Anda di halaman 1dari 4

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/325202688

KANDUNGAN KAFEIN PADA KOPI DAN PENGARUH TERHADAP TUBUH

Article · May 2018

CITATIONS READS
0 1,211

1 author:

Dewi Septiningtyas H
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
1 PUBLICATION   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Dewi Septiningtyas H on 17 May 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


KANDUNGAN KAFEIN PADA KOPI DAN PENGARUH TERHADAP TUBUH

Dewi Septiningtyas Hastuti


Kimia FIA Institut Teknologi Sepuluh Nopember
dewi.17012@mhs.its.ac.id

Kopi dikonsumsi pertama kali pada abad ke-9 di Ethiopia. Saat ini, Kopi merupakan salah satu
minuman yang terkenal di kalangan masayarakat bahkan menjadi salah satu menu utama dalam
perjamuan resmi. Kopi memiliki aroma dan cita rasa yang khas. Kopi tumbuh di daerah tropis serta
tumbuhan peralihan yang tumbuh di lereng gunung [1] [2].
Kopi yang ada dibudidayakan di Indonesia secara umum ada dua jenis yaitu kopi arabika dan
kopi robusta. Kopi arabika merupakan kopi yang memiliki citarasa lebih baik dari kopi
robusta, karena kopi robusta rasanya lebih pahit, sedikit asam dan mengandung kafein lebih
tinggi dari pada kopi arabika [5]. Kopi Arabika mengandung kafein 0,4 – 2,4% dari total berat
kering sedangkan kopi Robusta mengandung kafein 1 – 2% dan asam organik 10,4%. Kandungan
standar kafein dalam secangkir kopi seduh yaitu 0,9 – 1,6% pada kopi Arabika, 1,4 – 2,9% pada kopi
Robusta, dan 1,7% pada campuran kopi Arabi dan kopi Robusta dengan perbandingan 3 : 2 [1].
Kafein yang terkandung di dalam biji kopi sangrai adalah sebesar 1% bk untuk kopi Arabika dan 2%
bk untuk kopi Robusta. Kandungan kafein biji mentah kopi arabika lebih rendah dibandingkan biji
mentah kopi robusta, kandungan kafein kopi robusta sekitar 2,2% dan Arabika sekitar 1,2 % [5].
Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) secara tegas menetapkan bahwa kandungan kafein
dalam minuman penambah energi tidak boleh melebihi 50 mg karena jika dikonsumsi lebih dari nilai
tersebut dalam jangka panjang akan meng-akibatkan gangguan pada kesehatan [3].
Kopi memiliki berbagai manfaat pada tubuh kita. Kopi dapat bermanfaat sebagai antioksidan,
kandungan antioksidan pada kopi lebih banyak daripada teh dan coklat. Selain itu, kopi dapat
merangsang kinerja otak dan kanker [1]. Bagi penikmat kopi yang bertoleransi tinggi terhadap
kafein, dapat membuat tubuh menjadi lebih segar dan hangat Beberapa keuntungan yang
berhubungan dengan kebiasaan minum kopi antara lain bahwa kopi tidak memiliki nilai nutrisi yang
nyata bagi tubuh, kecuali jika ditambahkan krim atau susu ke dalamnya. Keuntungan tersebut antara
lain sebagai perangsang dalam melakukan berbagai aktivitas, variasi jenis minuman, dan mencegah
kanker prostat (kandungan boron dalam kopi dapat mencegah kanker prostat). Selama ini kafein
secara rutin diberikan kepada bayi prematur untuk menekan gangguan pernapasan apnea. Kafein
juga dapat meningkatkan daya kerja aspirin dan obat-obatan penghilang rasa sakit lainnya, itu
sebabnya pada beberapa jenis obat pereda demam dan sakit kepala ditambahkan unsur kafein.
Kafein juga dimanfaatkan sebagai campuran obat flu yang digunakan untuk menyeimbangkan
dorongan rasa kantuk yang muncul, dan juga dicoba sebagai campuran obat asma [3]. Kopi dengan
rendah kafein selain menghasilkan citarasa dan aroma yang baik juga lebih baik dikonsumsi karena
dengan mengkonsumsi kopi rendah kafein akan dapat menstimulasi sistem saraf, sehingga akan
memperbaiki mood dan dapat memperlama konsentrasi [4].
Selain memiliki kelebihan, kopi juga memiliki kekurangan yaitu mengandung kafein dan asam
organikyang tinggi. Kandungan kafein pada biji kopi berbeda-beda tergantung pada jenis kopinya
dan kondisi geografis dimana biji kopi tersebut ditanam. Kandungan kafein dan asam yang berlebih
dapat berdampak negatif bagi kesehatan. Pada beberapa orang mempunyai lambung yang sensitif,
sehingga kopi bisa menyebabkan sakit perut [1]. Kafein berdampak pada janin karena
mengakibatkan keguguran. Sebuah studi di Yugoslavia menunjukkan bahwa ibu yang mengonsumsi
70 – 140 mg kafein melahirkan bayi dengan berat seperempat lebih kecil daripada ibu yang
mengonsumsi 0 – 10 mg. Hasil penelitian lain meyebutkan bahwa bayi yang dilahirkan beresiko
terkena epilepsi. Kafein dapat mengambil cairan, kalsium, dan zat besi dari tubuh yang diperlukan
untuk kesehatan janin dan ibu hamil. Kafein dapat menyebabkan pernapasan yang cepat, tremor
dan secara akumulatif berkembang menjadi penyakit diabetes. Konsumsi kafein berlebih dapat
menyebabkan warna gigi berubah, bau mulut, meningkatkan stress dan tekanan darah jika banyak
mengonsumsi di pagi hari, insomnia, serangan jantung, stroke, kemandulan pada pria, gangguan
pencernaan, kecanduan dan bahkan penuaan dini. Kafein juga merupakan salah satu penyebab
utama sakit kepala. Perempuan yang minum dua cangkir kopi atau lebih per hari dapat
meningkatkan resiko terkena pengeroposan tulang (osteoporosis) [3].
Biji kopi secara alami mengandung berbagai jenis senyawa volatil seperti aldehida, furfural,
keton, alkohol, ester, asam format, dan asam asetat. Kopi mengandung sebuah unsur yang disebut
terpenoid, yang diketahui dapat meningkatkan kadar kolesterol darah [3]. Senyawa kimia pada biji
kopi dapat dibedakan atas senyawa volatil dan non volatil. Senyawa volatil adalah senyawa yang
mudah menguap, terutama jika terjadi kenaikan suhu. Senyawa volatil yang berpengaruh terhadap
aroma kopi antara lain golongan aldehid, keton dan alkohol, sedangkan senyawa non volatil yang
berpengaruh terhadap mutu kopi antara lain kafein, chlorogenic acid dan senyawa-senyawa nutrisi.
Senyawa nutrisi pada biji kopi terdiri dari karbohidrat, protein, lemak, dan mineral [4]. Selain itu,
kopi mengandung tanin. Tanin merupakan senyawa polifenol yang dapat ditemui pada setiap
tanaman yang letak dan jumlahnya berbeda-beda. Senyawa tanin dapat menyebabkan rasa sepet
pada buah dan menyebabkan pencoklatan pada bahan [5].
Kafein adalah senyawa alkaloid yang termasuk jenis metilxanthine
(1,3,7-trimetilxanthyne) atau C8H10N4O2 [1], [3]. Kafein dalam kondisi murni
berupa serbuk putih berbentuk kristal prisma hexagonal, dan merupakan
senyawa tidak berbau, serta berasa pahit. Menurut Clarke & Macrae
(1989), dan Sivetz & Desrosier (1979), kafein tidak memberikan pengaruh
yang nyata terhadap aroma kopi, dan hanya memberikan rasa pahit sekitar
10—30% dari seduhan kopi [3].
Minum kopi dengan jumlah wajar tidak mengganggu kesehatan atau bayi dalam kehamilan.
Jika tidak mampu berhenti mimum kopi selama hamil, menurut Food Standars Agency (FSA), minum
kopi dengan jumlah sedang tidak mengganggu kesehatan atau bayi dalam kehamilan dan dianjurkan
untuk mengkonsumsi kafein tidak lebih dari 300 mg per hari atau lebih kurang setara dengan 3
cangkir kopi. Banyak orang yang mengansumsikan bahwa minum kafein untuk “menambah tenaga”
secara cepat. Ini adalah pandangan yang keliru, sebenarnya kafein meletihkan kelenjar adrenalin dan
akhirnya akan melelahkan. Jika konsumen hanya ingin merasakan kopi, pilih yang dikeringkan
dengan uap tanpa kafein (steam-dried decaffeinated). Jika konsumen rentan terhadap kafein, pilih
produk kopi yang rendah kafein. Konsumsilah kopi sesuai dengan kebutuhan dan kondisi tubuh. Hal
tersebut merupakan jalan terbaik demi menemukan lebih banyak manfaat dari pada kerugian,
karena cara pengonsumsian yang benar akan mendukung pola hidup yang sehat [3].
DAFTAR PUSTAKA

[1] A. Farida, E. R. R, dan A. C. Kumoro, “PENURUNAN KADAR KAFEIN DAN ASAM TOTAL PADA BIJI
KOPI ROBUSTA MENGGUNAKAN TEKNOLOGI FERMENTASI ANAEROB FAKULTATIF DENGAN
MIKROBA NOPKOR MZ-15,” J. Teknol. Kim. DAN Ind., vol. 2, no. 2, hlm. 70–75, 2013.
[2] M. Bhara L A, “PENGARUH PEMBERIAN KOPI DOSIS BERTINGKAT PER ORAL 30 HARI TERHADAP
GAMBARAN HISTOLOGI HEPAR TIKUS WISTAR,” hlm. 48, 2009.
[3] S. Widyotomo, “KAFEIN : SENYAWA PENTING PADA BIJI KOPI,” vol. 23, no. 1, hlm. 7.
[4] F. D. Oktadina, B. D. Argo, dan M. B. Hermanto, “Pemanfaatan Nanas (Ananas Comosus L. Merr)
untuk Penurunan Kadar Kafein dan Perbaikan Citarasa Kopi (Coffea Sp) dalam Pembuatan Kopi
Bubuk,” vol. 1, no. 3, hlm. 9, 2013.
[5] I. W. ADITYA, “KAJIAN KANDUNGAN KAFEIN KOPI BUBUK, NILAI pH, DAN KARAKTERISTIK
AROMA DAN RASA SEDUHAN KOPI JANTAN (Pea berry coffee) DAN BETINA (Flat beans coffee
JENIS ARABIKA DAN ROBUSTA,” hlm. 17, 2015.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai