ACARA I
PENGOLAHAN TEH
KELOMPOK III
Penanggung Jawab:
Annisa Wulansari A1F015026
Dhenadya Savira Bintang A1F015078
A. Latar Belakang
tercatat sebagai produsen teh terbesar di dunia diantaranya China, India, Sri
Lanka, Jepang, Kenya, bangladesh dan Indonesia. Selain itu, teh adalah jenis
minuman yang paling banyak dikonsumsi manusia dewasa setelah air putih dan
diperkirakan manusia mengkonsumsi teh tak kurang dari 120 ml setiap harinya
(Damayanti, 2008).
Pengolahan teh dikelompokkan menjadi empat, yaitu teh putih (white tea),
teh hijau (green tea), teh hitam (black tea), dan teh oolong. Proses pengolahan dan
analisa mutu merupakan hal penting untuk menentukan tingkat kualitas teh.
Kualitas teh dapat ditentukan dari daun teh yang dipetik, tempat budidaya, dan
cara memanen daun teh. Semakin muda daun teh maka mutu yang dihasilkan akan
semakin baik, begitu sebaliknya. Perbedaan umur daun teh ini juga menentukan
kandungan senyawa polifenol pada daun teh, yang akan berpengaruh juga pada
rasa, aroma, dan warna. Identifikasi dan pengendalian mutu teh sebagai bahan
utama suatu produk merupakan syarat mutlak agar dihasilkan produk yang
berkualitas baik.
Perbedaan teh terdapat dalam proses pengolahannya. Teh putih merupakan
teh yang dibuat dari daun-daun teh muda yang belum mengalami oksidasi. Teh ini
memiliki kandungan kafein yang paling sedikit diantara semua jenis teh.
mengeringkan daun dan kuncup teh. Sedangkan teh hijau merupakan teh yang
sebagian, dan teh hitam adalah teh yang melalui proses fermentasi penuh.
benar maka dapat menghasilkan teh yang memiliki kualitas yang baik. Oleh
teh yang baik, sehingga praktikan akan mengerti proses apa saja yang akan
menentukan kualitas teh. Selain itu praktikan lebih dapat mernyerap ilmu dan
B. Tujuan
negara serta berbagai lapisan masyarakat (Tuminah, 2004). Teh juga mengandung
antimikroba (Gramza et al., 2005). Secara botanis terdapat 2 jenis teh yaitu Thea
sinensis dan Thea assamica. Thea Sinensis ini juga disebut teh jawa yang ditandai
dengan ciri-ciri tumbuhnya lambat, jarak cabang dengan tanah sangat dekat,
daunnya kecil, pendek, ujungnya agak tumpul dan berwarna hijau tua. Thea
assamica mempunyai ciri-ciri tumbuh cepat, cabang agak jauh dari permukaan
tanah, daunnya lebar, panjang dan ujungnya runcing serta berwarna hijau
mengkilat.
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledone
Ordo : Guttiferales
Famili : Theacceae
Genus : Cammellia
dapat tumbuh pada ketinggian 200 - 2.300 m dpl. Teh berasal dari kawasan India
bagian Utara dan Cina Selatan. Ada dua kelompok varietas teh yang terkenal,
yaitu varietas assamica yang berasal dari Assam dan varietas sinensis yang berasal
dari Cina. Varietas assamica daunnya agak besar dengan ujung yang runcing,
sedangkan varietas sinensis daunnya lebih kecil dan ujungnya agak tumpul. Pohon
teh berukuran kecil, karena seringnya pemangkasan maka tampak seperti perdu.
bentuk tajuk seperti kerucut. Daun dari tanaman ini berwarna hijau muda dengan
panjang 5 - 30 cm dan lebar sekitar 4 cm. Tanaman ini memiliki bunga yang
berwarna putih dengan diameter 2,5 - 4 cm dan biasanya berdiri sendiri atau
saling berpasangan dua-dua (Ross, 2005). Buahnya berbentuk pipih, bulat, dan
terdapat satu biji dalam masing-masing buah dengan ukuran sebesar kacang
(Biswas, 2006).
Senyawa utama yang dikandung teh adalah katekin, yaitu suatu turunan
terdapat dalam teh hijau dibandingkan teh hitam. Dalam teh hitam, sebagian besar
katekin dioksidasi menjadi teaflavin dan tearubigin. Adapun senyawa lain yang
polifenol teh akan membentuk rasa yang menyegarkan. Beberapa vitamin yang
dikandung teh di antaranya adalah vitamin C, vitamin B, dan vitamin A yang
teh, terutama fluorida yang dapat memperkuat struktur gigi (Kushiyama, 2009).
pengolahannya berbeda dari segi bentuk serta cita rasanya yaitu Black Tea (teh
hitam), Green Tea (teh hijau), Oolong Tea (teh oolong), dan White Tea (teh
putih).
1. Teh Hitam
Teh hitam didapat dari hasil penggilingan yang menyebabkan daun terluka
menghasilkan senyawa tea flavin dan tearubigin. Artinya, daun teh mengalami
terfermentasi menjadi tea flavin dan tearubugin. Warna hijau bakal berubah
menjadi kecoklatan dan selama proses pengeringan menjadi hitam. Teh hitam
paling dikenal luas dan banyak dikonsumsi. Dadan, periset di pusat Penelitian Teh
dan Kina Gambung, menamakan reaksi itu oksidasi enzimatis. Tea flavin
memberi kombinasi warna coklat kemerahan dan kuning. Soal rasa seperti
Sebelum menjadi teh hitam yang kering daun-daun teh tersebut telah
a. Proses Pemetikan
Proses ini dilakukan dengan tangan agar lebih selektif. Kalau dengan alat
pemotong misalnya ani-ani yang digunakan untuk memanen padi, batang keras
b. Proses Pelayuan
kadar air sehingga kandungan enzim dalam pucuk teh lebih kental. Proses ini
dilakukan pada tempat pelayuan (withering trough) berupa kotak persegi panjang
beralaskan kawat kasa. Di bawah kawat kasa ini terdapat blower penghembus
udara kearah kasa. Pucuk daun teh dibeberkan di atas withering trough dengan
Hembusan udara tadi dapat menerbangkan air dalam daun teh. Proses pelayuan
dilakukan proes pembalikan. Langkah ini juga supaya pucuk teh tidak terbang
Lalu teh dimasukkan ke dalam tong plastik lantas diletakkan ke ban berjalan
c. Proses Penggilingan
Setelah itu daun masuk ke mesin penggilingan. Yaitu Green Leaf Shifter,
pada proses ini pucuk teh masuk ke mesin getar. Dengan demikian pucuk teh
terpisahkan dari ulat, kerikil, pasir dan serpihan lain melalui perbedaan berat
penggilingan awal dengan mesin BLC (Barbora Leaf Conditioner), dimana pucuk
penggilingan selanjutnya menggunakan mesin Crush Tear & Curl (CTC) dan agar
fermentasi dapat berlangsung dengan lancar. Out put yang dihasilkan adalah
d. Proses Fermentasi
Proses ini lebih tepat disebut oksidasi enzimatik. Mesin bekerja membeber
bubuk daun teh basah hingga terpapar oksigen sehingga terjadi perubahan warna.
Pada ujung fermentasi teh akan berwarna kecoklatan. Selain perubahan warna
juga terjadi perubahan aroma, dari bau daun menjadi harum teh. Proses ini
e. Proses Pengeringan
Tujuan dari proses ini adalah untuk menghentikan reaksi oksidasi enzimatik
pada daun teh. Selain itu juga untuk membunuh mikroorganisme yang beresiko
terhadap kesehatan. Pengeringan ini juga dapat membuat teh tahan lama disimpan
Pengeringan dilakukan dengan menggunakan oven besar Fluid Bed Dryer (FBD),
dengan suhu masuk 100 - 120oC dan suhu keluarnya 80 - 105oC selama 15 - 20
menit. Sehingga kadar airnya hanya 2,5 - 3 % saja di dalam teh, selanjutnya
2. Teh hijau
terjadinya fermentasi. Setelah layu daun teh langsung digulung, dikeringkan, dan
siap untuk dikemas. Biasanya pucuk teh diproses langsung dengan uap panas
(steam) atau digoreng (pan frying) untuk menghentikan aktivitas enzim. Warna
hijau tetap bertahan dan kandungan taninnya relatif tinggi. Teh hijau dipercaya
menurunkan bobot tubuh. Hal ini disebabkan kandungan polifenolnya tinggi. Teh
hijau menjadi favorit masyarakat di Jepang dan Korea. Bahkan di Jepang terdapat
beragam teh hijau seperti gyokuro, sencha, kabusecha dan konacha masing-
Mukhtar, seorang ahli teh dari Bogor Jawa Barat bahwa gyokuro yang paling
istimewa karena di- aging selama 5 tahun, rasanya gurih seperti kaldu. Aroma
kaldu itu pun menguat tajam. Teh hijau pas dinikmati saat banyak aktivitas karena
Sebelum menjadi teh hijau yang kering, teh hijau ini juga mengalami
a. Proses Pemetikan
Proses ini dilakukan dengan tangan agar lebih selektif. Kalau dengan alat
pemotong misalnya ani-ani yang digunakan untuk memanen padi, batang keras
b. Proses Pelayuan
enzim polifenol oksidase dan mengurangi kadar air hingga 60-70 %. Proses ini
dilakukan dengan system rotary panner dengan panas 80-100oC selama 2-4 menit.
c. Proses Penggulungan
Proses peggulungan ini dilakukan dengan sistem open top roller selama 15-
17 menit. Tujuannya adalah untuk memecah sel daun sehingga menghasilkan rasa
sepet. Tapi proses penggulungannya tidak sampai hancur seperti pada proses teh
d. Proses Pengeringan
Teh oolong adalah teh hasil semioksidasi enzimatis alias tidak bersentuhan
lama dengan udara saat diolah. Teh oolong terletak diantara teh hijau dan teh
hitam. Fermentasi terjadi namun hanya sebagian (30 – 70 %). Hasilnya, warna teh
menjadi cokelat kemerahan. Teh oolong biasa disajikan dalam upacara pernikahan
dan sebagai teman menyantap hidangan laut. Sebelum menjadi teh oolong yang
kering dan dapat dikonsumsi secara praktis, teh tersebut mengalami beberapa
a. Proses Pemetikan
Proses ini dilakukan dengan tangan agar lebih selektif. Kalau dengan alat
pemotong, misalnya ani-ani yang digunakan untuk memanen padi, batang keras
b. Proses Pelayuan
c. Proses Pengeringan
fermentasinya parsial.
d. Proses Penggulungan
Proses peggulungan ini dilakukan dengan sistem open top roller selama 5-
12 menit. Tujuannya adalah untuk memecah sel daun sehingga menghasilkan rasa
sepat. Tapi proses penggulungannya tidak sampai hancur seperti pada proses teh
4. Teh Putih
Teh lain yang tak kalah istimewa adalah white tea alias teh putih. Disebut
begitu karena saat diseduh warna air hanya sedikit berubah menjadi kekuningan.
White tea dipercaya memiliki lebih banyak manfaat daripada teh hijau. Dari teh
ini diambil dari pucuk daun yang masih menggulung yang memiliki kandungan
katekin dan kafein paling tinggi. Teh beraroma tajam seperti rempah-rempah ini
“white tea yang dicampur 20% teh hijau dinamakan pure nirvana,” kata Priyanto,
juru racik teh disana. Meneguk secangkir pure nirvana langsung menghangatkan
tubuh. Yang menarik sisa daun teh bisa dimakan sambil dicampur madu
(Sujayanto, 2008).
III. METODE PRAKTIKUM
1. Alat
- Tampah
- Wadah plastik
- Soled kayu
- Kompor gas
- Nampan plastik
- Plastik PP
- Stoples
- Saringan ampas
- Aqua
- Sendok
- Form organoleptik
- Timbangan analitik
- Oven memert
- Oven biasa
-
2. Bahan
- Air
- Gula pasir
B. Prosedur Kerja
1. Pembuatan teh
Daun teh yang tersedia diambil pucuknya, dipetik dengan rumus P+2 dan
P+4. Lalu ditimbang sebanyak 200 gram
Daun teh yang sudah jadi kemudian diseduh dan dianalisis sifat
fisikokimia serta sensorinya (2% dalam 5% larutan gula)
Sampel berupa daun teh segar diambil dan ditimbang sebanyak 2 gram
dan ditaruh di dalam cawan porselen
A. Hasil
Berat teh setelah disangrai (g) 88 74,2 52,26 64,3 61,38 66,09
Kadar air teh segar (% ) 6,47 8,25 7,69 8,78 7,68 9,23
Keterangan:
P00 = p+2, fermentasi 0 menit
Perhitungan
P00 = = 43,96%
P30 = = 37,06%
P60 = = 28,13%
B00 = = 30,68%
B30 = = 30,45%
B60 = = 30,45%
P00 =
P30 =
P60 =
B00 =
B30 =
B60 =
Fadhil 2 4 1 2 2 2
Awe 2 2 4 2 3 3
Alya 2 4 4 2 2 2
Fathimah 2 4 4 4 2 2
Ismaninda 2 4 4 2 2 2
Windy 1 2 4 4 2 2
Arin 1 2 4 2 2 3
Tarsinih 1 4 4 2 2 2
Novia T 1 2 4 2 2 3
Puji Aristi 1 4 4 2 2 4
Laily 1 3 3 1 2 3
Eliz 1 2 2 3 4 4
Natalia 1 2 3 3 2 3
Rizki R 1 3 3 2 2 2
Dika 1 1 3 3 2 2
Total 20 43 51 36 33 39
Rata –
1,33 2,86 3,4 2,4 2,2 2,6
rata
Fadhil 1 1 1 1 1 1
Awe 1 1 1 1 1 1
Alya 1 1 1 1 1 1
Fathimah 1 1 1 1 1 1
Ismaninda 1 1 1 1 1 1
Windy 1 1 1 1 1 1
Arin 1 1 1 1 1 1
Tarsinih 1 1 1 1 1 1
Novia T 1 1 1 1 1 1
Puji Aristi 1 1 1 1 1 1
Laily 1 1 1 1 1 2
Eliz 1 1 1 1 1 1
Dikha 1 1 1 1 1 1
Natalia 1 1 1 1 1 1
Riski R 1 1 1 1 1 2
Total 15 15 15 15 15 17
Rata –
1 1 1 1 1 1,13
rata
Fadhil 1 1 1 1 1 1
Awe 1 1 1 1 1 1
Alya 1 1 1 1 1 1
Fathimah 1 1 1 1 1 1
Ismaninda 1 1 1 1 1 1
Windy 1 1 1 1 1 1
Arin 1 1 1 1 1 1
Tarsinih 1 1 1 1 1 1
Novia T 1 1 1 1 1 1
Puji Aristi 1 1 1 1 1 1
Laily 1 1 1 1 1 1
Eliz 1 1 1 1 1 1
Riski R 1 1 1 1 1 1
Dika 1 1 1 1 1 1
Natalia 1 1 1 1 1 1
Total 15 15 15 15 15 15
Rata –
1 1 1 1 1 1
rata
Fadhil 1 2 3 3 1 1
Awe 1 2 3 4 1 1
Alya 1 2 3 3 2 1
Fathimah 1 2 3 3 1 2
Ismaninda 1 2 3 3 1 1
Windy 1 2 3 4 1 1
Arin 2 2 2 4 1 2
Tarsinih 1 2 3 3 1 1
Novia T 1 2 3 3 2 1
Puji Aristi 1 2 2 3 2 4
Laily 1 2 2 3 2 5
Eliz 1 1 3 3 2 3
Riski R 1 2 3 2 1 1
Dika 2 2 3 3 1 1
Natalia 1 2 2 2 1 1
Total 17 29 41 46 20 26
Tingkat Kesukaan
Kode Sampel
Panelis
200 230 260 400 430 460
Fadhil 1 4 4 4 2 2
Awe 1 1 4 4 1 1
Alya 1 3 4 4 1 1
Fathimah 1 3 1 4 1 2
Ismaninda 1 3 4 4 1 1
Windy 2 1 2 1 1 3
Arin 2 3 3 2 1 2
Tarsinih 1 3 2 4 1 2
Novia T 2 3 1 1 2 3
Puji Aristi 1 2 4 2 2 3
Laily 1 1 1 3 1 3
Eliz 1 1 2 4 1 1
Riski R 1 2 2 4 1 1
Dika 1 2 1 4 3 1
Natalia 1 2 4 5 2 1
Total 18 34 39 50 21 27
Fadhil 1 3 3 4 1 1
Awe 1 2 3 4 5 1
Alya 2 3 4 3 4 1
Fathimah 2 3 5 3 5 1
Ismaninda 1 3 3 4 1 1
Windy 2 3 4 4 4 1
Arin 2 3 4 4 4 1
Tarsinih 1 3 4 4 1 1
Novia T 1 2 3 4 1 1
Puji Aristi 3 3 5 5 5 1
Laily 3 3 2 3 1 1
Eliz 3 2 3 3 1 1
Riski R 2 1 3 3 4 1
Dika 2 2 4 4 4 1
Natalia 2 2 3 3 4 1
Total 28 38 53 55 45 15
Rata –
1,86 2,53 3,54 3,67 3 1
rata
Fadhil 1 4 4 3 1 1
Awe 1 2 2 4 2 1
Alya 1 1 4 4 1 1
Fathimah 1 4 4 4 1 1
Ismaninda 1 3 4 4 2 1
Windy 1 4 4 4 2 1
Arin 1 2 3 3 1 1
Tarsinih 1 4 4 3 1 1
Novia T 1 1 2 4 1 1
Puji Aristi 1 2 1 2 3 1
Laily 1 2 3 4 2 1
Eliz 1 1 2 2 3 2
Riski R 1 2 2 2 1 1
Dika 1 2 3 2 1 1
Natalia 1 2 4 2 1 1
Total 15 36 46 47 23 16
Rata –
1 2,4 3,07 3,1 3,13 1,07
rata
Keterangan=
Skala intensitas=
1= Hijau kekuningan
2= Kuning kemerahan
3= Merah kuningan
4= Merah kecoklatan
5= Coklat kemerahan
Warna ampas seduhan
Skala intensitas=
1= Hijau kekuningan
2= Kuning kemerahan
3= Merah kuningan
4= Merah kecoklatan
5= Coklat kemerahan
Skala intensitas=
1= Hijau kekuningan
2= Kuning kemerahan
3= Merah kuningan
4= Merah kecoklatan
5= Coklat kemerahan
Skala intensitas=
1= Tidak kuat
2= Sedikit kuat
3= Agak kuat
4= Kuat
5= Sangat kuat
Tingkat kesukaan
Skala intensitas=
1= Tidak suka
2= Sedikit suka
3= Agak suka
4= Suka
5= Sangat suka
Skala intensitas=
1= Tidak kuat
2= Sedikit kuat
3= Agak kuat
4= Kuat
5= Sangat kuat
Skala intensitas=
1= Tidak kuat
2= Sedikit kuat
3= Agak kuat
4= Kuat
5= Sangat kuat
B. Pembahasan
Rendemen teh adalah kadar kandungan teh kering di dalam tanaman teh
yang dinyatakan dengan persen dengan berat teh awal. Berdasarkan analisis
rendemen pada enam perlakuan teh yang berbeda-beda, maka didapatkan hasil
rendemen untuk perlakuan teh kode P00 (p+2, fermentasi 0 menit) yaitu 43,96%,
P30 (p+2, fermentasi 30 menit) yaitu 37,07 %, P60 (p+2, 60 menit) yaitu 28,13 %,
B00 (p+4, fermentasi 0 menit) yaitu 32,13 %, B30 (p+4, fermentasi 30 menit)
Berdasarkan hasil praktikum ini, diketahui bahwa rendemen daun teh yang
paling tinggi yaitu pada pengolahan teh hijau dengan rumus petikan p+2, lama
fermentasi 0 menit (kode P00), sementara rendemen paling rendah yaitu pada
pengolahan teh hitam dengan rumus petikan p+2, lama fermentasi 60 menit (kode
P60).
semakin tinggi rendemen ekstrak. Semakin tinggi panas yang digunakan dalam
selulosa penyusun dinding sel seperti yang terdapat dalam daun teh. Rendemen
makin turun pada derajat sangrai yang makin lama. Rendemen juga dipengaruhi
oleh susut berat daun teh selama penyangraian. Makin tinggi kadar air daun teh
dan makin lama waktu penyangraian menyebabkan rendemen menjadi lebih kecil.
Bagian-bagian dari pucuk teh mempunyai kadar air yang berbeda. Dengan
misalnya daun kesatu dan daun ketiga. Dibawah ini diberi contoh dari kadar air
Dalam praktikum ini digunakan daun P+2 dan P+4. Pada tim 1-3 menggunakan
daun P+2. Sedangkan tim 4-5 menggunakan daun P+4. Hasil yang didapat dari
praktikum ini adalah pada kode sample B60, yaitu daun teh P+4 yang di fermentasi
60 menit, daunnya memiliki kadar air yang paling tinggi, yaitu 9,23 (%bb).
Sedangkan menurut Loo (1982), kadar air yang paling tinggi adalah pada jarum
pecco. Ini merupakan daun pucuk yang belum mekar. Untuk daun ke-4, kadar airnya
semakin rendah.
Perbedaan daun kesatu, kedua dan ketiga tidaklah terlalu besar, sedangkan
daun tua mengandung lebih sedikit air daripada daun muda. Air lebih mudah
menguap dari daun daripada tangkai, karena daun memiliki stomata serta
bentunya pipih, sedangkan pelepasan air dari tangkai hanya terjadi melalui daun.
Karena itu pucuk halus lebih mudah melepas air daripada pucuk kasar, dan bila
pelayuan dilakukan dengan cepat, air dari tangkai tiak sempat berpindah ke daun
fermentasi maka, kadar air yang seharusnya memiliki kadar air lebih rendah
adalah daun teh yang difermentasi, karena tujuan dari fermentasi teh adalah untuk
3. Uji organoleptik
seduhan, warna ampas seduhan, warna teh kering, kekuatan aroma, tingkat
kesukaan, kekuatan rasa pahit sepat, dan kekuatan rasa asam pada berbagai jenis
perlakuan sampel teh. Berdasarkan warna air seduhan teh dapat diketahui bahwa
sampel dengan kode 200 (p+2, fermentasi 0 menit) memiliki jumlah nilai rata-rata
warna air seduhan teh terendah yaitu 1,33 atau berwarna hijau kekuningan. Pada
sampel 230 (p+2, fermentasi 30 menit), jumlah nilai rata-ratanya yaitu 2,86 atau
kuning kemerahan. Sedangkan nilai rata-rata tertinggi warna air seduhan teh yaitu
terdapat pada teh dengan kode sampel 260 (p+2, fermentasi 60 menit) yang mana
berwarna merah kekuningan dengan nilai 3,4. Selanjutnya, untuk nilai rata-rata
sampel 400 yaitu 2,4 dengan warna kuning kemerahan dan sampel 430 yang
memiliki nilai rata-rata 2,2 atau serupa dengan warna sampel 400 yaitu kuning
kemerahan. Terakhir, nilai rata-rata pada sampel 460 yaitu sebesar 2,6 atau
memiliki tingkat warna air seduhan yang lebih tinggi dibanding teh dengan jenis-
jenis lainnya. Hal tersebut dikarenakan, adanya fermentasi yang lebih lama pada
pada pengolahan teh hitam dan menyebabkan penurunan nilai kecerahan dari teh
hitam dibandingkan teh oolong (short fermented) dan teh hijau (unfermented).
sepat pada beberapa sampel teh yang diuji. Senyawa yang menyebabkan teh
memiliki rasa pahit dan sepat adalah senyawa tanin. Tanin yang ada di dalam teh
akan memberikan rasa sepat atau khas (ketir). Katekin merupakan penyusun tanin
dimana katekin ini mempunyai sifat antioksidatif yang berperan dalam melawan
radikal bebas yang sangat berbahaya bagi tubuh (Bungsu, 2012). Katekin teh larut
dalam air, tidak berwarna serta membawa sifat pahit dan sepat pada seduhan teh
(Sibuea, 2003). Senyawa polifenol yang ditemukan di dalam teh termasuk dalam
grup katekin (flavanol). Menurut Hartoyo dan Astuti (2002), kandungan senyawa
polifenol dalam teh hitam yang paling tinggi adalah epigallo katekin.
Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa teh yang memiliki tingkat rasa
pahit sepat terendah adalah teh dengan rumus petikan p+4, lama fermentasi 60
menit atau yang biasa disebut teh hitam berdasarkan lama waktu fermentasinya
teh yang dihasilkan. Hasil ini sesuai dengan hasil yang didapat oleh Silaban
dilakukan, maka skor pada uji organoleptik untuk parameter rasa pahit akan
menurun. Fermentasi asam-asam amino dan lipid pada daun teh segar juga akan
mengurangi rasa pahit, meningkatkan rasa sepat, serta menghasilkan senyawa dan
flavor kompleks lainnya termasuk asam organik. Adapun senyawa polifenol yang
ditemukan di dalam teh termasuk dalam grup katekin (flavanol). Menurut Hartoyo
dan Astuti (2002), kandungan senyawa polifenol dalam teh hitam yang paling
Teh memiliki kandungan senyawa yaitu tanin, sifat fisik tanin yang ada pada
teh jika dilarutkan kedalam air akan membentuk koloid dan memiliki rasa asam
dan sepat. Rasa asam teh pada kode sampel 200 (p+2, fermentasi 0) nilai rata rata
menurtu 15 panelis adalah 1 atau rasa asamnya tidak kuat. Sampel 230 (p+2,
fermentasi 30 menit) mempunyai rasa asam dengai nilai 2,4 atau memiliki rasa
asam yang sedikit.. Nilai rata – rata rasa asam teh kode sampel 260 (p+2,
fermentasi 60 menit) 3,07 atau memiliki rasa asam yang agak kuat. Kode sample
400 (p+4, fermentasi 0 menit) mempunyai rasa asam dengan nilai 3,1 atau agak
kuat. Pada kode sampe 430 (p+4, fermentasi 30 menit) memiliki niai rata-rata
rasa masam tertinggi diantara yang lain menurut 15 panelis yaitu 3,13 atau agak
kuat. Sampel 460 (p+4 fermentasi 60 menit) rata – rata rasa asamnya adalah 1,07
sampel yang paling disukai oleh panelis berdasarkan nilai rata-ratanya yaitu
adalah teh dengan kode sampel 400 atau sampel dengan rumus petikan p+4 dan
lama fermentasi 0 menit dengan nilai sebesar 3,33 (agak suka). Berdasarkan lama
waktu fermentasinya, teh ini masuk dalam golongkan teh jenis teh hijau.
Sedangkan sampel teh yang paling tidak disukai panelis adalah teh dengan kode
sampel 200 atau teh dengan rumus petikan p+2 dan lama waktuj fermentasi 0
menit. Persepsi panelis terhadap kesukaan keseluruhan teh lebih kepada parameter
teh yang sudah disediakan menggunakan indera penciuman. Terdapat lima tingkat
skor yang dapat dipilih oleh panelis, yaitu tidak kuat, sedikit kuat, agak kuat, kuat,
dan sangat kuat. Masing-masing sampel diuji oleh lima belas orang panelis.
Berdasarkan hasil uji organoleptik aroma teh diperoleh nilai rata – rata untuk
sampel 200 yaitu 1,13 hal ini berarti teh hijau dengan rumus petikan p+2 memiliki
aroma tidak kuat. Rata-rata sampel 230 yaitu 1,93 artinya teh oolong dengan
rumus petikan p+2 memiliki aroma sedikit kuat. Rata-rata sampel 260 yaitu 2,73
artinya teh hitam dengan rumus petikan p+2 memiliki aroma agak kuat. Rata-rata
sampel 400 yaitu 3,06 artinya teh hijau dengan rumus petikan p+4 memiliki
aroma kuat. Rata-rata sampel 430 yaitu 1,33 artinya teh oolong dengan rumus
petikan p+4 memiliki aroma tidak kuat. Rata-rata sampel 460 yaitu 1,73 artinya
teh hitam dengan rumus petikan p+4 memiliki aroma sedikit kuat.
Menurut (Stanford, 2009), aroma merupakan salah satu sifat yang penting
bagi penentu kualitas teh, dimana aroma tersebut sangat erat hubungannya dengan
pembentuk aroma teh merupakan senyawa volatile (mudah menguap), baik yang
terkandung secara alamiah pada daun teh maupun yang terbentuk sebagai hasil
jumlahnya jauh lebih sedikit daripada yang terbentuk selama proses pengolahan
teh. Adapun senyawa aromatis yang secara alamiah sudah ada pada daun teh
alcohol, metil salisilat, n-heksanal dan cis 3-heksenol. Molekul gas pada udara
yang dihirup tersebut merangsang dan menyentuh sel-sel peka bau dalam rongga
hidung. Bau tersebut akan terasa apabila gas bergerak melewati ujung-ujung
solfaktori
Nilai rata - rata warna teh kering pada semua sampel yaitu dengan kode
sample 200 (p+2, fermentasi 0 menit), 230 (p+2, fermentasi 30 menit), 260 (p+2,
menit) dan 460 (p+4, fermentasi 60 menit) memiliki kesamaan rata-rata dengan
Warna ampas teh untuk kode sampel 200 (p+2, fermentasi 0 menit), 230
(p+2, fermentasi 30 menit), 260 (p+2, fermentasi 60 menit), 400 (p+4, fermentasi
0 menit), dan 430 (p+4, fermentasi 30 menit) memiliki nilai rata – rata 1,
menunjukan bahwa ampas dari teh berwarna hijau kekuningan. Pada kode sampel
460 (p+4, fermentasi 60 menit) nilai rata-rata warna ampas nya adalah 1,13
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
dibuatdengan cara menyeduh daun, pucuk daun, atau tangkai daun yang
tanpa fermentasi (teh putih dan teh hijau), teh semi fermentasi (teh olong),
B. Saran
Sebaiknya untuk kedepannya praktikan dapat lebih teliti dan hati-hati dalam
yang diperoleh bisa lebih valid dan sesuai dengan apa yang di harapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Bungsu P. Pengaruh Kadar Tanin Pada Teh Celup Terhadap Anemia Gizi Besi
(AGB) Pada Ibu Hamil Di UPT Puskesmas Citeureup Kabupaten Bogor
Tahun 2012. Jaakar: Universitas Indonesia; 2012.
Ross, I.A., 2005. Tea Common Names and Its Uses. In: Medicinal Plants of the
World 3rd vol. New Jersey: Humana Press.
Silaban, Marisi. 2005. Pengaruh Jenis Teh dan Lama Fermentasi pada Proses
Pembuatan Teh Kombucha. Skripsi: Departemen Teknologi Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Stanford, L. D., S. Salehi, and B. M. Walker. 2009. Odor cue memory for odor-
associated words. Journal of Chemical Perception 2: 59-69.
Sujayanto, G. 2008. Khasiat Teh Untuk Kesehatan dan Kecantikan. Flona Serial
Oktober(I): hal. 34-38.