Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Penelitian

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN TEH HIJAU (CAMELLIA SINENSIS) DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN CANDIDA ALBICANS SECARA IN VITRO Sanarto Santoso*, Miftakhul Cahyati**, Satria Aji Prasidha*** *Laboratorium Mikrobiologi FKUB, **Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Gigi FKUB ABSTRAK Prasidha, Satria Aji. 2013. Efektivitas Ekstrak Daun Teh Hijau (Camellia Sinensis) Dalam Menghambat Pertumbuhan Candida Albicans Secara in vitro. Tugas Akhir. Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Pembimbing: (1) Prof. Dr. dr Sanarto Santoso, SpMK (K) (2) drg. Miftakhul Cahyati, SpPM Candida Albicans merupakan flora normal dalam rongga mulut yang dapat bersifat patogen oppurtunistik. Ketika kondisi defisiensi lokal atau pertahanan sistemik menurun, Candida albicans dapat berkembang biak menjadi banyak dan membuat menjadi patologis terhadap inangnya. Salah satu infeksi yang disebabkan oleh Candida Albicans pada rongga mulut adalah kandidiasis oral. Pemanfaatan bahan alam dapat dipilih sebagai salah satu alternatif yang diduga dapat digunakan sebagai pencegahan kandidiasis oral. Teh hijau banyak digunakan sebagai obat tradisional. Teh hijau memiliki kandungan kimia yaitu tannin, dimana sebagian besar komposisnya adalah Catechin. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari efektivitas ekstrak daun teh hijau (Camellia Sinensis) terhadap pertumbuhan Candida Albicans secara in vitro. Penelitian ini dilakukan menggunakan design eksperimental laboratoris yaitu, True Experiment-Post Only Control Group Design. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah jamur Candida Albicans yang dikultur oleh Laboratorium Mikrobiologi Universitas Brawijaya Malang. Sampel kemudian dibiakkan dan diberi ekstrak daun teh hijau dengan konsentrasi 25%, 27%, 29%, 31%, 33%, 35% kemudian diinkubasi selama 24 jam lalu dihitung jumlah pertumbuhan koloni yang ada. Hasil dari penelitian didapatkan Minimum Fungicidal Concentration (MFC) dari ekstrak daun teh hijau adalah 35%. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun teh hijau dapat menghambat pertumbuhan jamur Candida Albicans secara in vitro. Kata Kunci : Candida Albicans, Daun Teh Hijau (Camellia Sinensis).

ABSTRACT Candida albicans is a normal flora in the oral cavity that can be pathogenic oppurtunistic. When local conditions or the systemic imunnity decreases. Candida albicans become pathologic to the host. One of the infections caused by Candida albicans in the oral cavity is Oral Candidiasis. The use of natural sources which suspected can be selected as an alternative preventive Oral Candidiasis. Green tea is widely used as a traditional medicine. Green tea contains chemicals whish is tannin. Most of the green tea tannin contain of catechin. The purpose of this research is to study the effectiveness of green tea extract against the grownth of Candida Albicans in vitro. The research was conducted using the laboratory experimental design, True Experiment-Post Only Control Group Design. The sample used in this study is the fungus Candida albicans that cultured by the Microbiology Laboratory University of Brawijaya, Malang. This samples then cultured and given green tea leaf

Jurnal Penelitian

extract with a concentration of 25%, 27%, 29%, 31%, 33%, 35% and then incubated for 24 hours and then the growth number of colonies was counted. The results of this research was obtained that Minimum Fungicidal Concentration (MFC) of green tea leaf extract is 35%. From the results of this study concluded that green tea leaf extract can inhibit the growth of Candida albicans in vitro. Keyword : Candida Albicans, Green Tea Leaf (Camellia Sinensis) PENDAHULUAN Candida albicans (C. albicans) merupakan mikroorganisme normal dalam rongga mulut yang bersifat oportunistik patogen, yaitu tidak patogen pada individu sehat tetapi akan menjadi patogen pada invidu dengan kondisi immuno compromised. C.albicans akan berpoliferasi menyebabkan virulensinya meningkat dan berubah menjadi patogen, sehingga dapat menimbulkan infeksi (Handayani dkk, 2010) Kandidiasis adalah suatu infeksi oleh jamur Candida, yang sebelumnya disebut Monilia. Kandidiasis oral atau sering disebut sebagai moniliasis merupakan suatu infeksi yang paling sering dijumpai dalam rongga mulut manusia, dengan prevalensi 20%-75% dijumpai pada manusia sehat tanpa gejala. Kandidiasis pada penyakit sistemik menyebabkan peningkatan angka kematian sekitar 71%-79%. Terkadang yang diserang adalah bayi dan orang dewasa yang tubuhnya lemah. Pada bayi bisa didapat dari dot, pakaian, bantal, dan sebagainya (Prasetya, 2011). Tanaman merupakan salah satu sumber daya yang penting dalam upaya pengobatan dan upaya mempertahankan kesehatan masyarakat. Bahkan sampai saat inipun menurut perkiraan badan kesehatan dunia (WHO), 80% penduduk dunia masih menggantungkan dirinya pada pengobatan tradisional termasuk penggunaan obat yang berasal dari tanaman (Maksum ,2005). Salah satu bahan yang sedang dikembangkan adalah teh. Teh sudah dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai bahan minuman sehari-hari (Carmen. et al, 2006). Pada teh hijau sebagian besar mengandung ikatan biokimia yang disebut dengan polifenol. Polifenol yang terkandung dalam teh hijau biasa disebut dengan tannin. Tannin dalam teh sebagian besar tersusun atas Catechin (Maretania, 2006). Catechin dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans dengan cara menghambat ersterol pada membrane Candida albicans yaitu mengganggu metabolism folic acid pada Candida albicans sedangkan kandungan kafein yang terdapat pada teh hijau mampu menghambat replikasi sel Candida albicans sehingga terjadi hambatan pertumbuhan Candida albicans (Maria. et al , 2006; Hirasawa and Takada, 2004). Mengingat ekstrak daun teh hijau memiliki kandungan yang dapat menghambat C. albicans serta mudah didapat, maka ingin dilakukan uji efektivitas ekstrak daun teh hijau terhadap pertumbuhan jamur C. albicans. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tentang kemampuan ekstrak daun teh hijau dalam menghambat pertumbuhan Candida albicans secara in vitro. . . METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan rancang bangun eksperimental laboratorik post test only control group design untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun teh hijau terhadap pertumbuhan Candida Albicans. Untuk

Jurnal Penelitian

menguji kemampuan ekstrak dalam menghambat pertumbuhan Candida Albicans secara in vitro terbagi dalam 2 tahap yakni tahap pengujian bahan untuk menentukan KHM dengan dilusi tabung dan dilusi agar serta tahap penanaman pada SDA plate dengan menghitung CFU(koloni jamur) untuk mengetahui KBM Sampel Penelitian Sampel kuman yang digunakan pada penelitian ini adalah candida albicans yang dimiliki oleh Laboratorium Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang. Sampel Daun teh hijau (Camellia Sinensis) didapatkan dari kebun teh Wonosari Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang Estimasi Jumlah Pengulangan Jumlah estimasi dihitung dengan rumus (Lukito,1998): p (n-1) 16 Keterangan: n: jumlah pengulangan p:jumlah perlakuan atau jumlah konsentrasi Penelitian ini menggunakan 7 konsentrasi (0%, 25%, 27%, 29%, 31% ,33%, 35%,) dari ekstrak ethanol daun teh hijau (p = 7), maka didapatkan jumlah pengulangan: P(n-1) 16 7(n-1) 16 7n-7 16 7n 23 ; n 3,28 3 Dengan demikian, untuk memenuhi persyaratan uji statistik diperlukan 3 kali pengulangan (menggunakan 1 macam sampel Candida albicans). Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang pada Bulan Februari - Maret 2013. Variabel Penelitian Variabel bebas Ekstrak daun teh hijau masingmasing dengan konsentrasi 25%,

27%, 29%, 31%, 33%, 35% yang dapat ditentukan setelah ,melakukan penelitian pendahuluan dimana diketahui bahwa jamur tidak tumbuh pada konsentrasi 35% dan tumbuh satu koloni pada konsentrasi 30%. Rentang konsentrasi 2% digunakan untuk menentukan Kadar Bunuh Minimal (KBM) yang lebih tepat serta untuk mendapatkan persamaan regresi yang lebih teliti. Jarak ini masih dianggap ideal karena jarak yang terlalu dekat (1%) akan menyebabkan tingkat kesalahan pengambilan ekstrak meningkat .Variabel tergantung Variabel tergantung pada penelitian ini adalah pertumbuhan jumlah candida yang ditentukan dari tingkat kekeruhan yang dihasilkan pada tabung dan jumlah koloni yang dihasilkan pada media Sabaroud Dextrouse. Definisi Operasional Ekstrak daun teh hijau yang didapat dari kebun teh Wonosari, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang adalah hasil dari penyaringan dan rangkaian proses labolatoris terhadap daun teh hijau sebanyak 120gr dengan metode Sochlet dengan etanol 96% Isolat Candida Albicans yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang, secara mikroskopis terlihat bentuk yang berbeda-beda yaitu : sel yeast yang sering disebut dengan blastophore atau blasto-conidia, pseudohyphae dan true-hypha. Kadar Bunuh Minimum (KBM) adalah kadar atau konsentrasi minimal larutan ekstrak teh hijau yang mampu membunuh kuman uji (Candida Albicans), ditandai dengan tidak terdapatnya pertumbuhan koloni kuman pada media SDA yang telah dilakukan streaking dengan satu ose larutan daun teh hijau atau dengan

Jurnal Penelitian

jumlah koloni jamur <0,1% original inoculum Original inoculum adalah inokulasi bakteri dengan konsentrasi 104 CFU/mL yang diinokulasikan pada media agar padat dan digunakan untuk mencari kategori KBM standart kepadatan Mclarland yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 104 CFU/mL CFU/mL merupakan singkatan dari Colony Form Unit / mililiter

. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA Hasil Penelitian 1. Hasil Identifikasi Candida albicans Dalam penelitian ini digunakan isolat Candida albicans yang diperoleh dari stok kultur murni laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.. Sampel tersebut diuji melalui 2 tahap uji identifikasi yakni: pewarnaan Gram dan Germinating Tube Test. Hasil yang diperoleh dari pewarnaan Gram adalah sel ragi berbentuk bulat , lonjong, dan bulat lonjong serta

terdapat gambaran budding cell bewarna keunguan hasil tersebut menunjukkan bahwa jamur yang dikultur bersifat Gram positif. Hasil kedua pada Germinating Tube Test terdapat gambaran pseudohifa yang menunjukkan bahwa Candida yang dikultur merupakan C.albicans. Melalui kedua tahap identifikasi yang telah dilakukan, dipastikan bahwa isolat jamur yang dikultur adalah benar Candida albicans. Kemudian diambil satu koloni dari agar miring untuk dikultur, kemudian akan digunakan untuk penelitian penentuan KHM dan KBM. 2. Hasil Pengamatan Dilusi Tabung Untuk mengetahui nilai kadar hambat minimum (KHM) dari ekstrak etanol daun teh hijau terhadap C.albicans maka dilakukan pengamatan tingkat kekeruhan (metode dilusi tabung) tiap tabung pada masing-masing kelompok perlakuan dan pada setiap pengulangan. Tabung kontrol positif digunakan sebagai acuan untuk menentukan KHM.. Pada pengamatan hasil ekstrak tidak dapat ditentukan kekeruhannya karena ekstrak berwarna gelap atau merah kehitaman.

Gambar 1. Hasil dilusi tabung ekstrak daun teh hijau

Jurnal Penelitian

Keterangan: Tabung 1 : Kontrol jamur Tabung 2 : Konsentrasi ekstrak 25% Tabung 3 : Konsentrasi ekstrak 27% Tabung 4 : Konsentrasi ekstrak 29%

Tabung 5 : Konsentrasi ekstrak 31% Tabung 6 : Konsentrasi ekstrak 33% Tabung 7 : Konsentrasi ekstrak 35%

3. Hasil Pengamatan Dilusi Agar Pengamatan KHM dilanjutkan dengan mengganti metode menggunakan dilusi agar. Pada pengamatan hasil ekstrak, diperoleh hasil bahwa pertumbuhan koloni tidak bisa dilakukan karena medium agar yang akan digunakan tidak dapat

terbentuk Suatu pembanding telah dibuat dengan membuat medium agar tanpa diberi ekstrak dan memberikan hasil medium agar terbentuk, tetapi bila diberi ekstrak, medium agar tidak dapat memadat. .

Gambar 2 Hasil Pengamatan Pada Medium Agar. Keterangan: (A) Medium agar dengan diberi ekstrak daun teh hijau tidak dapat memadat. (B) medium agar tanpa diberi ekstrak daun teh hijau dapat memadat

4. Penentuan dan Analisis KBM Setelah tabung diinkubasi selama 18-24 jam pada suhu 37C dan diamati tingkat kekeruhannya untuk melihat Kadar Hambat Minimum (KHM), tiap konsentrasi ekstrak tersebut diinokulasi pada Sabouraud Dextrose Agar. Kemudian, Sabouraud Dextrose Agar diinkubasi pada suhu 37C selama 18-24 jam. Penghitungan jumlah koloni yang tumbuh pada masing-masing konsentrasi Sabouraud Dextrose Agar dihitung setelah 24 jam dengan menggunakan colony counter. Hal ini berlaku untuk ketiga isolat jamur

Candida albicans untuk melihat kadar bunuh minimum (KBM). Kadar Bunuh Minimal (KBM) adalah kadar terendah dari antifungi yang dapat membunuh jamur (ditandai dengan tidak tumbuhnya jamur pada Sabouraud Dextrose Agar) atau pertumbuhan koloninya kurang dari 0,1% dari jumlah koloni inokulum awal (original inoculum/OI) pada medium Sabouraud Dextrose Agar yang telah dilakukan penggoresan sebanyak satu ose (Dzen dkk., 2003). Hasil streaking jamur pada Sabouraud Dextrose Agar dapat dilihat pada Gambar 5.4 Hasil pertumbuhan dan penghitungan koloni ketiga isolat jamur Candida albicans tersebut

dapat ditentukan kadar bunuh minimal dari ekstrak daun teh hijau adalah tidak tumbuhnya koloni atau jumlah koloni < dari 0,1% dari original inoculum pada medium Sabouraud Dextrose Agar. Kadar Bunuh Minimum (KBM) terlihat pada konsentrasi ekstrak 35% pada ketiga isolat Candida albicans yang diteliti. Hasil penghitungan koloni yang tumbuh di Sabouraud Dextrose Agar pada masing-masing dapat dilihat pada Tabel 5.1. Jumlah koloni dihitung dengan menggunakan colony counter.

Gambar 3 : Pertumbuhan koloni C. Albicans pada SDA


Pada gambar 3, didapatkan bahwa rata-rata jumlah koloni C.albicans yang tumbuh pada media SDA adalah:

Konsentrasi 0% 25% 27% 29% 31% 33% 35%

1 274 192 184 126 44 13 0

Pengulangan 2 276 194 182 128 48 15 0

3 275 195 185 127 46 12 0

Jumlah 825 581 551 381 138 40 0

Rata-rata 275 193,67 183,67 127 46 13,33 0

Hasil penghitungan dapat diketahui bahwa terjadi penurunan rata-rata jumlah koloni Candida albicans seiring dengan peningkatan konsentrasi ekstrak bunga kembang sepatu dan didapatkan KBM pada konsentrasi 35% karena pada konsentrasi tersebut pertumbuhan koloni Candida albicans adalah nol, sesuai dengan definisi dari KBM, yaitu Kadar Bunuh Minimum (KBM) adalah kadar atau konsentrasi minimal larutan ekstrak teh hijau yang mampu membunuh kuman uji (Candida Albicans), ditandai dengan tidak terdapatnya pertumbuhan koloni kuman pada media SDA yang

telah dilakukan streaking dengan satu ose larutan daun teh hijau atau dengan jumlah koloni jamur <0,1% original inoculum Analisis Data Data yang akan dianalisis adalah jumlah koloni C.albicans. Uji statistik yang digunakan adalah uji normalitas Kolmogorov-smirnov, homogenitas dan uji One way Anova, dan korelasi paerson serta analisa regressi. Uji statistik pertama adalah untuk menentukan normalitas data dengan menggunakan uji Kolmogorov-smirnov, dimana suatu data dikatakan memiliki sebaran yang normal jika p > 0,05. Dalam penelitian ini didapatkan hasil uji adalah p =0,399

Setelah uji normalitas, dilakukan uji homogenitas. Metode ini digunakan untuk mengetahui suatu sebaran data homogen maupun tidak. Dikatakan memiliki sebaran yang homogen jika p > 0,05. Dalam penelitian ini didapatkan hasil p= 0,341. Karena data memenuhi syarat normalitas dan homogenitas, maka dilakukan uji Selanjutnya melakukan analisa dengan metode uji one way anova (lihat lembar lampiran). Uji One Way Anova digunakan untuk mengetahui seberapa signifikan efek ekstrak daun teh hijau terhadap pertumbuhan koloni jamur Candida albicans dengan syarat p < 0,05. Didapatkan signifikansi 0,000, sehingga dapat dikatakan efek pemberian ekstrak daun teh hijau adalah signifikan. Kemusian untuk mengetahui kekuatan hubungan dari kedua variabel digunakan uji korelasi pearson dan analisa regresi regressi. Dari uji ini didapatkan hasil Nilai Pearson Correlation menunjukkan nilai R=-982 yang artinya terdapat hubungan yang sangat erat antar variabel, nilai negative menunjukkan arah hubungan berkebalikan antar variabel yaitu semakin tinggi konsentrasi ekstrak maka semakin sedikit jumlah koloni yang tumbuh. Dari analisa regresi didapatkan angka 96,5% yang artinya persentase pengaruh pemberian ekstrak daun teh hijau terhadap pertumbuhan Candida albicans adalah 96,5% sedangkan 3,5% dipengaruhi variabel perancu yang tidak diteliti. PEMBAHASAN Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui efek antifungi ekstrak daun teh hijau terhadap pertumbuhan Candida albicans

secara in vitro, serta untuk mengetahui berapa KHM dan KBM ekstrak daun teh hijau terhadap penghambatan pertumbuhan jamur Candida albicans secara in vitro. Metode ekstraksi bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode soxhlet dengan bahan pelarut ethanol 96%. metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode dilusi tabung (tube dilution test). Tujuan metode ini adalah mengetahui Kadar Hambat Minimum (KHM) yang diamati dari tingkat kekeruhan tabung dilusi dan Kadar Bunuh Minimum (KBM) yang dilihat dari pertumbuhan koloni jamur pada Sabouraud Dextrose Agar (SDA) < 0,1 % original inoculum. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, tahap yang pertama Candida albicans ditumbuhkan dalam media cair yang dicampurkan dengan ekstrak daun teh hijau dan diinkubasi selama 18-24 jam untuk diamati kekeruhannya yang selanjutnya digunakan dalam menentukan KHM. Tahap yang kedua adalah penggoresan (streaking) pada medium SDA kemudian diinkubasi selama 24 jam untuk dihitung jumlah koloni dengan menggunakan colony counter yang selanjutnya digunakan untuk menentukan KBM. Konsentrasi ekstrak daun teh hijau yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh berdasarkan penelitian pendahuluan, dimana didalam penelitian tersebut didapatkan konsentrasi akhir ekstrak daun teh hijau 25%, 27%, 29%, 31%, 33%, 35%.. Konsentrasi ekstrak daun teh hijau pada penelitian ini berdasarkan konsentrasi yang dapat memberikan hasil pertumbuhan terbaik yang masih dapat dihitung dengan kemampuan dan ketersediaan prasarana yang ada.

Dari hasil pengamatan pada tabung dapat ditentukan bahwa KHM ekstrak daun teh hijau terhadap pertumbuhan jamur Candida albicans tidak dapat diamati karena warna dari ekstrak yang keruh sehingga penentuan KHM menggunakan metode dilusi tabung yang dilihat dari tingkat kekeruhan tabung tidak dapat ditentukan sedangkan dengan menggunakan metode dilusi agar juga tidak dapat digunakan karena bahan agar yang digunakan tidak dapat memadat. KBM didapatkan pada konsentrasi 35%. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun teh hijau mempunyai aktifitas dalam menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans, semakin besar konsentrasi ekstrak daun teh hijau yang diberikan semakin besar pula kemampuan hambat pada pertumbuhan Candida albicans, dimana pada konsentrasi 35% tidak didapatkan pertumbuhan Candida albicans. Hal ini membuktikan bahwa hipotesis yang disusun dalam penelitian ini adalah benar. KESIMPULAN Ekstrak daun teh hijau (Camellia Sinensis) mempunyai efek menghambat pertumbuhan Candida albicans secara in vitro. Kadar Hambat Minimum (KHM) dari ekstrak daun teh hijau tidak dapat ditentukan Kadar Bunuh Minimum (KBM) ditemukan pada konsentrasi 35%. SARAN Adapun saran yang peneliti berikan dari penelitian ini adalah : iharapkan dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai efektivitas daun teh hijau dengan

menggunakan metode selain ekstrak (misalnya, jus atau gel). erlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan Kadar Hambat Minimum (KHM) ekstrak daun teh hijau dengan metode lain selain metode dilusi tabung dan dilusi agar, seperti menggunakan spektrofotometer Perlu penelitian lebih lanjut tentang penggunaan ekstrak daun teh hijau dalam membunuh Candida Albicans dalam rongga mulut individu. erlunya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui efek samping dan toksisitas dari pemakaian ekstrak daun teh hijau. . DAFTAR PUSTAKA

Abu-Eltheen, Khalid H. 2006. Effect Of Date Extract on Adhesion of Candida Albicans Species to Human Buccal Epithelial Cells In Vitro. Jordan. Munksgaard Akpan A, Morgan R 2002. Oral Candidiasis. Postgrad Med J 78. pp.445,457,458. Atai, Zahra; Atapour, Manijeh; Mohseni, Maryam, 2009. Inhibitory Effect of Ginger Extract on Candida albicans. Am. J. Applied Sci., 6 (6). pp.1067-1068. D Biswas S, Dijek. P.V, and Datta A. 2007. Environmentas Sensing and Signal Transduction Pathways Regulating

Morphopathigenic Determinants of Candida albicans. Microbiology and Mole Rev 71(2). pp/349. Carmen C, Reyes A. R, Gimenez, 2006. Beneficial Effects of Green Tea. Journal of the American College of Nutrition 25(2). Pp 79-89 Damayanti D. A. 2006. Catechins Pada Teh Hijau dan Teh Hitam sebagai Anti bakteri Karies Gigi (Study Pustaka). Skripsi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga Surabaya, hlm. 20-27. Friedman M. 2007. Overview of Antibacterial, Antitoxin, Antiviral, and Antifungal Activites of Tea Flavonoids and Teas, Mol. Nutr. Food Res. 51. pp.127. Fulder S. 2004. Khasiat Teh Hijau 5 Edt. Ahli bahasa: Trisno Rahayu. Jakarta: Prestasi Pustaka. Hlm. 1-22. Gayford JJ, Haskell R. 1990. Penyakit Mulut 3 . Alih bahasa. Yuwono L. Jakarta : EGC. pp. 56-63. Greenberg, M.S and Glick M,eds. 2003. Burkets Oral Medicine, Diagnosis & Treatment, 10th Edit. Hamilton, BC Decker Inc. pp: 94-101. Han, Ting-Li; Richard D. Cannon; Silas G. Villas-Boas. 2011. The Metabolic Basis Of Candida Albicans Morphogenesis And Quorum Sensing. New Zealand. University Of Otago Handayani, Olivia; Endah, Adiastuti P; Djamhari, Mintarsih. 2010. Daya Hambat Madu

Indonesia Terhadap Pertumbuhan Candida albicans. Skripsi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga Surabaya. hlm. 12, 12-13. Hare J. 2008. Sabouraud Agar for Fungal Growth Protocols. Available at:http://www.microbelibary. org/index.php/component/res ource/laboratory-test/3156sabouraud-agar-for-fungalgrowth-protocols . Accessed:13 Oktober 2010. Hartoyo, Arif. 2003. Teh dan Khasiatnya Bagi Kesehatan. Yogyakarta: Kanisius. Hlm. 12. Hirasawa M, Takada K. 2004. Multiple effect of green tea catechin on the antifungal activity of antimycotics against Candida albicans. J Antimicrob. Chemother. 53 (2). pp. 225-229. Ismiyatin, Kun. 2000. Konsentrasi minimal seduhan teh hijau Indonesia terhadap daya hambat pertumbuhan Streptococcus viridans. Skripsi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga Surabaya, hlm. 52. Jessop C. 2010. Candidiasis Syndrome and Chronic Fatigue Syndrome. Available at: http://overcomingcandida.co m/index.htm. Accessed at : 15 Mei 2010. Kuang-Yuh Chyu; Babbidge S.M; Zhao, Xiaoning; Dandillaya, Ram; Rietveld A.G; Yano, Juliana; Dimayuga, Paul; Cercek, Bojan; Shah P.K.

2004. Differential Effects of Green Tea-Derived Catechin on Developing Versus Established Atherosclerosis in Apolipoprotein E-Null Mice. Available at: http://circ.ahajournals.org/cgi /content/full/109/20/2448. Accessed: 13 November 2010. Maksum R. 2002. Peranan Bioteknologi Dan Mikroba Endofit Dalam Pengembangan Obat Herbal. Majalah Ilmu Kefarmasian, II (3). hlm: 113. Mana Dolores Navarro-martilnez; Francisco Garcila-Canovas and Jose Neptuno Rodriguez-Lopez. 2006. Tea polyphenol epigallocatechin3-gallate inhibits ergosterol synthesis by disturbing folic acid metabolism in Candida albicans. J Antimicrobial Chemother. pp. 1-9. Malonda, Gaib, 2011. Uji Korelasi dan Regresi Linier. http://statistikkesehatan.com/2011/03/uji-korelasidan-regresi-linear.html. diakses 13 Maret 2013 Maretania, Fenny. 2006. Uji Efektifitas Antibakeri Ekstrak Hijau dan Ekstrak Daun Sirih Terhadap Streptococcus Viridans. Skripsi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga Surabaya. hlm. 9,12,13. Mimri G. M. 2008. The Effect of denture Stability, Oral Hygene, and Smoking on Denture induced Stomatitis. Saudi Dental Journal vol 20(3). pp. 156-162.

Murray, C.K, et al. 1999. Presumptive identification Of Candida Spesies Other Than C. Albicans, C. Krusei, C. Tropicalis With The CHROmagar Candida. Ann Clin. Panuju D. M. 2003. Teh dan Pengolahannya. Available at: http://images.dyagi.multiply. multiplycontent.com/attachm ent/0/SSzm7woKCDgAAD@ 7ogM1/Teh%20dan%20Peng olahannya.pdf?nmid=138738 314. Accessed: 13 Oktober 2010. Paramita A. D. 2009. Daya Hambat Ekstrak buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) terhadap Pertumbuhan Candida albicans. Skripsi Fakultas Kedoteran Gigi Universitas Airlangga Surabaya. hlm. 20-21. Prasetya, Windayona Hadi. 2011. Oral Thrust. Yogyakarta. Stikes Bethesda Yakkum Yogyakarta. Regezi J. A, Scuibba J.J, Jordan R.C.K, 2003. Clinical pathology Corelation 2 ed. W.B. Saunders Comp. Philadelphia. pp. 100-104. Rengganis-Krisna Putri; Habib, Inayati. 2007. Daya Antifungi Ekstrak Etanol Daun Beluntas (Pluchea indica, L.) terhadap Malassezia Sp. Secara in vitro. Mutiara Med. 7 (1). hlm. 8. Riana T. C. 2006. Karackteristik Candida Albicans. Cermin dunia kedokteran 151. hlm. 34,35. Samaranayake L. 2009. Commensal Oral Candida in Asian

Cohorts. International Journal of Oral Science, 1(11). pp.2. Sari, Lusia O. R. K. 2006. Pemanfaatan Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan Keamanannya. Majalah Ilmu Kefarmasian. 3(1). hlm.2. Sarachek A. And Henderson L. A. 1990. Recombinageiety of Caffeine for Candida albicans. Mycopathologia 100. pp.73. Sarwono, Jonathan. 2010. Teori Analisis. Jakarta. EGC Sciubba J. J. 2009. Denture Stomatitis. Available at: http://emedicine.medscape.com/articl e/1075994-overview. Accessed: 1 Mei 2010. Scully, Crispian. 2010. Candidiasis Mucosal. Available at: hhtp://emedicine.medscape.com/artic le/1075227-overview. Accessed at 10 Mei 2010. Soenartyo H. 2000. Denture Stomatitis Penyebab dan Pengelolaannya. Maj. Kedok. Gigi. 33 (4). hlm. 148-450. Soraya, N. 2007. Sehat dan Cantik Berkat Teh hijau. Jakarta: Penenbar Swadaya. hlm. 17,42-44. Sukanto; Pradopo S; Anita-Yulianti. 2002. Daya Hambat Ekstrak Kulit Buah Delima Putih terhadap Pertumbuhan Streptococcus mutans. Maj. Dental Journal. 35(3). hlm. 95-98. Suprihatin. 1982. Candida dan Kandidiasis Pada Manusia . Jakarta. FKUI. Hlm. 3-19 Talitha-Huriyah. 2010. Kandungan Kimia Pada Teh (Camelia

sinensis var. assamica). Available at: http://mulimahsakura90.word press.com/2010/03/24/kandu ngan-kimia-pada-tehcamellia-sinensis-varassamica/ Accessed: 1 Mei 2010. Wahyuningtyas, Endang. 2008. Pengaruh Ekstrak Graptophyllum Pictum Terhadap Pertumbuhan Candida albicans pada Plat Gigi Tiruan Resin akrilik. Ind J Dent. 15(3). hlm. 188. Wang, Huafu. 2002. Catechins: The essence of Tea. Available at: http://www.joysoftea.com/Do cuments/Catechins.doc. Accessed: 13 Oktober 2010.

Menyetujui, Pembimbing II

drg. Miftakhul Cahyati, SpPM NIP. 19770803 201012 2 001

Anda mungkin juga menyukai