Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tiroid merupakan kelenjar endokrin murni terbesar dalam tubuh manusia
yang terletak di leher bagian depan, terdiri atas dua bagian (Lobus kanan dan
lobus kiri. Penyakit atau gangguan tiroid adalah suatu kondisi kelainan pada
seseorang akibat adanya gangguan kelenjar tiroid, baik berupa perubahan
bentuk kelenjar maupun perubahan fungsi (berlebihan,berkurang atau
normal).(Infodatin, 2015).
Hormon tiroid mempunyai peran yang sangat penting dalam berbagai
proses metabolism (metabolism protein,karbohidrat, lemak) dan aktivitas otot
fisiologik pada hamper semua system organ tubuh manusia, kekurangan
maupun kelebihan hormone tiroid akan mengganggu berbagai proses
metabolismedan aktivitas fisiologi serta mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan berbagai jaringan termasuksistem saraf dan otak (Infodatin,
2015).
Di Jawa Barat dengan jumlah penduduk 32.162.328 pada usia ≥ 15 tahun
diperoleh data 0.5 % penduduk menderita hipertiroid (Infodatin, 2015).
Sementara, berdasarkan Infodatin 2015 diperoleh data kejadian dipotiroid
kongenital di RSUP Cipto Mangunkusumo dan RSUP Hasan Sadikin Bandung
pada tahun 2000 - September 2014 dari 213.669 bayi baru lahir yang dilakukan
skrining hipotiroid kongenital didapatkan hasil positif sejumlah 85 bayi atau 1
: 2513 kelahiran (lebih tinggi dari rasio global 1:3000 kelahiran), dan lebih dari
70 % didiagnosis pada umur lebih dari 1 tahun.
Berdasarkan riskesdas 2007 diperoleh data 12,8% laki-laki dan 14,7%
perempuan memiliki kadar TSH rendah yang menunjukan kecurigaan adanya
hipertiroid.
Berdasarkan data di atas, maka penting bagi masyarakat khususnya
tenaga kesehatan untuk mengetahui bahaya dari gangguan kelenjar tiroid.

1
Dalam makalah ini, kami bermaksud untuk menguraikan masalah kelenjar
tiroid untuk menjadi sumber dan referensi dalam meningkatkan pengetahuan
mengenai gangguan kelenjar tiroid sehingga pembaca khususnya tenaga
kesehatan dapat melakukan penanganan yang tepat.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi kelenjar tiroid dan paratiroid ?
2. Bagaimana anotomi dan fisiologi kelenjar tiroid dan paratiroid ?
3. Apa yang dimaksud dengan hipertiroidisme dan hipotiroidisme?
4. Bagaimana etiologi hipertiroidisme dan hipotiroidisme ?
5. Bagaimana patofisiologi terjadinya hipertiroidisme dan
hipotiroidisme ?
6. Apa saja manifestasi klinis pada pasien dengan hipertiroidisme dan
hipotiroidisme ?
7. Bagaimana penatalaksanaan pada pasien hipertiroidisme dan
hipotiroidisme ?
8. Apa yang dimaksud dengan hipoparatiroid ?
9. Bagaimana penatalaksanaan pasien dengan hipoparatiroid ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Pembaca dapat memahmi konsep gangguan kelenjar tiroid dan
paratiroid.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui definisi kelenjar tiroid dan paratiroid.
2. Mengetahui anotomi dan fisiologi kelenjar tiroid dan paratiroid.
3. Mengetahui hipertiroidisme dan hipotiroidisme.
4. Memahami etiologi hipertiroidisme dan hipotiroidisme.
5. Memahami patofisiologi terjadinya hipertiroidisme dan
hipotiroidisme.
6. mengetahui manifestasi klinis pada pasien dengan hipertiroidisme
dan hipotiroidisme.

2
7. memahami penatalaksanaan pada pasien hipertiroidisme dan
hipotiroidisme.
8. Mengetahui definisi hipoparatiroid.
9. Memahami penatalaksanaan pasien dengan hipoparatiroid.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Kelenjar Tiroid dan Paratiroid


Kelenjar Tiroid adalah salah satu kelenjar endokrin dalam tubuh manusia
yang terletak di bagian depan leher. Bentuk kelenjar tiroid seperti kupu kupu
dengan dua sayap dengan diameter sekitar 5 cm. Dalam keadaan normal
kelenjar tiroid tidak terlihat dan hampir tidak teraba. Fungsi utama dari kelenjar
ini adalah untuk mengatur kecepatan metabolisme tubuh melalui hormon
hormon yang disekresikannya. Untuk lebih mudah mengetahui letak kelenjar
tiroid maka anda bisa meraba tonjolan di leher yang kita sebut jakun, nah
kelenjar tiroid terletak di bawah jakun tersebut.
Kelenjar Paratiroid adalah kelenjar endokrin yang berfungsi untuk
mensekresikan hormon paratiroid. Kelenjar paratiroid biasanya terletak di leher
dan manusia mempunyai empat buah kelenjar paratiroid. Kelenjar ini disebut
paratiroid karena letaknya di belakang kelenjar tiroid. Hormon paratiroid yang
dihasilkan oleh kelenjar ini berfungsi untuk mengontrol kadar kalsium di darah
dan tulang. Kelenjar ini akan terus berproduksi secara konstan hingga
seseorang mencapai usia 30 tahun.
2.2 Anatomi Fisiologi Kelenjar Tiroid dan Paratiroid
2.2.1 Anatomi Fisiologi kelenjar Tiroid
Anatomi Kelenjar tiroid terletak di leher, yaitu antara fasia koli
media dan fasia prevertebralis. Di dalam ruang yang sama terdapat
trakea, esofagus, pembuluh darah besar dan saraf. Kelenjar tiroid
melekat pada trakea dan fascia pretrakealis dan melingkari trakea
dua pertiga bahkan sampai tiga perempat lingkaran. Keempat
kelenjar paratiroid umumnya terletak pada permukaan belakang
kelenjar tiroid, tetapi letak dan jumlah kelenjar ini dapat bervariasi.
Arteri karotis komunis, vena jugularis interna dan nervus vagus
terletak bersama dalam suatu sarung tertutup di latero dorsal tiroid.

4
Nervus rekurens terletak di dorsal tiroid sebelum masuk laring.
Nervus frenikus dan trunkus simpatikus tidak masuk ke dalam ruang
antara fasia media dan prevertebralis.
Vaskularisasi kelenjar tiroid berasal dari empat sumber antara
lain arteri karotis superior kanan dan kiri, cabang arteri karotis
eksterna kanan dan kiri dan kedua arteri tiroidea inferior kanan dan
kiri, cabang arteri brakhialis. Kadang kala dijumpai arteri tiroidea
ima, cabang dari trunkus brakiosefalika. Sistem vena terdiri atas
vena tiroidea superior yang berjalan bersama arteri, vena tiroidea
media di sebelah lateral dan vena tiroidea inferior. Terdapat dua
macam saraf yang mensarafi laring dengan pita suara (plica vocalis)
yaitu nervus rekurens dan cabang dari nervus laringeus superior.
Fisiologi Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid utama
yaitu tiroksin (T4) yang kemudian berubah menjadi bentuk aktifnya
yaitu triyodotironin (T3). Iodium nonorganik yang diserap dari
saluran cerna merupakan bahan baku hormon tiroid. Zat ini
dipekatkan kadarnya menjadi 30-40 kali sehingga mempunyai
afinitas yang sangat tinggi di dalam jaringan tiroid. T3 dan T4 yang
dihasilkan ini kemudian akan disimpan dalam bentuk koloid di
dalam tiroid. Sebagian besar T4 kemudian akan dilepaskan ke
sirkulasi sedangkan sisanya tetap di dalam kelenjar yang kemudian
mengalami daur ulang. Di sirkulasi, hormon tiroid akan terikat oleh
protein yaitu globulin pengikat tiroid Thyroid Binding Globulin
(TBG) atau prealbumin pengikat albumin Thyroxine Binding
Prealbumine (TBPA). Hormon stimulator tiroid Thyroid
Stimulating Hormone (TSH) memegang peranan terpenting untuk
mengatur sekresi dari kelenjar tiroid. TSH dihasilkan oleh lobus
anterior 13 kelenjar hipofisis. Proses yang dikenal sebagai umpan
balik negatif sangat penting dalam proses pengeluaran hormon tiroid
ke sirkulasi. Pada pemeriksaan akan terlihat adanya sel parafolikular
yang menghasilkan kalsitonin yang berfungsi untuk mengatur

5
metabolisme kalsium, yaitu menurunkan kadar kalsium serum
terhadap tulang (De Jong & Sjamsuhidajat, 2005).
Sekresi hormon tiroid dikendalikan oleh kadar hormon
perangsang tiroid yaitu Thyroid Stimulating Hormone (TSH) yang
dihasilkan oleh lobus anterior hipofisis. Kelenjar ini secara langsung
dipengaruhi dan diatur aktifitasnya oleh kadar hormon tiroid dalam
sirkulasi yang bertindak sebagai umpan balik negatif terhadap lobus
anterior hipofisis dan terhadap sekresi hormon pelepas tirotropin
yaitu Thyrotropin Releasing Hormone (TRH) dari hipotalamus
(Guyton & Hall, 2006).
Sebenarnya hampir semua sel di tubuh dipengaruhi secara
langsung atau tidak langsung oleh hormon tiroid. Efek T3 dan T4
dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori yaitu: (Sherwood,
2011)
a. Efek pada laju metabolism Hormon tiroid meningkatkan laju
metabolisme basal tubuh secara keseluruhan. Hormon ini adalah
regulator terpenting bagi tingkat konsumsi O2 dan pengeluaran
energi tubuh pada keadaan istirahat.
b. Efek kalorigenik Peningkatan laju metabolisme menyebabkan
peningkatan produksi panas.
c. Efek pada metabolisme perantara Hormon tiroid memodulasi
kecepatan banyak reaksi spesifik yang terlibat dalam
metabolisme bahan bakar. Efek hormon tiroid pada bahan bakar
metabolik bersifat multifaset, hormon ini tidak saja
mempengaruhi sintesis dan penguraian karbohidrat, lemak dan
protein, tetapi banyak sedikitnya jumlah hormon juga dapat
menginduksi efek yang bertentangan.
d. Efek simpatomimetik Hormon tiroid meningkatkan ketanggapan
sel sasaran terhadap katekolamin (epinefrin dan norepinefrin), zat
perantara kimiawi yang digunakan oleh sistem saraf simpatis dan
hormon dari medula adrenal.

6
e. Efek pada sistem kardiovaskuler Hormon tiroid meningkatkan
kecepatan denyut dan kekuatan kontraksi jantung sehingga curah
jantung meningkat.
f. Efek pada pertumbuhan Hormon tiroid tidak saja merangsang
sekresi hormon pertumbuhan, tetapi juga mendorong efek
hormon pertumbuhan (somatomedin) pada sintesis protein
struktural baru dan pertumbuhan rangka.
g. Efek pada sistem saraf Hormon tiroid berperan penting dalam
perkembangan normal sistem saraf terutama Sistem Saraf Pusat
(SSP). Hormon tiroid juga sangat penting untuk aktivitas normal
SSP pada orang dewasa.
2.2.2 Anatomi Fisiologi kelenjar Paratiroid
Kelenjar paratiroid tumbuh dari jaringan endoderm, yaitu sulcus
pharyngeus ketiga dan keempat. Kelenjar paratiroid yang berasal
dari sulcus pharyngeus keempat cenderung bersatu dengan kutub
atas kelenjar tiroid yang membentuk kelenjar paratiroid dibagian
kranial. Kelenjar yang berasal dari sulcus pharyngeus ketiga
merupakan kelenjar paratiroid bagian kaudal, yang kadang menyatu
dengan kutub bawah tiroid. Akan tetapi, sering kali posisinya sangat
bervariasi. Kelenjar paratiroid bagian kaudal ini bisa dijumpai pada
posterolateral kutub bawah kelenjar tiroid, atau didalam timus,
bahkan berada dimediastinum. Kelenjar paratiroid kadang kala
dijumpai di dalam parenkim kelenjar tiroid. (R. Sjamsuhidajat, Wim
de Jong, 2004,695) Secara normal ada empat buah kelenjar
paratiroid pada manusia, yang terletak tepat dibelakang kelenjar
tiroid, dua tertanam di kutub superior kelenjar tiroid dan dua di
kutub inferiornya. Namun, letak masing-masing paratiroid dan
jumlahnya dapat cukup bervariasi, jaringan paratiroid kadang-
kadang ditemukan di mediastinum.
Setiap kelenjar paratiroid panjangnya kira-kira 6 milimeter,
lebar 3 milimeter, dan tebalnya dua millimeter dan memiliki

7
gambaran makroskopik lemak coklat kehitaman. Kelenjar paratiroid
orang dewasa terutama terutama mengandung sel utama (chief cell)
yang mengandung apparatus Golgi yang mencolok plus reticulum
endoplasma dan granula sekretorik yang mensintesis dan
mensekresi hormone paratiroid (PTH). Sel oksifil yang lebih sedikit
namun lebih besar mengandung granula oksifil dan sejumlah besar
mitokondria dalam sitoplasmanya Pada manusia, sebelum pubertas
hanya sedikit dijumpai, dan setelah itu jumlah sel ini meningkat
seiring usia, tetapi pada sebagian besar binatang dan manusia muda,
sel oksifil ini tidak ditemukan.Fungsi sel oksifil masih belum jelas,
sel-sel ini mungkin merupakan modifikasi atau sisa sel utama yang
tidak lagi mensekresi sejumlah hormon.
Fisiologi kelenjar paratiroid mengeluarkan hormon paratiroid
(parathiroid hormone, PTH) yang bersama sama dengan Vit D3, dan
kalsitonin mengatur kadar kalsium dalam darah. Sintesis PTH
dikendalikan oleh kadar kalsium plasma, yaitu dihambat sintesisnya
bila kadar kalsium tinggi dan dirangsang bila kadar kalsium rendah.
PTH akan merangsang reabsorbsi kalsium pada tubulus ginjal,
meningkatkan absorbsi kalsium pada usus halus, sebaliknya
menghambat reabsorbsi fosfat dan melepaskan kalsium dari tulang.
Jadi PTH akan aktif bekerja pada tiga titik sasaran utama dalam
mengendalikan homeostasis kalsium yaitu di ginjal, tulang
dan usus. (R.Sjamsuhidayat, Wim de Jong, 2004, 695).
2.3 Gangguan Fungsi Kelenjar Tiroid dan Paratiroid
2.3.1 Hipertiroidisme
2.3.1.1 Definisi
Hipertiroidisme (hipersekresi hormon tiroid) adalah
peningkatan produksi dan sekresi hormon tiroid oleh
kelenjar tiroid. Tirotoksikosis adalah sindrom klinis yang
diakibatkan oleh peningkatan tiroksin (T4) atau
triiodotironin (T3), terjadi bila jaringan terpajan hormon

8
tiroid beredar dalam kadar tinggi. Pada kebanyakan kasus,
tirotoksikosis disebabkan hiperaktivitas kelenjar tiroid atau
hipertiroidisme.
2.3.1.2 Etiologi
Hipertiroidisme dapat terjadi akibat disfungsi
kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus. Peningkatan
TSH akibat malfungsi kelenjar tiroid akan disertai
penurunan TSH dan TRF karena umpan balik negative TH
terhadap pelepasan keduanya.
Hipertiroidisme akibat malfungsi hipofisis
memberikan gambaran kadar TH dan TSH yang tinggi.
TRF akan rendah karena umpan balik negative dari HT dan
TSH. Hipertiroidisem akibat malfungsi hipotalamus akan
memperlihatkan HT yang tinggi disertai TSH dan TRH
yang berlebihan.
Beberapa penyakit yang menyebabkan Hipertiroid yaitu:
1. Penyakit graves
Penyakit ini disebabkan oleh kelenjar tiroid yang
overaktif dan merupakan penyebab hipertiroid yang
paling sering dijumpai. Penyakit ini biasanya
turunan. Wanita 5 kali lebih sering daripada pria. Di
duga penyebabnya adalah penyakit autoimun,
dimana antibody yang ditemukan dalam peredaran
darah yaitu tyroid stimulating Immunogirobulin
(TSI antibodies), Tyroid peroksidae antibodies
(TPO) dan TSH receptor antibodies (TRAB).
Pencetus kelainan ini adalah stress, merokok,
radiasi, kelainan mata dan kulit, penglihatan kabur,
sensitive, terhadap sinar, terasa seperti ada pasir di
mata, mata dapat menonjol keluar hingga double
vision. Penyakit mata ini sering berjalan sendiri dan

9
tidak tergantung pada tinggi rendahnya hormone
tiroid. Gangguan kulit menyebabkan kulit menjadi
merah, kehilangan rasa sakit, serta berkeringat
banyak.
2. Toxic Nodular Goiter
Benjolan leher akibat pembesaran tiroid yang
berbentuk biji padat, bisa satu atau banyak. Kata
toxic berarti hipertiroid, sedangkan nodule atau biji
itu tidak terkontrol oleh TSH sehingga
memproduksi hormone tiroid yang berlebihan
3. Minum obat hormone tiroid berlebihan
Keadaan demikian tidak jarang terjadi, karena
periksa laboratorium dan control ke dokter yang
tidak teratur. Sehingga pasien terus minum obat
tiroid, ada pula orang yang minum hormone tiroid
dengan tujuan menurunkan badan hingga timbul
efek samping.
4. Produksi TSH yang abnormal
Produksi TSH kelenjar hipofisis dapat
memproduksi TSH berlebihan, sehingga
merangsang tiroid mengeluarkan T3 dan T4 yang
banyak.
5. Tiroiditis (radang kelenjar Tiroid)
Tiroiditis sering terjadi pada ibu setelah melahirkan,
disebut tiroiditis pasca persalinan, dimana pada fase
awal timbul keluhan hipertiroid, 2-3 bulan
kemudian keluar gejala hipotiroid
6. Konsumsi yodium berlebihan
Bila konsumsi berlebihan bisa menimbulkan
hipertiroid, kelainan ini biasanya timbul apabila

10
sebelumnya si pasien memang sudah ada kelainan
kelenjar tiroid
2.3.1.3 Patofisiologi
Penderita hipertiroid sering mengalami keluhan
sesak napas. Hal ini dapat dijelaskan karena pada penderita
hipertiroid terdapat kenaikan curah jantung dan konsumsi
oksigen pada saat maupun setelah melakukan aktivitas.
Selain itu kapasitas vital pada penderita hipertiroid akan
menurun disertai dengan gangguan sirkulasi dan ventilasi
paru. Frekuensi nadi biasanya meningkat ( 90 – 125 kali/
menit ) dan akan bertambah cepat jika beraktivitas serta ada
perubahan emosi.
Gangguan fungsi kelenjar tiroid dapat menimbulkan
efek yang dramatik terhadap sistem kardiovaskuler,
seringkali menyerupai penyakit jantung primer
(hipertensi), namun kondisi hipertiroid tidak serta merta
menjadikan seseorang mengalami hipertensi. Disfungsi
tiroid; hipotiroidisme menyebabkan peningkatan tekanan
darah diastolik, sementara hipertiroidisme menyebabkan
peningkatan tekanan darah sistolik.
Hormon tiroid memiliki efek pada otot jantung,
sirkulasi perifer dan system saraf simpatis yang
berpengaruh terhadap hemodinamik kardiovaskuler pada
penderita hipertiroid. Perubahan yang utama meliputi :
Peningkatan denyut jantung, kontraktilitas otot
jantung,curah jantung,relaksasi diastolik dan penggunaan
oksigen oleh otot jantung serta penurunan resistensi
vaskuler sistemik dan tekanan diastolik. Gangguan fungsi
kelenjar tiroid dapat menimbulkan efek yang dramatic
terhadap system kardiovaskuler, seringkali menyerupai
penyakit jantung primer.

11
2.3.1.4 Manifestasi Klinis
1. Peningkatan frekuensi jantung
2. Peningkatan tonus otot, tremor, iritabilitas, peningkatan
kepekaan terhadap kotekolamin
3. Peningkatan laju metabolisme basal, peningkatan
pembentukan panas, intoleran terhadap panas, keringat
berlebihan.
4. Penurunan berat badan, peningkatan rasa lapar (nafsu
makan baik)
5. Peningkatan frekuensi buang air besar
6. Gondok (biasanya), yaitu peningkatan ukuran kelenjar
tiroid
7. Gangguan reproduksi
8. Tidak tahan panas
9. Cepat letih
10. Pembesaran kelenjar tiroid
11. Mata melotot (exoptalmus). Hal ini terjadi sebagai
akibat dari penimbunan zat didalam orbit mata.
2.3.1.5 Penatalaksanaan
Pengobatan yang diberikan terhadap penderita
hipertiroidisme bergantung pada faktor usia, gejala yang
dialami, dan kadar hormon yang dihasilkan oleh kelenjar
tiroid dalam darah. Di bawah ini adalah jenis-jenis
pengobatan yang biasanya disarankan untuk mengatasi
hipertiroidisme, di antaranya:
a. Thionamide
Thionamide adalah kelompok obat-obatan yang
digunakan untuk menekan produksi hormon tiroksin
dan triiodotironin. Contoh obat-obatan thionamide
adalah carbimazole dan propylthiouracil. Obat ini perlu
dikonsumsi sekitar 1-2 bulan agar bisa dilihat

12
efektivitasnya terhadap hipertiroidisme. Dosis
thionamide akan diturunkan secara perlahan setelah
produksi hormon oleh kelenjar tiroid mulai terkendali.
Efek samping yang mungkin terjadi meliputi pusing,
mual, sakit persendian, nyeri perut dan ruam kulit yang
gatal. Risiko mengalami hipotiroidisme (kelenjar tiroid
yang kurang aktif) akibat pengobatan ini lebih kecil
dibandingkan radioterapi. Pastikan untuk rutin
memonitor kadar sel darah putih selama mengonsumsi
obat-obatan ini.
b. Radioterapi
Radioiodine adalah sejenis prosedur radioterapi untuk
mengobati hipertiroidisme. Hormon yang dihasilkan
kelenjar tiroid akan berkurang ketika radioactive iodine
(dalam tingkat rendah dan tidak berbahaya)
menyusutkan kelenjar tiroid. Pengobatan radioiodine
dapat berbentuk cair atau kapsul. Pengobatan dengan
bahan radioaktif ini tidak dianjurkan bagi:
a) Wanita yang hamil, menyusui, atau
merencanakan kehamilan.
b) Orang yang mengalami gangguan mata, seperti
pandangan kabur dan bola mata yang menonjol.
Setelah menjalani pengobatan radioiodine, seorang
wanita tidak boleh hamil setidaknya enam bulan setelah
pengobatan berakhir. Dan untuk pria, tidak boleh
menghamili wanita setidaknya empat bulan setelah
pengobatan radioiodine. Hindari juga kontak dengan
wanita hamil atau anak-anak saat minggu awal
pengobatan untuk menghindari penularan paparan
radiasi.

13
Dosis pengobatan dengan radioiodine hanya diberikan
satu kali. Jika diperlukan, pengobatan lanjutan
diberikan setelah dosis pertama dengan jeda sekitar 6
bulan hingga 1 tahun. Untuk mempercepat pemulihan
gejala, thionamide akan diberikan beberapa minggu
sebelum pasien melakukan pengobatan radioiodine.
Keuntungan dari pengobatan dengan radioiodine adalah
tingkat keberhasilannya yang sangat tinggi. Sedangkan
kekurangannya adalah risiko terjadinya hipotiroidisme
(kelenjar tiroid yang kurang aktif) yang ditandai dengan
gejala mulut atau mata kering, sakit tenggorokan, dan
perubahan rasa di mulut. Disarankan untuk
menggunakan obat ini dalam jangka waktu pendek
untuk mengurangi bahaya paparan radiasi.
c. Beta-blocker
Beta-blocker atau penghambat beta adalah obat yang
digunakan untuk mengatasi gejala yang muncul akibat
hipertiroidisme, seperti hiperaktif, detak jantung cepat,
dan tremor. Obat ini tidak boleh dikonsumsi oleh
penderita asma. Beta-blocker diberikan setelah
produksi hormon kelenjar tiroid bisa dikendalikan
dengan thionamide. Efek samping yang paling umum
akibat obat ini adalah mual, nyeri perut, konstipasi,
diare, pusing, kaki dan tangan menggigil, insomnia, dan
selalu merasa lelah.
d. Operasi tiroid
Operasi pengangkatan kelenjar tiroid atau tiroidektomi
bisa bersifat parsial atau total. Disebut parsial jika
hanya sebagian jaringan kelenjar yang diangkat, dan
total jika seluruhnya diangkat. Berikut ini adalah

14
beberapa alasan perlu dilakukannya prosedur operasi
pengangkatan kelenjar tiroid, yaitu:
Jika hipertiroidisme muncul kembali setelah
sebelumnya menjalani penanganan dengan thionamide.
a) Terjadi pembengkakan yang cukup parah pada
kelenjar tiroid.
b) Tidak bisa dilakukan pengobatan radioiodine
karena sedang hamil atau menyusui, serta tidak bisa
dan/atau tidak mau melewati prosedur pengobatan
dengan thionamide.
c) Pasien menderita gejala mata yang parah akibat
penyakit Graves.
2.3.2 Hipotiroidisme
2.3.2.1 Definisi
Hipotiroidisme adalah suatu keadaan hipometabolik akibat
defisiensi hormon tiroid. Karena penurunan TH menurunkan
laju metabolik dan produksi panas, hipotiroidisme
memengaruhi seluruh sistem tubuh. Hipotiroidisme umumnya
terjadi pada anita antara usia 30 dan 60 tahun, dengan insidens
meningkat setelah usia 50 tahun. Namun, gangguan ini dapat
terjadi pada usia berapa pun.
2.3.2.2 Etiologi
Penyebab dari hipotiroidisme dapat digolongkan menjadi tiga
tipe yaitu:
1. Hipotiroid primer
Disebabkan oleh congenital dari tyroid (kretinism),
sintesis hormone yang kurang baik, defisiensi iodine
(prenatal dan postnatal), obat anti tiroid, pembedahan
atau terapi radioaktif untuk hipotiroidisme, penyakit
inflamasi kronik seperti penyakit hasimoto, amylodosis
dan sarcoidosis.

15
2. Hipotiroid sekunder
Hipotiroid sekunder berkembang ketika adanya
stimulasi yang tidak memadai dari kelenjar tiroid
normal, konsekuensinya jumlah tiroid stimulating
hormone (TSH) meningkat. Ini mungkin awal dari suatu
mal fungsi dari pituitary atau hipotalamus. Ini dapat juga
disebabkan oleh resistensi perifer terhadap hormone
tiroid.
3. Hipotiroid tertier/pusat
Hipotiroid tertier dapat berkembang jika hipotalamus
gagal untuk memproduksi tiroid releasing hormone
(TRH) dan akibatnya tidak dapat distimulasi pituitary
untuk mengeluarkan TSH. Ini mungkin berhubungan
dengan suatu tumor/lesi destruktif lainnya di area
hipotalamus. Ada dua bentuk utama dari goiter
sederhana yaitu endemic dan sporadic. Goiter endemic
prinsipnya disebabkan oleh nutrisi, defisiensi iodine. Ini
mengalah pada "goiter belt" dengan karakteristik area
geografis oleh minyak dan air yang berkurang dan
iodine.
Sporadik goiter tidak menyempit ke area geografik lain.
Biasanya disebabkan oleh:
a. Kelainan genetik yang dihasilkan karena
metabolisme iodine yang salah.
b. Ingesti dari jumlah besar nutrisi goiterogen
(agen produksi goiter yang menghambat
produksi T4) seperti kobis, kacang, kedelai,
buah persik, bayam, kacang polong, strawberry,
dan lobak. Semuanya mengandung goitogenik
glikosida.

16
c. Ingesti dari obat goitrogen seperti thioureas
(Propylthiracil) thocarbomen, (Aminothiazole,
tolbutamid).
2.3.2.3 Patofisiologi
Hipotiroidisme bersifat primer atau sekunder. Hipotiroidisme
primer (yang lebih sering terjadi) dapat disebabkan oleh
kelainan kongenital dalam kelenjar, hilangnya jaringan tiroid
setelah therapy hipertiroidisme dengan pembedahan atau
radiasi, obat-obat anti tiroid, tiroiditis, atau kekurangan iodium
endemic. Obat jantung amiodaron (cordarone), yang berisi
iodium makin sering menyebabkan masalah tiroid, khususnya
hipotiroidisme (Porth, 2007). Steroid anabolik, androgen,
litium, fenitoin, propranolol, interferon ala, dan interleukin-2
menurunkan T4. Obat-obatan antitiroid propiltiourasil dan
metimazol mengurangi pengukutan T4. Hipotiroidisme
sekunder dapat terjadi akibat kekurangan TSH hipofisis atau
resistensi perifer terhadap hormone tiroid (McPhee &
Papadakis, 2009). Hipotiroidisme memiliki awitan lambat,
dengan manifestasi yang terjadi selama berbulan-bulan bahkan
bertahun-tahun. Dengan terapi, manifestasi mental dan fisik
dengan cepat dapat dipulihkan pada pasien di segala usia.
Ketika produksi TH menurun, kelenjar tiroid membesar sebagai
upaya kompensasi untuk memproduksi lebih banyak hormon.
Gondok yang terjadi biasanya berbentuk sederhana atau
nontoksik. Orang yang tinggal di daerah tertentu di belahan
dunia yang tanahnya kekurangan iodium,at yang dibutuhkan
untuk sintesis dan sekresi TH, lebih rentan mengalami
hipotiroid dan gondok sederhana.
Pasien yang memiliki hipotiroidisme umumnya memiliki
gondok, retensi cairan dan edema, penurunan nafsu makan,
penambahan berat badan, konstipasi, kulit kering, dopsnea,

17
pucat, suara kasar dan kekakuan otot. Banyak pasien mengalami
penurunan sensasi pengecapan dan penghidup, gangguan
menstruasi, anemia, danpembesaran jantung. Denyut nadi
biasanya lambat, kekurangan jumlah TH menyebabkan
abnormalitas dalam metabolism lemak, disertai peningkatan
kolesterol dan kadar trigliserida serum. Akibatnya resiko pasien
mengalami aterosklerosisdan gangguan jantungpun meningkat.
Penurunan aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus
mengurangi kemampuan ginjal untuk mengekskresikan air,
yang menyebabkan hiponatremia. Apnea tidur lebih sering
terjadi pada pasien dengan hipotiroidisme. Factor-faktor yang
menyebabkan penurunan TH mencakup kekurangan iodium dan
tiroiditis hashimoto.
2.3.2.4 Manifestasi Klinis
1. Kulit dan rambut
a. Kulit kering, pecah-pecah,bersisik dan menebal
b. Pembengkakan tangan, mata dan wajah
c. Rambut rontok, alopeksia,kering dan
pertumbuhan buruk
d. Tidak tahan dingin
e. Pertumbuhan kuku buruk,kuku menebal
2. Moskuloskeletal
a. Volume otot bertambah, glossomegali
b. Kejang otot, kaku, paramitoni
3. Neurologik
a. Letargi dan mental menjadi lambat
b. Aliran darah menurun ke otak
c. Kejang, koma,demensi, psikosis (gangguan
memori, perhatian kurang,penurunan reflex
tendon)
d. Ataksia (serebelum terkena)

18
e. Gangguan saraf (carfal tunnel)
f. Tuli perseptif, rasa kecap, penciuman terganggu.
4. Kardiorespiratorik
a. Bradikardi, disritmia, hipotensi
b. Curah jantung menurun, gagal jantung
c. Efusi pericardial (sedikit, temponade sangat
jarang)
d. Kardiomiopati di pembuluh. EKG menunjukkan
gelombang T mendatar / inverse
e. Penyakit jantung iskemik
f. Hipotensilasi
g. Efusi pleura
h. Dyspnea
5. Gastrointestinal
a. Konstipasi, anoreksia, peningkatan BB, distensi
abdomen
b. Obstruksi usus oleh efusi peritoneal
c. Aklordhidria, antibody sel parietal gaster,
anemia pernisiosa.
6. Renalis
a. Aliran darah ginjal berkurang, GFR menurun
b. Retensi air (volume plasma berkurang)
c. Hipokalsemia
7. Hematologi
a. Anemia normokrom normositik
b. Anemia mikrositik/makrositik
c. Gangguan kaogulasi ringan
8. Sistem Endokrin
a. Pada perempuan terjadi perubahan menstruasi
seperti amenore/ masa menstruasi yang

19
memenjang, menoragi dan galaktore dengan
hiperprolaktemi
b. Gangguan fertilitas
c. Gangguan hormone pertumbuhan dan respon
ACTH, hipofisis terhadap insulin akibat
hipoglikemi
d. Gangguan sintesis kortison,kliren kortison
menurun
e. Insufisiensi kelenjar adrenal autoimun
f. Psikologik/emosi: apatis, agitasi, depresi,
paranoid, menarik diri, perilaku maniak.
g. Manifestasi klinik lain berupa: edema
periorbital,wajah seperti bulan (moon face),
wajah kasar, suara serak,pembesaran leher, lidah
tebal, sensitifitas terhadap opioid, haluaran urin
menurun, lemah,ekspresi wajah kosong dan
lemah.
2.3.2.5 Penatalaksanaan
1. Medikamentosa
Pengobatah hipotiroidisme antara lain dengan
pemberian tiroksin, biasanya dalam dosis rendah
sejumlah 50µg/hari dan setelah beberapa hari atau
minggu sedikit-demi sedikit ditingkatkan sampai
akhirnya mencapai dosis pemeliharaan maksimal
sejumlah 200µg/hari. Pengobatan pada penderita usia
lanjut dimulai dengan hormon tiroid dosis rendah,
karena dosis yang terlalu tinggi bisa menyebabakan
efeks samping yang serius. Dosisnya diturunkan secara
bertahap sampai kadar TSH kembali normal. Obat ini
biasanya diminum seumur hidup penderita. Pengobatan
selalu mencakup pemberian tiroksin sintetik sebagai

20
pengganti hormon tiroid. Apabila penyebab
hipotiroidism berkaitan dengan tumor susunan saraf
pusat, maka dapat diberikan kemoterapi, radiasi, atau
pembedahan.
2. Terapi sulih hormon
Hipotiroidisme utamanya diobati menggunakan
levotiroksin, yang merupakan hormon T4 sintetis, dan
diberikan dalam bentuk oral. Fungsi dari levotiroksin
adalah untuk mengembalikan kadar hormon tiroid ke
kondisi normal sehingga dapat meredakan gejala-gejala
hipotiroidisme. Dalam waktu satu-dua minggu
pengobatan, biasanya perubahan gejala-gejala akan
terasa membaik. Selain itu, pengobatan menggunakan
levotiroksin juga akan menurunkan kadar kolesterol
sehingga dapat menurunkan berat badan. Pengobatan
menggunakan levotiroksin biasanya diberikan kepada
pasien seumur hidup, namun dosisnya dapat disesuaikan
oleh dokter sambil memantau kadar hormon TSH secara
berkala. Bila fasilitas untuk mengukur faal tiroid tidak
ada, diberikam dosis seperti tabel berikut :

Umur Dosis g/kg BB/hari

0– 3 bulan 10 – 15

3 – 6 bulan 8 - 10

6 – 12 bulan 6–8

1 – 5 tahun 5–6

5 – 12 tahun 4–5

21
>12 tahun 2-3

Beberapa hal yang perlu diperhatikan selama


pengobatan menggunakan levotiroksin adalah:

 Dosis levotiroksin harus tepat. Kelebihan dosis


levotiroksin dapat menyebabkan pasien mengalami
efek samping berupa peningkatan nafsu makan,
insomnia, denyut jantung bertambah cepat, dan
kegoyahan badan.
 Penderita penyakit jantung koroner dan
hipotiroidisme berat harus memberitahukan kepada
dokter terkait kondisi kesehatan pada saat akan
menjalani terapi levotiroksin. Dokter akan
memberikan levotiroksin secara bertahap dengan
dosis kecil pada awal terapi. Dosis levotiroksin akan
ditingkatkan secara perlahan sehingga jantung dapat
menyesuaikan kerjanya dengan peningkatan laju
metabolisme akibat obat ini.
 Jangan berhenti untuk mengonsumsi levotiroksin
meskipun gejala-gejala hipotiroidisme sudah
mereda dan membaik. Gejala hipotiroidisme dapat
muncul kembali jika pasien berhenti mengonsumsi
obat ini.
 Penyerapan levotiroksin oleh tubuh dapat
dipengaruhi oleh beberapa hal, terutama makanan
yang dikonsumsi. Oleh karena itu, dokter harus
diberitahu jika pasien yang mengonsumsi
levotiroksin juga mengonsumsi makanan dan obat-
obatan di bawah ini:

22
1) Suplemen zat besi atau multivitamin
mengandung zat besi.
2) Cholestyramine (obat untuk hiperkolesterolemia).

3) Aluminium hidroksida (obat sakit maag).


4) Suplemen kalsium.

Bagi wanita hamil yang mengalami hipotiroidisme,


perlu diperhatikan bahwa dosis levotiroksin yang
kemungkinan dibutuhkan akan mengalami peningkatan
sekitar 30%. Selain itu selama periode kehamilan dan
menyusui, AKG yodium pada wanita akan meningkat
dari 0,15 mg/hari menjadi 0,24-0,29 mg/hari. Asosiasi
Tiroid Amerika Serikat (American Thyroid
Association) merekomendasikan asupan yodium bagi
wanita hamil dan menyusui adalah 0,25 mg/hari dalam
bentuk garam kalium iodida (KI). Seperti pada penderita
hipotiroidisme yang tidak hamil, levotiroksin yang
diberikan kepada wanita hamil tidak boleh dikonsumsi
bersama dengan suplemen zat besi.

3. Pembedahan
Tiroidektomi dilaksanakan apabila goiternya besar
dan menekan jaringan sekitar. Tekanan pada trakea dan
esofagus dapat mengakibatkan inspirasi stridor dan
disfagia. Tekanan pada laring dapat mengakibatkan
suara serak
4. Penting bagi penderita untuk menjalani pola makan
tepat. Berikut ini adalah makanan yang
direkomendasikan para ahli, dilansir dari Indian
Express.
1) Ikan

23
Hipotiroid dapat meningkatkan kolesterol
jahat yang bisa berlanjut pada kemungkinan
penyakit jantung. Mengonsumsi ikan yang
mengandung asam lemak omega-3 dapat
membangun kekebalan tubuh dan mengurangi
risiko penyakit jantung. Ikan juga mengandung
selenium yang membantu mengaktifkan hormon
tiroid.

Sakshi Chopra, konselor bariatrik dan ahli gizi di


Rumah Sakit Jaypee, Noida juga menyarankan
untuk menambahkan daging dan telur pada menu
Anda.

2) Biji-bijian utuh

Konstipasi adalah salah satu efek dari


hipotiroid sehingga Anda butuh banyak asupan
serat. Biji-bijian utuh, sereal, dan pasta merupakan
pilihan yang baik.

3) Buah dan sayur

Buah dan sayur mengandung banyak


antioksidan yang membantu membangun
kekebalan tubuh. Dr Niyati Likhite, ahli diet di
Rumah Sakit Fortis India menyarankan untuk rajin
mengonsumsi apel, pepaya, semangka, dan nanas.
Sementara buah pisang harus dihindari.

4) Produk susu

Susu mengandung nutrisi penting seperti


vitamin D, kalsium, yodium, dan protein. Menurut
sebuah penelitian dalam jurnal thyroid edisi

24
agustus 2011, ada hubungan antara defisiensi
vitamin D dan penyakit Hashimoto, efek paling
umum dari hipotiroid.

5) Kedelai

Banyak orang memilih susu kedelai karena


rendah lemak. Namun, pada penderita hipotiroid,
segala sesuatu yang berasal dari kedelai dapat
menghambat aktivitas hormon tiroid. Oleh karena
itu, sangat tidak disarankan untuk mengonsumsi
kedelai setiap hari.

6) Kembang kol, kubis, kale, brokoli

Sayuran seperti brokoli mengandung


gaitrogens yang dapat mengganggu fungsi normal
kelenjar tiroid. Namun, memasak atau
mengukusnya dapat menonaktifkan goitrogen
pada sayuran tersebut. Beberapa buah yang
mengandung goitrogen seperti ubi jalar, singkong,
dan stroberi juga sebaiknya dihindari.

7) Gluten

Penderita hipotiroid bisa sensitif terhadap


gluten sehingga harus membatasi asupan makanan
seperti gandum, barley, dan oat.

8) Kacang

Kacang pinus dan kacang tanah juga


mengandung goitrogen yang harus dibatasi
konsumsinya. Jika pasien hipotiroid mencari diet
untuk menurunkan berat badan, para ahli

25
menyarankan untuk mengikuti diet hypocaloric
yang sangat rendah kalori.

Karena metabolisme berjalan lambat, pasien juga


disarankan untuk tetap aktif sebisa mungkin
seperti berolahraga selama 30-45 menit sehari dan
berjalan kaki sesering mungkin.

5. Berikut gaya hidup dan pengobatan rumah yang dapat


membantu Anda mengatasi kondisi ini:

1) Anda harus berhenti merokok

2) Jangan terlalu banyak mengonsumsi makanan


atau minuman berbahan dasar kedelai

3) Lakukan diet yang mengandung yodium dalam


jumlah cukup atau Anda bisa coba mengambil
suplemen yodium.

4) Pilih produk makanan atau peralatan sehari-hari


yang bebas kandungan fluoride.

5) Kenali gejala agar bisa didiagnosis lebih awal.

2.3.2.6 Komplikasi
1. Gondok.

Kelenjar tiroid yang distimulasi terus-menerus dapat


menyebabkan pembesaran kelenjar (gondok). Meskipun
biasanya tidak memberikan gangguan berarti, gondok yang
muncul dan membesar terkadang dapat menghambat
pencernaan dan pernapasan. Tiroiditis Hashimoto
merupakan penyebab utama terjadinya gondok pada
seseorang.

26
2. Miksedema.

Miksedema merupakan komplikasi dari


hipotiroidisme jangka panjang yang tidak terdiagnosis dan
dapat membahayakan jiwa penderita. Gejala miksedema
antara lain adalah tidak tahan suhu dingin, pusing berat,
kelelahan berat, kehilangan kesadaran, atau bahkan koma
(myxedema coma). Koma akibat miksedema dapat
disebabkan oleh obat sedatif, infeksi, dan cekaman pada
tubuh. Miksedema harus segera diobati agar nyawa
penderita bisa diselamatkan.

3. Kelainan pada bayi.

Bayi yang dikandung serta dilahirkan oleh wanita


yang mengalami hipotiroidisme akan sangat rentan terkena
kelainan sejak lahir. Selain itu, bayi yang dilahirkan oleh
wanita penderita hipotiroidisme dapat mengalami
keterlambatan pertumbuhan fisik dan mental.

4. Kemandulan.

Hipotiroidisme dapat mengganggu proses ovulasi


pada wanita yang menyebabkan kemandulan.

5. Gangguan pada jantung.

Hipotiroidisme dapat menyebabkan penyakit jantung


dikarenakan penumpukan lemak jahat atau LDL (low
density lipoprotein) pada darah penderita hipotiroidisme.
LDL akan menyebabkan peningkatan kolesterol dalam
darah dan mengganggu kemampuan jantung memompa
darah. Kondisi ini dapat menyebabkan terjadinya
pembesaran jantung, bahkan gagal jantung. Kasus
hipotiroidisme ringan juga dapat menyebabkan
peningkatan konsentrasi kolesterol dalam darah.

6. Gangguan mental.

Hipotiroidisme dapat menyebabkan perlambatan


fungsi mental seseorang, salah satunya adalah depresi.
Depresi akibat hipotiroidisme dapat bertambah parah dari
waktu ke waktu jika tidak ditangani dengan baik.

27
7. Gangguan saraf tepi.

Hipotiroidisme jangka panjang dapat menyebabkan


kerusakan saraf tepi yang berfungsi untuk membawa
impuls saraf dari saraf pusat ke berbagai organ tubuh.
Kerusakan saraf tepi dapat ditandai dengan nyeri, kaku, dan
kesemutan pada tangan atau kaki. Selain itu,
hipotiroidisime juga dapat menyebabkan otot menjadi
lemah dan tidak terkontrol.

2.3.3 Hipoparatiroidisme
2.3.3.1 Definisi
Hormon paratitoid (PTH), juga disebut parathormon atau
parathyrin, adalah hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar
paratiroid yang penting dalam remodelign tulang, yang
merupakan proses berkelanjutan di mana jaringan tulang
diserap dan dibangun kembali secara bergantian dari waktu ke
waktu. PTH dikeluarkan sebagai respons terhadap kadar
kalsium serum darah rendah (Ca 2+ ). PTH secara tidak langsung
merangsang aktivitas osteoklas di dalam sumsusm tulang,
dalam upaya untuk melepaskan lebih banyak kalsium ionik
(Ca 2+ ) ke dalam darah untuk meningkatkan kadar kalsium
serum. Tulang bertindak sebagai “bank kalsium” (metaforis)
dari mana tubuh dapat membuat “penarikan” yang diperlukan
untuk menjaga jumlah kalsium dalam darah pada tingkat yang
tepat meskipun ada tantangan metabolisme, stres, dan variasi
nutrisi yang selalu ada. PTH adalah “kunci yang membuka
brankas bank” untuk menghilangkan kalsium. Karena itu, PTH
sangat penting bagi kesehatan, dan masalah kesehatan yang
menghasilkan PTH terlalu sedikit atau terlalu banyak ( seperti
hipoparatiroidisme, hiperparatiroidisme, atau sindrom
paraneoplastik) dapat mendatangkan malapetaka dalam bentuk
penyakit tulang, hipokalsemia, dan hiperkalsemis.

28
2.3.3.2 Fungsi

1. Pengatur dan pengendali kecepatan metabolismu tulang


2. Pengatur kadar serum kalsium tubuh dengan
mempengaruhi tulang, ginjal dan usus untuk resopsi
kalsium.
3. Meningkatkan kecepatan remodeling kerangka dan
kecepatan resorpsi tulang
4. Meningkatkan jumlah osteoblas dan osteoklas pada
permukaan tulang
5. Peningkatan awal dalam memasukkan kalsium ke sel-sel
jaringan tertentu
6. Pengubah keseimbangan asam-basa tubuh
7. Meningkakan kadar kalsium plasma
8. Mengurangi kadar fosfar plasma
9. Meningkatkan absorpsi kalsium dari usus sebagai proses
pencernaan makanan

2.3.3.3 Penatalaksanaan

Tujuan penatalaksanaan hipoparatiroid adalah untuk


menaikkan kadar kalsium serum sampai 9-10 mg/dl (2,2-2,5
mmol/L)dan menghilangkan gejala hipoparatiroidisme serta
hipokalsemia. Apabila terjadi hipokalsemia dan tetanus
pascatiroidektomi, terapi yang harus segera dilakukan adalah
pemberian intravena 10-20 ml larutan kalsium glukonat 10%
(atau chloretem calcium) atau dalam infus. Jika terapi ini
tidak segera menurunkan iritabilitas neuromuskular dan
serangan kejang, preparat sedatif seperti pentobarbital dapat
diberikan. Di samping kalsium intravena, disuntikkan pula
parathormon (100-200 U)dan vitamin D 100.000 U per oral.

Pemberian preparat parathormon parenteral dapat dilakukan


untuk mengatasi hipoparatiroidisme akut disertai tetanus.
namun demikian,akibat tingginya insidens reaksi alergi pada
penyuntikan parathormon, maka penggunaan preparat ini
dibiettasi hanya pada hipokalsemia akut. Pasien yang mendapat
parathormon memerlukan pemantauan akan adanya perubahan
kadar kalsium serum dan reaksi alergi.

Terapi bagi penderita hipoparatiroidisme kronis ditentukan


sesudah kadar kalsium serum diketahui. Diet tinggi kalsium

29
rendah fosfor diresepaka. Meskipun susu, produk susu dan
kuning telur merupakan makanan tinggi kalsium, jenis makanan
ini harus dibatasi karena kandungan fosfor yang tinggo. Bayam
juga perlu dihindari karena mengandung oksalat yang akan
membentuk garam kalsium yang tidak larut. Talet oral garam
kalsium seperti kalsium glukonat, dapat diberikan sebagai
suplemen dalam diet. Gel aluminium karbonat (Gelusil,
Amphojel) diberikan sesudah makanan untuk mengikat fosfat
dan meningkatkan eksresianya lewat traktus gastrointestinal.

2.3.3.4 Komplikasi

Hipoparatiroid menyebabkan kadar kalsium di dalam darah


menjadi rendah. Jika tidak segera diobati, akan berdampak
kepada kesehatan tubuh penderitanya. Beberapa kondisi yang
mungkin berkembang sebagai komplikasi hipoparatiroid
adalah:

 Penurunan kesadaran disertai kejang.


 Otot yang tegang pada tungkai, otot wajah, tenggorokan,
atau lengan. Saat otot yang tegang adalah di tenggorokan,
maka dapat mengakibatkan gangguan pernapasan.
 Cacat yang berdampak pada bentuk, enamel, dan akar
gigi.
 Gangguan ginjal.
 Aritmia hingga gagal jantung.
 Kesemutan di area bibir, lidah, jari tangan, dan kaki.

Berikut ini adalah beberapa komplikasi hipoparatiroid yang


lebih serius dan sulit diobati, sehingga perlu diwaspadai:

 Katarak.
 Penumpukan kalsium di otak dapat memengaruhi
keseimbangan tubuh dan memicu kejang.
 Terhambatnya perkembangan mental dan pertumbuhan
fisik (bertubuh pendek) pada anak-anak.

30
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
HIPERTIROIDISME

Kasus:

Tn.Anto, usia 54 tahun dirawat di RS dengan mengalami Hipertiroidisme sejak 2


tahun yang lalu. Saat ini pasien dirawat karena mengalami sesak napas, takhikardi,
dan tekanan darah meningkat. Pada pemeriksaan fungsi tiroid, ditemukan hasil
pemeriksaan T3 dan T4 mengalami peningkatan tetapi TSH dalam batas normal.
Hasil scan tiroid menunjukan aktivitas kelenjar tiroid yang meningkat.

3.1 Pengkajian
1. Pengumpulan biodata seperti umur, jenis kelamin, dan tempat tinggal
2. Keluhan utama
3. Riwayat kesehatan sekarang
4. Riwatar kesehatan dahulu
5. Riwayat kesehatan keluarga
6. Kehidupan sehari-hari mencakup aktivitas dan mobilitas, pola makan,
penggunaan obat-obat tertentu,istirahat, dan tidur
7. Keluhan klien seperti berat badan turun meskipun nafsu makan meningkat,
daire, tidak tahan terhadap panas, berkeringat banyak, palpitasi dan nyeri
dada
8. Pemeriksaan fisik, meliputi:
a. Amati penampilan umum klien, amati wajah klien khususnya kelainan
pada mata, seperti :
 Optalmopati yang ditandai:
 Eksoflatmus : bulbus okuli menonjol keluar
 Tanda Stellwag’s : mata jarang berkedip
 Tanda Von Graefes : jika klien melihat ke bawah, maka palpebra
superior sukar atau tidak dapat mengikuti bola mata

31
 Tanda moebieve : sukar mengadakan atau menahan konveregensi
 Tanda Joffroy : tidak dapat mengerutkan dahi jika melihat ke atas
 Tanda rosenbagh : tremor palpebra jika menutupkan mata
 Edema palpebra dikarenakan akumulasi cairan di periorbita dan
penumpukan lemak di retro orbita
 Juga akan dijumpai penurunan visus akibat penekanan saraf optik
khusus dan adanya tanda-tanda radang atau infeksi pada konjungtiva
dan atau kornea
 Fotopobia dan pengeluaran air mata yang berlebihan merupakan tanda
yang lazim
b. Amati manifestasi klinis hipertiroidsme pada berbagai sistem tubuh :
i. Sistem integumen seperti diaphoresis, rambut halus dan jarang
dan kulit lembab.
ii. Sistem pencernaan seperti berat badan menurun, napsu makan
meningkat dan diare.
iii. Sistem muskuloskeletal seperti kelemahan.
iv. Sistem pernapasan seperti dispnea dan takipnea.
v. Sistem kardiovaskular seperti palpitasi, nyeri dada, sistolik
meningkat, tekanan nadi meningkat, takhikardi, dan disritmia.
vi. Metabolik seperti peningkatan laju metabolisme tubuh, intoleran
terhadap panas dan sub febris.
vii. Sistem neurologi seperti mata kabur, mata lelah, insomnia,
infeksi atau ulkus kornea, sekresi air mata meningkat,
konjungtiva merah, fotopobia, tremor, hiperrefeks tendon.
viii. Sistem reproduksi seperti amenore, volume menstruasi berkurang
dan libido meningkat.
ix. Palpasi kelenjar tidroid, kaji adanya pembesaran, bagaimana
konsistensinya, apakah dapat digerakkan serta apakah nodul
soliter atau multipel

32
9. Pengkajian psikososial mencakup kestabilan emosi; iritabilitas’ perhatian
yang menurun dan perilaku manis. Fluktuasi emosi menyebabkan klien
bertambah lelah. Gelisah, perilaku mania dan perhatian menyempit.
10. Pemeriksaan diagnostik mencakup pemeriksaan kadar T3 T4 serum; T3
ambilan resin T3 dan TSH serum. Skanning tyroid, USG dan pemeriksaan
elektrokardiografi.
11. Ditinjau dari Kebutuhan Maslow , kebutuhan utama pada pasien Tn. A
adalah Kebutuhan Fisiologi kerena pasien Tn.A mengalami sesak nafas.
Dalam kebutuhan fisiologi dimana terdapat kebutuhan oksigenasi, nutrisi,
eliminasi, cairan, aktivitas dan seksualitas, penderita Tn. A ini memerlukan
kebutuhan oksigenasi karena oksigen merupakan kebutuhan paling vital
dalam metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel-sel
tubuh.

3.2 Diagnosa Keperawatan

(Diagnosa utama berdasarkan kasus):

1. Ketidakefektifan pola napas b.d kebutuhan oksigen yang meningkat d.d


pasien mengeluh sesak napas.
2. Penurunan curah jantung b.d hipermetabolisme d.d takhikardia, T3 dan T4
meningkat.

33
3.3 Intervensi/perencanaan

Rencana Keperawatan
No Dx Kep
Tujuan Intervensi Rasional

1. Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan intervensi 1. Pantau tekanan darah, 1. Peningkatan TH dapat
napas b.d kebutuhan selama …x… ketidakefektifan frekuensi dan irama nadi, meningkatkan frekuensi
oksigen yang pola napas dapat teratasi. frekuensi pernapasan, dan jantung, volume
meningkat d.d pasien bunyi napas. sekuncup, dan kebutuhan
Kriteria Hasil:
mengeluh sesak napas. oksigen jaringan, yang
 Tanda-tanda vital dalam menyebabkan stress pada
rentang normal. jantung.
TD: 120/80 mmHg 2. Posisikan pasien untuk 2. Posisi dapat memengaruhi
RR: 16-24x/menit memaksimalkan ventilasi pernapasan klien. Posisi
S: 36,5-37,5C (semi fowler/fowler). semi fowler/fowler dapat
N: 60-80x/menit memaksimalkan ekspansi
 Menunjukkan jalan napas paru dan memperlancar
yang paten (tidak merasa pernapasan.
tercekik, irama napas,

34
frekuensi pernapasan 3. Ajarkan pasien untuk napas 3. Napas dalam dapat
dalam rentang normal, dalam. meminimalkan kelelahan
tidak ada suara napas dan memaksimalkan
abnormal). pernapasan.
 Pasien mengatakan sudah
tidak merasa sesak napas.

2. Penurunan curah Setelah dilakukan intervensi 1. Pantau tekanan darah, 1. Peningkatan TH dapat
jantung b.d selama …x… penurunan curah frekuensi dan irama nadi, meningkatkan frekuensi
hipermetabolisme d.d jantung dapat teratasi. frekuensi pernapasan, dan jantung, volume
takhikardia, T3 dan T4 bunyi napas. sekuncup, dan kebutuhan
Kriteria hasil:
meningkat. oksigen jaringan, yang
 Tanda vital dalam rentang menyebabkan stress pada
normal. jantung.
TD: 120/80 mmHg 2. Observasi adanya edema 2. Mengetahui adanya risiko
RR: 16-24x/menit perifer, distensi vena kelebihan cairan,
S: 36,5-37,5C jugularis, dan peningkatan Peningkatan cairan dapat
N: 60-80x/menit intoleransi aktivitas. membebani fungsi

35
 Dapat mentoleransi ventrikel kanan yang
aktivitas tidak kelelahan. dapat dipantau melalui
 Tidak ada edema paru, pemeriksaan vena
perifer, dan tidak ada jugularis
asites.
 Tidak ada penurunan 3. Anjurkan memelihara 3. Lingkungan yang secara
kesadaran. lingkungan setenang fisik nyaman dan secara
mungkin dan bebas dari psikologis tenang dapat
distraksi. mengurangi stimulus dan
stressor.
4. Ajarkan prosedur relaksasi. 4. Relaksasi dapat
mengurangi stress yang
mana mengurangi
peredaran katekolamin
yang dapat meningkatkan
beban kerja jantung.

36
5. Dorong keseimbangan 5. Periode istirahat
aktivitas dengan periode mengurangi pengeluaran
istirahat. energi dan kebutuhan
oksigen jaringan, yang
mengurangi beban kerja
jantung.
6. Kolaborasi pemberian obat- 6. Obat-obatan antitiroid
obatan antitiroid seperti dapat menghambat
thionamide termasuk PTU pembentukan hormone
(propil tiourasil), tiroid.
methimazole.

37
BAB III
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kelenjar tiroid adalah salah satu kelenjar endokrin dalam tubuh
manusia yang terletak di bagian depan leher. Dalam keadaan normal
kelenjar tiroid tidak terlihat dan hampir tidak teraba. Fungsi utama dari
kelenjar ini adalah untuk mengatur kecepatan metabolisme tubuh melalui
hormon hormon yang disekresikannya.
Kelenjar paratiroid adalah kelenjar endokrin yang berfungsi untuk
mensekresikan hormon paratiroid. Kelenjar paratiroid biasanya terletak di
leher dan manusia mempunyai empat buah kelenjar paratiroid. Kelenjar ini
disebut paratiroid karena letaknya di belakang kelenjar tiroid. Hormon
paratiroid yang dihasilkan oleh kelenjar ini berfungsi untuk mengontrol
kadar kalsium di darah dan tulang.
Kelenjar tiroid dan paratiroid dapat mengalami gangguan fungsi
seperti hipertiroidisme (kelebihan hormon tiroid) yang dapat disebabkan
oleh penyakit graves, toxic nodular goiter, minum obat hormon tiroid
berlebihan, produksi TSH yang abnormal, tiroiditis, dan konsumsi yodium
yang berlebihan. Hipertiroidisme dapat diatasi dengan menggunakan obat-
obatan kelompok Thionamide, melakukan radioterapi, obat golongan Beta-
blocker, dan operasi tiroid.
Sementara adapula hipotiroidisme (defisiensi hormon tiroid) yang
dapat digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu hipotiroid primer,
hipotiroid sekunder, hipotiroid tersier/pusat. Hipotiroid dapat diatasi dengan
medikamentosa (pemberian tiroksin), terapi sulih hormon, pembedahan dan
mengubah pola makan.
Hipoparatiroidisme adalah kondisi dimana hormon paratiroid (PTH)
yang dikeluarkan oleh kelenjar paratiroid terlalu sedikit (defisiensi hormon
PTH). Tujuan pengobatan yang dilakukan pada pasien dengan

38
hipoparatiroidisme adalah meningkatkan kadar kalsium serum dan
menghilangkan gejala hipoparatiroidisme dan hipokalsemia.
4.2 Saran
Penulis dalam makalah ini memberikan saran untuk pembaca agar menjaga
pola makan dan gaya hidup untuk menghindari gangguan atau disfungsi
pada kelenjar endokrin sehingga pembaca dapat tetap produktif dalam
menjalankan aktivitas sehari-hari.

39
DAFTAR PUSTAKA

AHA. (2017). Kelenjar Paratiroid: Pengertian, Struktur, Fungsi. Tersedia:

https://www.ilmudasar.com/2017/04/Pengertian-Struktur-dan-Fungsi-

Kelenjar-Paratiroid-adalah.html. Diakses pada tanggal 11 Maret 2019.

AHA. (2017). Kelenjar Tiroid: Pengertian, Struktur, Fungsi. Tersedia:

https://www.ilmudasar.com/2017/05/Pengertian-Struktur-dan-Fungsi-

Kelenjar-Tiroid-adalah.html. Diakses pada tanggal 11 Maret 2019.

Alodokter. (2017). Hipertiroidisme. Tersedia:

https://www.alodokter.com/hipertiroidisme. Diakses pada tanggal 10

Maret 2019.

LeMone, Priscilla., Burke, Karen M., & Bauldoff, Gerene. (2017). Buku Ajar

Keperawatan Medikal Bedah: Gangguan Endokrin. Ed. 5. Jakarta: EGC.

Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan

Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC. Ed. Revisi Jilid 2.

Jogjakarta: MediAction.

Marianti. (2017). Hipotiroidisme.(online) Tersedia :


https://www.alodokter.com/hipotiroidisme. Diakses pada tanggal 11 Maret
2019.

40
Pranata, Yodha. (2014). Hipoparatiroid. Tersedia :
https://www.scribd.com/doc/246662036/HipoParatiroid. Diakses pada
tanggal 12 Maret 2019

Pusat data dan informasi Kementerian Kesehatan RI.(2015). Bebaskan dirimu dari

gangguan tiroid. Tersedia dalam :

file:///C:/Users/USER/Downloads/infodatin-tiroid%20(1).pdf . Diakses pada

11 Maret 2019.

Studylib. (2019). fisiologi kelenjar tiroid dan paratiroid. Tersedia:

https://studylibid.com/doc/280635/fisiologi-kelenjar-tiroid-dan-paratiroid.

Diakses pada tanggal 11 Maret 2019.

Tresnastia. (2015). Anatomi dan Fisiologi Kelenjar Tiroid. Tersedia:

https://tresnastia22.wordpress.com/2015/04/27/anatomi-dan-fisiologi-

kelenjar-tiroid/. Diakses pada tanggal 11 Maret 2019.

Willy, Tjin. (2018). Hipoparatiroid. Tersedia :

https://www.alodokter.com/hipoparatiroid. Diakses pada tanggal 12 Maret

2019.

41

Anda mungkin juga menyukai