Anda di halaman 1dari 15

STRATEGI PROMOSI KESEHATAN

GERAKAN MASYARAKAT (PEMBERDAYAAN)


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Promosi Kesehatan

Oleh:
Kelompok 4
Tingkat 2 C

Windi Restu Rahayu (P17320117012)


Defita Addhini (P17320117033)
Dianita Putri (P17320117036)
Muthia Utami (P17320117039)
Vina Elvira (P17320117045)
Wulan Astika Putri (P17320117051)
Tri Utami Putri (P17320117075)
Dini Rachmadyanti (P17320117096)
Anida Firdaus A. (P17320117108)
Dedi Nugraha (P17320117110)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN BANDUNG
POLTEKKES KEMENKES BANDUNG
Jalan Dr. Otten No. 32 Bandung 40171 Telepon (022) 4231057
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah menganai “Strategi Promosi
Kesehatan dalam Gerakan Masyarakat (Pemberdayaan)” ini yang disusun untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Promosi Kesehatan dapat diselesaikan dengan
baik meskipun banyak kekurangan di dalamnya. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada pembimbing selaku dosen yang memberikan tugas serta membimbing dan
membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan
dapat menambah wawasan mengenai Strategi Promosi Kesehatan dalam gerakan
masyarakat ini. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap
adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang telah dibuat untuk masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan semua pihak
di masa mendatang. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih.

Bandung, Februari 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................3
2.1 Definisi Pemberdayaan................................................................................3
2.2 Tujuan, Sasaran dan Pelaku Pemberdayaan Masyarakat.............................4
2.3 Prinsip Pemberdayaan Masyarakat..............................................................5
2.4 Model atau Bentuk Pemberdayaan Masyarakat...........................................6
2.5 Langkah Kegiatan Pemberdayaan................................................................7
2.6 Indikator Keberhasilan Pemberdayaan Masyarakat.....................................10
BAB III PENUTUP....................................................................................................12
3.1 Kesimpulan....................................................................................................12
3.2 Saran..............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Promosi kesehatan adalah suatu upaya untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat melalui pembelajaran diri agar mereka dapat menolong diri sendiri,
serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat sesuai sosial
budaya setempat dan didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan
(Kemenkes, 2011). Promosi kesehatan adalah suatu proses pemberdayaan
masyarakat agar dapat berperilaku memelihara, meningkatkan dan melindungi
kesehatannya.
Pemberdayaan masyarakat terhadap usaha kesehatan sesuai dengan
Undang – undang RI, Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan, bahwa
pembangunan kesehatan harus ditujukan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup masyarakat yang setinggi- tingginya, sebagai
investasi bagi pembangunan sumber daya masyarakat. Setiap orang berkewajiban
ikut mewujudkan, mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat setinggi- tingginya. Pemerintah bertanggungjawab memberdayakan
dan mendorong peran serta aktif masyarakat dalam segala bentuk upaya
kesehatan.
Dalam rangka pencapaian kemandirian kesehatan, pemberdayaan
masayrakat merupakan unsur penting yang tidak bisa diabaikan. Pemberdayaan
kesehatan di bidang kesehatan merupakan sasaran utama dari promosi kesehatan.
Masyarakat merupakan salah satu dari strategi global promosi kesehatan
pemberdayaan (empowerment) sehingga pemberdayaan masyarakat sangat
penting untuk dilakukan agar masyarakat sebagai target utama memiliki kemauan
dan kemampuan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Pemberdayaan ?

1
2. Apa Tujuan, Sasaran dan Pelaku Pemberdayaan Masyarakat ?
3. Bagimana Prinsip Pemberdayaan Masyarakat ?
4. Bagaimana Model atau Bentuk Pemberdayaan Masyarakat ?
5. Bagaimana Langkah Kegiatan Pemberdayaan ?
6. Apa saja indikator Keberhasialan Pemberdayaan Masyarakat ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Pemberdayaan
2. Untuk mengetahui Apa Tujuan, Sasaran dan Pelaku Pemberdayaan
Masyarakat
3. Untuk mengetahui Prinsip Pemberdayaan Masyarakat
4. Untuk mengetahui Model atau Bentuk Pemberdayaan Masyarakat
5. Untuk mengetahui Langkah Kegiatan Pemberdayaan
6. Untuk mengetahui Apa Saja Indikator Keberhasilan Pemberdayaan
Masyarakat

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Pemberdayaan


Pemberdayaan adalah strategi promosi kesehatan yang ditujukan kepada
masyarakat langsung. Tujuan utama pemberdayaan adalah mewujudkan
kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka
sendiri (visi promosi kesehatan). Bentuk kegiatan pemberdayaan ini dapat
diwujudkan dengan berbagai kegiatan, antara lain: penyuluhan kesehatan,
pengorganisasian dan pengembangan masyarakat dalam bentuk misalnya koperasi,
pelatihan – pelatihan untuk kemampuan peningkatan pendapatan keluarga
(incoming generating skill). Dengan meningkatnya kemampuan ekonomi keluarga
akan berdampak terhadap kemampuan dalam pemeliharaan kesehatan mereka,
misalnya terbentuknya dana sehat, terbentuknya pos obat desa, berdirinya polindes
dan sebagainya. Kegiatan – kegiatan semacam ini di masyarakat sering disebut
“Gerakan Masyarakat” untuk kesehatan.
Hubley (2002) mengatakan, bahwa pemberdayaan kesehatan (health
empowerment), melek (sadar), kesehatan (health literacy) dan promosi kesehatan
(health promotion) diletakkan dalam kerangka pendekatan yang komprehensif.
Pemberdayaan didiskusikan dalam kerangka bagaimana mengembankan
kemampuan penduduk untuk menolong dirinya sendiri (self-ef-ficacy) dari teori
belajar sosial.
Freira (dalam Hubley 2002) mengatakan bahwa pemberdayaan adalah suatu
proses dinamis yang dimulai dari dimana masyarakat belajar langsung dari
tindakan. Pemberdayaan masyarakat biasanya dilakukan dengan pendekatan
pengembangan masyarakat. Pengembangan masyarakat biasanya berisi bagaimana
masyarakat mengembangkan kemampuannya serta bagaimana meningkatkan peran
serta masyarakat dalam pengambilan keputusan.
Menurut Depkes RI (2007), pemberdayaan masyarakat (di bidang
kesehatan) adalah upaya menumbuhkan kemampuan masyarakat agar mereka
mempunyai daya atau kekuatan untuk hidup mandiri (di bidang kesehatan). Upaya
pemberdayaan tersebut dilakukan dengan menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan
3
4

kemampuan untuk hidup sehat, disertai dengan pengembangan iklim yang


mendukung.
Pemberdayaan dalah suatu proses aktif, dimana masyarakat yang
diberdayakan harus berperan serta aktif (berpartisipasi) dalam berbagai kegiatan.
Dengan demikian nantinya masyarakat akan mempunyai pengalaman actual, yang
sangat bermanfaat untuk mengembangkan program sejenis di masa mendatang.
Dengan demikian, pemberdayaan adalah suatu proses membantu
memperkuat kemampuan masyarakat, sehingga menjembatani jarak komunikasi
antara petugas (provider) dan kelompok sasaran (target audiences / communicaties)
serta output dari pemberdayaan tersebut ialah kemandirian masyarakat.
2.2 Tujuan, Sasaran dan Pelaku Pemberdayaan
Secara umum, Maulana (2009) mengatakan bahwa tujuan pemberdayaan
masyarakat adalah terciptanya masyarakat yang mampu mengenali, memelihara,
melindungi, dan meningkatkan kesehatannya, tanpa mengalami kesulitan dalam hal
pembayaran. Tujuan khusus pemberdayaan masyarakat, di antaranya:
1. Memahami dan menyadari pentingnya kesehatan.
2. Memiliki keterampilan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
3. Memiliki kemudahan untuk menjaga kesehatan diri dan lingkungannya.
4. Berupaya bersama atau bergotong royong menjaga dan meningkatkan
kesehatan lingkungannya.
Pemberdayaan masyarakat menjadi kegiatan yang berasal dari masyarakat,
dilakukan oleh masyarakat, hasilnya untuk masyarakat, dn dilakukan oleh
masyarakat. Menurut Maulana (2009), sasaran dan pelaku masyarakat itu beda
tipis, tetapi sasaran yang sesungguhnya adalah perorangan, keluarga, dan
masyarakan umum sebagai sasaran primer.
Pelaku dalam pemberdayaan masyarakat adalah kelompok potensial yang
ada di masyarakat, misalnya organisasi masyarakat, agama, ibu, perempuan, remaja
atau pemuda, dan profesi. Pelaku yang lainnya berasal dari LSM, kelompok media
massa, dan kelompok yang dipandang potensial lainya di masyarakat.
5

2.3 Prinsip Pemberdayaan


Prinsip pemberdayaan menurut Notoatmodjo (2014), di antaranya:
1. Menumbuh kembangkan potensi masyarakat
Potensi yang ada di masyarakat digolongkan menjadi dua, yaitu SDM
dan SDA. Tinggi rendahnya SDM di masyarakat lebih ditentukan oleh kuallitas
SDM, seperti proporsi masyarakat yang mampu dan tidak mampu serta tinggi
rendahnya pendidikan masyarakat. Lalu, untuk potensi SDA yang dimiliki
masyarakat adalah seperti sesuatu yang terberi dan diberikan oleh Tuhan,
meskipun SDA di setiap wilayah tidak sama kondisinya.
2. Mengembangkan gotong royong masyarakat
Budaya gotong royong yang mengakar di masyarakat Indonesia ini
membantu suksesnya program pemberdayaan masyarakat. Provider atau petugas
kesehatan sangat diperlukan dalam pelaksanaan program kesehatan. Untuk
menjalankan program kesehatan ini nakes perlu melakukan pendekatan kepada
tokoh agama maupun tokoh masyarakat untuk mengajak masyarakatnya
bergotong royong memberikan partisipasi dan kontribusi terhadap program
kesehatan yang telah direncanakan.
3. Menggali kontribusi masyarakat
Upaya menggali dan mengembangkan potensi ekonomi masyarakat
menjadi usaha agar anggota bersedia berkontribusi sesuai kemampuan dalam
program dan kegiatan kesehatan yang direncanakan, karena kemampuan yang
berbeda maka kontribusi masyarakat pun akan berbeda. Di sinilah peran nakes
dalam menggali kontribusi masyarakat sebagai bentuk partisipasi masyakat.
4. Menjalin kemitraan
Kemitraan berperan untuk membangun sikap mandiri masyarakat, karena
kemandirian masyarakat merupakan bukti kesuksesan masyarakat dalam
menjalin kemitraan dengan berbagai pihak, seperti pemerintah, swasta, LSM,
maupun individu.
5. Desentralisasi
Hakikat dari pemberdayaan masyarakat adalah memberikan kesempatan
kepada masyarakat daerah atau lokal untuk mengembangkan wilayahnya atau
daerahnya. Oleh karena itu, seluruh pengambilan keputusan diserahkan kepada
masyarakat sesuai dengan kultur tempatnya. Sedangkan provider atau petugas
kesehatan melakukan pemberdayaan masyarakat dengan bekerja sama dengan
masyarakat bukan bekerja untuk masyarakat.
2.4 Model atau Bentuk Pemberdayaan
Bentuk pemberdayaan masyarakat menurut Notoatmodjo (2015), di antaranya:
1. Tokoh atau pemimpin masyarakat (community leaders)
6

Tokoh masyarakat atau pemimpin baik secara formal maupun informal


menjadi tahap awal pemberdayaan masyarakat, karena sebelum memberdayakan
masyarakat perlu adanya pendekatan kepada tokoh masyarakat yang menjadi
panutan masyarakat dalam menerapkan perilaku kesehatan.
2. Organisasi masyarakat (Community Organization)
Di sebuah masyarakat, hampir bisa dipastikan ada organisasi masyarakat,
mulai dari karang taruna, PKK (Pembinaan Kesejahteraan Keluarga),
perkumpulan bapak-bapak, majelis taklim, dan lain-lain. Organisasi masyarakat
tersebut memiliki potensi untuk mengajak masyarakat untuk menerapkan
perilaku sehat dan mengikuti berbagai program kesehatan yang dipromosikan
oleh petugas kesehatan.
3. Pendanaan masyarakat (community fund)
Sejak tahun 1970-an, di Indonesia telah berkembang dana usaha yang
berasal dari Jawa Tengah. Dana usaha ini merupakan bentuk pendanaan yang
berasal dari masyarakat, diolah oleh masyarakat, dan digunakan untuk
masyarakat. Kemudian, Depkes mengembangkan gerakan tersebut menjadi
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM). Gerakan tersebut
memiliki semangat dan prinsip, yaitu yang sakit membantu yang sakit dan yang
kaya membantu yang tidak kaya. Di sinilah tugas nakes untuk memfasilitasi
masyarakt agar pendanaan masyarakat dapat berjalan dengan baik.
4. Material masyarakat (community material)
Material merupakan SDA yang terdapat di suatu daerah dan dapat menjadi
salah satu potensi yang dapat dimanfaatkan untuk program kesehatan yang
dikampanyekan. Karena setiap daerah memiliki material yang berbeda, maka
potensi yang dimiliki pun berbeda. Oleh karena itu, perlu adanya pendampingan
dari nakes untuk mengelola material yang ada agar bermanfaat bagi masyarakat.
5. Pengetahuan masyarakat (community knowledge)
Semua penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh nakes kepada
masyarakat merupakan upaya untuk meningkatkan pemberdayaan, dalam hal
meningkatkan pengetahuan masyarakat.
6. Teknologi masyarakat (community technology)
Dalam mengembangkan teknologi, masyarakat dibimbing untuk membuat
beragam teknologi sederhana untuk mengatasi permasalahan yang dialami oleh
mereka. Teknologi sederhana sngat bermanfaat bagi masyarakat karena biasanya
bahan-bahan yang diperlukan tersedia di lingkungan sekitar sehingga berbiaya
murah.
2.5 Langkah Pemberdayaan
7

Pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu sebagai
proses dan hasil. Sebagai hasil, pemberdayaan masyarakat adalah sutau perubahan
yang signifikan dalam aspek social politik yang dialami oleh individu dan
masyarakat, yang seringkali berlangsung dalam waktu yang cukup panjang, behkan
seringkali lebih dari 7 tahun (Raeburn, 1993).
Sebagai suatu proses, Jackson (1989), Labonte (1994), dan Rissel (19954)
mengatakan, pemberdayaan masyarakat melibatkan beberapa komponen berikut,
yaitu:
a. Pemberdayaan personal
a. Pengembangan kelompok kecil
b. Pengorganisasian masyarakat
c. Kemitraan
d. Aksi social dan politik
Dengan demikian, pemberdayaan masyarakat mempunyai spectrum yang cukup
luas, meliputi jenjang sasaran yang diberdayakan (level of objects), kegiatan
internal masyarakat/komunitas maupun eksternal berbentuk kemitraan (partnership)
dan jejaring (networking) serta dukungan dari atas berbentuk kebijakan politik yang
mendukung kelestarian pemberdayaan.
Untuk itu maka pemberdayaan masyarakat dapat dilaksanakan dengan mengikuti
langkah-langkah:
1. Perancangan
Merancang keseluruhan program, termasuk didalamnya kerangka waktu
kegiatan, ukuran program, serta memberikan perhatian kepada kelompok
masyarakat yang terpinggirkan. Perancangan program dilakukan menggunakan
pendekatan partisipatoris, dimana antara agen perubahan (pemerintah dan LSM)
dan masyarakat bersama-sama menyusun perencanaan. Perencanaan
partisipatoris ini dapat mengurani terjadinya konflik yang mungkin muncul antar
dua pihak tersebut selama program berlangsung dan setelah program di evaluasi.
Sering terjadi apabila suatu kegiatan berhasil, banyak pihak bahkan termasuk
yang tidak berpartisipasi, berebut saling claim tentang peran diri
maupunkelompoknya. Sebaliknya jika program tidak berhasil, individu maupun
kelompok bahkan yang sebenarnya juga berkontribusi atas kegagalan tersebut,
saling menyalahkan.
Pemberdayaan adalah proses yang bertahap memanfaatkan perubahan social,
ekonomi dan politik untuk meningkatkan kualitas hidup seluruh anggota
8

masyarakat. Dengan demikian, pemberdayaan membutuhkan waktu yang lebih


lama daripada upaya promosi kesehatan. Untuk masyarakat yang sudah mapan,
pemberdayaan membutuhkan waktu yang lebih singkat daripada masyarakat
yang belum mapan.
Perencanaan program pemberdayaan masyarakat harus memperhatikan
adanya kelompok masyarakat yang terpinggirkan (termarginalisasi).
Marginalisasi adalah suatu proses sejarah masyarakat yang kompleks, yang
membuat mereka tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi berbagai
kebutuhannya, tidak mempunyai akses yang memadai terhadap sumber daya.
Oleh karenanya, untuk menghindari agar kelompom ini tidak semakin
terpinggirkan, diperlukan perencanaan yang lebih komprehensif.
2. Menetapakan tujuan.
Tujuan promosi kesehatan biasanya dikembangkan pada tahap perencanaan
dan biasnya berpusat pada mencegah penyakit, mengurangi kesakitan dan
kematian dan manajemen gaya hidup melalui upaya perubahan perilaku yang
secara spesifik berkaitan dengan kesehatan. Adapun tujuan pemberdayaan
biasanya berpusan pada bagaimana masyarakat dapat mengontrol keputusannya
yang berpengaruh pada kesehatan dan kehidupan masyarakatnya.
3. Memilih strategi pemberdayaan.
Pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses yang terdiri dari lima
pendekatan, yaitu: pemberdayaan, pembagian kelompok kecil, pengembangan
dan penguatan pengorganisasian masyrarakat, pengembangan dan penguatan
jaringan antarorganisasi, dan tindakan politik. Strategi pemberdayaan meliputi:
pendidikan masyarakat, fasilitas kegiatan yang berasal dari masyarakat,
mendorong tumbuhnya swadaya masyarakat sebagai prasyrata pokok
tumbuhnya tanggung jawab sebagai anggota masyarakat, fasilitas upaya
mengembangkan jejaring antarmasyarakat, serta advokasi kepada pengambil
keputusan.
4. Implementasi strategi dan manajemen. Implementasi strategi serta menejemen
program pemberdayaan dilakukan dengan cara:
a) Meningkatkan peran serta pemercaya.
b) Menumbuhkan kemampuan pengenalan masalah.
c) Mengembangkan kepemimpinan local.
d) Membangun keberdayaan struktur organisasi.
e) Meningkatkan mobilisasi sumber daya.
f) Memperkuat kemampuan stakeholder untuk “bertanya mengapa?”.
g) Meningkatkan control stakeholder atas manajemen program.
h) Membuat hubungan yang sepadan dengan pihak luar.
9

5. Evaluasi program.
Pemberdayaan masyarakat dapat berlangsung lambat dan lama, bahkan boleh
dikatakan tidak pernah berhenti dengan sempurna. Sering terjadi, hal-hal tertentu
yang menjadi bagian dari pemberdayaan baru tercapai beberapa tahun sesudah
kegiatan selesai. Oleh karenanya, akan lebuh tepat jika evaluasi diarahkan pada
proses pemberdayaannya daripada hasilnya. Hal-hal yang dapat dievaluasi
dalam pemberdayaan, diantaranya:
a. Jumlah anggota masyarakat yang berpartisipasi dalam kegiatan.
b. Jumlah kegiatan yang bersifat pendekatan dari bawah.
c. Jumlah pelaku kegiatan yang merasa melakukan belajar sambil bekerja.
Adapun langkah-langkah pemberdayaan yang dapat dilakukan di tingkat
operasional yaitu:
1. Pendekatan pada pimpinan masyarakat (advokasi)
2. Survei mawas diri, atau pengkajian masalah di masyarakat (Community
Diagnosis).
3. Perumusan masalah dan kesepakatan bersama dalam musyawarah
masyarakat desa (Community Prescription).
4. Pemecahan masalah bersama (Community Treatment).
5. Pembinaan dan pengembangan (Development).
2.6 Indikator Hasil Pemberdayaan Masyarakat
Indikator penilaian yang menggunakan pendekatan sistem, di antaranya:
1. Input
Input atau masukan adalah indikator hasil pemberdayaan masyarakat yang
pertama. Beberapa hal yang masuk dalam poin input, yaitu:
a. Sumber daya manusia (SDM)
Tokoh atau pemimpin baik yang formal maupun informal seperti pimpinan
masyarakat, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan kader.
b. Dana
Besarnya dana yang digunakan dalam pemberdayaan masyarakat, termasuk
dana yang berasal dari kontribusi masyarakat setempat dan dana yang
didapat dari pihak di luar masyarakat.
c. Bahan dan alat
Bahan, alat, dan materi lain yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan
berbagai kegiatan dan program pemberdayaan masyarakat.
2. Proses
Beberapa hal yang masuk dalam poin proses, yaitu:
a. Jumlah program atau kegiatan penyuluhan kesehatan di suatu masyarakat.
b. Banyaknya frekuensi dan jenis penyuluhan dalam rangka pemberdayaan
masyarakat di daerah tersebut.
c. Banyaknya jumlah kader kesehatan dan tokoh masyarakat yang sudah
dilatih dan dibujuk sebagai penggerak pemberdayaan masyarakat atau
motivator.
10

d. Tingkat kerutinan pertemuan masyarakat untuk merencanakan, mengambil


keputusan, dan memecahkan masalah yang dialami masyarakat saat
pelaksanaan program kesehatan.
1. Output
Beberapa hal yang masuk dalam poin output, yaitu:
a. Seberapa banyak jenis dan jumlah upaya kesehatan yang bersumber daya
masyarakat, seperti posyandu, pelayanan lansia, pos obat desa, dan lain-lain.
b. Banyaknya jumlah anggota masyarakat yang telah mengalai peningkatan
pengetahuan dan perubahan perilaku.
c. Berapa jumlah anggota keluarga yang memiliki usaha untuk meningkatkan
pendapatan dalam satu keluarga.
d. Seberapa jauh peningkatan jumlah dan kualitas sarana dan fasilitas umum
yang ada di masyarakat.
2. Outcome
Beberapa hal yang masuk dalam poin outcome, yaitu:
a. Penurunan angka masyarakat yang mengalami sakit di masyarakat.
b. Penurunan angka kematian umum di masyarakat.
c. Penurunan angka kelahiran di masyarakat.
d. Peningkatan status gizi anak balita di masyarakat.
e. Penurunan angka kematian ibu dan bayi di masyarakat.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pemberdayaan adalah strategi promosi kesehatan yang ditujukan kepada
masyarakat langsung. Kegiatan – kegiatan semacam ini di masyarakat sering
disebut Gerakan Masyarakat untuk meningkatkan kesehatan. tujuan
pemberdayaan masyarakat adalah terciptanya masyarakat yang mampu
mengenali, memelihara, melindungi, dan meningkatkan kesehatannya, tanpa
mengalami kesulitan dalam hal pembayaran. Prinsip pemberdayapun yaitu,
Menumbuh kembangkan potensi masyarakat, Mengembangkan gotong royong
masyarakat, Menggali kontribusi masyarakat, Menjalin kemitraan,
Desentralisasi. Pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari dua sudut pandang,
yaitu sebagai proses dan hasil. Sebagai hasil, pemberdayaan masyarakat adalah
sutau perubahan yang signifikan dalam aspek social politik yang dialami oleh
individu dan masyarakat. Indikator dari hasil pemberdsayaan menggunakan
pendekatan sistem, di antaranya: Input, Proses, Output, Outcome.

3.2 Saran
Penulis berharap makalah sederhana ini dapat bermanfaat untuk pembaca
dan dapat diimplementasikan pada waktu yang tepat. Serta menambah wawasan
mengenai strategi promosi kesehatan Gerakan masyarakat (pemberdayaan).

11
DAFTAR PUSTAKA

Induniasih & Ratna, Wahyu. (2017). Promosi Kesehatan Pendidikan Kesehatan Dalam
Keperawatan. Yogyakarta ; Pustaka Baru Press.

Maulana, Heri. (2009). Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC

Notoatmojo, Soekidjo. (2005). Promosi Kesehatan teori dan aplikasinya. Jakarta: PT.
RINEKA CIPTA

12

Anda mungkin juga menyukai