Anda di halaman 1dari 64

LAPORAN MAGANG

KEGIATAN MAGANG DI BIDANG PENCEGAHAN DAN


PENANGGULANGAN PENYAKIT (P2P) DI DINAS KESEHATAN
KOTA TANGERANG SELATAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh Gelar Sarjana

Kesehatan Masyarakat

Oleh:
Safira Fatima Naya
NIM. 191040500027

STIKES WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG

PROGRAM STUDI S1 ILMU KESEHATAN

MASYARAKAT TAHUN 2023


LAPORAN MAGANG

KEGIATAN MAGANG DI BIDANG PENCEGAHAN DAN


PENANGGULANGAN PENYAKIT (P2P) DI DINAS KESEHATAN
KOTA TANGERANG SELATAN

GAMBARAN PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN


PENYAKIT (P2P) TUBERKULOSIS (TBC)
DI DINAS KESEHATAN KOTA TANGERANG SELATAN

Oleh:
Safira Fatima Naya
NIM. 191040500027

STIKES WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG

PROGRAM STUDI S1 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

TAHUN 2023

i
ii
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan magang yang berjudul “Gambaran Program Pencegahan Dan


Penanggulangan Penyakit (P2P) Tuberkulosis (TBC) di Dinas Kesehatan Kota
Tangerang Selatan” ini telah melalui proses bimbingan dan disetujui oleh
pembimbing lapangan dan pembimbing materi pada tanggal serta telah disahkan
oleh ketua STIKes Widya Dharma Husada.

Ciater, 16 Agustus 2023

Mengetahui,

Ketua STIKes Widya Dharma Husada Tangerang

Ns. Riris Andriati, S.Kep., M.Kep., Ph.D.


NIDK. 0417108201

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

dengan karunianya penulis dapat menyelesaikan laporan magang yang berjudul

“Gambaran Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit (P2P)

Tuberkulosis (TBC) di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan”. Doa serta

salam juga penulis hanturkan Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan

petunjuk hingga akhir zaman kepada umatnya. Laporan magang ini ditujukan

untuk memenuhi tugas mata kuliah magang dan penulis mengucapkan terima

kasih kepada:

a. dr. Safitri Rahayu, M.A.R.S, selaku Ketua Yayasan STIKes Widya Dharma

Husada Tangerang Selatan

b. Ns. Riris Andriati, S.Kep., M.Kep., Ph.D., Selaku Ketua STIKes Widya

DharmaHusada Tangerang Selatan

c. dr. Aprilia Krisliana, MKM, Selaku pembimbing lapangan yang telah

memberikan dukungan dan bimbingan selama magang di Pencegahan dan

Penanggulangan Penyakit (P2P) di Dinas Kesehatan kota Tangerang Selatan.

d. Frida Kasumawati, S.KM., M.Kes., selaku Ketua Prodi S1 Kesehatan

Masyarakat STIKes Widya Dharma Husada Tangerang sekaligus dosen

pembimbing materi yang telah memberikan motivasi dan semangat untuk

menjalankan rutinitas magang.

e. Kedua Orang tua, yang selalu memberikan dukungan kepada penulis baik

moril maupun materi

iv
f. Teman-teman yang bersama-sama dalam satu kelompok yang menjalankan

kegiatan magang di Dinas Kesehatan kota Tangerang Selatan dan teman-teman

yang terlibat dalam menyusun laporan magang ini.

Semoga semua bantuan dan jasa baik yang telah diberikan kepada

penulis mendapat imbalan yang sesuai dari Tuhan Yang Maha Kuasa.

Akhirnya walaupun dengan berbagai keterbatasan makalah ini dapat

bermanfaat bagi kita semua.

Ciater, 16 Agustus 2023

Safira Fatima Naya

NIM 191040500027

v
DAFTAR ISI

COVER....................................................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN..............................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................iii
KATA PENGHANTAR........................................................................................iv
DAFTAR ISI..........................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xi
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latarbelakang...............................................................................................1
B. Tujuan...........................................................................................................5
C. Manfaat.........................................................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................8

A. Tuberkulosis (TBC)......................................................................................8
1. Pengertian Tuberkulosis.........................................................................8
2. Etiologi Penyakit Tuberkulosis..............................................................9
3. Klasifikasi Penyakit Tuberkulosis........................................................10
4. Gejala Penyakit Tuberkulosis..............................................................13
5. Diagnosis Penyakit Tuberkulosis.........................................................15
6. Cara Penularan Penyakit Tuberkulosis................................................17
7. Masa Inkubasi Penyakit Tuberkulosis.................................................17
8. Masa Penularan Penyakit Tuberkulosis...............................................18
9. Resiko Penularan Penyakit Tuberkulosis.............................................18
10. Pengobatan Penyakit Tuberkulosis......................................................19
B. Gambaran Umum Kebijakan Program.......................................................21
1. Gambaran Umum Kebijakan Program..................................................21

BAB III HASIL KEGIATAN..............................................................................24

vi
A. Gambaran Umum Instansi Magang............................................................24
1. Sejarah Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan.............................24
2. Lokasi Instansi Magang......................................................................27
3. Struktur Organisasi Instansi Magang..................................................28
4. Visi Misi Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan..........................29
B. Kegiatan Magang.......................................................................................29
C. Kegiatan/Permasalahan/Program Fokus Magang......................................33
1. Perencanaan (Planning).................................................................33
2. Pengorganisasian (Organizing)......................................................34
3. Pelaksanaan (Actuating).................................................................35
4. Montitoring dan Evaluasi (Controlling)........................................35

BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................37

A. Perencanaan (Planning).............................................................................37
B. Pengorganisasian (Organizing)..................................................................37
C. Pelaksanaan (Actuating).............................................................................38
D. Monitoring dan Evaluasi (Controlling)......................................................39

BAB V PENUTUP................................................................................................40

A. Kesimpulan.................................................................................................40
B. Saran...........................................................................................................42

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................43

LAMPIRAN..........................................................................................................45

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Lokasi Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan

Gambar 3.2 Struktur organisasi Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampran 1. Surat izin magang Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan

Lampiran 2. Surat Balasan dari Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan

Lampiran 3. Daftar Hadir Peserta Magang

Lampiran 4. Log book Kegiatan Peserta Magang

Lampiran 5. Dokumentasi Kegiatan Peserta Magang di P2P Dinas Kesehatan

Kota Tangerang Selatan

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh

bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini masih menjadi masalah

serius kesehatan global dengan dampak sosial dan ekonomi yang

signifikan. Oleh karena itu, diperlukan program penanggulangan penyakit

menular Tuberkulosis yang efektif (WHO, 2020).

Data Pada tahun (2021), diperkirakan terdapat sekitar 9,9 juta

kasus baru Tuberkulosis (TBC) di seluruh dunia, menyebabkan sekitar 1,5

juta kematian. Negara-negara dengan beban TBC tertinggi meliputi India,

Indonesia, China, Nigeria, Pakistan, Filipina, Bangladesh, Afrika Selatan,

dan Republik Demokratik Kongo. TBC juga merupakan penyebab

kematian utama bagi individu yang terinfeksi HIV, dengan perkiraan

862.000 kasus baru TBC pada individu yang juga terinfeksi HIV. Masalah

TBC resisten obat juga signifikan, dengan diperkirakan terdapat sekitar

465.000 kasus baru TBC resisten obat. Organisasi Kesehatan Dunia

(WHO) dan negara- negara anggota lainnya berupaya mengendalikan TBC

melalui program- program pengendalian seperti pengobatan DOTS dan

penggunaan obat anti- TBC yang efektif. Vaksin Bacillus Calmette-Guérin

(BCG) digunakan secara luas untuk mencegah infeksi TBC pada anak-

anak di negara-negara dengan beban TBC tinggi.

1
Berdasarkan Global TB Report tahun (2022), Tuberkulosis (TBC)

masih menjadi masalah kesehatan global yang signifikan. Indonesia saat

ini berada pada peringkat kedua negara dengan beban TBC terbanyak

didunia setelah India dengan perkiraan kasus baru sebanyak 969.000 kasus

dan incidence rate 354/100.000 penduduk. Beban TBC lebih tinggi di

beberapa provinsi, termasuk Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan

Jakarta. Untuk mengatasi masalah ini, Pemerintah Indonesia meluncurkan

Program Nasional Pengendalian Tuberkulosis (Program Nasional P2 TB)

yang bertujuan mendeteksi, mendiagnosis, dan memberikan pengobatan

TBC secara efektif kepada pasien. Upaya pengendalian TBC melibatkan

penyediaan pengobatan gratis, promosi deteksi dini, vaksinasi BCG, dan

pengobatan teratur sesuai protokol yang ditetapkan.

Berdasarkan arahan Menteri Kesehatan, 90% dari kasus tersebut

harus dapat ditemukan dan diobati. Eliminasi TBC menjadi target penting

dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. TBC memiliki dampak luas

dalam sektor kesehatan, sosial, dan ekonomi. Upaya eliminasi TBC

membutuhkan kolaborasi lintas sektor dan partisipasi aktif masyarakat.

Tantangan yang ada termasuk rendahnya penemuan kasus baru dan

keberhasilan pengobatan di Kota Tangerang Selatan. Pasien TBC yang

tidak terdeteksi dapat menyebabkan penyebaran penyakit. Penerbitan

Peraturan Presiden Nomor 67 tahun 2021 tentang Penanggulangan TBC

adalah langkah penting dalam program eliminasi TBC. Semua pihak,

termasuk pemerintah, swasta, masyarakat, dan CSR, perlu terlibat aktif

dalam

2
penanggulangan TBC, termasuk dalam peringatan Hari TBC Sedunia

dengan tema "Ayo Bersama Akhiri TBC, Indonesia Bisa!". Diharapkan

kesadaran masyarakat meningkat dan semua pihak berpartisipasi dalam

upaya penanggulangan TBC di Indonesia.

Tuberkulosis (TBC) menjadi prioritas penanganan di Provinsi

Banten dengan perkiraan 33 ribu penderita. Hingga Oktober (2022), telah

dilakukan pendataan terhadap 28 ribu orang dengan target penemuan kasus

100% dalam tiga bulan ke depan. Dinas Kesehatan Provinsi Banten telah

membuka akses pelayanan yang luas dengan 43 unit laboratorium dan 8

layanan TBC resisten obat. Kontribusi fasilitas kesehatan swasta juga

ditingkatkan untuk penemuan kasus dan pengobatan yang sesuai standar.

Pengobatan pencegahan juga diberikan kepada keluarga penderita TBC

untuk mencegah penularan. Proses eliminasi TBC tahun (2030) melalui

tahapan suluh, temukan, dan pengobatan sampai tuntas sedang dilakukan

dengan koordinasi dan kerjasama antara OPD dan tim Provinsi Banten.

(Dinas Kesehatan Provinsi Banten, 2022).

Program penanggulangan Tuberkulosis oleh Dinas kesehatan Kota

Tangerang Selatan melibatkan strategi dan kegiatan berikut ini:

pendeteksian dini melalui screening aktif dan pasif, pengobatan dengan

regime yang spesifik dan pemantauan pasien, promosi kesehatan dan

edukasi kepada masyarakat, peran petugas kesehatan dalam pengobatan

dan pengawasan kasus, kolaborasi dengan lembaga internasional, evaluasi

dan pemantauan program, advokasi dan dukungan kebijakan,

partisipasi
3
komunitas, pengendalian kualitas, serta pengembangan penelitian dan

inovasi. Program ini diharapkan dapat mengurangi angka kasus dan

penyebaran Tuberkulosis, serta meningkatkan kualitas kesehatan

masyarakat.

Program penanggulangan Tuberkulosis yang dilakukan oleh Dinas

kesehatan Kota Tangerang Selatan merupakan bagian dari program

pemerintah dalam upaya mengurangi angka kasus dan penyebaran

penyakit Tuberkulosis di wilayah tersebut. Dengan adanya program ini

yang komprehensif, berkelanjutan, dan terintegrasi dengan program-

program kesehatan lainnya, diharapkan dapat menciptakan masyarakat

yang lebih sehat dan berkualitas.

Program penanggulangan Tuberkulosis bertujuan untuk mencegah

penyebaran infeksi, mendeteksi kasus Tuberkulosis secara dini,

memberikan pengobatan yang tepat, serta mengurangi angka kesakitan dan

kematian akibat penyakit ini. Program ini melibatkan berbagai pihak,

termasuk pemerintah, lembaga kesehatan, petugas kesehatan, dan

masyarakat umum. Kolaborasi yang baik antara semua pihak sangat

penting untuk mencapai keberhasilan dalam penanggulangan Tuberkulosis

(Ministry of Health Republic of Indonesian, 2020).

Dalam menjalankan program penanggulangan Tuberkulosis,

pentingnya peran petugas kesehatan, evaluasi dan pemantauan program,

advokasi dan dukungan kebijakan, serta partisipasi aktif masyarakat

4
menjadi faktor utama. Dinas kesehatan Kota Tangerang Selatan berperan

aktif dalam memperjuangkan kebijakan yang mendukung penanggulangan

Tuberkulosis, melibatkan masyarakat dalam kegiatan penanggulangan, dan

mengendalikan kualitas layanan yang diberikan. Dengan upaya ini,

harapannya adalah mengurangi angka kasus dan penyebaran Tuberkulosis,

serta menciptakan masyarakat yang lebih sehat dan berkualitas di wilayah

Tangerang Selatan.

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Untuk Menggambarkan Program Pencegahan dan Penanggulangan

Penyakit (P2P) Tuberkulosis (TBC) di Dinas Kesehatan Kota Tangerang

Selatan.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui tahap perencanaan (planning) dalam program pencegahan

dan penanggulangan Penyakit (P2P) Tuberkulosis (TBC) di Kota

Tangerang Selatan.

b. Mengetahui tahap pengorganisasian (organizing) program pencegahan

dan penanggulangan penyakit (P2P) Tuberkulosis (TBC) di Kota

Tangerang Selatan.

c. Mengetahui tahap penggerakan (actuating) program pencegahan dan

penanggulangan penyakit (P2P) Tuberkulosis (TBC) di Kota

Tangerang Selatan.

5
d. Mengetahui tahap koordinator (controlling) dan evaluasi pelaksanaan

program pencegahan dan penanggulangan penyakit (P2P) Tuberkulosis

(TBC) di Kota Tangerang Selatan.

C. MANFAAT

1. Bagi Mahasiswa

a. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman penetapan program

dalam Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit (P2P) khususnya

penyakit Tuberkulosis (TBC) di Dinas Kesehatan Kota Tangerang

Selatan.

b. Terlibat langsung dengan kondisi yang sebenarnya dan

mendapatkan pengalaman dalam program Pencegahan dan

Penanggulangan Penyakit (P2P) khususnya penyakit Tuberkulosis

(TBC) di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan.

c. Mendapatkan keterampilan praktis tentang pelaksanaan program

pengendalian penyakit tuberkulosis di Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan.

2. Bagi Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan

a. Mendapatkan masukan baru dari pengembangan keilmuan di

perguruan tinggi

b. Memahami peran Sarjana Kesehatan Masyarakat dalam bidang

Epidemologi khususnya dalam Program Pencegahan dan

Penanggulangan Penyakit (P2P).

6
c. Menciptakan kerjasama yang saling menguntungkan dan

bermanfaat antara institusi magang dengan Program Studi

Kesehatan Masyarakat STIKes Widya Dharma Husada Tangerang

Selatan.

3. Bagi STIKes Widya Dharma Husada

a. Memberikan manfaat sebagai sarana pengembangan ilmu di bidang

Kesehatan Masyarakat khususnya Jurusan Administrasi Kebijakan

Kesehatan (AKK).

b. Memberikan Pengalaman Praktis yang berharga bagi mahasiswa

dalam mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang telah

mereka pelajari dikelas.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tuberculosis (TBC)

1. Pengertian Tuberkulosis

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan

oleh kuman TBC (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman

TBC menyerang paru, tetapi dapat juga menyerang organ tubuh lainnya

(Pedoman Nasional penanggulangan Tuberkulosis, 2020).

Penyakit Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang dapat

menyerang berbagai organ atau jaringan tubuh dan Tuberkulosis paru

merupakan bentuk yang paling banyak serta penting. Penyakit

Tuberkulosis merupakan infeksi kronis yang disebabkan oleh

Mycrobactetium Tuberculosis yang ciri khasnya membentuk granuloma

(kelainan pada jaringan tubuh) yang terinfeksi. Tempat masuk kuman

Mycobacterium Tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran

pencernaan dan luka terbuka pada kulit Sebagian besar kuman (lebih dari

80) Mycrobacterium Tuberculosis menyerang paru dan sebagian kecil

mengenai organ tubuh lain (Kemenkes RI, 2018).

Penyebab penyakit ini adalah sejenis kuman berbentuk batang (basil)

yang dikenal dengan nama ’’Mycrobacterium Tuberkulosis’’ kuman yang

berbentuk batang ini mempunyai ukuran 0,3 x 2 sampai 4 mikron ukuran ini

8
lebih kecil dari satu sel darah merah , kuman batang tahan asam ini dapat

merupakan organisme patogen maupun saprofit (Kemenkes, 2018).

2. Etiologi Penyakit Tuberkulosis

Tuberkulosis adalah penyakit disebabkan oleh Mycobacterium

tuberculosis. Bakteri ini ditemukan pertama kali oleh Robert Koch pada

tahun 1882. Hasil penemuan ini diumumkan di Berlin pada tanggal 24

Maret 1882 dan tanggal 24 Maret setiap tahunnya diperingati sebagai hari

Tuberkulosis. Karakteristik bakteri ini, yaitu mempunyai ukuran 0,5-4

mikron x 0,3-0,6 mikron dengan bentuk batang tipis, lurus atau agak

bengkok, bergranular atau tidak mempunyai selubung, tetapi mempunyai

lapisan luar tebal yang terdiri dari lipoid (terutama asam mikolat). Bakteri

ini juga dapat bertahan terhadap pencucian warna dengan asam dan

alkohol, sehingga disebut basil tahan asam (BTA), tahan terhadap zat kimia

dan fisik, serta tahan dalam keadaan kering dan dingin, bersifat dorman

(dapat tertidur lama) dan aerob (Widoyono, 2018).

Bakteri tuberkulosis dapat mati pada pemanasan 100°C selama 5-

10 menit atau pada pemanasan 60°C selama 30 menit, dan menit dengan

alkohol 70-95% selama 15-30 detik. Bakteri ini tahan selama 1-2 jam di

udara, di tempat yang lembab dan gelap, serta bisa berbulan-bulan berada

pada kondisi tersebut. Namun bakteri ini tidak tahan terhadap sinar

matahari atau aliran udara. Data pada tahun 1993 melaporkan bahwa

untuk

9
mendapatkan 90% udara bersih dari kontaminasi bakteri memerlukan 40

kali pertukaran udara per jam (Widoyono, 2019).

3. Klasifikasi Penyakit Tuberkulosis

Menurut Fransiska (2019), untuk menentukan klasifikasi penyakit TB, ada

tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu:

a. Organ tubuh yang sakit: paru atau ekstra paru.

b. Hasil pemeriksaan dahak Basil Tahan Asam (BTA): positif atau negatif.

c. Tingkat keparahan penyakit: ringan atau berat.

Berdasarkan Kemenkes RI (2018), penentuan klasifikasi penyakit

dan tipe pasien tuberkulosis memerlukan suatu "definisi kasus" yang

meliputi empat hal, yaitu:

1) Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena

1) Tuberkulosis paru

Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang

jaringan (parenkim) paru. tidak termasuk pleura (selaput

paru) dan kelenjar pada hilus.

2) Tuberkulosis ekstra paru

Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru,

misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium),

kelenjar lymfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran

kencing, alat kelamin, dan lain-lain.

2) Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis

10
a) Tuberkulosis paru BTA positif, apabila:

1) Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya

BTA positif.

2) Satu spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks

dada menunjukkan gambaran tuberkulosis.

3) Satu spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan

kuman TB positif.

4) Satu atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3

spesimen dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya

BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian

antibiotika non OAT.

b) Tuberkulosis paru BTA negatif

Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA

positif. Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi:

1) Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif.

2) Foto toraks tuberkulosis. abnormal menunjukkan gambaran.

3) Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.

4) Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi

pengobatan.

3) Klasifikasi bersadarkan tingkat keparahan penyakit

a) TB paru BTA negatif foto toraks positif dibagi berdasarkan

tingkat keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan.

Bentuk berat bila gambaran foto toraks memperlihatkan

11
gambaran kerusakan paru yang luas (misalnya proses "far

advanced""), dan atau keadaan umum pasien buruk.

b) TB ekstra paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan

penyakitnya, yaitu:

a) TB ekstra paru ringan, misalnya: TB kelenjar limfe,

pleuritis eksudativa unilateral, tulang (kecuali tulang

belakang), sendi, dan kelenjar adrenal.

b) TB ekstra paru berat, misalnya: meningitis, milier,

perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudativa bilateral, TB

tulang belakang, TB usus, TB saluran kemih dan alat

kelamin.

4) Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan TB sebelumnya

a) Kasus baru, yaitu pasien yang belum pernah diobati dengan

OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan

(4 minggu).

b) Kasus kambuh (Relaps), yaitu pasien tuberklosis yang

sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan

telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosis

kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur).

c) Kasus setelah putus berobat (Default), yaitu pasien yang telah

berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA

positif.

12
d) Kasus setelah gagal (Failure), yaitu pasien yang hasil

pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi

positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.

e) Kasus Pindahan (Transfer In), yaitu pasien yang dipindahkan

dari UPK yang memiliki register TB lain untuk melanjutkan

pengobatannya.

f) Kasus lain, yaitu semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan

diatas. Dalam kelompok ini termasuk Kasus Kronik, yaitu

pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah

selesai pengobatan ulangan.

4. Gejala Penyakit Tuberkulosis

Gejala penyakit tuberkulosis dapat dibagi menjadi gejala umum

dan gejala khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat.

Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus baru

sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik.

Menurut Kemenkes RI (2022), gejala penyakit tuberkulosis terbagi

menjadi dua, antara lain sebagai berikut:

1. Gejala sistemik/umum, yaitu:

a. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai

dengan darah).

b. Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama,

biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam.

Kadang-

13
kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang

timbul.

c. Penurunan nafsu makan dan berat badan.

d. Perasaan tidak enak (malaise), lemah.

2. Gejala khusus, yaitu:

1) Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi

sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-

paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang

membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas

melemah yang disertai sesak.

2) Kalau ada cairan di rongga pleura (pembungkus paru-paru),

dapat disertai dengan keluhan sakit dada.

3) Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti

infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk

saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini

akan keluar cairan nanah.

4) Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus

otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak),

gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan

kesadaran dan kejang-kejang.

Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, penyakit TB

dapat terdeteksi kalau diketahui adanya kontak dengan pasien TB dewasa.

Kira- kira 30-50% anak yang kontak dengan penderita TB paru

dewasa

14
memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada anak usia 3 bulan - 5 tahun

yang tinggal serumah dengan penderita TB paru dewasa dengan BTA

positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi/darah

(Kemenkes RI, 2022).

5. Diagnosis Penyakit Tuberkulosis

Apabila dicurigai seseorang tertular penyakit TB, maka beberapa hal yang

perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis (Kemenkes RI, 2022) adalah:

a. Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya.

b. Pemeriksaan fisik.

c. Pemeriksaan laboratorium (darah, dahak, cairan otak).

d. Pemeriksaan patologi anatomi (PA).

e. Rontgen dada (thorax photo).

f. Uji tuberkulin.

Menurut Kemenkes RI (2022), diagnosis tuberkulosis terbagi menjadi

tiga, yaitu:

1) Diagnosis TB Paru, terdiri dari:

a) Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari,

yaitu sewaktu-pagi - sewaktu (SPS).

b) Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan

ditemukannya kuman TB. Pada program TB nasional, penemuan

BTA melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan

diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan dan

uji kepekaan

15
dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai

dengan indikasinya.

c) Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan

pemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan

gambaran yang khas pada TB paru, sehingga sering terjadi

overdiagnosis.

2) Diagnosis TB ekstra paru, terdiri dari:

a) Gejala dan keluhan tergantung organ yang terkena, misalnya kaku

kuduk pada Meningitis TB, nyeri dada pada TB pleura (Pleuritis),

pembesaran kelenjar limfe superfisialis pada limfadenitis TB dan

deformitas tulang belakang (gibbus) pada spondilitis TB dan lain-

lainnya.

b) Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan klinis, bakteriologis

dan atau histopatologi yang diambil dari jaringan tubuh yang terkena.

3) Diagnosis TB pada Orang Dengan HIV AIDS (ODHA)

Pada ODHA, diagnosis TB paru dan TB ekstra paru ditegakkan

sebagai berikut:

a) TB Paru BTA Positif, yaitu minimal satu hasil pemeriksaan

dahak positif.

b) TB Paru BTA negatif, yaitu hasil pemeriksaan dahak negatif

dan gambaran klinis & radiologis mendukung Tb atau BTA

negatif dengan hasil kultur TB positif.

16
c) TB Ekstra Paru pada ODHA ditegakkan dengan pemeriksaan

klinis, bakteriologis dan atau histopatologi yang diambil dari

jaringan tubuh yang terkena.

6. Cara Penularan Penyakit Tuberkulosis

Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif. Pada waktu batuk atau

bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak

(droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak.

Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada

dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara

sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan

selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab. Daya penularan

seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari

parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin

menular pasien tersebut. Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman

TB ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup

udara tersebut (Kemenkes RI, 2022).

7. Masa Inkubasi Penyakit Tuberkulosis

Menurut (Kemenkes RI, 2022) masa inkubasi penyakit TB berawal dari

mulai masuknya bibit penyakit sampai timbul gejala adanya lesi primer atau

rekasi tes tuberkulosis positif kira-kira memakan waktu 2-10 minggu. Risiko

17
menjadi TB paru dan TB ekstra paru biasanya terjadi pada tahun pertama dan

kedua. Infeksi lanten dapat berlangsung seumur hidup.

8. Masa Penularan Penyakit Tuberkulosis

Secara teoritis, seorang penderita tetap menular sepanjang ditemukan

basil TB di dalam sputum mereka. Penderita yang tidak diobati atau yang

diobati tidak sempurna, dahaknya akan mengandung basil TB selama bertahun-

tahun. Tingkat penularan sangat tergantung pada hal-hal sebagai berikut:

(Kemenkes RI, 2022).

1) Jumlah basil TB yang dikeluarkan.

2) Virulensi dari basil TB.

3) Terpajannya basil TB dengan sinar ultra violet.

4) Terjadinya aerosolisasi pada saat batuk, bersin, bicara atau pada

saat bernyanyi.

5) Tindakan medis dengan risiko tinggi seperti pada waktu otopsi,

intubasi atau pada waktu melakukan bronkoskopi.

9. Risiko Penularan Penyakit Tuberkulosis

Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak.

Pasien TB paru dengan BTA positif memberikan kemungkinan risiko

penularan lebih besar dari pasien TB paru dengan BTA negatif. Risiko

penularan setiap tahunnya di tunjukkan dengan Annual Risk of Tuberculosis

Infection (ARTI) yaitu proporsi penduduk yang berisiko terinfeksi TB selama

satu tahun. ARTI

18
sebesar 1%, berarti 10 (sepuluh) orang diantara 1000 penduduk terinfeksi

setiap tahun. Menurut WHO ARTI di Indonesia bervariasi antara 1-3%.

Infeksi TB dibuktikan dengan perubahan reaksi tuberkulin negatif menjadi

positif (Kemenkes RI, 2022).

10. Pengobatan Penyakit Tuberkulosis

Menurut Kemenkes RI (2022), Pengobatan TB bertujuan untuk

menyembuhkan pasien, mencegah kematian, mencegah kekambuhan,

memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman

terhadap Obat Anti Tuberkulosis (OAT). Pengobatan tuberkulosis dilakukan

dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam

jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan

gunakan OAT tunggal (monoterapi). Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis

Tetap (OAT- KDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.

b. Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan

langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas

Menelan Obat (PMO)

Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu:

1) Tahap awal (intensif)

19
a) Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap haridan

perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya

resistensi obat.

b) Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat,

biasanya pasien menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2

minggu.

c) Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif

(konversi) dalam 2 bulan.

2) Tahap Lanjutan

a) Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit,

namun dalam jangka waktu yang lebih lama.

b) Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister

sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.

c) Program Pengendalian Penyakit Tuberkulosis

20
B. Gambaran Umum Kebijakan Program

1. Gambaran Umum Kebijakan Program

Kebijakan adalah prinsip atau cara bertindak yang dipilih untuk

mengarahkan pengambilan keputusan (Meutia, 2017). Menurut

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 67 Tahun

2016 Tentang Penanggulangan Tuberkulosis kebijakan program

pengendalian penyakit tuberkulosis tercantum pada Keputusan Menteri

Kesehatan RI Nomor 364/Menkes/SK/V/2009 (Kemenkes RI, 2022),

yaitu:

a. Penanggulangan TB dilaksanakan Sesuai dengan azas

desentralisasi yaitu kabupaten/kota sebagai titik berat. manajemen

program yang meliputi: perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan

evaluasi serta menjamin ketersediaan sumber daya manusia, sarana

dan prasarana.

b. Penanggulangan TB dilaksanakan dengan Menggunakan strategi

DOTS

c. Penguatan kebijakan untuk meningkatkan komitmen daerah

terhadap program penanggulangan TB.

d. Pengembangan strategi DOTS untuk peningkatan mutu pelayanan,

kemudahan akses, penemuan dan pengobatan sehingga mampu

memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya TB-MDR.

e. Penanggulangan TB dilaksanakan oleh seluruh sarana pelayanan

kesehatan, meliputi Puskesmas, Rumah Sakit Umum Pemerintah

dan Swasta, Rumah Sakit Paru (RSP), Balai Besar Kesehatan Paru

21
Masyarakat (BBKPM), Balai Kesehatan Paru Masyarakat

(BKPM),

22
Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru WIWID HA (BP4), dan

Klinik Pengobatan lain serta Dokter Praktik Swasta (DPS).

f. Pengembangan pelaksanaan program penanggulangan TB di

tempat kerja (TB in workplaces), Lembaga Pemasyarakatan dan

Rumah Tahanan (TB in prison). TNI dan POLRI.

g. Program penanggulangan TB dengan pendekatan program DOTS

Plus (MDR), Kolaborasi TB-HIV, PAL (Practical Approach to

Lung Health), dan HDL (Hospital DOTS Linkages).

h. Penanggulangan TB melalui promosi, penggalangan kerja

sama/kemitraan dengan lintas program dan sektor terkait,

pemerintah dan swasta dalam wadah Gerakan Terpadu Nasional

Penanggulangan TB (Gerdunas TB).

i. Peningkatan kemampuan laboratorium TB di berbagai tingkat

pelayanan ditujukan untuk peningkatan mutu pelayanan dan

jejaring.

j. Menjamin ketersediaan Obat Anti TB (OAT) untuk

penanggulangan TB dan diberikan kepada pasien secara cuma-

cuma.

k. Menjamin ketersediaan sumberdaya manusia yang kompeten

dalam jumlah yang memadai untuk meningkatkan dan

mempertahankan kinerja program.

l. Penanggulangan TB lebih diprioritaskan kepada kelompok miskin

dan kelompok rentan terhadap TB.

m. Menghilangkan stigma masyarakat terhadap Pasien TB agar tidak

23
dikucilkan dari keluarga, masyarakat dan pekerjaannya.

24
n. Memperhatikan komitmen internasional yang termuat dalam

Millennium Development Goals (MDGs) (Kemenkes RI, 2022).

25
BAB III

HASIL KEGIATAN

A. Gambaran Umum Instansi Magang

1. Sejarah Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun

2009 tentang Kesehatan bahwa Pembangunan kesehatan diselenggarakan

dengan berasaskan perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat, pelindungan,

penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan, gender dan

nondiskriminatif dan norma-norma agama. Pembangunan kesehatan bertujuan

untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-

tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang

produktif secara sosial dan ekonomis. Dalam melaksanakan pembangunan

kesehatan tersebut Pemerintah bertanggung jawab merencanakan, mengatur,

menyelenggarakan, membina, dan mengawasi penyelenggaraan upaya

kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat (Rapat Kerja

Kesehatan Nasional (Rakernas, 2023).

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Tangerang Selatan Nomor 1

Tahun 2022 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2016

tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah, perlu menetapkan

Peraturan Wali Kota tentang Pembentukan, Kedudukan, Susunan Organisasi,

Tugas, Fungsi, dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Daerah Pada Dinas

Kesehatan

26
mempunyai tugas melaksanakan Urusan Pemerintahan Daerah di Bidang

Kesehatan.

a. Untuk melaksanakan tugas tersebut dinas kesehatan mempunyai fungsi:

1) pelaksanaan pelayanan upaya kesehatan perorangan dan masyarakat.

2) pelaksanaan pelayanan pencegahan, pengendalian penyakit dan

penangulangan krisis

3) pelaksanaan pelayanan penerbitan rekomendasi izin rumah sakit kelas

C dan D pelaksananan pelayanan penerbitan rekomendasi izin fasilitas

pelayanan kesehatan tingkat Kota

4) pelaksanaan pemantauan dan peningkatan mutu dan akreditasi fasilitas

pelayanan kesehatan tingkat Kota

5) pelaksanaan pelayanan penerbitan rekomendasi izin usaha mikro obat

tradisional pelaksanaan pelayanan penerbitan rekomendasi izin

makanan minuman di tempat pengolahan makanan

6) pelaksanaan pelayanan penerbitan rekomendasi izin tempat umum

7) pelaksanaan pelayanan penerbitan sertifikat produksi alat kesehatan

kelas 1 (satu) tertentu

8) pelaksanaan pelayanan penerbitan rekomendasi izin Perbekalan

Kesehatan Rumah Tangga kelas 1 (satu) tertentu perusahaan rumah

tangga

9) pelaksanaan pelayanan penerbitan rekomendasi izin optikal, apotik,

toko obat, alat kesehatan.

27
10) pelaksanaan pengawasan post market produksi makanan minuman

produksi rumah tangga

11) penyelenggaraan pelayanan kesehatan haji

12) pelaksanaan pengembangan dan peningkatan kompetensi sumber daya

kesehatan

13) pelaksanaan pelayanan penerbitan ijin praktek dan ijin kerja tenaga

kesehatan warga negara asing dan warga negara indonesia

14) pelaksanaan pembinaan organisasi profesi bidang kesehatan sesuai

peraturan dan ketentuan yang berlaku

15) pelaksanaan pengelolaan pembiayaan jaminan kesehatan bagi

keluarga miskin dan masyarakat rentan.

28
2. Lokasi Instansi Magang

Secara geografis letak Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan berada di

Jalan Cendekia, Ciater, Kecamatan Serpong, Kota Tangerang Selatan, Banten

15310. Letak Geografis dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan sebagai

berikut:

Gambar 3.1 Lokasi Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan

29
3. Struktur organisasi Instansi Magang
Adapun Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan

dalam melaksanakan tugas fungsinya dapat dilihat dalam bagan sebagai berikut:

Gambar 3.2 Struktur organisasi Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan

30
4. Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan

Visi Misi Tahun 2021-2025

1. Visi

Terwujudnya Pelayanan Kesehatan Yang Unggul, Terkoneksi, Efisien

dan Efektif Pada Tahun 2024

2. Misi

a. Optimalisasi Pelayanan Kesehatan

b. Pelayanan Kesehatan Cepat Tanggap

c. Bumil Sehat

d. Pelayanan Kesehatan Murah Dan Gratis

B. Kegiatan Magang

Kegiatan magang di dinkes Kota Tangerang Selatan dimulai dari

pengenalan lingkungan kerja kepada peserta magang dan pengenalan peserta

magang di bagian unit masing-masing. Kegiatan magang yang dilakukan oleh

peserta magang di bidang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit (P2P)

antara lain:

1. Membuat Powerpoint Laporan Evaluasi Kegiatan Screening TBC Pada

penderita Diabetes Mellitus (DM) untuk tahap sosialisasi Puskesmas

wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan

2. Menyusun Laporan kegiatan Screening TBC DM

31
3. Menginput Data Pasien TBC di setiap Rumah sakit, Puskesmas dan

Klinik di Tangerang Selatan

4. Mengikuti Kegiatan Seminar tentang edukasi Pencegahan Penyakit

HIV-AIDS bersama dengan perwakilan petugas puskesmas di wilayah

kerja Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan

5. Mengupdate Akun Aplikasi TBC DM Klinik, Rumah Sakit dan

Puskesmas Di Kota Tangerang Selatan

6. Memverifikasi dana Pengecekan Radiologi setiap rumah sakit di Kota

Tangerang Selatan.

7. Ceklist arsip digital dan membaca dokumen surat pengajuan berita

acara di wilayah kerja Dinas kesehatan Kota Tangerang Selatan

8. Mengecek daftar nama pasien setiap rumah sakit di Tangerang Selatan

yang terdaftar di aplikasi TBC DM

9. Rekap jumlah rumah sakit yang sudah terdaftar di Aplikasi TBC DM

menggunakan Microsoft excel

10. Rekap daftar hadir dan surat tugas peserta Puskesmas, Klinik dan

Rumah Sakit di wilayah kerja Dinas kesehatan Kota Tangerang

Selatan

11. Menyusun laporan dokumen administrasi keuangan Rumah Sakit di

wilayah kerja Dinas kesehatan Kota Tangerang Selatan

12. Menginput dan Mengupdate ulang data dari semua instansi bidang

kesehatan di Kota Tangerang Selatan

13. Mengikuti seminar Pencegahan Penyakit Kusta di Puskesmas

Lengkong Karya (mencatat absensi kehadiran anggota seminar, dan

32
Notulen).

14. Mengikuti Kegiatan Jumantik di Puskesmas Pondok Kacang Timur

15. Merekap semua data pasien Screening Radiologi RSUD Kota

Tangerang Selatan.

16. Mengikuti zoom rapat Evaluasi Mingguan capaian Program

Tuberkulosis Kota Tangerang Selatan dengan puskesmas wilayah kerja

dinas kesehatan kota Tangerang Selatan

17. Menyusun laporan Evaluasi Mingguan Capaian Program Tuberkulosis

18. Mengikuti Jumantik (DBD) dikelurahan Pamulang Timur

19. Mengikuti Kegiatan Pokjanal dan Pokja (Menyusun laporan dan

rencana kegiatan pemberantasan penyakit demam berdarah dangue

(DBD) di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan

20. Mengikuti zoom Pertemuan Monitoring dan Evaluasi Intvestigasi

Kontak TBC Tingkat Provinsi

21. Mengikuti diskusi Pengurangan Dampak Buruk Napza (Harm

Reduction) di wilayah kerja Dinas kesehatan Kota Tangerang Selatan.

Selain kegiatan magang yang telah disebutkan di atas, penulis juga

melakukan berbagai tugas tambahan dalam rangka mendukung kegiatan di

dinkes Kota Tangerang Selatan. Beberapa di antaranya adalah:

1. Menyusun hasil survei kepuasan pasien terkait program Pencegahan

dan Penanggulangan Penyakit (P2P) kepada tim manajemen.

33
2. Membantu dalam proses pengumpulan dan analisis data epidemiologi

terkait penyakit-penyakit tertentu di wilayah Tangerang Selatan.

3. Menyusun rekomendasi kebijakan untuk meningkatkan efektivitas

program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit (P2P) di tingkat

daerah.

4. Membantu dalam mengembangkan materi edukasi dan informasi

kesehatan yang akan digunakan dalam kampanye penyuluhan

masyarakat.

5. Mendokumentasikan kegiatan magang dalam bentuk laporan tertulis

yang mencakup pengalaman, pembelajaran, dan rekomendasi untuk

perbaikan program di masa mendatang.

Banyak kegiatan yang penulis lakukan dan berbagai ilmu yang

penulis dapatkan dan pelajari, penulis juga dapat menerapkan berbagai

materi yang pernah dilakukan selama perkuliahan serta mendapatkan ilmu

yang tidak dipelajari selama perkuliahan.

34
C. Kegiatan/Permasalahan/Program Fokus Magang

Dalam kegiatan magang ini, penulis menemukan suatu masalah dalam

bidang pencegahan dan penanggulangan penyakit (P2P) TBC di Dinas Kesehatan

Kota Tangerang Selatan yaitu ”Gambaran program pencegahan dan

penanggulangan penyakit tuberkulosis (TBC)” dan menganalisis lebih lanjut

menggunakan metode yang di sebut POAC (planning, organizing, actuating, dan

controlling) digunakan dalam analisis lebih lanjut.

1. Perencanaan (planning)

Perencanaan (Planning) adalah keseluruhan proses perkiraan dan

penentuan secara matang hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan

datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Safitri, 2022).

Perencanaan dalam hal ini yaitu proses merumuskan program Pencegahan dan

Penanggulangan Penyakit (P2P) dengan mengikutkan keterlibatan berbagai

pihak baik Pihak penanggulangan P2P maupun lainnya dalam membuat

program berdasarkan prioritas masalah yang ada disertai dengan adanya

kerjasama antar lintas program dan lintas sektor.

Perencanaan program TB di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan

dibuat dengan melihat jumlah kasus penyakit TB pada tahun sebelumnya.

Perencanaan tersebut berupa Dokumen Penggunaan Anggaran (DPA) yang

berisi jadwal kegiatan dalam satu tahun tersebut, biaya operasional di setiap

kegiatan, dan lain-lain. Perencanaan program TB setiap tahun berubah sesuai

jumlah kasus TB, perencanaan program itu berupa dokumen anggaran dan

berjalan sesuai dengan arahan Kemenkes RI.

35
2. Pengorganisasian (organizing)

Pengorganisasian (Organizing) adalah suatu proses pengaturan keseluruhan

sumber daya dalam sebuah organisasi. Pengaturan itu mencakup pembagian tugas,

alat-alat, sumber daya manusia, wewenang dan sebagainya untuk menghindari

kesimpangsiuran dalam pelaksanaan kegiatan (Saajidah, 2018).

Pada program pencegahan dan penanggulangan penyakit (P2P) Dinas

Kesehatan Kota Tangerang Selatan, pengorganisasian yang dilakukan berupa

pembagian wewenang atau tanggung jawab kepada individu atau tim yang terlibat

dalam pelaksanaan kegiatan pencegahan dan penanggulangan TBC. Proses

pengorganisasian ini mencakup penentuan, pengelompokan, dan pengaturan

aktivitas-aktivitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan

dalam programnya.

Penentuan struktur organisasi yang sesuai untuk menjalankan program P2P

TBC, seperti penempatan individu atau tim pada tugas-tugas yang spesifik, seperti

sosialisasi, pemantauan pasien, atau pelatihan tenaga medis. Setiap individu atau

tim akan diberikan peran dan tanggung jawab yang jelas sesuai dengan keahlian

dan kepentingan mereka. Selain itu, pengorganisasian juga melibatkan penyediaan

alat-alat dan sumber daya yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan

kegiatan. Hal ini mencakup penyediaan bahan edukatif, alat tes TBC, atau fasilitas

kesehatan yang memadai untuk pemeriksaan dan pengobatan TBC.

Selanjutnya tahap pengorganisasian juga melibatkan delegasi wewenang

kepada individu atau tim yang bertanggung jawab atas setiap aktivitas. Hal ini

36
mencakup penentuan tingkat wewenang dan tanggung jawab yang diberikan

kepada mereka dalam mengambil keputusan dan melaksanakan tugas terkait

pencegahan dan penanggulangan TBC.

3. Pelaksanaan (Actuating)

Pelaksanaan (actuating) adalah melaksanakan kegiatan sesuai dengan

perencanaan dan berupaya untuk mencapai target yang telah ditetapkan dengan

adanya kerjasama yang baik antar pihak yang bersangkutan. Dalam hal ini Dinas

Kesehatan Kota Tangerang Selatan mengimplementasikan berbagai kegiatan

dalam program pengendalian TB sesuai dengan rencana yang telah disusun. Ini

mencakup upaya-upaya untuk mencegah, mengidentifikasi, dan mengobati kasus

TB di wilayah kerja kota Tangerang Selatan.

Tahap pelaksanaan (actuating) dalam Program P2P TBC di Dinas Kesehatan

Kota Tangerang Selatan melibatkan berbagai kegiatan sesuai rencana yang telah

disusun seperti penyuluhan, pemeriksaan rutin, dan pengawasan pasien TBC.

Kolaborasi dilakukan antar tenaga medis, fasilitas kesehatan, dan pemangku

kepentingan lainnya untuk memastikan kelancaran pelaksanaan kegiatan.

Pemantauan dan evaluasi dilakukan secara berkala untuk mengevaluasi

efektivitas program dan mengidentifikasi kendala yang muncul.

4. Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dan evaluasi dalam Program P2P TBC di Dinas Kesehatan

Kota Tangerang Selatan dilakukan secara berkala untuk mengumpulkan data,

seperti jumlah kasus TBC dan kesadaran masyarakat. Data ini digunakan untuk

melihat
37
perkembangan dan mengidentifikasi area yang perlu perhatian lebih. Evaluasi

dilakukan untuk mengevaluasi dampak dan efektivitas program dengan

menganalisis hail capaian, membandingkan dengan target, dan mengevaluasi

strategi yang digunakan. Hasil evaluasi digunakan untuk perbaikan untuk dan

penyesuaian program. Program ini melibatkan pemangku kepentingan, seperti

masyrakat, tenaga medis, dan lembaga kesehatan untuk mendapatkan umpan balik

yang berharga. Dengan monitoring dan evaluasi yang komperhensif, program ini

dapat terus diperbaiki dan di sesuaikan tantangan, menciptakan keberhasilan dan

kesinambungan dalam upaya pencegahan dan penanggulangan TBC.

Kegiatan monitoring dan evaluasi di Dinas Kesehatan Kota Tangerang

Selatan diselenggarakan sebanyak 4 kali dalam setahun sedangkan untuk monev

yang didanai oleh APBD, biasanya dilaksanakan pada triwulan 2 dan triwulan 4.

38
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Perencanaan (Planning)

Perencanaan (Planning) adalah keseluruhan proses perkiraan dan

penentuan secara matang hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan

datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan”. Secara

sederhana dapat disimpulkan bahwa perencanaan merupakan suatu proses

perumusan tentang apa yang akan dilakukan dan dan bagaimana

pelaksanaannya (Safitri, 2022). Perencanaan dalam hal ini Dinas Kesehatan

Kota Tangerang Selatan melakukan perencanaan setiap tahun berdasarkan

jumlah kasus TB pada tahun sebelumnya. Perencanaan ini mencakup

Dokumen Penggunaan Anggaran (DPA) yang menggambarkan jadwal

kegiatan, biaya operasional, dan lain-lain. Dengan perencanaan yang baik,

program dapat terarah, terukur, dan terkendali dengan baik.

B. Pengorganisasian (organizing)

Pengorganisasian (organizing) adalah suatu proses pengaturan keseluruhan

sumber daya dalam sebuah organisasi. Pengaturan itu mencakup pembagian

tugas, alat-alat, sumber daya manusia, wewenang dan sebagainya untuk

menghindari kesimpangsiuran dalam pelaksanaan kegiatan (Saajidah, 2018).

Pengorganisasian yang dimaksud yaitu mendelegasikan wewenang tersebut

kepada bidang Pencegahan dan penanggulangan penyakit (P2P) Dinas

Kesehatan Kota Tangerang Selatan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi

masing-masing. Pengorganisasian memudahkan pembagian tugas dan

tanggung jawab untuk


39
memudahkan mencapai tujuan bersama dalam suatu organisasi. Tujuan dari

pengorganisasian adalah membagi suatu tugas yang besar menjadi kegiatan yang

lebih kecil. Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan tugas

apa saja yang harus dikerjakan, siapa saja yang harus mengerjakan, bagaimana

tugas tersebut dikelompokkan, dan siapa yang bertanggung jawab (Saajidah,

2018).

C. Pelaksanaan (actuating)
Pelaksanaan (actuating) adalah tahap dalam manajemen di mana rencana

yang telah dirancang mulai diterapkan dalam tindakan nyata

(Mulyadi&Winarso, 2019). Dalam program pengendalian penyakit Tuberkulosis

(TB) di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, pelaksanaan melibatkan

serangkaian tindakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam

perencanaan. Hal ini melibatkan koordinasi, kerjasama, dan upaya terkoordinasi

antara berbagai pihak yang terlibat. Pencegahan, identifikasi, dan pengobatan

TB menjadi fokus utama, melibatkan upaya edukasi masyarakat, deteksi dini

kasus TB, serta pemberian pengobatan yang tepat. Kerjasama dan koordinasi

antara berbagai pihak yang terlibat menjadi kunci pelaksanaan program ini, di

mana Dinas Kesehatan berkoordinasi dengan fasilitas pelayanan kesehatan,

petugas medis, laboratorium, dan instansi terkait lainnya untuk memastikan

implementasi yang efektif.

Selain itu, pentingnya kepatuhan pada standar dan panduan yang telah

ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan RI menjadi perhatian. Dinas Kesehatan

memastikan bahwa semua aktivitas dilaksanakan sesuai dengan panduan

tersebut, termasuk pemantapan mutu laboratorium, pengelolaan logistik, serta

40
pelatihan

41
petugas. Pemantauan dan evaluasi berkala dilakukan selama pelaksanaan

program guna memastikan konsistensi dengan rencana serta untuk

mengidentifikasi kendala atau hambatan yang mungkin muncul.

D. Monitoring dan Evaluasi (controlling)

Pengawasan (Controlling) adalah penentuan sesuatu apa yang harus

dicapai sesuai standar, apa yang harus dilakukan yaitu pelaksanaan, dan bila

perlu melakukan perbaikan-perbaikan, sehingga pelaksanaan sesuai dengan

rencana, yaitu sesuai standar. Fungsi pengawasan sangat penting tanpa adanya

pengawasan maka fungsi-fungsi yang lainnya tidak akan berjalan efektif dan

efisien. Pengawasan tidak hanya berlangsung pada saat pelaksanaan, tetapi juga

pada saat perencanaan dan pengorganisasian. Pada dasarnya dalam fungsi

pengawasan juga terdapat proses pengevaluasian untuk menjaga agar seluruh

kegiatan tidak melenceng dari tujuan yang ingin dicapai. (Zanah et. al., dalam

Syam, 2018).

Monitoring dan evaluasi dilakukan untuk memastikan pelaksanaan

program sesuai rencana kerja dan mengidentifikasi hambatan serta masalah.

Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan melakukan monitoring dan evaluasi

program TB sebanyak 4 kali dalam setahun. Tujuan utama adalah untuk

memastikan program berjalan sesuai arahan dan mencapai tujuan yang

ditetapkan.

42
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil laporan Gambaran Program Pencegahan dan

Penanggulangan Penyakit (P2P) Tuberkulosis (TBC) di Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan, Penulis dapat menganalisis kesimpulan yang dapat diambil

mengenai program pencegahan dan penanggulangan penyakit tuberkulosis di

Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan Sebagai berikut:

1. Pada Tahap Perencanaan (planning) Dinas Kesehatan Kota Tangerang

Selatan telah menerapkan perencanaan yang matang dalam pelaksanaan

program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit (P2P), khususnya

dalam program TBC. Perencanaan program ini disusun berdasarkan

jumlah kasus TB tahun sebelumnya dengan melibatkan berbagai pihak,

termasuk penanggulangan P2P dan berbagai sektor terkait, berdasarkan

prioritas masalah. Proses perencanaan ini mencakup penyusunan

Dokumen Penggunaan Anggaran (DPA) yang merinci, jadwal kegiatan

dan biaya operasional, sesuai dengan arahan dari Kemenkes RI.

2. Tahap Pengorganisasian (organizing) Dinas Kesehatan Kota Tangerang

Selatan telah berhasil mengatur sumber daya secara efektif untuk

pelaksanaan tugas. Pengorganisasian ini mencakup berbagai aspek, seperti

pembagian tugas, alokasi alat-alat, pengelolaan sumber daya manusia,

pendelegasian berwenang, dan elemen lainnya. Tindakan mendelegasikan

berwenang kepada bidang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit

(P2P)
43
sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing menunjukkan

kebijakan yang cermat dalam menentukan tanggung jawab.

3. Tahap Pelaksanaan (actuating) Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan

telah melaksanakan program pengendalian TB dengan kolaborasi yang

terkoordinasi. Kegiatan pencegahan dan penanggulangan TB dilakukan

melalui kerjasama yang erat antara berbagai pihak terkait. Upaya-upaya

yang meliputi pencegahan, identifikasi, dan pengobatan kasus TB.

Koordinasi antara Dinas Kesehatan, fasilitas pelayanan kesehatan, dan

petugas medis penting untuk mencapai tujuan program di wilayah kerja

Dinas Kesehatan kota Tangerang Selatan.

4. Tahap Monitoring dan Evaluasi (controlling), Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan melaksanakan Kegiatan monitoring dan evaluasi

dilakukan secara berkala untuk memastikan pelaksanaan program sesuai

dengan rencana dan tujuan. Ini melibatkan dana dari APBD untuk

memantau program dan mengidentifikasi masalah yang mungkin muncul

sesuai dengan arahan Kemenkes RI.

44
B. Saran

Berdasarkan hasil laporan dan kesimpulan, maka saran yang dapat peneliti

sampaikan yaitu sebagai berikut:

a) Bagi Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan

Dengan adanya laporan magang ini, saran penulis bagi instansi Dinas

kesehatan Kota Tangerang Selatan, dapat tetap meningkatkan promosi dan

edukasi kepada masyarakat melalui kampanye yang efektif, pelatihan dan

peningkatan kapasitas petugas kesehatan terkait serta perlunya memperkuat

sistem pemantauan dan pelaporan untuk mengumpulkan data yang akurat dan

meningkatkan kesadaran masyarakat agar mudah akses ke layanan kesehatan.

b) Bagi STIKes Widya Dharma Husada

Laporan ini dapat menjadi referensi kepustakaan untuk pengembangan

pembelajaran mahasiswa khususnya tentang Pencegahan dan Penanggulangan

Penyakit (P2P).

c) Bagi Mahasiswa

Laporan ini dapat dijadikan masukan dan referensi dalam melakukan

penelitian lebih lanjut tentang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit (P2P).

45
DAFTAR PUSTAKA

Bloom, G. 2019. Implementing policy advocacy in tuberculosis control: A toolkit


for civil society organizations.

Braunwald E. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC;


2022.

Central TB Division, Ministry of Health & Family Welfare, Government of


Indonesian. 2017. Guidelines on Programmatic Management of Drug-
Resistant Tuberculosis (PMDT) in Indonesian.

Dinas Kesehatan Provinsi Banten. 2022. Upaya Pengendalian Penyakit


Tuberkulosis. https://bantenprov.go.id/pressrealease/pemprov-banten-
optimis-capai-target-100-penemuan-kasus-tbc

Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan.2021 Program Pencegahan dan


Penanggulangan penyakit
https://dinkes.tangerangselatankota.go.id/main/news/view/1180

Dinas Kesehatan Provinsi Banten. 2022. Strategi dan Langkah Penanggulangan


Tuberkulosis di Provinsi Banten.

Depkes RI, Pedoman Nasional penanggulangan Tuberkulosis, 2020.

Hof, S. 2017. Monitoring and Evaluation of Tuberculosis Control Programs.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional Pengendalian


Tuberkulosis. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2011.

Ministry of Health Republic of Indonesia. 2020. Pedoman Nasional Pengendalian


Tuberkulosis.

Ministry of Health Republic of Indonesia. 2021. Peraturan Presiden Republik


Indonesia Nomor 67 Tahun 2021 tentang Penanggulangan Tuberkulosis.
file:///C:/Users/Safira/Downloads/2016_Kemenkes_Permenkes%2
0Penanggulangan%20TBC.pdf

Ministry of Health Republic of Indonesia. 2022. Program Nasional Pengendalian


Tuberkulosis: Laporan Tahunan. Jakarta: Ministry of Health.

Mulyadi, D., & Winarso, H. 2017. Manajemen keuangan internasional. Salemba


Empat.

Price SA, Wilson LM. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.

46
Jakarta: EGC; 2005.

Rahardjo, M. 2022. Kebijakan publik: Teori, proses, dan studi kasus. PT Elex
Media Komputindo.

Saajidah. 2018. Monitoring dan evaluasi pembangunan infrastruktur terpadu.


Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan, 3(2), 41-46.

Siroka, A. 2018. Research for new tools to control tuberculosis.

World Health Organization (WHO). 2020. Tuberculosis (TB).


World Health Organization. 2021. Global tuberculosis report 2021. Geneva:
World Health Organization. https://www.who.int/teams/global-
tuberculosis- programme/tb-reports/global-tuberculosis-report-2021 )

World Health Organization (WHO). 2019. Tuberculosis (TB) Tuberculosis


Coalition for Technical Assistance. 2017. Core Curriculum on Tuberculosis:
What the Clinician Should Know.

Widoyono F. Tuberkulosis: Pendekatan Diagnosis dan Penatalaksanaan. Jakarta:


Balai Penerbit FKUI; 2018.

Werdhani RA. Tuberkulosis: Epidemiologi, Diagnosis, Penatalaksanaan, dan


Pencegahan. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2022

47
LAMPIRAN

Lampran 1. Surat izin magang Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan

48
Lampiran 2. Surat Balasan dari Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan

49
Lampiran 3. Daftar Hadir Peserta Magang

50
Lampiran 4. Log book Kegiatan Peserta Magang

51
52
Lampiran 5. Dokumentasi Kegiatan Peserta Magang di P2P Dinas Kesehatan
Kota Tangerang Selatan

Gambar 1. Memverifikasi dana Pengecekan Radiologi setiap rumah sakit di Kota


Tangerang Selatan.

Gambar 2. Ceklist arsip digital dan membaca dokumen surat pengajuan berita
acara di wilayah kerja Dinas kesehatan Kota Tangerang Selatan

53
Gambar 3. Menyusun laporan Evaluasi Mingguan Capaian Program Tuberkulosis
di Kota Tangerang Selatan

Gambar 4. Screening TB-DM di wilayah Kota Tangerang Selatan

54

Anda mungkin juga menyukai