Anda di halaman 1dari 17

EQUITY DALAM PELAYANAN KESEHATAN

GLOBAL DAN NASIONAL

DISUSUN OLEH
1. Astri Maretta (22100200001)
2. Andri Yunia (221002000028)
3. Gunawan S (20201020100004
DAFTAR ISI

BAB I LATAR BELAKANG


1.1 Pendahuluan
1.2 Tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep Equity dan Inequity dalam Pelayanan Kesehatan
2.2 Dimensi Equity
2.3 Tantangan Penerapan Equity

BAB III TELAAH JURNAL

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I LATAR BELAKANG

1.1 PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan suatu hak dan hal utama yang menjadi kebutuhan dasar setiap
manusia. Semua manusia berhak untuk mendapatkan pelayanan terkait dengan kesehatannya.
Kesehatan juga merupakan hak dasar dalam pengakuan derajat kemanusiaan. Hal ini sesuai
dengan Pasal 28 H ayat (1) UUD 1945 yang menyatakan bahwa “Setiap orang berhak hidup
sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapat lingkungan hidup yang baik dan
sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”.
Sumber daya kesehatan harus bisa didistribusikan secara merata agar mencapai
prinsip keadilan sesuai dengan yang tertuang dalam Pancasila dan embukaan Undang-
Undang Dasar Tahun 1945. Akan tetapi dalam kenyataannya, sumber daya kesehatan seperti
layanan fasilitas kesehatan di daerah pelosok masih sulit untuk dijangkau oleh masyarakat
terutama masyarakat miskin dan berpenghasilan rendah. Sulitnya jangkauan layanan fasilitas
kesehatan bagi masyarakat miskin dan berpenghasilan rendah dikarenakan bertambahnya
biaya transportasi yang mengakibatkan masyarakat berpenghasilan rendah menjadi miskin
dan masyarakat miskin semakin miskin.
Ekuitas terhadap akses pelayanan kesehatan merupakan tantangan besar yang
dihadapi oleh berbagai negara di dunia. Kesenjangan status kesehatan antara negara maju dan
berkembang sering terjadi. Termasuk kesenjangan kesehatan antar kelompok dalam suatu
negara.
Ekuitas dalam akses pelayanan kesehatan merupakan tantangan yang dihadapi oleh
berbagai negara, khususnya di Asia Tenggara. Hingga saat ini inekuitas (inequity) kesehatan
antar kelompok masyarakat masih tetap berlangsung. Hal ini disebabkan oleh masyarakat
mempunyai kesempatan yang berbeda (unequal) akan akses pendidikan, pekerjaan, dan
pelayanan kesehatan.
Penelitian di Amerika mengungkapkan bahwa biaya pelayanan kesehatan menjadi
hambatan para lansia untuk mengakses pelayanan kesehatan Studi di Spanyol melaporkan
bahwa individu yang tinggal di pedesaan lebih jarang mengakses pelayanan kesehatan
spesialis dibandingkan mereka yang tinggal di perkotaan. Studi yang dilakukan Nadjib di tiga
belas propinsi menunjukkan bahwa probabilitas untuk akses pelayanan kesehatan terbukti
berbeda antar wilayah yang dipengaruhi oleh faktor sosial, ekonomi, dan wilayah.

1.2 TUJUAN
1. Untuk mengetahui konsep equity dan inequity dalam pelayanan kesehatan
2. Untuk mengetahui dimensi equity
3. Untuk mengetahui tantangan penerapan equity
4. Untuk mengetahui equity dalam pelayanan kesehatan nasional dan global
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP EQUITY DAN INEQUITY DALAM PELAYANAN KESEHATAN


2.1.1 Pengertian Equity dan Inequity
Equity dan equality adalah kedua kata yang mempunyai konsep yang saling terkait
satu sama lainnya. Menurut WHO definisi dari “equality” ialah ‘The absence of differences
in health status or the distribution of health determinants between different population
group’ yang artinya tidak membedakan status kesehatan antar kelompok yang berbeda-beda.
Sedang “equity” merupakan sebuah nilai, tentang keadilan. Equity dalam kesehatan
menurut WHO merupakan keadaan dimana setiap orang harus mendapatkan
kesempatan yang adil akan kebutuhan kesehatannya sehingga dalam upaya memenuhi
kebutuhan kesehatan tidak ada yang dirugikan, apabila faktor–faktor penghambat dapat
dihindari.
Definisi “Equity” menurut Webster’s New Collegiate Dictionary adalah ‘ Suatu
keadilan (justice) berdasarkan hukum alam asasi manusia serta bebas dari bias dan
‘favoritism’. Definisi “Equity” menurut American Heritage Dictionary adalah:
Kondisi/keadaan yang adil, tidak parsial, dan fair. Equality merupakan kesamaan (sameness)
dan equity merupakan keadilan (fairness). Dalam suatu kondisi tertentu, kesamaan (equal)
bisa jadi tidak adil (inequitable), atau kesamaan (equal) bisa jadi adil (equitable). Jadi Equity
merupakan sesuatu yang abstrak
Konsep inequity dipahami sebagai adanya perbedaan-perbedaan yang sesungguhnya
tidak diperlukan dan dapat dihindari, dan ditunjukkan dengan adanya perasaan mendapat
ketidakadilan (unfairness dan unjustness). Dengan kata lain istilah inequity memiliki dimensi
moral dan etika.
Menurut Shin dan Kim (2010) inequity menyangkut perbedaan dalam mendapatkan
akses, jangkauan, dan kualitas pelayanan kesehatan sehingga timbul ketimpangan status
kesehatan antara kelompok masyarakat yang berbeda. Contoh inequity: Masyarakat miskin
mendapatkan kualitas pelayanan yang lebih rendah dibandingkan dengan masyarakat kaya.

2.1.2 Equty dalam Pelayanan Kesehatan


Setiap orang memiliki hak kesehatan yaitu akses pelayanan kesehatan yang aman,
bermutu dan terjangkau (UU Kesehatan 36 tahun 2009). Undang Undang No. 40 tahun 2004
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional dan Undang Undang No. 24 tahun 2011 tentang
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial merupakan pedoman pemerintah yang memberikan
jaminan sosial secara menyeluruh bagi semua masyarakat Indonesia termasuk jaminan
kesehatan. Pemerintah memberikan dan menyediakan pelayanan kesehatan optimal yang
dapat dimanfaatkan oleh seluruh warga masyarakatnya. Pelayanan kesehatan merupakan
upaya pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat berupa upaya promotif,
preventif, kuratif sampai dengan rehabilitatif.
Tantangan pemerintah dalam memberikan pelayanan kesehatan yaitu pemerataan dan
keadilan (equity), peningkatan biaya pelayanan kesehatan, efisiensi dan efektifitas serta
akuntabilitas dan kebersinambungan. Equity terhadap akses pelayanan merupakan tantangan
besar yang banyak dihadapi berbagai negara. Dalam program peningkatan equity kesehatan
harus mengarah pada peningkatan equity sumber daya layanan kesehatan yang ada untuk
menghindari adanya inequity kesehatan di masyarakat yang sampai sekarang masih ada
karena setiap orang mempunyai kesempatan yang berbeda dalam akses pelayanan kesehatan,
pendidikan dan pekerjaan.
Keadilan dan pemerataan layanan kesehatan adalah bagian dari equity kesehatan yang
tidak dapat dipisahkan. Menurut WHO, equity kesehatan adalah setiap masyarakat
mendapatkan kesempatan yang adil akan kebutuhan kesehatannya sehingga upaya
pemenuhan kebutuhan kesehatan tidak ada yang dirugikan, apabila faktor-faktor penghambat
dapat dihindari.
Equity dalam pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai berikut:
a. Akses yang sama ke pelayanan kesehatan
Setiap masyarakat mempunyai hak yang sama dalam mengakses layanan kesehatan.
Adanya hambatan yang menyebabkan masyarakat tidak dapat mengakses layanan
kesehatan seperti budaya, letak geografis, sumber daya kesehatan yang tidak merata,
tingkat pekerjaan , tingkat pendidikan dan tidak adanya asuransi kesehatan yang dimiliki
masyarakat.
b. Pemanfaatan pelayanan kesehatan yang sama dalam memenuhi kebutuhan yang sama.
Banyak faktor yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh masyarakat
seperti keperluan masyarakat yang berbeda.
c. Kualitas pelayanan kesehatan yang sama
Pemberi pelayanan kesehatan memiliki komitmen yang sama dalam memberikan
pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat sesuai dengan standar yang diterapkan.

2.2 DIMENSI EQUITY


Dua dimensi equity dalam pelayanan kesehatan yaitu:
a. Keadilan horisontal (horisontal equity)
merupakan prinsip perlakuan yang sama terhadap kondisi yang sama yang terdiri dari:
sumber daya, penggunaan dan akses yang sama untuk kebutuhan yang sama serta
kesamaan tingkat kesehatan.
b. Keadilan Vertikal (Vertical equity)
menekankan pada prinsip perlakuan berbeda untuk keadaan yang berbeda, meliputi:
perlakuan yang tidak sama untuk kebutuhan yang berbeda dan pembiayaan kesehatan
progresif berdasarkan kemampuan membayar.
Menurut Whitehead (1992), dimensi equity dalam kesehatan dapat dibagi menjadi:
a. Equity dalam status kesehatan
Sebagai contoh adalah perbedaan tingkat kematian maternal antara populasi. Di Provinsi
Yogyakarta, angka kematian ibu (AKI) adalah 125 kematian per 100.000 kelahiran hidup,
sementara di Provinsi Papua, AKI mencapai angka 362 per 100.000 kelahiran hidup.
Perbedaan ini tidak adil dan dapat dihindari
b. Equity dalam penggunaan layanan kesehatan
Terjadi ketimpangan dalam mengakses layanan kesehatan antar populasi, misalnya
masyarakat yang hidup di kota besar sepert Jakarta, Surabaya, Denpasar sangat mudah
mengakses layanan faskes. Sedangkan masyarakat yang ada dipelosok seperti di Papua,
Nusa Tenggara Timur, dimana sarana perhubungan darat amat sangat terbatas,
infrastruktur belum memadai sangat susah untuk mengakses fasilitas kesehatan.
c.Equity dalam pembiayaan kesehatan
Dengan ditetapkannya Undang-Undang No. 24 tahun 2011 tentang BPJS (Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial) dalam hal ini adalah BPJS Kesehatan, maka membawa
angin positif bagi pembiayaan kesehatan di Indonesia. Adanya jaminan perlindungan
yang semakin baik di bidang kesehatan bagi masyarakat dapat menghindarkan terjadinya
katastropik dimana orang miskin dapat menjadi semakin miskin karena sakit.

2.3 TANTANGAN PENERAPAN EQUITY


Ekuitas terhadap akses pelayanan kesehatan merupakan tantangan besar yang
dihadapi oleh berbagai negara di dunia. Kesenjangan status kesehatan antara negara maju dan
berkembang seringkali terjadi. Berikut merupakan beberapa hasil penelitian tentang equity
terhadap akses pelayanan kesehatan di berbagai negara:
a. Amerika Serikat
Amerika merupakan salah satu negara yang memiliki sistem kesehatan yang berteknologi
maju di dunia tetapi tetap saja terdapat kesenjangan pelayanan kesehatan yang
berhubungan dengan etnis dan status sosial ekonomi. Upaya nasional yang dilakukan
diarahkan untuk membentuk infrastrustuk organisasi untuk berkoordinasi dan
pengawasan kegiatan yang dirancang untuk mengatasi kesenjangan kesehatan di berbagai
isu.
b. Spanyol
Hasil studi melaporkan bahwa masyarakat yang tinggal di pedesaan lebih jarang
mengakses pelayanan kesehatan spesialis dibandingkan dengan masyarakat yang tinggal
di perkotaan, hal tersebut terjadi karena terbatasnya sarana layanan spesialis di pedesaan.
c. Italia
Tujuan sistem pelayanan kesehatan di italia adalah akses yang adil ke semua sarana
kesehatan. Terdapat pencapaian cakupan kesehatan yang cukup komprehensif pada
pelayanan kesehatan selama beberapa decade, tapi ketidakadilan dalam pelayanan
kesehatan masih ada yang berhubungan dengan variasi pendapatan regional. Langkah-
langkah yang dilakukan dalam pembangunan kesehatan di Italia adalah sebagai berikut:
1) Pengingkatan akses kesehatan terutama bagi penduduk miskin melakui pelayanan
kesehatan gratis
2) Peningkatan pencegahan dan penanggulangan penyakit menular
3) Peningkatan kualitas, keterjangkauan, dan pemerataan pelayanan kesehatan dasar
4) Peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan, penjamin mutu, keamanan dan
khasiat obat dan makanan, dan penanganan kesehatan di daerah bencana.
5) Peningkatan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat.
Terbatasnya akses terhadap pelayanan Kesehatan berhubungan dengan rendahnya status
kesehatan penduduk miskin, seperti kendala geografis maupun kendala biaya. Dimana
masyarakat italia selatan lebih jarang mengakses pelayanan Kesehatan dibandingkan
dengan masyarakat yang tinggal di italia pusat.
Equity dalam pelayanan kesehatan di Indonesia juga masih belum merata. Indonesia
merupakan salah satu negara yang mempunyai tingkat variasi kondisi kesehatan yang tinggi,
sehingga terdapat kesenjangan dalam status kesehatan antar kelompok dan wilayah. Berbagai
cara telah diupayakan oleh pemerintah agar terjadinya pemerataan dan keadilan dalam
pelayanan kesehatan. Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan masalah dalam
akses tersebut seperti, persebaran tenaga kesehatan yang tidak merata antar wilayah di
Indonesia, fasilitaskKesehatan yang tidak sama antara wilayah di Indonesia, dan aksesibilitas
pelayanan kesehatan yang tidak merata.
Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang adil di Indonesia, maka harus
melakukan perubahan di bidang kesehatan yaitu perubahan Universal Health Coverage.
Menurut WHO, Universal Health Coverage adalah menjamin semua orang mempunyai akses
kepada layanan kesehatan yang dibutuhkan dan jaminan bahwa layanan tersebut tidak
menimbulkan kesulitan financial penggunanya. Implementasi kebijakan Universal Health
Coverage di Indonesia yaitu program Jaminan Kesehatan Naisonal (JKN). Pada dasarnya jika
masyarakat ingin mengakses semua layanan yang dibutuhkan maka hal tersebut tak lepas dari
unsur pembiayaan.
Perubahan yang dilakukan pemerintah untuk mencapai equity tidak hanya pada
pembiayaan kesehatan saja melainkan seluruh elemen pada pilar sistem kesehatan nasional,
yaitu upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan, sumber daya manusia kesehatan, logistik
kesehatan, pemberdayaan masyarakat dan manajemen kesehatan/kepemimpinan. Dan
perubahan tersebut harus memenuhi tiga kriteria, yaitu
a. Sustained: Perubahan tersebut bukan upaya yang sesaat tapi berkelanjutan
b. Purposefull: Didasari oleh proses yang terencana dan berlandaskan bukti
c.Fundamental: Menyasar dimensi-dimensi atau sistem kesehatan yang signifikan dan
strategis.
Metode pembiayaan yang paling equitable adalah metode pre-payment, yaitu
pembayaran iuran sebelum masyarakat jatuh sakit. Karena biaya kesehatan tidak mencakup
biaya untuk pengobatan saja tetapi ada biaya lain yang harus ditanggung seperti, biaya
transportasi ke tempat layanan kesehatan, biaya konsumsi dan akomodasi, dan penghasilan
yang hilang.
Universal Health Coverage merupakan visi yang besar dan tidak mudah untuk
mewujudkannya. Untuk mewujudkannya ada tiga komponen besar yang harus dilakukan,
yaitu:
a. Pihak yang ditanggung oleh asuransi kesehatan harus mencakup seluruh penduduk
b. Manfaat dari asuransi harus seluas mungkin dan tidak ada pembatasan
c. Proporsi biaya yang ditanggung pemerintah, semakin tinggi proporsi biaya yang
ditanggung pemerintah maka semakin besar peluang untuk mencapai Universal Health
Coverage.
Untuk mewujudkan equity pelayanan kesehatan pemerintah diharapkan
memperhatikan pendekatan revitalisasi pelayanan kesehatan dasar (Primary Health Care)
yang meliputi cakupan pelayanan kesehatan yang adil dan merata, pemberian pelayanan
kesehatan berkualitas yang berpihak kepada kepentingan dan harapan rakyat, kebijakan
Kesehatan masyarakat untuk meningkatkan dan melindungi kesehatan masyarakat,
kepemimpinan, serta profesionalisme dalam pembangunan kesehatan.
Pemberlakuan sistem jaminan sosial maupun jaminan kesehatan sepenuhnya menjadi
tanggung jawab negara dan dibiayai oleh negara sehingga equity pelayanan kesehatan bisa
tercapai.Tantangan equity di era JKN adalah sebagai berikut:
a. Aspek kepesertaan
b. Berhubungan dengan kemudahan akses pelayanan.
c. Pembagian wilayah rujukan.
d. Kriteria gawat darurat (emergency)
e. Kelas perawatan
f. Ketersediaan obat
g. Tarif INA-CBGs.
BAB III TELAAH JURNAL

Jurnal yang dipilih dalam paper ini berjudul “Ekuitas Terhadap Akses Pelayanan
Kesehatan: Teori & Aplikasi dalam Penelitian “ dan ditulis oleh Haerawati Idris, diterbitkan
padaJurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat volume 7 tanggal 2 Juli2016.
Dalam latar belakang jurnal ini disebutkan bahwa ekuitas terhadap akses pelayanan
kesehatan merupakan tantangan besar yang dihadapi oleh berbagai negara di dunia. Kesenjangan
status kesehatan antara negara maju dan berkembang sering terjadi. Termasuk kesenjangan
kesehatan antar kelompok dalam suatu negara. Studi ini bertujuan untuk mendeskripsikan konsep
dan aplikasi ekuitas terhadap akses pelayanan kesehatan dalam penelitian
Metode yang digunakan adalah dengan literatur review yang merupakan studi pemetaan
sistematis terkait ekuitas terhadap akses pelayanan kesehatan di beberapa negara. Dilakukan
dengan satu set lima pertanyaan penelitian, terdapat 30 studi, mulai 1999-2014, dievaluasi.
Hasil penelitian ini adalah bahwa ekuitas dalam akses pelayanan kesehatan terjadi jika
pelayanan kesehatan telah terdistribusi menurut geografi, sosial ekonomi dan kebutuhan
masyarakat. Demikian pula sebaliknya. Studi empiris umumnya melaporkan kejadian inekuitas
terhadap akses pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Umumnya peneliti
menggunakan data sekunder dalam mengeksplorasi ekuitas terhadap akses pelayanan kesehatan.
Lesson learn ekuitas terhadap akses pelayanan kesehatan dari beberapa negara dapat kita
lihat dari berbagai studi terkait ekuitas terhadap akses pelayanan kesehatan yang telah banyak
dilakukan oleh berbagai negara. Berikut deskripsi ringkasan pada tabel di bawah ini.
No Penelitian Negara Tujuan Metode Hasil Penelitian
1 Liu et al. Cina Menilai Penelitian Model asuransi kesehatan
(2002) pengaruh kuantitatif terbaru lebih menjamin
reformasi dengan equity dalam akses untuk
asuransi menggunakan mendapatkan pelayanan
kesehatan di survei dasar pada rawat jalan
perkotaan tahunan di dibandingkan dengan model
kota asuransi kesehatan
Zhenjiang sebelumnya dan mampu
tahun mengalokasikan sumber
1994 ± 1996 daya kesehatan secara lebih
efisien.
2 Kim Korea Menilai Studi Utilization rate pasien rawat
(2003) pemanfaatan kuantitatif inap menurun 15,1% dan
pelayanan menggunakan rawat jalan menurun 5,2%,
kesehatan data padahal angka kesakitan
survey penyakit kronis meningkat
nasional 27,1% dan penyakit akut
tahun 1995 & meningkat 9,1%. Hal
1998 tersebut diasumsikan karena
terjadi setelah krisis,
kemampuan ekonomi
masyarakat menurun
sehingga walaupun sakit,
mereka tidak dapat
menjangkau pelayanan
kesehatan.20
3 Low et al Namibia Mengetahui Desain Intervensi yang telah
(2003) dampak deskriptif dilakukan dapat mencapai
intervensi kualitatif tujuan ekuitas berupa equal
program memanfaatkan akses pelayanan kesehatan
terhadap data hingga equal utilisasi.7
ekuitas sekunder hasil
kesehatan sensus
1995
4 Hidayat et Indoneisa Mengukur Penelitian Asuransi kesehatan untuk
al. dampak kuantitatif pegawai negeri sipil (Askes)
(2004) asuransi dengan memiliki dampak yang
kesehatan menggunakan positif terhadap akses ke
wajib terhadap sumber data pelayanan rawat jalan di
equity dalam dari fasilitas kesehatan
akses IFLS 1997 pemerintah dan asuransi
ke pelayanan kesehatan untuk pegawai
rawat swasta memiliki dampak
jalan di positif terhadap akses ke
Indonesia pelayanan rawat jalan di
fasilitas kesehatan
pemerintah maupun swasta.
Penelitian ini menegaskan
perlunya perubahan
kebijakan asuransi
kesehatan yang sebelumnya
hanya memberikan subsidi
kepada pemberi pelayanan
kesehatan. Perluasan
cakupan asuransi kesehatan
untuk masyarakat miskin
dengan premi yang di
subsidi oleh pemerintah.21
5 Harris et Afrika Menilai inequity Studi Penduduk miskin yang
al. selatan dalam akses kuantitatif tinggal di pedesaan dan
(2011) pelayanan menggunakan tidak memiliki asuransi
kesehatan sumber data kesehatan mengalami
78survey ketidakadilan dalam
rumah mengakses pelayanan
tangga di kesehatan. Dampaknya bagi
Afrika kebijakan kesehatan adalah
Selatan perlunya dilakukan
peningkatan kualitas
pelayanan kesehatan pada
fasilitas kesehatan
pemerintah dan menciptakan
keadilan akses pada setiap
tingkatan layanan kesehatan
pemerintah untuk
mengurangi penggunaan
pada layanan kesehatan
swasta yang berpotensi
menimbulkan terjadinya
pengeluaran katastropik.22
6 Cholid et Indonesia Mendeskripsikan Studi Penduduk yang miskin lebih
al equity kuantitatif banyak memanfaatkan
(2013) pembiayaan menggunakan pelayanan rawat jalan di
dan utilisasi data rumah sakit sedangkan
pelayanan Susenas 2011 penduduk kaya lebih banyak
kesehatan oleh memanfaatkan pelayanan
peserta rawat jalan dan rawat inap di
jamkesmas rumah sakit. Distribusi dana
jamkesmas di puskesmas
lebih banyak digunakan oleh
penduduk miskin,
sedangkan di rumah sakit
lebih banyak di gunakan
oleh penduduk kaya.23

Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa ekuitas terhadap akses pelayanan kesehatan
merupakan isu penting yang perlu mendapatkan perhatian dalam mencapai tujuan sistem
kesehatan. Hal ini dapat tercapai jika pelayanan kesehatan terdistribusi menurut geografi, sosial
ekonomi dan kebutuhan masyarakat. Upaya perbaikan dari sisi supply side dan demand side serta
eksplorasi studi-studi ekuitas akses pelayanan kesehatan perlu dikembangkan.
BAB IV PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
a. Equity dalam pelayanan kesehatan merupakan tantangan bagi berbagai negara di
dunia.
b. Equity dalam pelayanan kesehatan di Indonesia mengalami peningkatan dengan
adanya program jaminan kesehatan nasional (JKN).
c. Equity dalam akses pelayanan kesehatan terjadi jika pelayanan kesehatan telah
terdistribusi menurut geografi, sosial ekonomi dan kebutuhan masyarakat.

4.2 SARAN
a. Equity dalam pelayanan kesehatan di dunia dan di Indonesia harus semakin
ditingkatkan.
b. Berbagai hasil penelltian para ahli mengenai equity dalam pelayanan kesehatan
hendaknya dapat menjadi rujukan bagi upaya peningkatan equity pelayanan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Haerawati Idris (2016) Ekuitas Terhadap Akses Pelayanan Kesehatan: Teori & Aplikasi dalam
Penelitian, Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat volume 7
Indrayathi, P. A., & Noviyani, R. (2017), Bahan Ajar Equity Dalam Pelayanan Kesehatan.
Rita Novita, dr. Firdaus Hafidz As Shidieq, MPH.,AAK., Ph.D. (2020), Equity dalam Pelayanan
Kesehatan di Era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
Murti, B. (2001). Keadilan horisontal, keadilan vertikal dan kebijakan kesehatan. In Jurnal Mana
jemen Pelayanan Kesehatan (Vol. 04, pp. 127–132).
Van Doorslaer E et al. (1992). Equity in the delivery of health care: some international comparis
ons. J Health con. Dec;11(4):389-411.

Anda mungkin juga menyukai