
berasal dari bidan desa, poli KIA Puskesmas, bidan, klinik dan
dites dengan iodina test oleh guru Sekolah Dasar yang di dampingi
Form GB-KEI
Pencatatan
Laporan
pemantauan garam
Rekapitulasi data per kelurahan
Rekapitulasi data
Laporan
pemantauan garam
di wilayah
puskesmas
Bagan 4.9
Pencatatan, Pengolahan dan Pelaporan Data
Cakupan Desa dengan Garam Beryodium Baik Tingkat Puskesmas
selanjutnya.
sama yaitu pada kader dan bidan desa. Dalam pelaksanaan pelaporan data
swasta pun sama yaitu keterlambatan bahkan tidak dilaporkan data yang
diharapkan.
umur, jenis kelamin, dan wilayah dalam bentuk jumlah kasus (insidens),
dalam bentuk tabel, grafik baris, grafik balok, atau peta wilayah Depkes RI
secara sederhana dalam bentuk tabel, grafik dan peta manurut tempat dan
buat penyajian dan analisisnya oleh TPG karena PWS-Gizi bersifat lintas
90 TTD ibu hamil, prevelensi BBLR, ASI eksklusif dibuat oleh petugas
cakupan ASI eksklusif hanya disajikan dalam bentuk rekapan data dalam
buku bantu KIA Puskesmas dan tidak disajikan tabel maupun grafik.
Penyajian data Cakupan vitamin A ibu nifas dan cakupan 90 TTD ibu
hamil disajikan dalam bentuk tabel dan grafik berdasarkan waktu dan
tempat.
waktu. Tabel dan grafik tidak selalu disajikan setiap bulan dalam bentuk
hard copy tidak jarang puskesmas menampilkan tabel dan grafik dalam
anggaran dana yang cukup dalam penyediaan tinta printer untuk kegiatan
PWS-Gizi.
terjadi penurunan presentase dibawah target, dan untuk indikator yang lain
Puskesmas:
Pencapaian S/D
No Puskesmas Sas. Bumil Prevalensi%
Desember
1 Serpong 2544 14 0.55
2 Pondok Jagung 1998 7 0.35
3 Ciputat 838 56 6.68
4 Kampung Sawah 724 46 6.35
5 Jombang 2456 20 0.81
6 Pamulang 6128 144 2.35
7 Pondok Aren 1317 4 0.30
8 Parigi 1655 9 0.54
9 Ciputat Timur 3996 6 0.15
10 Jurangmangu 3125 15 0.48
11 Setu 739 0 0.00
12 Karangan 747 10 1.34
KOTA TANGERANG
26267 331 1.26
SELATAN
Sumber: Laporan Tahunan Gizi Dinas Kesehatan Tangerang Selatan 2010
Diagram 4.1
Prevalensi Ibu Hamil KEK
Kota Tangerang Selatan tahun 2010
Tabel 4.5
Cakupan Pemberian Fe-1 Dan Fe-3 Pada Ibu Hamil menurut Puskesmas
Di Kota Tangerang Selatan tahun 2010
JUMLAH
NO KELURAHAN CAKUPAN
SASARAN Fe-3 %
1 Serpong 2544 2828 111.16
2 Pondok Jagung 1998 2627 131.48
3 Ciputat 838 886 105.73
4 Kampung Sawah 724 880 121.55
5 Jombang 2456 2385 97.11
6 Pamulang 6128 7172 117.04
7 Pondok Aren 1317 1341 101.82
8 Parigi 1655 1984 119.88
9 Ciputat Timur 3996 4031 100.88
10 Jurangmangu 3125 3116 99.71
11 Setu 739 647 87.55
12 Karanggan 747 748 100.31
KOTA TANGERANG SELATAN 26267 28645 109.05
Sumber: Laporan Tahunan Gizi Dinas Kesehatan Tangerang Selatan 2010
tersebut terjadi karena kunjungan ibu hamil tidak hanya dari wilayah
yang telah dihitung berdasarkan jumlah ibu hamil yang ada diwilayah
diharapkan.
c. Prevelensi BBLR
dibuat berdasarkan hasil laporan dan temuan kader, bidan desa, dan
Kota, bagian gizi tingkat kota meminta data kepada bagian KIA
e. Pemantauan Pertumbuhan
Tabel 4.6
Cakupan Pemantauan Pertumbuhan (SKDN) Menurut Puskesmas
Kota Tangerang Selatan Tahun 2010
100%. Namun untuk cakupan D/S dengan target 75% di tahun 2010,
Tabel 4.7
Cakupan Distribusi Vitamin A dosis Tinggi untuk Bayi dan Balita
Di Kota Tangerang Selatan tahun 2010
1 Serpong 1125 10329 1093 97,16 6893 66,73 1104 98,13 9399 91.00
2 Pondok Jagung 883 8113 899 101,81 5871 72,37 900 101,93 6100 75.19
3 Ciputat 370 3402 467 126,22 2271 66,75 547 147,84 3074 90.36
4 Kampung Sawah 320 2941 298 93,13 2034 69,16 312 97,50 2459 82.59
5 Jombang 1086 9973 1170 107,73 6858 68,77 1098 101,10 8210 82.32
6 Pamulang 2709 24882 2587 95,50 16836 67,66 2590 95,61 21570 86.69
7 Pondok aren 582 5346 658 113,06 3165 59,20 666 114,43 5039 94.26
8 Parigi 732 6718 1097 149,86 4838 72,02 615 84,02 5493 81.77
9 Ciputat Timur 1767 16225 1572 88,96 10528 64,89 1931 109,28 12419 76.54
1
Jurang Mangu 1382 12689 1513 109,48 9217 72,64 1459 105,57 12019 94.72
0
1
Setu 327 2999 312 95,41 1984 66,16 293 89,60 2679 89.20
1
1
Keranggan 330 3034 310 93,94 2014 66,38 330 100,00 3034 100
2
Kota
10665
Tangerang 11613 11976 103,13 72509 67,99 11845 102,00 91461 85.76
1
Selatan
Sumber: Laporan Tahunan Gizi Dinas Kesehatan Tangerang Selatan 2010
bulan pada bulan Februari 88,25 % dan bulan Agustus 91,71 %. Bila di
bandingkan dengan RJPMN 2010-2014 telah mencapai target yaitu 85%. Seluruh
JUMLAH
NO KELURAHAN SASARAN CAKUPAN %
1 Serpong 2475 2355 95.15
2 Pondok Jagung 1944 1702 87.55
3 Ciputat 815 742 91.04
4 Kampung Sawah 705 905 128.4
5 Jombang 2389 2102 87.99
6 Pamulang 5962 5411 90.76
7 Pondok Aren 1281 1330 103.8
8 Parigi 1610 1533 95.22
9 Ciputat Timur 3887 4017 103.3
10 Jurangmangu 3040 2913 95.22
11 Setu 719 622 86.51
12 Karanggan 727 674 92.71
KOTA TANGERANG
25554 24306 95.12
SELATAN
target Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan Tahun 2010 adalah 87%.
Hanya terdapat satu Puskesmas yang masih dibawah target yang telah
Setu.
g. Cakupan Garam Beryodium Tingkat Masyarakat
Tabel 4.9
Pemantauan Garam Beryodium Di Tingkat Masyarakat
Curai/Korosok
Bata/Briket
Tidak Ada
Nama
Kurang
Cukup
Halus
NO
Puskesmas
5 6 7 8 9 10
1 2 3 4
n % n % n % n % n % n %
1 Serpong 18 576 573 99.48 3 0.52 0 0.00 575 99.83 1 0.17 0 0.00
Pondok
2 Jagung 14 448 448 100.00 0 0.00 0 0.00 446 99.55 2 0.45 0 0.00
3 Ciputat 4 128 110 85.94 9 7.03 9 7.03 119 92.97 0 0.00 9 7.03
4 Jombang 6 192 186 96.88 0 0.00 6 3.13 188 97.92 0 0.00 4 2.08
Kampung
5 Sawah 4 128 111 86.72 7 5.47 10 7.81 117 91.41 0 0.00 11 8.59
6 Pamulang 16 512 459 89.65 53 10.35 0 0.00 511 99.80 0 0.00 1 0.20
7 Ciputat Timur 12 384 301 78.39 58 15.10 25 6.51 367 95.57 0 0.00 17 4.43
8 Jurang Mangu 8 256 192 75.00 41 16.02 23 8.98 242 94.53 0 0.00 14 5.47
9 Pondok Aren 6 192 186 96.88 4 2.08 2 1.04 188 97.92 0 0.00 4 2.08
10 Parigi 8 256 202 78.91 48 18.75 6 2.34 246 96.09 0 0.00 10 3.91
11 Keranggan 6 192 185 96.35 0 0.00 7 3.65 186 96.88 0 0.00 6 3.13
12 Setu 6 192 189 98.44 0 0.00 3 1.56 191 99.48 0 0.00 1 0.52
Jumlah 108 3456 3142 90.91 223 6.45 91 2.63 3376 97.69 3 0.09 77 2.23
Sumber: Laporan Tahunan Gizi Dinas Kesehatan Tangerang Selatan 2010
informasi dapat ditempuh melalui berbagai cara, antara lain dengan cara
mengirimkan laporan LB3 gizi kepada bidang gizi dan LB3 KIA kepada
bidang KIA di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. Selain LB3 gizi
dan KIA yang dilaporkan, laporan cakupan garam beryodium pada waktu
pada LOKBUL (Loka Karya Bulanan) bersama kepala dan seluruh staf di
lapangan.
4.2 PEMBAHASAN
Tangerang Selatan
berujung tombak pada kader karena sumber data indikator PWS-Gizi selama
desa, bidan koordinator dan TPG Puskesmas. Pada tahun 2010, bidan desa
dapat membina hingga 23 posyandu hal tersebut dapat membuat bidan desa
pada suatu puskesmas menjadi lebih kecil, puskesmas bisa lebih berfokus
pada wilayah yang semakin kecil sehingga bidan desa tidak lagi di bebankan
pihak dinas kesehatan kepada staf puskesmas dalam hal ini TPG puskesmas
cukup maka akan berakibat pada kemampuan bidan desa dalam membina
bisa dilakukan setiap 2 bulan sekali, 3 bulan sekali atau pada waktu yang
tidak ditentukan. Namun untuk pelatihan hal tertentu seperti pelatihan yang
terjadwal rutin, agar kinerja TPG Puskesmas dapat terpantau dan dapat
gizi banyak pula yang dibebankan dengan tugas lainnya. Dari 5 TPG
Puksesmas tenyata hanya satu saja yang murni memegang program gizi di
puskesmas selebihnya memengang satu hingga dua program lain yang tidak
pekerjaan seorang TPG puskesmas dan membuat fokus kerja yang terbelah.
Solusi yang dapat ditawarkan bilamana jumlah SDM kurang dan TPG
Puskesmas masih harus memegang lebih dari satu program maka program
yang lain sebaiknya masih berkaitan dengan gizi agar dapat dilakukan
pembebanan satu tugas kepada TPG Puskesmas yaitu menambah SDM baru
agar pekerjaan lain yang dipegang oleh TPG Puskesmas dapat di alihkan
pada SDM baru, untuk mewujudkan hal tersebut dinas kesehatan merupakan
Kepegawaian Daerah.
kualitas dari bidan desa perlu ditingkatkan. Karena bidan desa menjadi
terjadi ada saja bidan desa yang kurang peduli dengan posyandu binaannya
bidan desa biasanya merupakan bidan yang baru mulai bertugas / PTT,
pembinaan dan pengawasan terhadap bidan desa oleh puskesmas secara terus
informasi terus menerus, cepat, tepat dan akurat sebagai dasar penentuan
bidan, klinik dan RB swasta. Setiap bulannya data dicatat, diolah dari lokasi-
lokasi tersebut yang kemudian menjadi bahan informasi kepada tingkat kota.
bidan desa. Namun demikian tetap saja masih terjadi kekurangan dalam
dapat dikatakan dampak dari binaan bidan desa, jadi apabila pembinaannya
baik maka akan baik pula peran serta kader di posyandu. Kader akan
melaksanakan kegiatan sesuai dengan instruksi dari bidan desa, jadi bila
yang kurang aktif membina posyandu kader punya inisiatif sendiri untuk
data namun peran serta dalam pelaporannya kepada puskesmas masih belum
koperatif dalam pelaporan padahal setiap bidan, klinik dan RB swasta pasti
bulannya kepada puskesmas, meskipun sering kali ada bidan, klinik dan RB
baik secara tertulis maupun tidak kepada bidan, klinik dan RB swasta.
kesehatan agar pihak swasta sulit untuk berkelit lagi dalam melaporkan
laporan yang seharusnya, serta peran serta dari puskesmas perlu ditingkatkan
puskesmas lainnya.
kemudian tertulis dalam buku bantu KIA dan diolah oleh bidan pembina.
anak dapat dilakukan di puskesmas karena tidak setiap bulan anak tersebut
terhadap balita yang mengalami gizi kurang bahkan buruk dan mendapatkan
yaitu prevelensi Ibu hamil Kurang Energi Kronis (Bumil KEK), prevelensi
Bayi Berat Rendah (BBLR), cakupan ASI Ekslusif, cakupan desa dengan
garam beryodium baik, pemantauan pertumbuhan, cakupan 90 TTD ibu
hamil dan cakupan kapsul vitamin A dosis tinggi untuk balita dan ibu nifas.
belum sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Hingga tahun 2010,
ditanyakan penggunaan ASI eksklusif yang dicatat dalam SIP hanya yang
diberikan ASI eksklusif, bayi yang masih ASI dan sudah diberikan makanan
pelaksanaan pencatatan ASI eksklusif dapat berjalan baik bila didukung oleh
Tangerang Selatan, namun sepertinya pada tahun 2010 ASI eksklusif belum
menjadi perhatian pihak dinas kesehatan karena masih berfokus kepada gizi
gizi dinas kesehatan juga baru mengetahui cara pencatatan, pengolahan dan
pelaporan ASI eksklusif yang benar dari dinas kesehatan Provinsi Banten
petugas gizi tingkat kota yang sebelumnya di pegang oleh KIA tingkat kota.
Namun di harapkan, tidak hanya berujung pada pelatihan semata namun
pada pembinaan dan pengawasan terhadap kader, bidan desa dan TPG
kasus kemudian dilaporkan kepada bidan desa, jadi keaktifan kader berandil
bayi kepada poli KIA. Yang seharusnya menjadi ujung tombak data BBLR
ialah bidan, klinik dan RB swasta namun karena kurangnya peran serta dari
instansi swasta dalam pelaporan data sehingga kasus BBLR yang mungkin
saja ada dan menjadi suatu informasi pada akhirnya tidak terwujudkan.
pemeriksaan garam dapur pada siswa sekolah dasar yang menjadi sampel.
melaksanakan satu kali pada tahun 2010 karena cakupan desa dengan garam
observasi bahwa pemeriksaan garam dapur terahir sebelum tahun 2010 yaitu
pada tahun 2008 yang dahulu masih dalam kesatuan Kabupaten Tangerang,
itu pun sama hanya dilakukan satu kali. Dari data pemeriksaan garam di
garam beryodium baik akan menurun dan lama kelamaan berdampak pada
Tangerang Selatan yaitu terjadi pada kader dan bidan desa di Posyandu,
instansi swasta seperti bidan, klinik dan RB Swasta dalam hal pelaporan dan
Ada beberapa faktor yang menyebabkan penyajian dan analisis tidak selalu
kurang pada balita, jadi analisis tidak dilakukan setiap bulan, analisis baru
berupa penyajian data berupa tabel dan diagram pada komputer. Hal
cakupan tablet vitamin A dosis tinggi balita dan ibu nifas, dan cakupan desa
dengan yodium baik. Bahkan untuk indikator ASI eksklusif dan BBLR
hanya dibuat rekapitulasi dalam buku bantu gizi tanpa dilakukan penyajian
dan analisis lebih lanjut. Hal tersbut dapat disebabkan oleh TPG puskesmas
yang merasa tidak perlu dilakukan analisis lebih lanjut karena dengan
cakupan yang rendah bahkan tinggi, analisis perlu dilakukan secara rutin
setiap informasi baru yang diperoleh. Namun apabila analisis sulit dilakukan
peningkatan pengolahan data pada data BBLR dan ASI eksklusif, data tidak
Tangerang Selatan dalam LB3 gizi dan LB3 KIA setiap bulannya. Dari lima
tidak dapat dibuktikan begitu saja karena di dinas kesehatan tidak terdapat
Sehingga bila hanya puskesmas yang memiliki bukti tertulis itu tidak dapat
terima laporan juga seperti puskesmas, agar segera dapat diketahui dan
cukup baik dilakukan dinas kesehatan selama ini dengan memanggil TPG
tingkat desa dan puskesmas. Pertemuan kader, istri lurah, bidan desa
5.1 Kesimpulan
terbentuk pada akhir 2008. Jumlah tenaga pelaksana gizi di tingkat puskesmas di
wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan tahun 2010 sebanyak 12
orang. Jumlah posyandu yang di miliki sebanyak 791 dan 3.656 kader posyandu.
Kurang Energi Kronis (Bumil KEK), prevelensi Bayi Berat Rendah (BBLR),
cakupan ASI Ekslusif, cakupan desa dengan garam beryodium baik, pemantauan
pertumbuhan, cakupan 90 TTD ibu hamil dan cakupan kapsul vitamin A dosis
tinggi untuk balita dan ibu nifas. Semua indikator ini telah dilaksanakan oleh
selama tahun 2010. Target setiap indikator PWS-Gizi tingkat Puskesmas sudah
ditetapkan oleh pihak dinas kesehatan yang disesuaikan dengan jumlah penduduk
masing-masing wilayah.
posyandu) format 1-5, form vit.A, kohort ibu hamil, kohort ibu nifas, form GB-
KEI, buku bantu KIA, buku bantu gizi dan LB3 Gizi. pencatatan, pengelolaan
Pencatatan dan pengumpulan data di posyandu dilakukan oleh kader dan bidan
Sumber data yang berasal dari poli KIA Puskesmas dan bidan, klinik dan RB
vitamin A balita, prevelensi ibu hamil KEK dan ibu nifas dan prevelensi BBLR.
Kota Tangerang Selatan, dilakukan dalam bentuk tabel serta grafik menurut
tempat dan waktu yang disesuaikan dengan kebutuhan program. TPG membuat
dalam bentuk softcopy, tabel maupun grafik dibuat dalam cakupan PWS-Gizi
terdapat indikator yang menunjukan hasil dibawah target yang sudah ditetapkan
hal tersebut diperkuat melalui hasil wawancara, TPG puskesmas lebih sering
presentase dibawah target, dan untuk indikator yang lain hanya dalam rekapan
laporan LB3 gizi dan KIA kepada dinas kesehatan. laporan PWS-Gizi tersebut
disampaikan pada LOKBUL (Loka Karya Bulanan) bersama kepala dan seluruh
staf di puskesmas.
5.2 Saran
dapat terpantau dan dapat segera dibenahi bila terdapat kekurangan bahkan
kekeliruan.
memberikan teguran baik secara tertulis maupun tidak kepada bidan, klinik dan
pihak swasta lebih koperatif dan pembuatan blangko yang seragam dari dinas
kesehatan agar pihak swasta sulit untuk berkelit lagi dalam melaporkan laporan.
pembinaan dan pengawasan selalu dilakukan oleh dinas kesehatan agar selalu
Depkes, RI. Pedoman Manajemen Puskesmas. Jakarta : Proyek Kesehatan Keluarga dan
Gizi Depkes RI. 2002
Depkes, RI. Pedoman Perencanaan Tingkat Puskesmas. Jakarta: Depkes RI. 2006
Depkes, RI. Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Gizi. Jakarta: Depkes RI. 2005
Depkes, RI. Riset Kesehatan Dasar 2007. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Depkes RI. 2007
Depkes, RI. Riset Kesehatan Dasar 2010. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Depkes RI. 2011
Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. Laporan Tahunan Gizi. Tangerang Selatan:
Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. 2010
Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. Profil Dinas Kesehatan. Tangerang Selatan:
Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. 2010