Oleh:
Preseptor:
2018
BAB 1
PENDAHULUAN
Epilepsi merupakan masalah pediatrik yang besar dan lebih sering terjadi pada
usia dini dibandingkan usia selanjutnya. Penyakit epilepsi adalah gangguan kronik
yang tidak hanya ditandai oleh berulangnya kejang, tetapi juga berbagai implikasi
yaitu terdapat 20-70 per 100.000 per tahun dan prevalens sewaktu 4-10 per 1000
tidak terdapatnya kelainan neurologis dan onset. Untuk itu diperlukan diagnosis
serta tatalaksana yang tepat untuk prognosis yang baik pada penyakit epilepsy.1
Gizi merupakan salah satu faktor penentu utama kualitas sumber daya
manusia. Status gizi anak dinilai menurut 3 indeks, yaitu Berat Badan menurut
Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), Berat Badan menurut Tinggi
2016, yang dikatakan dengan gizi buruk adalah status gizi yang didasarkan pada
indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U) yaitu <-3,0SD yang merupakan
gizi (Kemenkes, 2015a). Usia anak dibawah lima tahun merupakan tahapan
menilai derajat kesehatan masyarakat adalah angka status gizi. Status gizi balita
underweight (berat badan menurut umur) dan wasting (berat badan menurut tinggi
gejala klinis, diagnosis, dan tatalaksana epilepsi dan gizi buruk pada anak.
Tujuan penulisan Case Report Session ini yaitu diharapkan penulis dan pembaca
Metode penulisan dari Case Report Session ini adalah dengan tinjauan pustaka
yang merujuk berbagai literature.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Epilepsi
2.1.1 Definisi
Epilepsi merupakan suatu gangguan kronik yang tidak hanya ditandai oleh
lebih tanpa penyebab yang jelas dengan interval serangan lebih dari 24 jam, akibat
2.2 Epidemiologi
penduduk per tahun dan prevalens sewaktu 4-10 per 1000 pada populasi umum.
Insidens epilepsi berubah-ubah menurut umur, insidens tertinggi pada usia anak-
anak dini, menurun pada usia dewasa dini dan naik kembali pada usia tua.1
Perkiraan insidens atau pervalens epilepsi pada anak di berbagai negara sangat
pertambahan sebesar 70.000 kasus baru setiap tahun dan diperkirakan 40%-50%
2.3 Etiologi
Bangkitan kejang atau serangan epilepsi dapat dicetuskan oleh inaktivitas
sinaps inhibisi, atau oleh stimulasi berlebihan pada sinaps eksitasi; atau oleh
refleksi dari kegagalan pompa ion, yang dapat disebabkan karena kurangnya
lainnya.1
Bangkitan epilepsi akan berakhir bila inhibisi meningkat dan menjadi lebih
unggul. Telah diketahui bahwa sel glia ikut berpartisipasi dalam menyangga
kelompok, yaitu:
Pada sebagian besar pasien, penyebab epilepsi tidak diketahui dan biasanya
pengaruh faktor genetik lebih besar. Sebagian dari jenis idiopatik disebabkan oleh
Epilepsi simtomatik dapat terjadi bila fungsi otak terganggu oleh berbagai
kongenital, trauma otak, neoplasma otak, lesi iskemia, ensefalopati, abses otak,
2.4 Klasifikasi
adalah apakah pasien tetap sadar atau terjadi perubahan kesadaran. Kesadaran
mengenai suatu keadaan dan ingat tidaknya pasien terhadap kejadian tersebut bila
2.5 Patofisiologi
terhadap ion natrium dan kalium. Membran neuron permeabel sekali terhadap ion
konsenterasi ion kalium yang tinggi dan konsenterasi ion natrium yang rendah di
dalam sel dalam keadaan normal. Bila keseimbangan terganggu, sifat semi-
membran dan mengakibatkan perubahan kadar ion dan perubahan potensial yang
yang efektif pada bagian membran sel lainnya dan menyebar sepanjang akson.1
bayi.1
Pada bayi dan anak, bukan saja maturasi anatomik dari sistem saraf
mempunyai peranan, tetapi juga variasi antara keseimbangan sistem inhibisi dan
2.6 Diagnosis
Anamnesis
sawan yang yang terjasi. Usaha untuk mendapatkan gambaran bangkitan kejang
Internasional 1981. 8
1. Kejang Parsial
Kejang parsial merupakan kejang dengan onset lokal pada satu bagian
tubuh dan biasanya disertai dengan aura. Kejang parsial timbul akibat
abnormalitas aktivitas elektrik otak yang terjadi pada salah satu hemisfer
2. Kejang Umum
Ciri khas serangan absens adalah durasi singkat, onset dan terminasi
Mioklonik
umum atau terbatas pada wajah, batang tubuh, satau atau lebih
Klonik
Pada kejang tipe ini tidak ada komponen tonik, hanya terjadi kejang
Tonik
dalam satu posisi. Biasanya terdapat deviasi bola mata dan kepala ke
satu sisi, dapat disertai rotasi seluruh batang tubuh. Wajah menjadi pucat
kemudian merah dan kebiruan karena tidak dapat bernafas. Mata terbuka
Tonik Klonik
pasien terjatuh.
Sebagian besar serangan yang terjadi pada bayi baru lahir termasuk
golongan ini.
a. Pemeriksaan Fisik
b. Pemeriksaan Laboratorium
disertai kejang. 8
c. Pemeriksaan Radiologis
intrakranium. 8
d. Pemeriksaan Penunjang 5
1. Cairan serebrospinalis
meningitis.
2. Elektroensefalografi (EEG)
metabolik.
tercermin dalam rekaman EEG. EEG normal dapat dijumpai pada anak
Asimetris irama dan voltage gelombang pada daerah yang sama dikedua
hemisfer otak
Adanya gelombang yang biasanya tidak terdapat pada anak yang normal,
dan menentukan terapi yang tepat. EEG harus diulangi apabila kejang
perubahan pola kejang yang berarti atau apabila timbul defisit neurologi
yang progresif.
3. Pencitraan
kepala, angiografi serebral, CT-scan, MRI. Pada foto polos kepala dilihat
otak kongenital. Indikasi CT-scan dan MRI antara lain kesulitan dalam
2.7 Tatalaksana
mengancam jiwa dengan resiko terjadinya gejala sisa neurologis. Makin lama
kejang berlangsung makin sulit menghentikannya, oleh karena itu tatalaksana
kejang umum yang lebih dari 5 menit adalah menghentikan kejang dan mencegah
Penghentian kejang:
0 - 5 menit:
oksigen
5 – 10 menit:
rektal 0,5 mg/KgBB (berat badan < 10 kg = 5 mg; berat badan > 10 kg
10 – 15 menit:
30 menit:
elektrolit, gula darah. Lakukan koreksi sesuai kelainan yang ada. Awasi
perawatan intensif.
sebagai berikut:
2.2 Gizi Buruk
2.2.1 Definisi
Pengertian gizi buruk adalah status gizi yang didasarkan pada indeks Berat
Badan menurut Umur (BB/U) yaitu <-3,0SD yang merupakan padanan istilah
severely underweight.1
2.2.2 Klasifikasi
a. Marasmus
Marasmus merupakan salah satu bentuk gizi buruk yang paling sering
sangat kurus, wajah seperti orang tua, cengeng dan rewel meskipun setelah
kulit, perut cekung, rambut tipis, jarang dan kusam, tulang iga tampak jelas,
b. Kwashiorkor
disebabkan oleh asupan karbohidrat yang normal atau tinggi namun asupan
sangat kurus dan atau edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh,
rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa
rasa sakit, rontok, wajah membulat dan sembab, kulit penderita biasanya
c. Marasmiks-Kwashiorkor
mencolok.6
cadangan lemak tidak mencukupi makan protein dari otot, kulit, saluran cerna
aktivitas fisik dan pertumbuhan, laju metabolisme basal, dan mengurangi respon
a. Produksi glukosa oleh hati akan berkurang sehingga anak akan lebih
transferin dan protein – protein transport lainnya oleh hati juga akan
toksin
hipotermia
c. Kemampuan ginjal untuk mengeksresikan kelebihan cairan dan
terganggu
lingkar kepala, dan lingkar lengan atas. Diagnosis ditegakkan dengan adanya data
TB/U (tinggi badan menurut umur), LLA/U (lingkar lengan atas menurut umur),
BB/TB (berat badan menurut tinggi badan), dan LLA/TB (lingkar lengan atas
pengukuran fisik anak (berat, tinggi, dan lain-lain) dan dibandingkan dengan
angka standar (anak normal). Untuk anak, terdapat tiga parameter yang biasa
- 2 s/d +2 SD Normal
> +2 SD Tinggi
- 2 s/d +2 SD Normal
> +2 SD Gemuk
Tabel 2.2 Interpretasi status gizi berdasarkan tiga indeks antropometri
(BB/U,TB/U, BB/TB) menggunakan standar baku antropometeri WHO-NCHS11
Indeks yang Digunakan
Nomor Interpretasi
BB/U TB/U BB/TB
2.4.2 Z-score
Pengukuran Skor Simpang Baku (Z-score) dapat diperoleh dengan
mengurangi nilai individual subjek (NIS) dengan nilai median baku rujukan
(NMBR) pada umur yang bersangkutan, hasilnya dibagi dengan nilai simpang
penggunaan kurva pertumbuhan WHO untuk semua dari lahir hingga usia
hingga 20 tahun. Body mass index (BMI) dihitung pada usia 2 sampai 20
tahun12
2.5.1 Campak
dan kematian karena serangan campak. Penyakit ini bisa memperburuk defisiensi
vitamin A. Morbiditas dan mortalitas campak pada populasi gizi buruk mudah
dicegah dengan memberi vaksinasi pada anak berusia 6 bulan sampai 14 tahun.
Suplemen vitamin A juga diperlukan pada anak yang berusia di bawah 5 tahun
diare.13
2.5.2 Diare
Menyediakan air bersih dan sanitasi yang baik, serta edukasi masyarakat
tatalaksana penyakit diare pada anak balita adalah memastikan ibu terus menyusui
anaknya, selama dan setelah diare. Suplemen zinc diberikan selama 10-14 hari
untuk anak-anak dengan diare akut (20 mg sehari dan 10 mg untuk bayi di bawah
6 bulan) dapat mengurangi tingkat keparahan diare dan mencegah kejadian lebih
2.5.3. Tuberkulosis
sering muncul sebagai masalah kritis begitu penyakit campak dan diare cukup
dengan HIV / AIDS, sering terjadi pada populasi orang dengan kekurangan gizi. 15
mikroskopik sputum. Pengobatan yang tepat untuk pasien TB yaitu sesuai dengan
2.5.4 Xeroftalmia
Penyakit ini sering ditemukan pada malnutrisi yang berat terutama pada tipe
sehingga dapat menyebabkan kebutaan. Oleh sebab itu, setiap anak dengan
2.5.5 Noma
pipi. Noma terjadi pada malnutrisi berat karena adanya penurunan daya tahan
tubuh. Penyakit ini mempunyai bau yang khas dan tercium dari jarak beberapa
meter. Noma dapat sembuh tetapi menimbulkan bekas luka yang tidak dapat
hilang seperti lenyapnya hidung atau tidak dapat menutupnya mata yang
2.6 Tatalaksana
Anak yang terdeteksi memiliki gizi buruk harus dilakukan pemeriksaan
klinis secara keseluruhan terlebih dahulu untuk mengonfirmasi adanya
kemungkinan komplikasi. Selain itu, nafsu makan anak juga perlu diidentifikasi.
Jika anak memiliki nafsu makan serta keadaan umum yang baik, maka anak dapat
dirawat jalan. Sedangkan jika telah terdapat komplikasi, edema berat atau nafsu
makan yang buruk, maka anak akan dirawat inap. Anak harus dipisahkan dari
pasien infeksi dan ditempatkan diruangan yang hangat (25-30oC).22,23
No Stabilisasi Rehabilitasi
1. Pencegahan atau
tatalaksana hipoglikemia
2. Pencegahan atau
tatalaksana hipotermia
3. Tatalaksana atau
pencegahan dehidrasi
4. Memperbaiki gangguan
keseimbangan elektrolit
5. Mengobati infeksi
7. Mulai memberikan
makanan dengan perlahan
8. Memberikan makanan
untuk tumbuh kejar
9. Memberikan stimulasi
untuk tumbuh kembang
dilakukan melalui dua fase yaitu fase stabilisasi dan fase rehabilitasi.24,25
mencegah infeksi. Pada fase ini dillakukan pencegahan atau tatalaksana terhadap
Fase rehabilitasi adalah suatu terapi gizi buruk yang bertujuan untuk
mengembalikan jaringan yang hilang atau catch-up growth. Fase ini ditandai
dengan kembalinya nafsu makan, tidak ada hipoglikemi serta edema berkurang
atau menghilang. Fase ini penting karena akan terjadi perbaikan sistem metabolik
sehingga dapat terjadi peningkatan berat badan.29,30 Peningkatan berat badan harus
dilakukan secara bertahap karena peningkatan berat badan yang terlalu cepat
3.2 ANAMNESIS
Pasien laki-laki usia 3 tahun 9 bulan dirawat di Bangsal Anak RSUD Dr
Achmad Mochtar pada tanggal 7 Desember 2018 dengan Keluhan Utama :
kejang ± 1 jam sebelum masuk Rumah Sakit.
Gigi dan mulut : Mukosa bibir dan mulut basah, lidah kotor
Paru
I : Simetris kiri dan kanan dalam keadaan statis serta dinamis
P : Fremitus tidak bisa dilakukan
Pr : Sonor
A : Suara nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Jantung
I : Iktus cordis tidak terlihat
P : Iktus cordis teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Pr : Batas jantung atas RIC II, kanan LSD, kiri 1 jari medial LMCS RIC V
A : Irama reguler, teratur, bising (-)
Abdomen
I : Tampak datar, distensi tidak ada
A : Bising Usus (+) normal
P : Supel, hepar tidak teraba, Lien tidak teraba
Pr : Timpani
Punggung : Tidak ditemukan kelainan
Alat Kelamin : Desensus testis bilateral, A1 P1 G1
Anus : tidak diperiksa
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik
Reflek Fisiologis +/+, Reflek Patologis -/-
3.5 DIAGNOSIS
Epilepsi + gizi buruk + dermatitis + kandidiasis oral
- Elektroensefalografi
- CT-SCAN
3.6 PENATALAKSANAAN
1. Terapi Non farmakologis
Makanan cair 6x125 cc = 750 KKal
2. Terapi Farmakologis
Oksigen 1L/menit
IVFD KAEN 1 B 750cc/hr = 10 tpm Makro
Sibital 2x20 mg
Ampisilin 4x200 mg IV
Gentamisin 2x20 mg IV
Nistatin drop 4x0,8 ml
Edukasi tentang:
Obat harus diminum teratur, tidak boleh putus obat
Pentingnya menjaga higiene dan sanitasi lingkungan
Follow up
10 desember 2018
S/ Demam tidak ada
Kejang tidak ada
Gatal pada kulit tidak ada
Lidah kotor
Sesak nafas tidak ada
Demam tidak ada
Batuk tidak ada
BAB dan BAK normal
O/ KU KES TD ND Nfs T
Sdg sadar 100/60 96x 34x 37,0ºC
Berat badan : 8 kg ; Tinggi Badan : 79 cm
Mata : konjungtiva anemis ada, sclera ikterik tidak ada
Kulit : Teraba hangat, terdapat plak hiperpigmentasi di kedua tungkai,
lipat siku, punggung, badan dan kepala
Leher : tidak ada pembesaran KGB
Cor : irama teratur, bising tidak ada
Pulmo : vesikuler, rhonki tidak ada, wheezing tidak ada
Abdomen : supel, hepar lien tidak teraba
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik
Laboratorium (10 Desember 2018) :
Albumin : 2,0 g/DL
Ca AS : 7,8 mg/DL
Total protein : 5,7 g/DL
Kalium : 5,79 mEq/L
Natrium : 148,7 mEq/L
Khlorida : 117,8 mEq/L
Ureum : 7,5 mg/dL
Kreatinin : 0,3 mg/dL
A/ Epilepsi
Gizi buruk
Kandidiasis Oral
Dermatitis
P/ Makanan cair 6x125 cc = 750 KKal
Oksigen 1L/menit
IVFD KAEN 1 B 750cc/hr = 10 tpm Makro
Sibital 2x20 mg
Ampisilin 4x200 mg IV
Gentamisin 2x20 mg IV
Nistatin drop 4x0,8 ml
R/ Konsul ke spesialis kulit
11 Desember 2018
S/ Demam tidak ada
Kejang tidak ada
Gatal pada kulit tidak ada
Lidah kotor
Sesak nafas tidak ada
Demam tidak ada
Batuk tidak ada
BAB dan BAK normal
O/ KU KES TD ND Nfs T
Sdg sadar 95/60 100x 32x 36,8ºC
Berat badan : 8 kg ; Tinggi Badan : 79 cm
Mata : konjungtiva anemis ada, sclera ikterik tidak ada
Kulit : teraba hangat, terdapat plak hiperpigmentasi di kedua
tungkai, lipat siku, punggung, badan dan kepala (hasil
konsul dari spesialis kulit : diagnosis impetigo)
Leher : tidak ada pembesaran KGB
Cor : irama teratur, bising tidak ada
Pulmo : vesikuler, rhonki tidak ada, wheezing tidak ada
Abdomen : supel, hepar lien tidak teraba
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik
A/ Epilepsi
Gizi buruk
Kandidiasis Oral
Dermatitis
P/ Makanan cair 6x125 cc = 750 KKal
Oksigen 1L/menit
IVFD KAEN 1 B 750cc/hr = 10 tpm Makro
Sibital 2x20 mg
Ampisilin 4x200 mg IV
Gentamisin 2x20 mg IV
Nistatin drop 4x0,8 ml
BAB 4
DISKUSI
Pada tanggal 6 Desember 2018, pasien laki-laki usia 3 tahun 9 bulan dirawat
di bangsal anak RSUD Dr Achmad Mochtar dengan keluhan utama kejang sejak ±
1 jam SMRS, kemudian pasien sadar dan kejang terulang hingga 3x, kejang
berlangsung <15 menit dengan tangan dan tungkai kelonjotan seluruh tubuh dan
gerakan kejang. Pada pasien ini terdapat gerakan tangan dan tungkai kelonjotan
seluruh tubuh dan mata tampak melotot ke atas. Gerakan ini merupakan gerakan
yang selalu ada pada saat kejang. Sehingga dapat diklasifikasikan pada tipe kejang
umum tonik-klonik.
Pada pasien ini, faktor etiologi adalah faktor idiopatik, yaitu penyebab tidak
diketahui dan tidak ada riwayat epilepsi pada keluarga. Karena menurut teori, etiologi
epilepsi dibagi menjadi idiopatik dan simptomatik. Dan epilepsi terbanyak disebabkan
oleh faktor idiopatik. Sedangkan faktor simtomatik dapat disebabkan oleh tumor otak,
Pada pemeriksaan fisik didapatkan status generalis dan status lokalis secara
sistematis berada dalam batas normal. Hal ini menjelaskan kesesuaian pemeriksaan fisik
glukosa atau keseimbangan elektrolit, trauma kepala dan perdarahan. Pada pasien
ini tidak terdapat mual muntah. Tidak ada penurunan napsu makan. Pasien juga
adanya suatu infeksi. Pada pasien ini dapat saja dicuriagi adanya infeksi yang
postur tubuh yang disebabkan oleh gangguan perkembangan otak sejak dalam kandungan
atau di masa kanak-kanak. Kelainan tersebut biasanya disertai dengan gangguan sensasi,
Gejala cerebral palsy mulai dapat diamati pada anak-anak di bawah umur 3 tahun. Pasien
mengalami keterlambatan motorik. Saat ini pasien berumur 3 tahun 1 bulan masih belum
bisa berjalan dan berbicara. Pasien tidak bisa melakukan komunikasi dua arah. Pada mata
merupakan tanda yang menunjukkan kejadian cerebral palsy. Pada usia 1 tahun, pasien
Terapi yang diberikan kepada pasien ini adalah Terapi yang diberikan pada
pasien ini adalah IVFD KA EN 1B 105 cc/Kg/hari, ini digunakan untuk cairan
berupa Cefotaxim 2x250 mg. Menurut penyaji hal ini sesuai untuk pasien dengan
ataupun kejang diberikan obat maintence. Obat maintence diberikan dengan dosis
efek samping obat yang tidak begitu berarti pada anak. Pada obat selain asam
valproat dapat mengakibatkan mengantuk pada pasien yang akan berujung pada
setelah 2 tahun bebas kejang. Luminal diberikan sebagai agen efektif untuk kejang
umum tonik klonik dan parsial.digunakan sebagai obat kejang dengan kerja
berikatan dengan tempat ikatan barbiturat. Selain itu obat ini memiliki toksisitas