Anda di halaman 1dari 44

Laporan Kasus

Bagian/ SMF Ilmu Kesehatan Radiologi


RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aaceh
Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala

GAMBARAN
RADIOLOGI
Shinta Armisda Putri
PADA ABSES
Cut Mawarni
Fitri Wahyu ramadhani CEREBRI
Pembimbing :
dr. Nurul Machillah, Sp.Rad
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG

Abses otak adalah suatu proses infeksi dengan


pernanahan yang terlokalisir diantara jaringan otak
yang disebabkan oleh berbagai macam variasi
bakteri, jamur dan protozoa.

Abses serebri adalah salah satu bentuk infeksi pada sistem


saraf pusat yang sangat jarang terjadi pada usia anak-anak.
Abses serebri pada anak terjadi pada 25% kasus jika
dibandingkan pada kasus dewasa, dan pada umumnya
terjadi pada usia di antara 4-7 tahun
Pada usia anak-anak, kejadian abses serebri paling
sering disebabkan karena adanya penyakit jantung
bawaan diikuti dengan kejadian infeksi di area wajah
dan kepala. Beberapa kondisi yang merupakan faktor
predisposisi terjadinya abses serebri antara lain adalah,
adanya infeksi otogenik (34%), infeksi di area kepala
dan wajah (21,3%), kriptogenik (21,3%), penyakit
jantung sianotik (12,8%), septikemia (6,4%) dan infeksi
paru (4,2%)
BAB II
LAPORAN
KASUS
IDENTITAS PASIEN
 Nama : RB
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Umur : 18 Tahun
 Agama : Islam
 Alamat : Samalanga, Bireun
 Masuk RS : 18 Februari 2019
 Pemeriksaan : 22 Februari 2019
ANAMNESIS
 Keluhan Utama
Nyeri kepala

 Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang dengan keluhan nyeri kepala
sejak sekitar ±3 bulan yang lalu. Nyeri dirasakan
semakin lama semakin memberat dalam 1 minggu ini.
Kelemahan anggota gerak kiri secara tiba-tiba
dirasakan sekitar 1,5 bulan. Pasien juga mengeluhkan
kuku dan bibir sering terlihat kebiruan. Mual muntah
tidak ada, demam tidak ada, penglihatan kabur
tidak ada, kejang tidak ada, riwayat penurunan
kesadaran tidak ada, tidak ada pengeluaran secret
dari telinga. Keluarga juga mengatakan bahwa
pasien sejak kecil sering mengalami sakit. Pasien
sudah di diagnosa Tetralogi of fallot.
 Riwayat Penyakit  Riwayat
Dahulu Penggunaan Obat
Tidak ada Tidak ada
 Riwayat Penyakit
Keluarga
Tidak ada keluarga
dengan keluhan
yang sama seperti
pasien
VITAL SIGN

96 x/
menit

120/70
mmHg

20x/menit

36,7oC
PEMERIKSAAN FISIK
Kulit
Warna : Coklat
Turgor : Kembali
Hidung : Cavum Nasi
cepat
lapang (+/+), Krusta (-/-
Ikterus : (-)
), Sekret (-/-), concha
Pucat : (+)
inferior hipertrofi (-/-),
Sianosis : (+)
Septum deviasi (-)
Edema : (-)
Mulut : Dalam batas
Kepala-Leher
normal
Kepala : Dalam batas
normal
Bibir : Sianosis (+)
Mata : Dalam batas
normal
Leher : Pembesaran
Telinga : CAE lapang
KGB (-)
(+/+), perdarahan (-/-),
sekret (-/-)
THORAX
Anterior Posterior
Inspeksi Simetris, Barrel Chest (-) Normochest,
Tipe Pernafasan : Thoraco- pergerakan simetris
Abdominal, RIC (-)
Palpasi SF Kiri = Kanan SF Kiri = Kanan
Perkusi Sonor/Sonor Sonor/Sonor
Auskultasi Ves (+/+) Rh (-/-) Wh (-/-) Ves (+/+) Rh (-/-) Wh
(-/-)

JANTUNG

Inspeksi Ictus cordis terlihat di ICS V linea midclavicula sinistra


Palpasi Ictus cordis teraba ICS V linea midclavicula sinistra
Perkusi Batas atas : ICS III Linea parasternal sinistra
Batas kanan : ICS IV Linea parasternal dextra
Batas Kiri : ICS V Linea midclavicula sinistra
Auskultasi BJ I > BJ II, reguler, gallop(-)
ABDOMEN

Inspeksi Kesan tampak simetris, distensi (-), collateral vein (-)


Palpasi Distensi abdomen (-), Nyeri tekan (-),
H/L/R tidak teraba, nyeri ketok CVA (+)
Perkusi Timpani (+), shifting dullnes (-), asites (-)
Auskultasi Peristaltik usus (+) dalam batas normal
Eksremitas Superior Inferior
kanan Kiri Kanan Kiri
Sianotik + + + +
Edema - - - -
Ikterik - - - -
Gerakan Aktif Terbatas Aktif Terbatas
Kekuatan 5555 4444 5555 3333
Tonus Otot Normotonus Normotonus Normotonus Normotonus
Sensibilitas Normal Normal Normal Normal
Atrofi Otot - - - -
Hematologi Hasil Nilai Rujukan

Darah Rutin:
Hemoglobin 22,6 14,0 – 17,0
Hematokrit 69 45 – 55
Eritrosit 9,8 4,7 – 6,1
Trombosit 287 150 – 450
Leukosit 7,0 4,5 – 10,5
MCV 70 80 – 100
MCH 23 27 – 31
MCHC 33 32 - 36
Hitung Jenis:
Eosinofil 0 0–6
Basofil 1 0–2
Netrofil Batang 2 2–6
Netrofil Segmen 71 50 – 70
Limfosit 19 20 – 40
Monosit 7 2–8
Kimia Klinis:
SGOT 25
SGPT 27
Natrium (Na) 131 132 – 146
Kalium (K) 4,6 3,7 – 5,4
Klorida (Cl) 100 98 – 106
CT SCAN KEPALA
TANPA KONTRAS

Interpretasi :
Tampak area
hypodens abnormal
di parenchym otak
daerah capsulla
interna sampai
corona radiata
dextra bentuk kistik
berbatas tegas
dengan edema
disekitarnya

KESIMPULAN
massa kistik di
capsulla interna
sampai corona
radiata dextra
dengan absecess
cerebri yang disertai
dengan edema
cerebri.
Tatalaksana Diagnosa
 IVFD RL 20 tpm
 Iv. Ceftriaxone 2gr/12j
Hemiparese Sinistra
 Iv. Metronidazole 500 e.c / Abses Serebri
mg/8j + Tetralogy of fallot
 Iv. Metil prednisolon
125 mg
Prognosis
 Iv. Omeprazole 40 mg/
12j
 Gabapentin 1x300mg Ad vitam :
dubia ad bonam
 Laxadin syr 1xCI
Ad functionam :
 Mecobalamin 3x500mg
dubia ad bonam
 Furosemid 1x40mg
Ad sanationam :
 Spironolakton 1x25mg dubia ad bonam
 V-Bloc 1x6,25mg
BAB III
LANDASAN
TEORI
Anatomi Otak
 Otak adalah
bagian
susunan saraf
pusat yang
terletak di
dalam
cavitas cranii.
Bagian-bagian otak:
1. Telencephalon (Cerebrum)
2. Diencephalon
3. Mesenchepalon (Midbrain)
4. Metencephalon (Otak
Belakang)
5. Myelencephalon (medulla
Oblongata)
Abses Otak
1. PENGERTIAN
2. ETIOLOGI
Abses otak adalah suatu
a. Infeksi paru sistemik
proses infeksi dengan
pernanahan yang b. Endokarditis

terlokalisir diantara c. Penyakit jantung


jaringan otak , baik itu bawaan
disertai pembentukan d. Penderita penyakit
kapsul atau tidak. Abses imunologik
otak disebabkan oleh e. Infeksi telinga
berbagai macam variasi f. Infeksi sinus
bakteri, jamur, dan paranasal
protozoa yang dapat g. Infeksi gigi
berbentuk soliter atau h. Osteomielitis
multipel. i. dll
3. Neuropatologi Abses Otak
 Early Cerebritis (1-3 hari)
Pada fase ini terjadi reaksi
radang lokal dengan
infiltrasi. Sel-sel radang
terdapat pada tunika
adventisia dari pembuluh
darah dan mengelilingi
daerah nekrosis infeksi.
Peradangan perivaskular
ini disebut cerebritis. Terjadi
edema disekitar otak dan
peningkatan efek massa
karena pembesaran
abses.
 Late cerebritis (4-9 hari)
Daerah pusat nekrosis
membesar dan terjadi
pembentukan nanah
karena pelepasan enzim-
enzim dari sel radang. Ditepi
pusat nekrosis didapati
daerah sel radang,
makrofag-makrofag besar,
dan gambaran fibroblast
yang terpencar. Fibroblast
mulai menjadi retikulum
yang akan membentuk
kapsul kolagen. Pada fase
ini edema otak menyebar
maksimal sehingga lesi
menjadi sangar besar.
 Early Capsul formation
(10-13 hari)
Pada fase ini pusat nekrosis
mulai mengecil dan
fibroblast meningkat dalam
pembentukan kapsul.
Lapisan fibroblast
membentuk anyaman
retikulum yang mengelilingi
pusat nekrosis. Pada
pembentukan kapsul,
terlihat daerah anyaman
retikulum yang tersebar
membentuk kapsul
kolagen, reaksi astrosit
disekitar otak mulai
meningkat.
 Late capsul formation (14 hari atau lebih)
Pada fase ini terjadi perkembangan lengkap abses.
Kapsul kolagen yang terbentuk lebih tebal.
Terdapat lapisan neovaskular yang menunjukan
cerebritis yang berlanjut. Pada fase ini juga tejadi
reaksi astrosit, gliosis, dan edema otak di luar kapsul.
4. KOMPLIKASI ABSES 5. GEJALA KLINIS
CEREBRI  Gejala penekanan
intrakranial, misalnya: sakit
a. Robeknya kapsul kepala, muntah, pupil
abses ke dalam edema.
ventrikel atau ruang  Gejala supprasi
subarachnoid intrakranial misalnya:
iritabel, drow siness,
b. Penyumbatan cairan
tanda meninggal dan
serebrospinal yang penurunan berat badan.
menyebabkan  Tanda infeksi, misalnya
hidrosephalus panas tinggi, mengigil,
c. Edema otak lekositosis
 Tanda lokal jaringan otak
d. Herniasi oleh massa
yang terkena, mesalnya:
Abses otak kejang, gangguan nervus
kranial, gangguan
pengelihatan, afasia,
ataksia, paresis
6. TATALAKSANA ABSES CEREBRI

a. Antibiotik
antibiotik yang diberikan harus dapat
menembus sawar darah otak. Selain itu, antibiotik
tersebut harus bisa menembus kapsul abses.
Penyuntikan antibiotik langsung ke dalam abses
tidak dianjurkan karena ini dapat menyebabkan
timbulnya fokus epileptikus. Black melaporkan
bahwa cloramfenical, penicilin dan meticilin dapat
masuk ke dalam abses.
Kriteria pasien yang hanya dapat diterapi dengan
antibiotik adalah sbb:

 Diperkirakan operasi akan memperburuk


keadaan
 Abses multiple terutama yang jaraknya
berjauhan satu sama lain
 Abses disertai meningitis
 Abses lokasinya sulit dicapai dengan operasi
atau operasi diperkirakan akan merusak fungsi
vital
 Abses yang disertai hydrosepalus yang mungkin
akan terinfeksi bila dilakukan operasi
b. Kortikosteroid
Hanya digunakan bila terdapat efek masa
yang menyebabkan manifestasi neurologis lokal
dan penurunan kesadaran.

c. Pembedahan
Bisa berupa eksisi atau fungsi aspirasi.
7. Gambaran Radiologi Abses Cerebri
 Gambaran CT-Scan
Gambaran MRI
 MR Spectroscopy
WBC Scan pada Scintigraphy
8. DIAGNOSIS BANDING
 Demyelination  Subakut hemoragik
stroke
 Giloblastoma  Radionekrosis
multiform
 Cerebral metastasis
BAB IV
PEMBAHASAN
Pembahasan
• Nyeri kepala primer
adalah nyeri kepala
yang sifatnya “idiopatik”,
nyeri kepala yang tidak
Pasien datang
terkait dengan kondisi
dengan keluhan nyeri patologi atau penyebab
kepala sekitar 3 bulan lain yang mendasari.
yang lalu. Nyeri
dirasakan semakin • Nyeri kepala sekunder
lama semakin adalah nyeri kepala
memberat dalam 1 yang dikaitkan dengan
kondisi patologis yang
minggu terakhir
mendasari, seperti
adanya tumor otak,
aneurisma, penyakit
inflamasi.
 kejadian abses serebri
paling sering
Pasien telah di disebabkan karena
diagnosis dengan adanya penyakit
jantung bawaan diikuti
penyakit Tetralogi dengan kejadian infeksi
of Fallot sejak kecil di area wajah dan
kepala.
 Penyakit jantung sianotik
dapat menyebabkan  Kondisi ini juga semakin
munculnya infeksi fokal didukung dengan adanya
pada parenkima otak, darah yang merupakan
akibat adanya hipoksia, aliran dari kanan ke kiri
polisitemia dan jantung yang bersifat
hiperviskositas darah. Hal ini sianotik, dan tidak melewati
menyebabkan gangguan proses fagositosis bakterial di
aliran darah dalam paru, sehingga
mikrosirkulasi serebral dan mengandung bakteri yang
blood brain barrier, akhirnya dapat
sehingga menyebabkan menyebabkan fokal infeksi di
pembentukan trombus dan otak.
encephalomalacia fokal
 Pemeriksaan Pemeriksaan CT Scan
radiologis berupa Kepala bertujuan
CT-Scan kepala Non untuk mendeteksi
kontras didapatkan penyebab dari nyeri
kesimpulan berupa: kepala
massa kistik di
capsulla interna Pada abses cerebri
sampai corona CT-Scan dilakukan
radiata dextra untuk menunjukkan
dengan absecess lokasi abses dengan
cerebri yang disertai tepat dan fase – fase
dengan edema dari abses.
cerebri
Prinsip pengobatan pada abses
cerebri adalah untuk menghilangkan proses
infeksi, efek massa dan oedem terhadap
otak, pemberian antibiotik yang tepat
selama 6-8 minggu untuk mengecilkan
abses dan 10 minggu untuk menghilangkan
efek massa dari abses otak dan yang
terakhir berupa tindakan pembedahan.
BAB V
KESIMPULAN
Abses otak adalah suatu proses
infeksi dengan pernanahan yang
terlokalisir diantara jaringan otak
yang disebabkan oleh berbagai
macam variasi bekteri, fungi dan
protozoa.
 Semakin besarnya abses otak maka
gejala semakin khas berupa trias abses otak
yang terdiri dari gejala infeksi, peningkatan
tekanan intrakranial dan gejala neurologik
fokal.
 Prognosis dari abses otak ini tergantung
dari cepatnya diagnosis ditegakkan, derajat
perubahan patologis, soliter atau multipel
dan penanganan yang adekuat.
TERIMONG GEUNASEH

Anda mungkin juga menyukai