PENDAHULUAN
1
spesies tunggal yaitu Camellia sinensis dengan nama varietas yang berbeda
berdasarkan cara pengolahannya (Tuminah, 2004 dan Mahmood et al., 2010).
Teh sebenarnya memiliki banyak manfaat bagi tubuh karena mengandung
polifenol yang berpotensi sebagai antioksidan yang mampu melindungi tubuh
dari radikal bebas. Potensi antioksidan teh lebih kuat dibandingkan dengan
antioksidan yang terdapat pada buah-buahan dan sayur-sayuran. Beberapa
manfaat teh yang telah diketahui antara lain menurunkan kolesterol,
menurunkan risiko osteoporosis, sebagai antivirus, penghilang bau, menjaga
kesehatan gigi dan mulut, meningkatkan kondisi kognitif dan psikomotor
pada orang dewasa, mencegah penggumpalan darah, mencegah penyakit
jantung koroner, mencegah penyakit liver, serta mencegah pertumbuhan dan
perkembangan kanker, terutama kanker lambung, esofagus, dan kulit
(Wardiyah, Alioes dan Pertiwi, 2014).
Berdasarkan banyaknya manfaat yang didapat dari teh hijau (camellia
sinensis var. sinensis) penulis mendapatkan ide untuk menyusun makalah ini
agar dapat memberikan informasi lebih mendalam mengenai tanaman teh
hijau (camellia sinensis) dan sebagai tugas akhir blok elekif obat tradisional
Fakulas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.
2
2. Untuk mengetahui kandungan utama tentang tanaman teh hijau
(camellia sinensis)
3. Untuk mengetahui khasiat tentang tanaman teh hijau (camellia
sinensis)
BAB II
ISI
Teh termasuk famili Transtromiceae dan terdiri atas dua tipe subspesies
dari Camellia sinensis yaitu Camellia sinensis var. Assamica dan Camellia
3
sinensis var. Sinensis (Adisewojo, 1982). Sistematika tanaman teh yang
dikutip dari Lembaga Riset Perkebunan Indonesia (2006) adalah sebagai
berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Guttiferales
Famili : Theaceae
Genus : Camellia
4
Varietas Sinensis mempunyai batang yang lebih pendek dan berdaun lebih
kecil daripada varietas Assamica. Camellia sinensis, suatu tanaman yang
berasal dari famili theaceae, merupakan pohon berdaun hijau yang memiliki
tinggi 10 - 15 meter di alam bebas dan tinggi 0,6 - 1,5 meter jika dibudayakan
sendiri. Daun dari tanaman ini berwarna hijau muda dengan panjang 5 - 30
cm dan lebar sekitar 4 cm. Tanaman ini memiliki bunga yang berwarna putih
dengan diameter 2,5 - 4 cm dan biasanya berdiri sendiri atau saling
berpasangan dua-dua. Buahnya berbentuk pipih, bulat, dan terdapat satu biji
dalam masing-masing buah dengan ukuran sebesar kacang.
5
2.2 Kandungan teh hijau (camellia ainensis)
Menurut Pujar (2011) dan Archana (2011) teh hijau terdiri atas kandungan
kimia yang kompleks. Teh mengandung alkaloid, saponin, tanin, katekin
polifenol, 15-20% protein dan 1-4% asam amino seperti tanin, asam glutamat,
triptopan, glycine, serin, tirosin, valin, leucine, threonin dan arginin. Selain
itu, terdapat unsur karbohidrat seperti selulose, glukosa, pektin dan fruktosa.
(Amelia, 2012 dan Cabrera, 2006). Teh hijau juga mengandung berbagai
macam mineral dan vitamin (B, C dan E), lipid, pigmen berupa klorofil dan
enzim-enzim yang berperan sebagai katalisator contohnya enzim amilase,
protease, peroksidase dan polifenol oksidase. Daun teh mengandung zat-zat
yang larut dalam air, seperti katekin, kafein, asam amino, dan berbagai gula.
Setiap 100 gram daun teh mempunyai kalori 17 kj dan mengandung 75-80%
air, 16-30% katekin, 20% protein, 4% karbohidrat, 2,5-4,5% kafein, 27%
serat, dan 6% pektin (Widyaningrum, 2013). Persentase kandungan kimia
yang ada pada teh hijau dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
6
1. Substansi Fenol
a. Katein
Katekin adalah senyawa metabolit sekunder yang secara alami
dihasilkan oleh tumbuhan dan termasuk dalam golongan flavonoid.
Senyawa ini memiliku aktivitas antioksidan berkat gugus fenol yang
dimilikinya. Struktur molekul katekin memiliki dua gugus fenol (cincin
C), dikarenakan memiliki lebih dari satu gugus fenol, makan senyawa
katekin lebih sering disebut senyawa polifenol (litbang, 2013).
Katekin pada daun teh merupakan senyawa yang sangat kompleks,
tersusun sebagai komponen senyawa katekin (C), epikatekin (EC),
epikatekin (ECG), epigalokatekin galat (EGCG), dan galokatekin (GC).
Kandungan total katekin pada daun teh segar sekitar 13,5- 31% dari
seluruh berat kering daun (Tabel 2), dan kandungan katekin C. Sinensis
varietas assamica selali lebih besar daripada C. Sinensis varietas sinensis.
7
Tabel. 2 Kandungan komponen senyawa katekin dalam daun teh segar
Komponen Kandungan (% berat kering)
(+)-Katekin 0,5-1
(+)-Epikatekin 1-3
(+)-Epikatekin galat 2-4
(+)-Galokatein 1-2
(+)-Epigalokatekin 4-7
(+)-Epigalokatekin galat 5-14
Total 13,5-31
Sumber : (Zhon et al. 2002)
8
Tabel. 3 Senyawa Katekin yang terdegrasi pada pengolahan teh
b. Flavanol
Struktur molekul senyawa flavanol hampir sama dengan katekin tetapi
berbeda pada tingkat oksidasi dari inti difenilpropan primernya. Flavanol
merupakan satu diantara sekian banyak antioksidan alami yang terdapat
pada tanaman pangan dan mempunyai kemampuan mengikat logam.
Senyawa flavanol dalam teh kurang disebut sebagai kualitas teh, tetapi
mempunyai aktivitas yang dapat menguatkan dinding pembuluh darah
kapiler dan memacu pengumpulan vitamin C. Flavanol pada daun teh
meliputi senyawa kaemferol, kuarsetin dan mirisetin dengan kandungan
3-4% dari berat kering (litbang, 2013).
9
2. Golongan bukan fenol
a. Karbohidrat
10
Gambar. 5 Struktur molekul kafein
f. Asam organik
11
akan bereaksi membentuk ester yang memberi aroma sedap (litbang,
2013).
g. Vitamin
Daun teh mengandung vitamin C, K, A, B1 dan B2. Kandungan
vitamin C pada teh hijau sebesar 100-250 mg dan vitamin K sebanyak
300 - 500 IU/g (Alamsyah,2006).
h. Substansi Mineral
Kandungan mineral dalam teh cukup banyak diantaranya yaitu
magnesium, flour, natrium, kalsium dan seng. Mineral berfungsi
dalam pembentukan enzim di dalam tubuh (Alamsyah,2006).
i. Substansi Penyebab Aroma
Aroma teh berasal dari glikosida yang terurai menjadi gula sederhana
dan senyawa yang beraroma. Aroma teh digolongkan menjadi 4
kelompok yaitu fraksi karboksilat, fenolat, karbonil dan fraksi netral
bebas karbonil (Alamsyah,2006).
j. Enzim
Peranan enzim adalah sebagai biokatalisator pada setiap reaksi kimia
di dalam tanaman. Enzim yang terkandung dalam daun teh diantaranya
invertase, amilase, b-glukosidase, oximetilase, protease dan peroksidase
(Alamsyah, 2006).
12
menyatakan bahwa flavonoid ini dapat menurunkan kadar kolesterol
dalam darah karena flavonoid berperan dalam metabolisme lipid.
(Rumanti, 2011).
Berdasarkan penelitian lain menyebutkan bahwa kandungan flavonoid
pada dauh teh hijau dapat memperbaiki profil lipid, karena dapat
menurunkan trigliserid dan total kolesterol serta menaikkan HDL (High
Density Lipoprotein) dalam darah. Flavonoid dapat menurukan kadar
kolesterol dalam darah karena flavonoid merupakan kofaktor dari enzim
kolesterol esterase selain itu flavonoid juga dapat mengaktifkan enzim P-
450 sehingga membuat peningkatan ekskresi getah empedu. Jika terjadi
peningkatan maka secara otomatis akan membuat kadar kolesterol dalam
darah akan menurun. (Merindasari, 2013).
13
VLDL dan LDL dalam hati sehingga produksi LDL menurun (Suyatna
F.D, S.K. dan Tony Handoko. 1995).
Senyawa EGCG secara in vitro terbukti dapat mencegah percepatan
oksidasi kolesterol LDL sehingga resiko terkena penyakit jantung koroner
dapat dikurangi. Timbulnya peyumbatan darah atau ateroskerosis yang
disebabkan oleh tingginya kadar kolesterol dalam diminimalisir dengan
minum teh hijau, karena teh hijau 6 dapat mengurangi pengentalan darah
dan agregasi platelet, menurunkan kadar kolesterol darah dan menghambat
pertumbuhan sel otot halus disekitar urat nadi (Syah 2006).
Katekin dalam daun teh berfungsi sebagai antioksidan primer dengan
mendonorkan atom hidrogennya sehingga pembentukan radikal bebas
dapat dikurangi selain itu katekin juga dapat menjaga dan meregenerasi
antioksidan lainnya dan katekin juga dapat berfungsi untuk menahan
terbentuknya radikal bebas (Astuti 2002). Katekin bertindak sebagai
antioksidan dengan cara menghambat oksidasi atau menghentikan reaksi
berantai pada radikal bebas dengan melakukan pelepasan hidrogen dan
elektron dari antioksidan setelah itu dilakukan pemutusan ikatan rangkap
(adisi) lemak ke dalam cincin aromatik pada antioksidan dan pembentukan
senyawa kompleks antara lemak dan antioksidan. (Sandra, A. et al. 2010)
14
6,39% Epicatechin (EC), dan 1,60% Gallocatechin (GC) (Cabrera et.al,
2006). EGCG merupakan catechin utama yang terkandung pada teh hijau
dan merupakan bentuk yang paling aktif diantara semua jenis catechin,
serta memiliki efek biologi yang paling besar dibandingkan dengan
catechin yang lain. Teh hijau dapat menurunkan berat badan karena ada
tiga komponen atau bahan utamanya yang menjadi peran utama, yaitu
Epigallocatechin gallate (EGCG), Caffeine, dan L-theanine (Beecher et.al,
1999). Telah diketahui juga bahwa EGCG merupakan antioksidan yang
dapat menstimulasi metabolism lemak tubuh (Ukra and Sharyn, 2008).
EGCG ini akan memicu penurunan berat badan dengan cara meningkatkan
oksidasi lemak tubuh (Nagao et.al, 2005).
Caffein yang ada dalam teh hijau merupakan stimulan yang dapat
membantu dalam menurunkan berat badan. Perlu juga diketahui bahwa
dosis caffein harus tepat, hal ini sesuai dengan pernyataan Lee and Nagao
(2009) bahwa penggunaan caffein dalam teh hijau yang terlalu banyak
(300 mg/hr) maupun terlalu sedikit tidak akan memberikan pengaruh
apaapa terhadap penurunan berat badan (Lee and Nagao, 2009). Pengaruh
catechin diduga akan lebih jelas bila asupan caffein rendah sampai sedang
(Maron et.al 2003, Kovacs et.al 2004, Diepvens et.al 2005).
Selain caffein, terdapat juga L-theanine yang merupakan asam amino
yang bekerja untuk menghilangkan efek berbahaya pada caffein (Lee and
Nagao, 2009). Catechin (EGCG) dari teh hijau ini, pada beberapa
penelitian diketahui memiliki efek dapat menurunkan berat badan dan
kadar lemak tubuh setelah dikonsumsi dalam jangka panjang sekitar 12
minggu (waktu 12 minggu dilakukan agar dapat diketahui secara pasti
penurunan berat badan yang terjadi) mengkonsumsi teh hijau yang
mengandung 400-900 mg catechin, baik dalam bentuk ekstrak teh hijau
maupun dalam bentuk teh hijau celup (Hase et.al 2001, Tsuchida 2001,
Nagao et.al 2001, Chantre et.al 2002, Kataoka et.al 2004, Nagao et.al
2005, Kajimoto et.al 2005). Selain menurunkan berat badan, teh hijau juga
diyakini dapat memperkecil lingkar perut dan mengurangi persentase
lemak dalam tubuh.
15
4. Ekstrak Teh Hijau dalam Anti Aging Medicine
Teh hijau mengandung zat aktif berupa antioksidan alami. Kandungan
antioksidan di dalam teh hijau adalah catechin. Catechin ini dapat
membantu kelancaran proses pencernaan makanan melalui stimulasi
peristalsis dan produksi cairan pencernaan, serta memperlancar
metabolisme tubuh yang dapat membantu dalam proses penurunan berat
badan. Selain dapat membantu dalam proses penurunan berat badan, teh
hijau juga berperan dalam hal kecantikan, yaitu menghambat proses
penuaan dengan antiokasidan yang terkandung di dalamnya (Brannon,
2007).
Teh hijau yang mengandung antioksidan alami, bekerja menangkap
radikal bebas yang ada dalam kulit. Molekul antioksidan berfungsi sebagai
sumber hidrogen labil yang akan berikatan dengan radikal bebas. Dalam
proses tersebut, antioksidan mengikat energi yang akan digunakan untuk
pembentukan radikal bebas baru sehingga reaksi oksidasi berhenti.
Antioksidan mengorbankan dirinya untuk teroksidasi oleh radikal bebas
sehingga melindungi protein atau asam amino penyusun kolagen dan
elastin. Oleh karena itu, antioksidan yang terkandung di dalam teh hijau
dapat menghambat proses penuaan.
16
34,29%. Sedang rasio penghambatan menjadi lebih besar yaitu 57,14%
pada pemberian katekin teh hijau dengan dosis 800 mg/kg BB/ hari (p <
0,05) (Tabel 3). Dengan demikian ternyata katekin teh mempunyai efek
penghambatan pada tahap promosi terbentuknya tumor kelenjar mamma.
Hara (1991) melaporkan efek penghambatan pada pertumbuhan implantasi
tumor sarkoma 180 pada mencit dengan epigalocatechin-gallate (EGCG),
yang merupakan salah satu unsur utama teh hijau. Menurut Oguni katekin
teh hijau dapat menghambat terbentuknya kanker baik pada tahap inisiasi
maupun tahap promosi (Gunawijaya, Gandasentana, dan Wahyudi, 1999).
17
flavonoid (FlO) akan berikatan dengan radikal lainnya menjadi senyawa
non reaktif (Sandhar et al. 2011).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Taksonomi dari tanaman teh hijau (camellia sinensis) yaitu kingdom
Plantae, divisio Spermatophyta, sub divisio Angiospermae, class
Dicotyledoneae, ordo Guttiferales, famili Theaceae, genus Camellia,
spesies Camellia sinensis L. , varietas Sinensis dan Assamica.
2. Kandungan kimia pada tanaman teh hijau (camellia sinensis) substansi
fenol, substansi bukan fenol, substansi penyebab aroma dan enzim.
3. Khasiat dari tanaman teh hijau (camellia sinensis) sesuai dengan Evidance
base Medicine yaitu kandungan flavonoid dalam teh hijau untuk
menurunkan kadar kolesterol, kandungan katekin dalam teh hijau untuk
menurunkan kadar kolesterol, ekstrak teh hijau terhadap penurunan berat
badan, persentase lemak tubuh, dan lingkar perut, ekstrak teh hijau dalam
anti aging medicine, ekstrak daun teh (camellia sinensis) terhadap
18
pertumbuhan streptococcus sp. pada plak gigi, dan teh hijau (camelia
sinensis l.) dalam perbaikan fungsi hepar.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, A.A. Daryoush, M. Ali, R. and Mehrdad, R. 2012. Green Tea Attenuates
Hepatic Tissue Injury in STZ-Streptozotocin-Induced Diabetic Rats.
Journal of Animal and Veterinary Advances 11 (12) : 2081- 2090
19
Amelia, R. Sudomo, Widasari, L.2012. Perbandingan uji efektivitas ekstrak teh
hijau(Camellia sinensis) sebagai anti bakteri Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli secara in vitro. Jurnal; 23(4): 177-182
Ervina, S. 2006. Interaksi senyawa polifenol pada teh hitam dengan protein saliva.
Jurnal Kedokteran Gigi Mahasaraswati; 4: 24-7
Nagao. 2009.Green Tea Catechins and Body Shape. Journal of Lipton Institute of
Tea, p.1-2.
20
Nagao, Yumiko Komine, and Satoko Soga. 2005.Ingestion of a Tea Rich in
Catechins Leads to a Reduction in Body Fat and Malondialdehyde-
modified LDL in Men.The Am Journal of Clinic Nutrition, Vol.81, p.122-
129.
Oguni, I., Nasu, K., Kanaya, S., Ota, Y., Yamamoto, S. and Nomura, T.
Epidemiological and experimental studies on the antitumor activity by
green tea extracts. Jpn.J.Nutr. 47: 93- 102.
Sandhar, K.H. Bimlesh, K., Prasher, S., Prashant, T., Salhan, M. and Sharma, P.
2011. A Review of Phytochemistry and Pharmacology of Flavonoids.
International Pharmaceutica Sciencia. Vol 1. Issue 1.
Tuminah, S., 2004. Teh sebagai Salah Satu Antioksidan. Jakarta: Depkes RI
21
Ukra and Sharyn K. 2008. The Ultimate Tea Diet. Harper Collins e-books
(www.gigapedia.com). No.1, p.6
Wardiyah H, Alioes Y, Pertiwi D. Perbandingan reaksi zat besi terhadap teh hitam
dan teh hijau secara in vitro dengan menggunakan spektrofotometer uv-
vis. Jurnal Kesehatan Andalas; 2014; 3(1): 50
22