Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PROSES BUDIDAYA TANAMAN TEH

DI SUSUN OLEH :
MARIO BONSENDA SALANG (19302067)
YOHANES FRANSISKUS ARNO (19302071)
LEONARDUS ANOK MATUT (193020)
PRODI SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN (FPP)
UNIVERSITAS KATHOLIK SANTU PAULUS RUTENG
2022
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarahkatuh
Segala puji bagi allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu, tanpa pertolongannya tentunya kami tidak akan
sanggup menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalwat serta salam semoga terlimpah
curahkan rahmatnya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “proses
budidaya tanaman teh” penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui seberapa penting
mahasiswa belajar budidaya tanaman teh, mata kuliah budidaya tanaman perkebunan dan
penyegar.
Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimah kasih sebesar-besarnya kepada:
Pak mohamad noor ariefin , selaku dosen mata kuliah “budidaya tanaman perkebunan dan
penyegar” yang telah memberikan waktu, tenaga, pikiran, dan dukungan dalam bentuk
pengarahan dan bimbingingan mata kuliahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik.
Penulis berharap semoga allah SWT memberikan limpahan pahala atas kebaikan yang telah di
berikan kepada penulis. Penulis merasa bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam
penulisan makalah ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran bagi para
pembaca demi perbaikan makalah ini.
Ruteng, september 2022
Penyusun”mario bonsenda salang dan yohanes fransiskus arno”
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Teh adalah minuman yang sangat umum dalam kehidupan kita sehari-hari. Kebiasaan
minum teh tidak hanya di kenal di indonesia tetapi juga hampir di seluruh dunia.teh
ternyata mengandung banyak manfaat bagi kesehatan tubuh manusia. Menurut beberapa
hasil penelitian, teh memiliki kandungan senyawa yang mampu mengobati sejumlah
penyakit ringan dan mencegah serangan berbagai penyakit berat. Selain itu karena teh
adalah miniman alami, maka relatif aman dari efek samping yang merugikan kesehatan.
Teh adalah minuman yang paling banyak di konsumsi selain air (damayanthi, 2008),
selain sebagai minuman yang meyegarkan, teh telah memiliki khasiat bagi tubuh, dapat di
nikmati dengan penyeduhan. Teh tidak hanya terbuat dari pucuk daun tanaman teh,
namiun dapat di buat dari daun lain seperti; daun alpukat, daun sirsak, bunga rosel, daun
pacar air, dan daun kopi
Tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) merupakan tanaman tahunan, berasal
dari daerah subtropis, karena itu di Indonesia lebih cocok ditanam di daerah pegunungan.
Lingkungan fisik yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman teh ialah iklim
dan tanah. Penghasil teh terbesar di Indonesia adalah daerah Jawa Barat yang
menghasilkan 70% dari total produksi teh nasional. Industri teh nasional saat ini
mengalami banyak kendala diantaranya seperti produktivitas kebun teh yang relatif
rendah, penurunan luas areal perkebunan teh, serta mutu teh yang belum memenuhi
standar internasional.
Prospek pemasaran teh mempunyai progres yang baik, tetapi di sisi yang lain terjadi
penurunan produksi teh, sehingga perlu untuk mempertahankan dan meningkatkan
produksi teh supaya permintaan teh dapat terpenuhi. Keadaan tertentu dimana permintaan
meningkat dengan cepat sehingga pihak produsen berusaha meningkatkan produksinya
secara maksimal. Produksi tanaman Teh di Indonesia baru mencapai 1.006 kg/ha/thn. Hal
ini disebabkan antara lain oleh umur tanaman yang tua, rendahnya produksi dan mutu
produksi yang dihasilkan serta terbatasnya penanggulangan hama dan penyakit (Atik,
2002).
Usaha-usaha ke arah peningkatan Produksi teh secara kualitatif dan kuantitatif terus
dikembangkan. Salah satu tindakan yang dilakukan adalah pembenahan dalam teknik
budidaya tanaman. Untuk menghasilkan produksi yang tinggi dan kualitas yang baik.
Salah satu aspek yang penting diperhatikan adalah pemetikan.
Pemetikan adalah pekerjaan memungut sebagian dari tunas-tunas teh beserta daunnya
yang masih muda untuk kemudian diolah menjadi daun teh kering yang merupakan
komoditas perdagangan. Tobroni dan Suwandi (1983) menyatakan bahwa pemetikan
selain bertujuan untuk memetik daun-daun yang sesuai diolah, juga merupakan suatu
usaha untuk membentuk kondisi tanaman agar mampu meningkatkan produksi yang
berkesinambungan.
Menurut Delimoenthe (1990) pemetikan adalah usaha suatu pembentukan kondisi
tanaman agar mampu meningkatkan produksi secara terus menerus. Bila pemetikan
pucuk dilakukan. Akibat adanya auksin dan adanya sifat apikal 3 dorman, maka
pemetikan pucuk-pucuk baru akan dirangsang dan akan dipetik pada gilir petik
berikutnya.
Pemetikan yang dilakukan dengan benar berpengaruh nyata terhadap hasil pucuk. Hasil
pucuk merupakan perkalian jumlah pucuk dengan rata-rata bobot pucuk. Sukasman
(1990) menyebutkan bahwa produktivitas kebun dipengaruhi oleh sistem dan gilir petik.
Sistem petik atau gilir petik, tetapi jika dilakukan tanpa disertai perubahan dalam kultur
teknik yang lain, tindakan ini akan menurunkan kualitas dan bahkan merusak potensi
hasil tanaman.
Peningkatan hasil tanaman ditentukan oleh kecepatan proses biologis yang
berlangsung pada tanaman. Upaya meningkatkan hasil tanaman, disamping dengan
keadaan lingkungan yang optimum, juga dapat dengan pengaturan pertumbuhan yang
dapat mempercepat atau menghambat proses biologis tanaman.
Beberapa penelitian tentang teh hingga sekarang masih saja intensif dilakukan oleh para
ahli untuk mempelajari tentang khasiat teh (Horstein dan Teranishi, 1995). Sejauh ini, di
samping dapat meningkatkan proses metabolisme, teh berkhasiat sebagai anti kanker, anti
bakteri (Graham, 1985), antioksidan, anti karsinogenik, menurunkan tekanan darah, dan
menurunkan kandungan kolesterol dalam darah, serta pemanfaatannya lainnya bagi
peningkatan kualitas hidup manusia (Hamilton-Miller, 2001).
Pada prinsipnya tipe teh yang diproduksi dan dikonsumsi di dunia adalah teh hitam dan
teh hijau, dengan sejumlah kecil dalam bentuk teh oolong dan teh pouchong (Horstein
dan Teranishi,1995). Pengelompokan ini didasarkan pada proses fermentasi dalam
pengolahan teh. Teh hitam merupakan teh yang terfermentasi secara penuh, sedangkan
teh hijau tidak terfermentasi sama sekali, sementara teh oolong dan teh pouchong hanya
terfermentasi sebagian (Egan, Kirk, Sawyer, 1981). Pada pengolahan teh hitam, teh
mengalami beberapa tahap pengolahan seperti pelayuan, penggulungan, fermentasi,
pengeringan, dan sortasi (Werkhoven, 1974).
Indonesia merupakan salah satu negara produsen teh hitam varietas Assamica terbaik di
dunia (Kompas, 2007). Seperti yang dikelola oleh PT. Perkebunan Nusantara VI (PT. PN
VI) Kebun Kayu Aro di kaki Gunung Kerinci misalnya, telah memproduksi teh hitam
(orthodox) sejak tahun 1932 yang dulunya dimiliki oleh pemerintahan Belanda.
Perkebunan teh ini bahkan memiliki keunggulan dalam hal kualitas tanaman teh yang
memang ditanam langsung dari bijinya. Teh Kayu Aro ini dibudidayakan di dataran
tinggi (highland tea), pada ketinggian 1.400 sampai 1.600 meter dari permukaan laut
(dpl) yang merupakan ketinggian optimum untuk tanaman teh. Hingga kini, pabrik teh
Kajoe Aro yang merupakan pabrik teh terbesar di dunia dan masih aktif berproduksi.
Aroma dan cita rasa yang spesifik merupakan keunggulan utama teh Kajoe Aro.
International Tea Committee (ITC), komisi atau organisasi teh internasional pun
mengakui teh Kajoe Aro sebagai teh hitam terbaik. Bahkan kualitas yang dihasilkan lebih
baik dari teh dari perkebunan di China sendiri, prestasi ini tentu merupakan suatu
kebanggaan bagi Indonesia untuk terus berupaya menembus pasar dunia dengan
pengawasan mutu dan keterjaminan kualitas produk yang prima (Kompas, 2007).
Dalam pemanfaatan sehari–hari konsumen biasanya lebih menyukai teh hitam karena
warna, rasa dan aromanya lebih menarik dibandingkan teh hijau. Variasi produk dalam
pengolahan minuman teh bisa memberikan alternatif baru bagi konsumen dalam
mengkonsumsi teh. Minuman teh dapat difermentasi sebelum dikonsumsi dengan
menggunakan bantuan mikroorganisme untuk mendapatkan sensasi rasa asam-manis
yang menyegarkan (Blanc, 2000). Seduhan air teh yang ditambahkan gula dan stater
mikroba dan difermentasi ini disebut kombucha. Minuman kombucha yang berasal dari
China ini merupakan minuman ramuan hasil fermentasi larutan teh dan gula yang
memiliki cita rasa dan aroma yang khas, yaitu rasa asam-manis, mengandung berbagai
vitamin dan mineral serta asam-asam organik yang berasal dari daun teh setelah
difermentasi yang dipercaya masyarakat dapat digunakan untuk mengatasi masalah
kesehatan (Frank,1995).

B. RUMUSAN MASALAH
C.TUJUAN

1.    Untuk mengetahui syarat tumbuh teh


2.    Untuk mengetahui morfologi teh
3.    Untuk mengetahui taksonomi teh
4.    Untuk mengetahui bagaimana perbanyakan tanamana secara vegetatif dan generatif
5.    Untuk mengetahui pemeliharaan tebu
6.    Untuk mengetahui pengendalian hama dan penyakit tanaman tebu
7.    Untuk mengetahui cara panen dan pengolahan pascapanen tebu

BAB II
PEMBAHASAN

A.    SYARAT TUMBUH TANAMAN TEH


Iklim untuk budidaya teh yang tepat yaitu dengan curah hujan tidak kurang dari 2.000
mm/tahun. Tanaman memerlukan matahari yang cerah. Suhu udara harian tanaman teh adalah
13-25o C.Kelembaban kurang dari 70%. Untuk media tanamnya jenis tanah yang cocok untuk teh
adalah Andasol, Regosol, dan Latosol. Namun teh juga dapat dibudidayakan di tanah podsolik
(Ultisol), Gley Humik, Litosol, dan Aluvia.
Teh menyukai tanah dengan lapisan atas yang tebal, struktur remah, berlempung sampai
berdebu, dan gembur. Derajat kesamaan tanah (pH) berkisar antara 4,5 sampai 6,0. Berdasarkan
ketinggian tempat, kebun teh di Indonesia dibagi menjadi tiga daerah yaitu dataran rendah
sampai 800 m dpl, da-taran sedang 800-1.200 m dpl, dan dataran tinggi lebih dari 1.200 m dpl.
Per-bedaan ketinggian tempat menyebabkan perbedaan pertumbuhan dan kualitas teh.
Ketinggian tempat tergantung dari klon, teh dapat tumbuh di dataran rendah pada 100 m
dpl sampai ketinggian lebih dari 1000 m dpl (Setyamidjadja, 2000).
B.     TAKSONOMI TANAMAN THE
Divisi               : Spermatophyta  
Sub divisi        : Angiospermae
Kelas               : Dicotyledoneae
Sub Kelas        : Dialypetalae
Ordo                : Clusiales
Familia            : Theaceae
Genus              : Camellia
Spesies            : Camellia sinensis

C.    MORFOLOGI
Tanaman teh berbentuk pohon. Tingginya bisa mencapai belasan meter. Namun tanaman
teh di perkebunan selalu dipangkas untuk memudahkan pemetikan, sehingga tingginya hanya
mencapai 90 – 120 cm. Mahkota tanaman teh berbentuk kerucut. Daunnya berbentuk jorong atau
agak bulat telur terbalik/lanset. Tepi daun bergerigi.
Daun tunggal dan leteknya hampir berseling. Tulang daun menyisip. Permukaan atas
daun muda berbulu halus, sedangkan permukaan bawahnya bulunya hanya sedikit. Permukaan
daun tua halus dan tidak berbulu lagi. Bunga tunggal dan ada yang tersusun dalam rangkaian
kecil.
Bunga muncul dari ketiak daun. Warnanya putih bersih dan berbau wangi lembut.
Namun, ada bunga yang berwarna semu merah jambu. Mahkota bunga berjumlah 5 – 6 helai.
Putik dengan tangkai yang panjang atau pendek dan pada kepalanya terdapat tiga buah sirip.
Jumlah benang sari 100 – 200.
Buah teh berupa buah kotak berwarna hijau kecokelatan. Dalam satu buah berisi satu
sampai enam biji, rata – rata tiga biji. Buah yang masak dan kering akan pecah dengan
sendirinya serta bijinya ikut keluar. Bijinya berbentuk bulat atau gepeng pada satu sisinya,
berwarna putih sewaktu masih muda dan berubah menjadi cokelat setelah tua.
Akar teh berupa akar tunggang dan mempunyai banyak akar cabang. Apabila akar
tunggangnya putus, akar – akar cabang akan menggantikan fungsinya dengan arah tumbuh yang
semula melintang (horisontal) menjadi ke bawah (vertikal). Akar bisa tumbuh besar dan cukup
dalam.

D.    PERBANYAKAN TANAMAN SECARA GENERATIVE


Tanaman teh dapat diperbanyak secara generative maupun secara vegetative. Pada
perbanyakan secara generative digunakan bahan tanam asal biji, sedangkan perbanyakan secara
vegetative digunakan bahan tanaman asal setek berupa klon. Biji yang baik ditandai dengan
beberapa ciri, antara lain:
a.       Kulit biji berwarna hitam dan mengkilap
b.      Berisi penuh, dengan isi biji berwarna putih.
c.       Mempunyai berat jenis yang lebih besar dari pada air, sehingga apabila dimasukkan kedalam air
akan tenggelam.
d.      Mempunyai bentuk dan ukuran yang normal.
e.       Tidak terserang penyakit, cendawan ataupun kepik biji.
Biji yang dipungut untuk dijadikan benih adalah biji yang telah jatuh ke tanah, dikumpulkan
secara teratur setiap hari, benih yang digunakan adalah benih yang baik. Sebaiknya biji segera
disemai karena daya kecambah biji teh cepat menurun dan biji teh mudah menjadi busuk.

E.     PERBANYAKAN TANAMAN SECARA VEGETATIVE


Perbanyakan teh secara vegetatif dengan menggunakan setek satu daun lebih dianjurkan.
Selain itu benih vegetatif seperti ini memiliki karakter yang sama dengan induknya sehingga potensi
hasil, kualitas, dan ketahanan terhadap hama dan penyakit terjamin. Pertumbuhan tanaman juga
seragam sehingga mudah mengelolanya. Benih yang digunakan harus memenuhi syarat berikut:
§  Merupakan klon unggul yang sudah dilepas sebagai benih bina oleh Menteri Pertanian.
§  Berasal dari kebun perbanyakan yang telah dimurnikan dan ditetapkan sebagai kebun sumber benih.
§  Benih diambil dari tanaman yang telah dikelola khusus dan dipangkas 4 bulan sebelumnya.
§  Benih harus disertifikasi dan diberi label sebelum siap diangkut dan ditanam di lapangan. Hal ini
merupakan jaminan mutu dari benih tersebut.

Benih teh berasal dari kebun perbanyakan yang telah dipelihara sampai berumur 2 tahun.
Setelah  dilakukan pangkas bersih setinggi 50 – 60 cm. Ranting setek mulai dapat diambil 4 bulan
setelah pemangkasan, dengan ciri ranting primer di bagian pangkal sudah terlihat berwarna coklat.
a.       Pengambilan dan pembuatan setek
§  Ranting setek yang dipilih adalah pada bagian tengah perdu (2/3), dipotong setinggi 15 cm dari bidang
pangkasan (perbatasan warna coklat dan hijau)
§  Ranting setek diambil secara selektif, yang tumbuh sehat, tegak mengarah ke atas dan berdaun
mulus, berwarna hijau tua dan mengkilap.
§  Ranting stek yang diambil segera dimasukkan ke dalam kantong plastik berlabel dan diberi keterangan
klon.
§  Pengambilan ranting setek dilakukan pada pagi hari (jam 07.00-10.00) dan sore hari (jam 16.00-
17.00).
§  Dari 1 ranting setek dapat dihasilkan 4-6 setek. Benih setek yang diambil sepanjang ± 1 ruas dan
mempunyai 1 helai daun, berasal dari bagian tengah ranting yang berwarna hijau tua. Bagian
pangkal dan bagian ujung tidak dipakai.
§  Pemotongan benih dilakukan dengan pisau tajam dengan cara memotong tiap ruas dengan satu
lembar daun sepanjang 0,5 cm di atas daun dan 4-5 cm di bawah ketiak daun dengan kemiringan
45º (bagian lancip ke arah luar/atas daun).
§  Benih yang telah dipotong ditampung pada ember yang berisi air bersih dan direndam maksimal 30
menit dan dapat ditanam lagsung di persemaian.
b.      Persemaian
§  Sebelum benih siap ditanam, bedeng persemaian dan polybag harus disiapkan dulu.
§  Siapkan dua ember besar, salah satunya yang diisi air bersih dan ember lainnya diisi larutan zat
pengatur tumbuh (ZPT). Celupkan benih teh ke ember pertama dan kemudian ke ember kedua
selama 1 menit.
§  Setek ditanam dengan menancapkan tangkainya ke dalam tanah di polybag dengan daun
menghadap ke arah tangan, arah daun harus condong ke atas dan tidak saling menutupi satu sama
lain.
§  Setelah ditanam kemudian disiram air bersih dan dijaga agar tangkai setek tidak goyah.
§  Bedengan segera ditutup dengan sungkup plastik selama 3-4 bulan tergantung pertumbuhan, hanya
dibuka jika dilakukan pemeliharaan namun segera ditutup lagi.
§  Setelah benih berumur 6-7 bulan, dilakukan seleksi tanaman. Benih dengan tinggi min. 15 cm siap
dilakukan adaptasi terhadap sinar matahari dengan cara membuka naungan secara bertahap.
§  Benih siap tanam setelah 8 bulan, minimal tinggi 30 cm dan 5 helai daun, secara visual sehat,
kekar dan jagur, serta memiliki akar tunggang semu minimal 2 dan tidak ada pembengkakan
kalus.

F.     PEMELIHARAAN TANAMAN
1.      Pemupukan
Untuk memenuhi kebutuhan tanaman akan hara, pemupukan pada budidaya teh organik
menggunakan pupuk organik dapat berupa :  
§  Sampah pangkasan;
§  Sisa tumbuhan dan hewan dari lahan yang sama atau lahan yang lain;
§  Kompos atau bokasi
§  Sampah organik rumah tangga, kota dan pasar; Llimbah sampah organik pabrik;
§  Limbah sampah peternakan; dan
§  Tanaman khusus penghasil bahan organik (pupuk hijau, pohon pelindung dan lain-lain).
Selain itu pupuk hijau berguna untuk mempertahankan dan meningkatkan bahan organik
tanah yang selanjutnya dapat meningkatkan nitrogen. Pupuk hijau merupakan bentuk khusus
daur ulang organik, yaitu :
§  Pupuk hijau dapat dikumpulkan dari daun, cabang, ranting dan rumput yang diangkut ke
lapangan untuk disebarkan sebagai mulsa di atas tanah atau dibenam dalam tanah.
§  Pupuk hijau dapat juga ditanam di lapangan dan dibenam selama bera atau sebelum
penanaman tanaman utama.
§  Pupuk hijau dapat ditanam secara tumpang sari  (intercrop) sebagai mulsa hidup untuk
tanaman utama.
§  Pupuk hijau dapat ditanam sebagai alley cropping,  pohon atau perdu pupuk hijau ditanam
sebagai pagar berjarak beberapa meter dan di antaranya (alley) dapat ditanami tanaman
utama.

2.      Pembentukan Bidang Petik


a.       Cara Pemenggalan (centering)
Cara ini dilakukan pada bahan tanaman/bibit asal setek yang ditanam dalam bekong.
Pelaksanaan centering adalah sebagai berikut:
§  Setelah bibit ditanam dilapang dan telah menunjukkan pertumbuhan, yaitu kira-kira berumur
4-6 bulan, batang utama di centering setinggi 15-20 cm dengan meninggalkan minimal 5
lembar daun. Apabila pada ketinggian tersebut tidak ada daun maka  centering dilakukan
lebih tinggi lagi.
§  Kemudian setelah cabang baru tumbuh setinggi 50-60 cm, yaitu kira-kira 6-9 bulan
setelah centering dan terdapat cabang yang tumbuh kuat ke atas, maka perlu
dipotong (decentering) pada ketinggian 30 cm untuk memacu pertumbuhan ke
samping/melebar.
§  Tiga sampai enam bulan kemudian, jika percabangan baru telah tumbuh mencapai ketinggian
60-70 cm, dilakukan pemangkasan selektif bagi cabang(selective cut cross) dibiarkan
selama 3-6 bulan, kemudian dijendang(tipping) pada ketinggian 60-65 cm atau 15-20 cm
dari bidang pangkas. 

b.      Cara Perundukan (bending)
Bending adalah suatu cara pembentukan bidang petik dengan melengkungkan batang
utama dan cabang-cabang sekunder tanpa mengurangi bagian-bagian tanaman agar merangsang
pertumbuhan tunas pada bagian tersebut. Pelaksanaan bending adalah sebagai berikut  :
§  Setelah bibit dipindahkan ke lapangan dan menunjukkan pertumbuhan (4-6 bulan), batang
utama dilengkungkan (dirundukkan) dengan membentuk sudut 45 0 dari permukaan tanah.
Untuk melengkungkan batang atau cabang dipergunakan tali bambu, cagak kayu dan lain-
lain.
§  Kira-kira 6 bulan setelah bending I, tunas-tunas sekunder telah mencapai panjang 40-50 cm
dan dilakukan bending II dengan arah menyebar ke segala arah. Pada umumnya tunas
sekunder mempunyai kecepatan tumbuh yang berbeda-beda, sehingga bending dilakukan 2-
3 kali sampai cabang menutup ke segala arah.
§  Cabang yang tumbuh kuat ke atas setelah bending II dipotong setinggi 30 cm.
§  Tunas-tunas yang tumbuh setelah bending II (kecuali yang tumbuh kuat ke atas) dibiarkan
sampai mencapai ketinggian 60-70 cm (6-9 bulan setelah bending II), kemudian di cut
cross/dipangkas setinggi 45 cm.

3.      Pemangkasan
Pemangkasan yang dilakukan adalah sebagai berikut
§  Pangkasan pada daerah dataran sedang (800-1.200 dpl), tinggi pangkasan 50–60 cm dengan
membersihkan cabang-cabang kecil dan daun-daun serta membiarkan 1–2 cabang berdaun
(pangkasan jambul).
§  Pangkasan pada daerah dataran tinggi (> 1.200 dpl), tinggi pangkasan 50–60 cm dengan
membersihkan cabang-cabang kecil dan daun (pangkasan bersih), serta membiarkan  1–2 cabang
berdaun (pangkasan jambul) terutama pada tanaman muda yang berumur kurang dari 10 tahun.
Tinggi pangkasan bagi kebun produktif berkisar antara 40-70 cm. Tinggi pangkasan yang
lebih rendah dari 40 cm akan menyebabkan percabangan yang terbentuk menjadi terlalu rendah,
sehingga akan menyulitkan pemetik dalam melaksanakan pemetikan. Sebaliknya jika lebih tinggi
dari 70 cm akan menyulitkan dalam pelaksanaan. Setelah pemangkasan perlu diikuti dengan
perlakuan gosok lumut dan pengolahan tanah dengan cara garpu rengat.

G.    PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT


Hama
1.      Helopeltis antonii
Serangga dewasa seperti nyamuk, menyerang daun teh dan ranting muda. Bagian yang diserang
berbercak coklat kehitaman dan mengering. Serangan pada ranting dapat menyebabkan kanker
cabang. Pengendalian: pemetikan dengan daur petik 7 hari, pemupukan berimbang, sanitasi,
mekanis, predator Hierodula dan Tenodera, Insektisida nthio 330 EC, Carbavin 85 WP, Mitac
200 EC.
2.      Ulat jengkal (Hyposidra talaca, Ectropis bhurmitra, Biston suppressaria)
Ulat berwarna hitam atau coklat bergaris putih, menyerang daun muda, pucuk dan daun tua,
serangan dapat di kebun atau persemaian. Daun yang diserang bergigi/berlubang. Pengendalian:
membersihkan serasah dan gulma, pemupukan berimbang dan insektisida Lannate 35 WP,
Lannate L.
3.      Ulat penggulung daun (Homona aoffearia)
Ulat berukuran 1-2,5 cm menyerang daun teh muda dan tua. Daun tergulung dan terlipat.
Pengendalian: cara mekanis, melepas musuh hayati seperti Macrocentrus homonae, Elasmus
homonae, insektisida Ripcord 5 EC.
4.      Ulat penggulung pucuk (Cydia  leucostoma)
Ulat berukuran 2-3 cm berada di dalam gulungan pucuk teh. Pengendalian: cara mekanis, hayati
dengan melepas musuh alami Apanteles dan insektisida Bayrusil 250 EC, Dicarbam 85 S, Sevin
85S.
5.      Ulat api (Setora nitens, Parasa  lepida,  Thosea)
Ulat berbulu menyerang daun muda dan tua, tanaman menjadi berlubang. Pengendalian: cara
mekanis, hayati dengan melepas parasit dan insektisida Ripcord 5 EC dan Lannate L.

6.      Tungau    jingga   (Brevipalpus     phoenicis)


Berukuran 0,2 mm berwarna jingga, menyerang daun teh tua di bagian permukaan bawah.
Terdapat bercak kecil pada pangkal daun, tungau membentuk koloni di pangkal daun, Lalu
serangan menuju ujung daun, daun mengering dan rontok. Pengendalian: (1) cara mekanis,
pengendalian gulma, pemupukan berimbang, predator Amblyseius, (2) insektisda Dicofan 460
EC, Gusadrin 150 WSC, Kelthane 200 EC, Omite 570 EC.
Penyakit
1.      Cacar the
Penyebab: jamur Exobasidium vexans. Menyerang daun dan ranting muda. Gejala: bintik-bintik
kecil tembus cahaya dengan diameter 0,25 mm, pada stadium lanjut pusat bercak menjadi coklat
dan terlepas sehingga daun bolong. Pengendalian: mengurangi pohon pelindung, pemangkasan
sejajar permukaan tanah, pemetikan dengan daur pendek (9 hari), penanaman klon tanah cacar
PS 1, RB 1, Gmb1, Gmb 2, Gmb 3, Gmb 4, Gmb 5, fungisida.
2.      Busuk daun
Penyebab: jamur Cylindrocladum scoparium. Gejala: daun induk berbercak coklat dimulai dari
ujung/ketiak daun, daun rontok, setek akan mati. Pengendalian: mencelupkan stek ke dalam
fungisida. Jika persemaian terserang semprotkan benomyl 0,2%.
3.      Mati ujung pada bidang petik
Penyebab: jamur Pestalotia tehae. Sering menyerang klon TRI 2024. Gejala: bekas petikan
berbercak coklat dan meluas ke bawah dan mengering, pucuk baru tidak terbentuk.
Pengendalian: pemupukan tepat waktu, pemetikan tidak terlalu berat, fungisida yang
mengandung tembaga.
4.      Penyakit akar merah anggur
Di dataran rendah 900 meter dpl terutama tanah Latosol. Penularan melalui kontak akar.
Penyebab: jamur Ganoderma pseudoferreum. Gejala: tanaman menguning, layu, mati.
Pengendalian: membongkar dan membakar teh yang sakit, menggali selokan sedalam 60-100 cm
di sekeliling tanaman sehat, fumigasi metil bromida atau Vapam.
5.      Penyakit akar merah bata
Penyebab: jamur Proria hypolatertia. Di dataran tinggi 1.000-1.500 meter dpl. Ditularkan
melalui kontak akar, Gejala: sama dengan penyakit akar merah anggur. Pengendalian: sama
dengan penyakit akar merah anggur.
6.      Penyakit akar hitam
Penyebab: jamur Rosellinia arcuata di daerah 1.500 meter dpl dan R. bunodes di daerah 1.000
meter dpl. Gejala: daun layu, menguning, rontok dan tanaman mati, terdapat benang hitam di
bagian akar, di permukaan kayu akar terdapat benang putih (R. arcuata) atau hitam (R. bunodes).
Pengendalian: sama dengan penyakit akar umumnya.
H.    PANEN DAN PASCA PANEN
PANEN
Cara Panen
Terdapat tiga macam petikan teh, yaitu:
1.      Petikan jendangan, petikan pertama setelah pangkasan untuk membentuk bidang petik agar datar
dan rata.
2.      Petikan produksi, dilakukan setelah petikan jendangan:
§  Semua tunas yang melewati bidang petik dan memenuhi rumus petik harus diambil, tunas yang
melewati bidang petik tetapi belum memenuhi rumus petik dibiarkan.
§  Tunas yang terlalu muda harus diambil.
§  Semua pucuk burung diambil.
§  Tunas cabang yang menyamping dan tingginya tidak lebih dari bidang pangkas dibiarkan.
3.      Petikan gandesan, dilakukan di kebun yang akan dipangkas dengan cara memetik semua pucuk
tanpa melihat rumus petik.
Periode Panen
Panjang pendeknya periode pemetikan ditentukan oleh umur dan kecepatan pembentukan tunas,
ketinggian tempat, iklim dan kesehatan tanaman. Pucuk teh dipetik dengan periode antar 6-12
hari. Teh hijau Jepang dipanen dengan frekuensi yang lebih lama yaitu 55 hari sekali.
Prakiraan Produksi
Produksi diharapkan mencapai 200 kg berat kering/ha/tahun.
PASCAPANEN
Pengolahan daun teh dimaksudkan untuk mengubah komposisi kimia daun teh segar
secara terkendali, sehingga menjadi hasil olahan yang memunculkan sifat-sifat yang dikehendaki
pada air seduhannya, seperti warna, rasa, dan aroma yang baik dan disukai. Bahan kimia yang
terkandung dalam daun teh terdiri dari empat kelompok yaitu subtansi fenol
(catechin dan flavanol), subtansi bukan fenol (pectin, resin. vitamin, dan mineral), subtansi
aromatik dan enzim-enzim. Daun teh yang dipetik, awal mula melewati proses pelayuan yang
memakan waktu 18 jam disebuah tempat berbentuk persegi panjang bernama withered
trough.  Setiap 4 jam daun dibalik secara manual. Masing-masing withered trough memuat 1
sampai 1,5 ton daun teh. Fungsi dari proses pelayuan ini adalah untuk menghilangkan kadar air
sampai dengan 48%.
Daun-daun teh yang sudah layu kemudian dimasukan kedalam gentong dan diangkut
menggunakan monorel ke tempat proses berikutnya. Dari monorel daun-daun dimasukan ke
mesin penggilingan. 1 mesin memuat 350 kg daun teh dan waktu untuk menggiling adalah 50
menit. Setelah digiling, daun teh dibawa ketempat untuk mengayak. Proses untuk mengayak ini
terjadi beberapa kali dengan hasil hitungan berdasarkan jumlah mengayak: bubuk 1, bubuk 2,
bubuk 3, bubuk 4, dan badag. Sementara itu hasil ayakan terakhir yaitu badag tidak melewati
proses fermentasi. Badag dan bubuk-bubuk yang telah melewati proses fermentasi kemudian
dibawa ke ruangan berikutnya untuk dikeringkan. Lamanya proses pengeringan adalah 23 menit
dengan suhu 100o C. Bahan bakar untuk proses pengeringan ini adalah kayu dan batok kelapa
untuk rasa yang lebih enak.
Usai dikeringkan, daun dibawa ke ruangan sortasi,. Ada 3 jenis pekerjaan yang dilakukan
diruangan sortasi. pertama, memisahkan daun teh yang berwarna hitam dan
yang berwarna merah dengan menggunakan alat yang disebut Vibro. Kedua,
memisahkanukuran besar dan ukuran kecil. Setelah semua proses selesai dikerjakan maka teh
harus diperiksa dahulu (quality control). Bila daun tersebut memenuhi standar maka akan
dikemas ditempat penyimpanan sementara (disimpan didalam tong plastik berukuran besar). Bila
sudah siap untuk dipasarkan, contohnya di ekspor maka  daun teh yang siap dipasarkan tersebut
akan dikemas kedalam papersack (Setyamidjadja, 2000).

BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Teh merupakan salah satu tanaman industriyang sangat penting. Dari tanaman ini diambil
daunnya yang masih muda. Kemudian diolah dan digunakan untuk bahan minuman yang lezat.
Disamping itu, the juga diekspor dan menghasilkan devisa untuk negara. Kebutuhan akan the di
dalam dan di luar negeri terus meningkat. Karena itu, diusahakan penanaman the diperluas dan
diperbaiki. Tanaman teh karena berasal dari sub tropis, maka cocok ditanam di daerah
pegunungan. Garis besar syarat tumbuh untuk tanaman teh adalah kecocokan iklim dan tanah.
Tanaman teh umumnya mulai dapat dipetik daunnya secara menerus setelah umur 5 tahun.
Dengan pemeliharaan yang baik tanaman teh dapat memberi hasil daun teh yang cukup besar
selama 40 tahun. Kebun-kebun teh karenanya perlu senantiasa memperoleh pemupukan secara
teratur, bebas serangan hama penyakit tanaman, memperoleh pemangkasan secara baik,
memperoleh curah hujan yang cukup. Kebun-kebun teh perlu diremajakan setelah tanaman
tehnya berumur 40 tahun ke atas. Sesudah abad ke-18, teh  dikenal di seluruh dunia. Mula-mula
hanya di daratan China dan India. Pada abad ke-9 teh mulai ditanam di Jepang. Orang Eropa
mengenal teh di abad ke-16. Teh mempunyai 2 varietas, yakni: varietas Sinensis dan varietas
Assamica. Teh assamica-lah yang paling banyak ditanam di Indonesia.

B.     SARAN
Dalam penyelesaian makalah ini penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan maka penulis mengharapkan kirik dan saran dari pembaca guna perbaikan untuk
kali yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA
Ghani, Mohammad A. 2002. Dasar-Dasar Budi Daya Teh. Penebar Swadaya; Jakarta. 134 hal.
M.Sultoni Arifin, Dr. dkk. 1992. Petunjuk Kultur Teknis Tanaman Teh. Pusat Penelitian Perkebunan
Gambung. Bandung.
Rasjid Sukarja, Ir. 1983. Petunjuk Singkat Pengelolaan Kebun Teh. Badan Pelaksana Protek
Perkebunan Teh Rakyat dan Swasta Nasional. Bandung.
Setyamidjaja, Djoehana. 2000. Teh Budi Daya dan Pengolahan Pascapanen. Kanisius; Yogyakarta.
154 hal.

Anda mungkin juga menyukai