Anda di halaman 1dari 5

POTENSI DOKTER LAYANAN PRIMER (DLP) UNTUK

MENGEMBANGKAN KUALITAS TENAGA KESEHATAN DI INDONESIA

Indonesia adalah negara dimana jumlah penduduknya terbesar ke-4 setelah


Tiongkok, India dan Amerika Serikat. Penyebaran penduduk di Indonesia tak
hanya di pulau-pulau besar, namun bahkan hingga di pulau-pulau kecil terluar
Indonesia. Dengan jumlah penduduk yang begitu banyak, yang tersebar di seluruh
pulau di Indonesia. Negara Indonesia haruslah mampu memberikan pelayanan
yang terbaik dan merata di seluruh penjuru Indonesia untuk kesejahteraan
rakyatnya.
Dari tahun ke tahun, Indonesia telah membuktikan bahwa seiring
berjalannya waktu, perlahan demi perlahan Indonesia akan dapat menyusul
negara-negara maju untuk memberikan pelayanan terbaik bagi rakyatnya. Salah
satu upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia dalam memberikan pelayanan
terbaik bagi masyarakat adalah dalam bidang kesehatan. Dalam bidang kesehatan
pemerintah telah melakukan lima upaya untuk menguatkan layanan kesehatan.
Pertama, peningkatan akses. Upaya ini dilakukan melalui pemenuhan
tenaga kesehatan, peningkatan sarana pelayanan primer (Puskesmas, klinik
pratama, dokter praktek mandiri), pemenuhan prasarana pendukung (alat
kesehatan, obat, dan bahan habis pakai), serta inovasi untuk pelayanan di daerah
terpencil dan sangat terpencil, dengan pendekatan pelayanan kesehatan bergerak,
gugus pulau, atau telemedicine. Kedua adalah regionalisasi rujukan melalui
penguatan sistem rujukan baik di tingkat Kabupaten, Regional, maupun Nasional.
Sejak jaminan kesehatan nasional (JKN) dilaksanakan mulai awal 2014,
kebutuhan penataan sistem rujukan semakin dibutuhkan. Di era JKN, mekanisme
rujukan penting untuk menjamin mutu pelayanan dan efisiensi pembiayaan.
Ketiga, penguatan peran Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Dinas
Kesehatan Provinsi melalui sosialisasi advokasi dan capacity building.
Keempat, penguatan dukungan bagi penguatan pelayanan kesehatan dari lintas
sektor, baik itu berupa regulasi, infrastruktur, maupun pendanaan. Dan yang
kelima adalah peningkatan mutu baik fasilitas penyelenggara layanan, maupun
sumber daya manusia kesehatan diantaranya melalui penyediaan norma, standar,
prosedur dan kriteria (NSPK) atau standar prosedur operasional (SPO),
peningkatan kemampuan tenaga kesehatan (Nakes), dokter layanan primer (DLP)
dan akreditasi fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP).
Disini saya akan membahas mengenai salah satu upaya pemerintah diatas
yaitu Dokter Layanan Primer (DLP). Mengapa? Karena pada akhir-akhir ini
Indonesia telah diributkan mengenai pantas tidak-nya program DLP ini
diberlakukan di Indonesia. Sebagian besar mengatakan setuju dan tak sedikit pula
yang menyatakan tidak setuju dengan program DLP ini. Setidaknya jika kita
melihat pembentukan program Dokter Layanan Primer ini dari sisi yang berbeda,
maka program pemerintah ini memiliki potensi besar untuk meningkatkan kualitas
tenaga kesehatan di Indonesia. Oleh karena itu, kita awali dengan pengertian DLP
itu sendiri.
Dokter Layanan Primer atau biasa disingkat DLP adalah Dokter yang
menjadi kontak pertama dengan pasien dan memberi pembinaan berkelanjutan
(continuing care), membuat diagnosis medis dan penangannnya, membuat
diagnosis psikologis dan penangannya, memberi dukungan personal bagi setiap
pasien dengan berbagai latar belakang dan berbagai stadium penyakit,
mengkomunikasikan informasi tentang pencegahan, diagnosis, pengobatan, dan
prognosis, dan melakukan pencegahan dan pengendalian penyakit kronik dan
kecacatan melalui penilaian risiko, pendidikan kesehatan, deteksi dini penyakit,
terapi preventif, dan perubahan perilaku.
Menurut Dirjen Bina Upaya Kesehatan (BUK) Kemenkes, Akmal Taher,
ketentuan terkait Dokter Layanan Primer ini telah dimasukkan dalam UU No. 20
Tahun 2013. Dalam UU No. 20 Tahun 2013 pasal 7 ayat (2) mengatakan bahwa
Pendidikan Kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas: a.
Pendidikan Akademik; dan b. Pendidikan Profesi.. Dilanjutkan dalam pasal 7
ayat (5) yang mengatakan bahwa Pendidikan Profesi sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf b terdiri atas: a. program profesi dokter dan profesi dokter
gigi; dan b. program dokter layanan primer, dokter spesialis-subspesialis, dan
dokter gigi spesialissubspesialis.
Dari pernyataan yang tertulis dalam UU No. 20 Tahun 2013 tersebut dapat
disimpulkan bahwa posisi Dokter Layanan Primer sejajar dengan spesialis.
Namun, selama ini DLP kerap dipandang sebelah mata. Dipandang sebelah mata
dengan tingkat penghasilan yang lebih kecil dibanding dokter spesialis. Sebaiknya
kita tidak melihat dari segi penghasilan namun perlu melihat betapa peran DLP
sangat-lah penting dalam pelaksanaan JKN, UU Pendidikan Kedokteran akhirnya
memuat aturan DLP sebagai penghargaan kepada mereka. DLP berpengaruh
terhadap kelancaran proses rujukan berjenjang yang diterapkan dalam JKN.
Alhasil, tidak semua peserta yang sakit dapat langsung bertandang ke fasilitas
kesehatan (faskes) lanjutan seperti Rumah Sakit (RS). Mereka harus mengunjungi
faskes pemberi pelayanan primer terlebih dulu. Karena itu DLP berfungsi sebagai
gatekeeper.
Selain itu menurut Menkes, Menteri Kesehatan Nila Moeloek
menegaskan, saat ini lebih dari 80 persen masalah kesehatan ternyata dijumpai di
tingkat primer. Hal ini menunjukkan, masih banyak masyarakat yang memiliki
penyakit telah masuk stadium lanjut dan tak bisa diatasi di faskes primer. Oleh
karena itu pemerintah berencana membuka program studi dokter layanan primer
(DLP) di 17 Fakultas Kedokteran PTN dan PTS dengan syarat harus di Fakultas
Kedokteran yang berakreditasi A. Walau saat ini baru 21% FK menyandang
akreditasi A, Akreditasi B (43%), dan Akreditasi C (36%), setidaknya syarat
tersebut akan mendorong para fakultas kedokteran dengan akreditasi B dan C agar
memenuhi persyaratan untuk meningkatkan akreditasinya menjadi A. Dengan
begitu, semakin baik akreditasi FK, itu makin memiliki peluang pencapaian
kualitas lulusan yang baik. Agar masyarakat memperoleh lulusan dokter umum
yang memenuhi kebutuhan layanan kesehatan yang diharapkan.
Selain itu, DLP akan bekerja dan mengabdikan di fasilitas layanan primer.
Saat ini dokter yang bekerja di puskesmas adalah dokter yang secara reguler harus
mendapatkan Surat Tanda Registrasi setiap lima tahun. Mereka telah teruji
keandalannya dalam bekerja di puskesmas. Dengan begitu, akan terjalin hubungan
yang baik antara dokter umum dengan Dokter Layanan Primer. Sehingga dengan
begini, akan meningkatkan kualitas layanan primer di Indonesia. Terlebih lagi,
masyarakat akan mendapatkan layanan kesehatan yang terbaik dari seorang dokter
reguler yang andal dan seorang dokter yang pandai di bidang layanan primer ini.
Oleh sebab itu, kita perlu mencontoh negara-negara maju yang sukses
dalam program Dokter Layanan Primer. Salah satu negara yang maju dalam
layanan primernya adalah Negara Belanda. Dokter DLP di Belanda memiliki
tugas untuk lebih mengenal dan mengetahui riwayat penyakit pasien, penyakit
menahun yang diderita, bahkan mengunjungi pasien jika dipanggil. Salah satu
upaya Belanda adalah menurunkan biaya perawatan kesehatan dan peluang yang
lebih baik untuk biaya penahanan. Jika perawatan primer telah terorganisir dengan
baik, terkomputerisasi. Informasi pasien, juga memberikan yang lebih baik
kesempatan untuk memantau kesehatan penduduk, pemanfaatan kesehatan,
kualitas, dan kesiapan. Karena aksesibilitas yang baik, baik secara geografis
maupun finansial, perawatan primer adalah percaya untuk meminimalkan
ketidakadilan karena geografis distribusi dan tingginya biaya sumber daya
kesehatan. Perawatan primer yang kuat telah ditunjukkan mengurangi hubungan
terbalik antara pendapatan ketidaksetaraan dan kesehatan penduduk, terutama di
Indonesia komunitas dengan tingkat ketidaksetaraan yang tinggi.
Dengan begitu, Indonesia dapat memulainya dengan menurunkan biaya
kesehatan di layanan primer. Untuk menerapkan dan mewujudkan tujuan dari
program DLP di Indonesia, Indonesia perlu mencontoh taktik-taktik dari negara
yang telah sukses di bidang layanan primer. Selain itu, Indonesia juga perlu
memperhatikan aspek lain, sehingga tidak terjadi simpang siur antara aspek yang
belum terwujud dengan aspek yang akan diberlakukan seperti program DLP ini.

Daftar Pustaka :
Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. 2016. DLP: Pilihan Bagi
Dokter Jadi Ahli di Bidang Layanan Primer. Jakarta: Biro Komunikasi dan
Pelayanan Masyarakat. (Online)
(http://www.kemkes.go.id/development/site/depkes/?view=search&id=all&k
yw=dokter%20layanan%20primer&search-option=structure,content, diakses
27 September 2017)
Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2013 tentang
Pendidikan Kedokteran. 2013. Jakarta: PR Indonesia.
ASH. 2015. Dokter Layanan Primer Demi Pelayanan Kesehatan Berkualitas.
Justika.com (online)
(http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt54d09ac7a10ae/dokter-layanan-
primer-demi-pelayanan-kesehatan-berkualitas, diakses 27 September 2017)
Dinny H. de Bakker, Peter P. Groenewegen. 2009. Primary care in the
Netherlands: current situation and trends. NIVEL Netherlands Institute for
Health Services Research, PO Box 1568, 3500 BN Utrecht, The Netherlands.

Nama: Arlinna Rahmanda Yuliana Putri


NIM: 20170410049

Anda mungkin juga menyukai