Manajemen Syok
Pembimbing
: dr. Edith S,
Sp. An
Penyusun: Friska Pratiwi
2012-061-100
KEPANITERAAN ANESTESIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIKA ATMA JAYA JAKARTA
PERIODE 23 SEPTEMBER - 26 OKTOBER 2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan
rahmat yang diberikan-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan Referat ini.
Penulis menyadari Referat ini mendapatkan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena
itu, pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
dr. Edith S, Sp.An.
Tiada gading yang tak retak. Penulis menyadari bahwa Referat ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
memperbaiki kekurangan Referat ini di kemudian hari. Penulis juga memohon maaf jika ada
kata-kata penulis yang kurang berkenan.
Akhir kata, penulis berharap agar Referat ini dapat bermanfaat. Atas perhatian yang
diberikan, penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang................................................................................................
1.2. Rumusan Masalah...........................................................................................
1.3. Tujuan.............................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Syok.................................................................................................
2.2. Tanda-Tanda Syok..........................................................................................
2.3. Derajat Syok...................................................................................................
2.4. Stadium Syok..................................................................................................
2.5. Jenis-Jenis Syok..............................................................................................
2.5.1. Syok Kardiogenik.................................................................................
2.5.2. Syok Distributif....................................................................................
2.5.2.1. Syok Septik............................................................................
2.5.2.2. Syok Anafilaktik....................................................................
2.5.2.3. Syok Neurogenik....................................................................
2.5.3. Syok Hipovolemik................................................................................
2.5.4. Syok Obstruktif.....................................................................................
BAB III KESIMPULAN..........................................................................................
i
ii
1
1
1
2
2
2
3
6
6
10
10
13
19
23
30
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
32
33
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Syok adalah keadaan tidak adekuatnya aliran darah yang mengarah pada
1.2
Rumusan Masalah
Bagaimana penatalaksanaan pada syok?
1.3
Tujuan Penulisan
1. Mengetahui mengenai jenis-jenis syok.
2. Mengetahui prinsip-prinsip penatalaksanaan syok.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kulit dingin, pucat, dan vena kolaps akibat penurunan pengisian kapiler.
Pernapasan cepat dan dangkal
Takikardia: peningkatan laju jantung dan kontraktilitas adalah respons
homeostasis penting untuk hipovolemia. Peningkatan kecepatan aliran darah ke
Syok Ringan (kehilangan volume cairan < 15% dari volume total)
Penurunan perfusi hanya pada jaringan dan organ non vital seperti kulit,
lemak, otot rangka, dan tulang. Jaringan relatif dapat hidup lebih lama dengan
perfusi rendah, tanpa adanya perubahan jaringan yang menetap (ireversibel).
Kesadaran tidak terganggu, produksi urin normal atau hanya sedikit menurun,
asidosis metabolik tidak ada atau ringan.8
b.
Perfusi ke organ vital selain jantung dan otak menurun (hati, usus, ginjal).
Organ-organ ini tidak dapat mentoleransi hipoperfusi lebih lama seperti pada
lemak, kulit dan otot. Pada keadaan ini terdapat oliguri (urin kurang dari 0,5
mg/kg/jam) dan asidosis metabolik. Kesadaran relatif masih baik.8
c.
Stadium Kompensasi
Pada tingkat ini ditandai dengan pengaturan berbagai mekanisme fisiologi
tubuh, termasuk neural, humoral dan mekanisme biokimia dengan tujuan
mengkompensasi keadaan syok.9
Pada stadium ini fungsi organ vital dipertahankan melalui mekanisme
kompensasi fisiologis tubuh, dengan cara meningkatkan refleks simpatis, sehingga
terjadi :
1) Peningkatan resistensi sistemik:
Distribusi selektif aliran darah dari organ sekunder ke organ primer (otak,
jantung).
Resistensi arteriol meningkat sehingga tekanan diastolik meningkat.
2) Denyut nadi meningkat cardiac output meningkat
3) Sekresi vasopressin, rennin-angiotensin-aldosteron meningkat ginjal
menahan air dan Na+ di dalam sirkulasi
Manifestasi klinis pada stadium ini, yaitu takikardia, gelisah, kulit pucat dan
dingin, pengisian kapiler lambat (> 2 detik). Akibat dari asidosis, pasien akan
mulai hiperventilasi supaya oksigen lebih banyak terhirup. Baroreseptor di arteri
mendeteksi keadaan hipotensi, dan menyebabkan pelepasan adrenalin dan
noradrenalin.
Ini
menyebabkan
vasokonstriksi
yang
luas
menghasilkan
peningkatan tidak hanya tekanan darah tapi juga frekuensi jantung. Kekurangan
5
darah di sistem ginjal menyebabkan produksi di urin rendah. Stadium ini di tandai
dengan takikardi, gaduh gelisah, kulit pucat, dingin, pengisian kapiler lambat. 5,9
b.
c.
Pada stadium ini, telah terjadi kegagalan pada organ-organ vital dan syok
tidak dapat lagi diatasi. Sehingga tekanan darah tidak terukur, nadi tidak teraba,
kesadaran sangat menurun, dan anuria. Syok yang berlanjut akan menyebabkan
kerusakan dan kematian sehingga terjadi kegagalan multi organ. Cadangan ATP
akan habis, terutama di jantung dan hepar dan menyebabkan tubuh kehabisan
energi. Telah terjadi kerusakan otak dan sel dan akan segera terjadi kematian.9
Syok Kardiogenik
2.
3.
Syok Hipovolemik
4.
Syok Obtruktif
Definisi
c.
Etiologi10
Gangguan kontraktilitas miokardium
Disfungsi ventrikel kiri yang berat yang memicu terjadinya kongesti
hipoperfusi iskemik
Infark miokard akut (AMI)
Komplikasi dari infark miokard akut, seperti ruptur otot papillary,
penyebabnya)
Acute mitral regurgitation
Valvular heart disease
Hypertrophic obstructive cardiomyopathy
yang
tidak
diketahui
Patofisiologi
Kerusakan jantung mengakibatkan penurunan curah jantung yang
menyebabkan menurunnya tekanan darah arterial ke organ-organ vital. Aliran
darah ke arteri koroner berkurang, sehingga asupan oksigen ke jantung menurun,
sehingga meningkatkan iskemia dan penurunan kemampuan jantung untuk
memompa.
Tanda klasik syok kardiogenik adalah tekanan darah rendah, nadi cepat
dan lemah, hipoksia otak yang termanifestasi dengan adanya konfusi dan agitasi,
penurunan keluaran urin, serta kulit yang dingin dan lembab. Disritmia sering
terjadi akibat penurunan oksigen ke jantung.seperti pada gagal jantung,
penggunaan kateter arteri pulmonal untuk mengukur tekanan ventrikel kiri dan
curah jantung sangat penting untuk mengkaji beratnya masalah dan
mengevaluasi penatalaksanaan yang telah dilakukan. Peningkatan tekanan akhir
diastolik ventrikel kiri yang berkelanjutan (LVEDP = Left Ventrikel End
Diastolik Pressure) menunjukkan bahwa jantung gagal untuk berfungsi sebagai
pompa yang efektif.2,5,11
Sumber Gambar :
Manifestasi Klinis
Pasien dengan syok kardiogenik memiliki tanda klinis perfusi sistemik
inadekuat
meskipun
volume
intravaskularnya
masih
adekuat
ataupun
hepatomegali, dan edema periorbital. Dapat pula ditemukan edema pulmo pada
pemeriksaan radiologi toraks maupun penilaian klinis, oligouri (urin < 20
mL/jam), berhubungan dengan infark miokard akut, dan terdapat nyeri
substernal seperti pada infark miokard akut.
Tanda Penting Syok Kardiogenik :
e.
Tatalaksana
1. Pastikan jalan nafas tetap adekuat, bila pasien tidak sadar sebaiknya
dilakukan intubasi
2. Berikan oksigen 8-15 liter/menit dengan menggunakan masker untuk
mempertahankan PO2 70-120 mmHg
3. Pemberian morfin untuk mengatasi rasa nyeri akibat infark akut yang dapat
memperbesar syok
4. Mengoreksi hipoksia, gangguan elektrolit dan keseimbangan asam basa
5. Pasang CVP (central venous presurre) bila mungkin
6. Pasang kateter Swans Ganzt untuk meneliti hemodinamik
Medikamentosa:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
10
Syok Septik11,12,13
Definisi dan Etiologi
Syok septik merupakan syok yang paling sering terjadi akibat
berkurangnya tonus dan reaktivitas dari otot vaskular, sehingga seringkali
berkaitan dengan distribusi aliran darah yang tidak normal. Bakteri gram
negatif merupakan penyebab tersering dari insidens sepsis dan hampir 50 %
berkembang menjadi syok septik. Sebaliknya hanya 5-10 % kasus syok septik
yang disebabkan karena infeksi bakteri gram positif maupun infeksi fungal
seperti Candida albicans.
Hipoperfusi dan disfungsi organ yang terjadi pada syok septik dapat
muncul dengan kondisi curah jantung yang normal, menurun atau justru
meningkat. Selama evaluasi dan resusitasi, jika ditemui kondisi curah jantung
yang normal atau justru meningkat maka gejala klinis yang dapat ditemukan
berupa ekstremitas yang teraba hangat, waktu pengisian pembuluh
kapiler yang cepat, dan rendahnya tekanan diastoli k pada waktu
pengisian ventrikel sehingga ventrikel dapat meregang secara sempurna.
Sementara itu, pada syok septik dengan jumlah curah jantung yang meningkat
maka akan ditemui kondisi suhu tubuh yang tidak teratur dan peningkatan
jumlah sel darah putih.
Sepsis memerlukan kolonisasi organisme, bukti klinis adanya infeksi, dan
tanda respon inang. Pembuktian sepsis dengan kultur darah positif tidak
diperlukan untuk mendiagnosa sepsis atau sindrom septik. Pasien yang
mempunyai risiko terbesar mendapat sepsis adalah yang umumya berada di
posisi ekstrim (seperti anak-anak dan lanjut usia), mereka yang
menggunakan kateter, mendapat insisi bedah, trauma atau luka bakar, pasien
dengan gangguan system imun, dan mereka yang mendapat terapi antibiotik
kronik. Banyak dari faktor resiko tersebut terdapat pada anak yang sakit berat
atau terluka atau anak dengan penyakit kronis.14
Syok septik merupakan sepsis yang disertai dengan disfungsi organ
kardiovaskular walaupun telah diberikan bolus cairan isotonus intravena
40mL/kg dalam 1 jam, hipotensi < persentil kelima menurut usia atau
tekanan darah sistolik < 2 Standar Deviasi dibawah normal menurut usia,
11
Patofisiologi2,5
Syok septik tidak terlepas dari sepsis dimana kuman gram negatif akan
mengeluarkan endotoksin dan masuk airan darah akan menyebabkan proses
inflamasi yang melibatkan berbagai mediator inflamasi yaitu sitokin, neutrofil,
komplemen. Target seluler dari mediator-mediator ini akan menstimulasi
pelepasan sitokin, protease, radikal oksigen, dan nitrat oksida (NO) dan
katabolitnya. Sitokin menyebabkan diferensiasi sel-T, sel-B, dan sel-sel natural
12
killer, yang mengarah pada kerusakan jaringan secara langsung. Aktivasi dari
rangkaian inflamasi ini juga akan menyebabkan mata rantai hiperkatabolisme
dan demam. Kerusakan pada sistem kardiovaskuler akan menyebabkan
disfungsi miokardium sehngga menyebabakan hipotensi.
Manifestasi Klinis11,12,14,16
Manifestasi klinis syok septik terbagi dalam beberapa fase : sepsis,
sindrom sepsis, syok septik, dan syok septik refrakter atau non-refrakter.
Sepsis merupakan kondisi dimana terdapat bukti infeksi dan respon sistemik.
Infeksi dapat berupa tersangka; kultur darah tidak sepenuhnya diperlukan untuk
diagnosis.
Sindrom sepsis merupakan adanya bukti infeksi disertai tanda gangguan
perfusi organ. Gangguan perfusi organ tersebut harus terpisah dari lokasi fokus
13
Tatalaksana
Resusitasi dilakukan segera mungkin saat pasien tiba di IGD
Meliputi : A, B, C, terapi cairan kristaloid, dan tranfusi bila diperlukan.
Terapi cairan: Hipovolemia terjadi pada sepsis, diatasi dengan pemberian
ringer laktat, diharapkan dengan pemberian cairan ada peningkatan
tekanan darah, frekuensi jantung, kecukupan isi nadi.
Pemberian antibiotik spektrum luas: ceftriaxone, cefotaxim.
Pemberian vasopresor, diberikan setelah keadaan hipovolemik teratasi:
beri dopamin >8mcg/kg/menit atau norepinerfin 0,1-0,5mcg/kgBB/mnt IV.
2.5.2.2
a.
Syok Anafilaktik
Definisi dan Etiologi11,12,17
Anafilaksis merupakan reaksi hipersensitivitas tipe 1 yang
seringkali
memiliki
anafilaktik memiliki berbagai penyebab di antaranya makanan, lateks, obatobatan, dan venom hymenoptera. Reaksi anafilaktik dapat berlangsung pada
segala usia terutama pada individu yang mudah tersensitisasi sehingga
menghasilkan manifestasi klinis pada sistem mukokutaneus, kardiovaskular,
dan respirasi. Selain reaksi anafilatik juga ada yang disebut sebagai reaksi
14
anafilaktoid yang pada dasarnya identik dengan reaksi anafilaktik tetapi sama
sekali tidak dimediasi dengan imunoglobulin E. Adapun penyebab dari reaksi
anafilaktoid di antaranya yaitu media radiokontras, analgetik narkotik, dan
obat-obatan NSAID.
b.
Patofisiologi
Reaksi anafilaktik dan anafilaktoid dihasilkan dari pelepasan
mediator inflamasi secara sistemik dari sel mast dan sel basofil. Reaksi
anafilaksis terjdi setelah adanya paparan berulang terhadap antigen di mana
individu yang bersangkutan sudah memproduksi antibodi spesifik IgE.
Antibodi IgE yang diproduksi ini akan mengenali epitop yang bervariasi dari
alergen manapun. Antibodi IgE ini kemudian akan berikatan dengan reseptor
IgE dengan afinitas yang tinggi pada permukaan sel mast maupun sel
basofil. Ketika terjadi paparan berulang oleh alergen yang sudah
tersensitisasi sebelumnya, alergen dapat menyebabkan cross link pada
permukaan sel mast maupun basofil di mana terjadi ikatan antara alergen
dengan IgE spesifik sehingga menghasilkan degranulasi sel mast maupun
basofil tersebut dan terjadi pelepasan beberapa bentuk mediator inflamasi.
Histamin merupakan mediator inflamasi yang terutama dilepaskan
pada saat syok anafilaktik berlangsung sehingga dapat dipastikan bahwa
berbagai gejala klinis yang muncul pada syok anafilaktik tidak lain karena
terikatnya histamin dengan reseptor spesifiknya. Saat berikatan dengan
reseptor H2 maka gejala klinis yang muncul dapat berupa pruritus, rhinorhea,
takikardia, dan bronkospasme. Sementara itu, saat berikatan dengan H1
maupun H2 maka dapat timbul gejala sakit kepala, flushing atau rasa terbakar
dan hipotensi.
Di samping pelepasan histamin, ada pula mediator inflamasi lainnya yang
cukup berperan dalam patofisiologi syok anafilaktik seperti metabolik asam
arakhidonat yaitu prostaglandin dan leukotriene. Prostaglandin D2 akan
memediasi berlangsungnya bronkospasme dan dilatasi vaskular, yang
tidak lain merupakan prinsip utama manifestasi dari syok anafilaktik.
Sementara itu, leukotriene C4 akan dikonversi ke dalam LTD4 dan LTE4,
yang tidak lain merupakan mediator dari berlangsungnya hipotensi,
15
bronkospasme, dan sekresi mukus berlebih saat reaksi anafilaktik. Selain itu,
dapat pula ditemukan mediator Bk-A yang memecahkan bradikinin dari
kininogen di mana substrat tersebut akan meningkatkan permeabilitas
vaskular, menimbulkan vasodilatasi, dan juga mengontraksikan otot-otot
polos. Faktor Hageman yang teraktivasi dapat mengakibatkan koagulasi
intravaskular pada beberapa pasien. Adapun subtipe limfosit yang spesifik
terbentuk sebagai respons dari induksi IgE adalah CD4+ Th2
16
c.
Manifestasi Klinis12,17
Anafilaksis dicurigai terjadi pada pasien yang telah dianestesi jika
timbul hipotensi atau bronkospasme secara tiba-tiba, terutama jika hal
tersebut terjadi setelah pemberian suatu obat atau cairan. Alergi lateks
mungkin mempunyai onset yang lambat, kadang-kadang memerlukan waktu
sampai 60 menit untuk bermanifestasi.
Pada sistem kardiovaskuler dapat ditemukan gejala hipotensi
dan kolaps kardiovaskuler, takikardi, aritmia, dan gambaran EKG mungkin
memperlihatkan perubahan iskemik bahkan dapat terjadi henti jantung.
Sementara itu, pada sistem pernapasan, dapat ditemukan edema glottis,
lidah dan saluran napas sehingga menyebabkan stridor atau obstruksi
saluran napas. Gejala klinis pada traktus gastrointestinal dapat berupa
nyeri abdomen, diare atau muntah. Selain itu dapat pula ditemukan
gejala
koagulopati
serta
penderitanya.
d.
Tatalaksana17
Terapi harus segera diberikan terutama terhadap reaksi yang berat
Pernapasan
Jamin pernapasan yang adekuat. Intubasi dan ventilasi mungkin
diperlukan. Adrenalin akan mengatasi bronkospasme dan edema
saluran napas atas. Bronkodilator semprot (misalnya salbutamol 5
mg) atau aminofilin IV mungkin dibutuhkan jika bronkospasme
refrakter (dosis muat 5 mg/kg diikuti dengan 0,5 mg/kg/jam).
Sirkulasi
Akses sirkulasi dapat dilakukan mulai dari CPR jika terjadi henti
17
seperti yang telah dijelaskan, dan nilai respon terhadap terapi tersebut. Obat
seperti efedrin dan metoksamin mungkin efektif untuk mengatasi
hipotensi bersama dengan cairan IV. Tetapi, jika keadaan pasien menunjukkan
perburukan gunakan selalu adrenalin.
19
2.5.2.3
a.
Syok Neurogenik11,12,16
Definisi
Syok neurogenik merupakan kegagalan pusat vasomotor sehingga
terjadi hipotensi dan penimbunan darah pada pembuluh tampung
(capacitance vessels). 12 Syok neurogenik terjadi karena hilangnya tonus
pembuluh darah secara mendadak di seluruh tubuh. Syok neurogenik juga
dikenal sebagai syok spinal. Bentuk dari syok distributif, hasil dari
perubahan resistensi pembuluh darah sistemik yang diakibatkan oleh cidera
pada sistem saraf (seperti: trauma kepala, cidera spinal, atau anestesi umum
yang dalam).18
20
b.
Etiologi
1.
2.
3.
4.
5.
c.
Patofisiologi
Syok
neurogenik
temasuk
syok
distributif
dimana
terdapat
juga
akibat
rangsangan
parasimpatis
ke
jantung
yang
d.
Manifestasi Klinis
Hampir sama dengan syok pada umumnya tetapi pada syok neurogenik
terdapat tanda tekanan darah turun, nadi tidak bertambah cepat, bahkan
dapat lebih lambat (bradikardi) kadang disertai dengan adanya defisit
neurologis berupa quadriplegia atau paraplegia. Sedangkan pada keadaan
lanjut, sesudah pasien menjadi tidak sadar, barulah nadi bertambah cepat.
Karena terjadinya pengumpulan darah di dalam arteriol, kapiler dan vena,
maka kulit terasa agak hangat dan cepat berwama kemerahan.12
22
e.
Tatalaksana
Konsep dasar untuk syok distributif adalah dengan pemberian
vasoaktif seperti fenilefrin dan efedrin, untuk mengurangi daerah
vaskuler dengan penyempitan sfingter prekapiler dan vena kapasitan
untuk mendorong keluar darah yang berkumpul ditempat tersebut.
1. Baringkan pasien dengan posisi kepala lebih rendah dari kaki (posisi
Trendelenburg).
1. Pertahankan
jalan
nafas
dengan
memberikan
oksigen,
4.
Bila tekanan darah dan perfusi perifer tidak segera pulih, berikan obat-obat
vasoaktif (adrenergik; agonis alfa yang kontraindikasi bila ada perdarahan
seperti ruptur lien).12
obat ini dihentikan bila tekanan darah sudah normal kembali. Awasi pemberian
obat ini pada wanita hamil, karena dapat menimbulkan kontraksi otot-otot
uterus.
- Epinefrin : pada pemberian subkutan atau im, diserap dengan sempurna dan
dimetabolisme cepat dalam badan. Efek vasokonstriksi perifer sama kuat
dengan pengaruhnya terhadap jantung Sebelum pemberian obat ini harus
diperhatikan dulu bahwa pasien tidak mengalami syok hipovolemik. Perlu
diingat obat yang dapat menyebabkan vasodilatasi perifer tidak boleh diberikan
pada pasien syok neurogenik
- Dobutamin : berguna jika tekanan darah rendah yang diakibatkan oleh
menurunnya cardiac output. Dobutamin dapat menurunkan tekanan darah
melalui vasodilatasi perifer.
b.
Patofisiologi
24
1.
Tekanan darah vena dan atrium kanan akan menurun karena berkurangnya
volume darah. Keadaan ini kemudian akan diperberat apabila terjadi
vasokontriksi
yang
menyeluruh.
Sebagai
mekanisme
kompensasi
Tekanan nadi dan tekanan darah sistolik menurun karena menurunnya isi
sekuncup. Tekanan sistolik mungkin meninggi karena vasokontriksi.
3.
4.
jaringan.
Hipoksia
dan
asidosis
metabolik
menyebabkan
6.
diperlukan
untuk
memperbaiki
gangguan
metabolik
dan
hemodinamik ini.
25
7.
Pada syok juga terjadi peninggian sekresi kortisol 5-10 kali lipat. Kortisol
mempunyai efek inotrofik positif pada jantung dan memperbaiki
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein.
8.
9.
Manifestasi Klinis12
27
Sumber Gambar : Fauci, Braunwald, et al. Harrisons Principles of Internal Medicine. Edisi 18.
AS : McGraw Hill; 2012.
Kulit dingin, pucat, dan vena kulit kolaps akibat penurunan pengisian
kapiler selalu
(i0
asidosis
laktat
juga
berhubungan
dengan
kegagalan
jantunQ
Tatalaksana20
Pemeriksaan fisik, meliputi penilaian ABCDE serta respon penderita
terhadap terapi yakni melalui tanda-tanda vital, produksi urin, dan tingkat
kesadaran.
1. Airway dan Breathing
Tujuan: menjamin airway yang paten dengan cukupnya pertukaran ventilasi
dan oksigenasi. Diberikan tambahan oksigen untuk mempertahankan
saturasi >95%.
2. Sirkulasi
Kontrol pendarahan dengan:
- Mengendalikan pendarahan
- Memperoleh akses intravena yang cukup
- Menilai perfusi jaringan
3. Disability : pemeriksaan neurologi
Menentukan tingkat kesadaran, pergerakan mata dan respon pupil, funsi
motorik
dan
sensorik.
Manfaat:
menilai
perfusi
otak,
mengikuti
29
3.
30
Tentukan
volume
resusitasi
untuk
setiap
jenis
cairan
dengan
kondisi pulmonal akut, akan terjadi gagal jantung kanan dengan peningkatan tekanan
pada arteri pulmonal dan jantung kanan sedangkan tekanan diastolik pada jantung
kiri cenderung menurun atau normal.
32
BAB III
KESIMPULAN
Syok adalah keadaan tidak adekuatnya aliran darah yang mengarah pada
ketidakcukupan penghantaran oksigen ke jaringan-jaringan tubuh (perfusi jaringan tidak
adekuat) sehingga terjadi kegagalan sirkulasi, kegagalan sistem kardiovaskuler yang
menyebabkan gangguan perfusi jaringan dan hipoxia. Syok terjadi akibat berbagai keadaan
yang menyebabkan berkurangnya aliran darah, termasuk kelainan jantung (misalnya
serangan jantung atau gagal jantung), volume darah yang rendah (akibat perdarahan hebat
atau dehidrasi) atau perubahan pada pembuluh darah (misalnya karena reaksi alergi atau
infeksi).
Tanda-tanda syok secara umum yaitu kulit terasa dingin dan pucat, vena kulit kolaps,
takikardi, napas cepat dan dalam, hipotensi, dan dapat terjadi oligouria. Syok dibagi menjadi
4 Jenis, yaitu syok kardiogenik, syok distributif (syok septik, syok anafilaktif, syok
neurogenik), syok hipovolemik, dan syok obstruktif. Masing-masing syok memiliki etiologi
yang berbeda, karena itu harus teliti melihat tanda-tanda syok yang timbul.
Prinsip dan tujuan penanganan dari syok adalah memaksimalkan distribusi oksigen,
meminimalisir kebutuhan oksigen. Untuk mengurangi kebutuhan oksigen dilakukan dengan
cara mengatasi nyeri dan menjaga suhu tubuh.
33
DAFTAR PUSTAKA
1.
Bongard F.S., Sue D.Y., Vintch J.R. Current Diagnosis and Treatment Critical Care.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
McGraw-Hill; 2010.
Dellinger RP, Carlet JM, et al. Surviving Sepsis Campaign Guidelines for
14.
Management of Severe Sepsis and Septic Shock. Critical Care Med 2004; 32(3).
Miller, Ronald D. Millers Anesthesia. Edisi 7. Philadelphia : Churchill Livingstone;
15.
16.
2005.
Mohrman, Heller. Cardiovascular Physiology. Edisi 6. AS : McGraw Hill; 2006.
Graham C.A., Parke T.RJ. Review : Critical Care in the Emergency Department :
17.
18.
19.
20.
35