Anda di halaman 1dari 37

REFERAT

SKLERITIS DAN
EPISKLERITIS
Oleh
Ulfa Auliyah (21401101016)

Pembimbing : dr Chairunisa Ferdiana,Sp.M., M.Si


Latar Belakang
Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi sklera dan episklera?
2. Bagaimana definisi, etiologi, patofisiologi skleritis dan episkleritis?
3. Bagaimana diagnosis skleritis dan episkleritis?
4. Bagaimana penatalaksanaan, komplikasi, serta prognosis skleritis dan
episkleritis?
Tujuan
1. Mengetahui dan memahami anatomi sklera dan episklera?
2. Mengetahui dan memahami definisi, etiologi, patofisiologi skleritis
dan episkleritis?
3. Mengetahui dan memahami diagnosis skleritis dan episkleritis?
4. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan, komplikasi, serta
prognosis skleritis dan episkleritis?
Manfaat
1. Menambah wawasan mengenai ilmu penyakit mata khususnya
skleritis dan episkleritis
2. Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang
mengikuti kepaniteraan klinik bagian ilmu penyakit mata
Tinjauan Pustaka
ANATOMI SKLERA DAN EPISKLERA
SKLERITIS
DEFINISI
• Skleritis adalah suatu kelainan yang jarang, merupakan gangguan
granulomatosa yang ditandai dengan infiltrasi seluler, destruksi
kolagen, dan remodelling vascular.
• Pada sepertiga kasus skleritis terjadi bilateral. Wanita lebih sering
terkena penyakit ini dibandingkan pria. Timbul pada usia 50-60
tahun. Skleritis terjadi tidak lebih sering dibandingkan dengan
episkleritis akan tetapi penyebabnya hampir sama1
ETIOLOGI
PATOFISIOLOGI
• Inflamasi yang mempengaruhi sklera  penyakit imun sistemik dan
penyakit kolagen pada vaskular.
• Disregulasi pada penyakit auto imun secara umum merupakan faktor
predisposisi dari skleritis. Proses inflamasi bisa disebabkan oleh
kompleks imun yang berhubungan dengan
- kerusakan vascular (reaksi hipersensitivitas tipe III dan
- respon kronik granulomatous (reaksi hipersensitivitas tipe IV).
DIAGNOSIS
Untuk menegakkan diagnosis episkleritis dilihat dari anamnesa,
pemeriksaan oftalmologi

Gejala:
- Mata merah
- Nyeri
- Didapatkan penurunan penglihatan pada tipe nekrosis
Klasifikasi Skleritis
• Skleritis Anterior
Terdapat 4 tipe skleritis anterior yaitu:
1. Difus  ditandai dengan peradangan yang luas pada
seluruh permukaan sklera. Bentuk ini dihubungkan dengan
artritis rematoid, herpes zoster oftalmikus dan gout.
2. Nodular  ditandai dengan adanya salah satu atau
lebih nodul radang yang eritema. Bentuk ini
dihubungkan dengan herpes zoster oftalmikus
3. Nekrosis
Bentuk ini lebih berat dan 40% menunjukkan penurunan
visus. Bentuk skleritis nekrotik terbagi 2 yaitu 2
• skleritis nekrotik dengan inflamasi (sklerokeratitis). Nyeri
sangat berat dan kerusakan pada sklera tampak jelas.
• skleritis nektotik tanpa inflamasi (scleromalacia perforans)
yang biasanya terjadi pada pasien dengan rheumatoid
arthritis. Pada scleromalacia perforans, perforasi jarang
terjadi, kecuali bila terdapat trauma atau glukoma.
• Skleritis Posterior
- Kasus skleritis posterior didiagnosa bersamaan dengan
skleritis anterior.
- Gejala yang timbul berupa nyeri, penurunan penglihatan,
dengan sedikit atau tanpa kemerahan. Pada kelainan ini, dapat
timbul viritis ringan, edema caput nervi optic, ablatio retina
serosa. Diagnosa ini berdasarkan pada penebalan sclera
posterior dan koroid dengan USG. 1
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan untuk
mengidentifikasi penyakit sistemik yang terkait dengan skleritis
yaitu:1
• Hitung darah lengkap dan laju endap darah
• Faktor rheumatoid serum (RF)
• Antibodi antinukleus serum (ANA)
• Antibodi sitoplasmik antineutrofil serum (ANCA)
• Kadar asam urat serum
• Urinalisa
• Rontgen thoraks
• VDRL serum
PENATALAKSANAAN
• Terapi awal untuk skleritis adalah obat anti inflamasi nonsteroid
sistemik  indometasin 75 mg perhari atau ibuprofen 600 mg
perhari.

• Apabila tidak didapatkan respon selama 1-2 minggu maka


diperlukan prednisone oral 0,5 -1,5 mg/kgBB/hari.
• Pada penyakit yang berat diperlukan terapi berupa
methylprednisolone intravena 1gram.

• Pemberian cyclophosphamide (imunosupresan) dilakukan


apabila terdapat ancaman perforasi1
KOMPLIKASI
• Komplikasi yang dapat terjadi pada skleritis adalah
keratitis,
uveitis,
galukoma,
granuloma subretina,
ablasio retina eksudatif,
PROGNOSIS
Prognosis skleritis tergantung pada penyakit penyebabnya.
1. SE biasanya relatif jinak dan sembuh sendiri dimana termasuk tipe
skleritis difus atau skleritis nodular tanpa komplikasi pada mata.
2. rematoid artritis atau polikondritis adalah tipe skleritis difus,
nodular atau nekrotik dengan atau tanpa komplikasi pada mata.
3. Skleritis tipe nekrotik merupakan tipe yang paling destruktif dan
skleritis dengan penipisan sklera yang luas atau yang telah
mengalami perforasi mempunyai prognosis yang lebih buruk
daripada tipe skleritis yang lainnya.3
EPISKLERITIS
DEFINISI
Episkleritis merupakan reaksi radang pada episklera
yaitu jaringan ikat vaskuler yang terletak di antara
kojungtiva dan permukaan sklera. Penyakit ini biasanya
terjadi pada usia 20-50 tahun, mengenai wanita tiga
kali lebih sering dibandingkan pria dan membaik dalam
beberapa hari sampai minggu. Umumnya, episkleritis
bersifat ringan, namun bisa sebagai tanda adanya
penyakit sistemik. 3
ETIOLOGI
Radang pada episkleritis disebabkan karena reaksi
hipersensitivitas terhadap penyakit sistemik seperti
tuberculosis, rheumatoid arthritis, dan SLE, selain itu
merupakan suatu reaksi toksik, alergenik, atau
merupakan bagian dari infeksi. Dapat saja kelainan ini
terjadi secara spontan dan idiopatik.3
PATOFISIOLOGI
Mekanisme terjadinya episkleritis diduga disebabkan
-proses autoimun.
-proses peradangan dapat disebabkan oleh kompleks imun
yang mengakibatkan kerusakan vascular (hipersensitivitas tipe
III) ataupun respon granulomatosa kronik hipersensitivitas tipe
(IV).
DIAGNOSIS
Untuk menegakkan diagnosis episkleritis dilihat dari anamnesa,
pemeriksaan oftalmologi

ANAMNESA
Gejala episkleritis yang timbul:
• Mata merah, rasa tidak nyaman
• Tidak ada gangguan tajam penglihatan
• Nyeri
Klasifikasi Episkleritis
1. Episkleritis simple
• Biasanya jinak, sering bilateral, reaksi inflamasi terjadi pada usia
40-an yang berpotensi mengalami rekurensi. Wanita lebih banyak
daripada laki-laki
• Gejala klinis yang muncul berupa rasa tidak nyaman pada mata,
tanda-tanda inflamasi dan fotofobia. Terdapat pelebaran
pembuluh darah baik difus maupun segmental.
2. Episkleritis nodular
Pada pemeriksaan ditemukan nodul merah keunguan berbatas
tegas berada dibawah konjungtiva. Nodul dapat digerakkan. Bila
nodul ditekan dengan kapas atau ditekan pada kelopak diatas
benjolan, maka akan menimbulkan rasa sakit yang menjalar ke
sekitar mata.
Membedakan Skleritis dan Episkleritis
Cara membedakan episkleritis dengan skleritis adalah dengan
melakukan tes fenil efrin 2,5% (tetes mata) yang merupakan
vasokonstriktor. Pada episkleritis, penetesan fenil efrin 2,5% akan
mengecilkan kongesti dan mengurangi kemerahan (blanching /
memucat), sedangkan pada skleritis kemerahan menetap8
PENATALAKSANAAN
1. Non-medikamentosa
• Bila terdapat riwayat terkena zat eksogen misalnya alergen atau
iritan, maka perlu menghindari zat tersebut untuk mengurangi
gejala yang dirasakan dan mencegah episkleritis berulang
• Bila terjadi gejala sensitifitas terhadap cahaya, penggunaan
kacamata hitam dapat membantu
2. Medikamentosa
• Episkleritis simple, biasanya sembuh sendiri dalam 1-2 minggu
• Gejala ringan hingga sedang dapat diberikan artificial tears setiap
4-6 jam hingga kemerahan meredah
• Pada kasus yang didasari kelainan lokal atau sistemik, dibutuhkan
terapi yang lebih spesifik
-Doksisiklin 100 mg, 2 kali sehari untuk rosacea
-Terapi antimikroba untuk tuberculosis, sifilis
• Obat anti-inflamasi nonsteroid lokal atau sistemik atau
kortikosteroid untuk penyakit kolagenvaskuler
KOMPLIKASI
• Episkleritis dapat sembuh sempurna atau bersifat resdif
(kambuh/berulang) yang dapat menyerang pada tempat yang
sama ataupun berbeda-beda dengan lama sakit umumnya
berlangsung 4-5 minggu.
• Komplikasi yang timbul adalah apabila terjadi peradangan lebih
dalam pada sklera yang disebut sebagai skleritis.3
PROGNOSIS
• Ad vitam (pengaruh penyakit terhadap proses kehidupan)
dubia ad bonam
• Ad functionam (pengaruh penyakit terhadap fungsi organ atau
fungsi manusia dalam melakukan tugasnya) : dubia ad bonam
• Ad sanationam (penyakit yang dapat sembuh total sehingga
dapat beraktivitas seperti biasa) : dubia ad bonam
Kesimpulan
• Skleritis adalah peradangan pada sklera dan episkleritis adalah
peradangan pada episklera
• Penyebab skleritis dan episkleritis belum diketahui pasti, namun
dapat diakibatkan oleh reaksi hipersensitivitas terhadap penyakit
sistemik
• Gejala
• Terapi dari skleritis dan episkleritis sesuai dengan penyakit yang
mendasarinya
• Episkleritis dapat menimbulkan komplikasi berupa skleritis,
sedangkan pada skleritis berupa keratitis, uveitis, glukoma
• Prognosis dari skleritis adapat baik dan dapat buruk tergantung
penyebabnya, sedangkan episkleritis adalah baik.
Daftar Pustaka
1. Riordan-Eva, Paul, John P.Whitcher. Vaughan & Asbury’s General Ophthalmology. USA:
Mc.GrawHill; 2008.
2. Gaeta, Theodore J. Scleritis in Emergency Medicine [online]. 2008. Tersedia pada
http://emedicine.medscape.com/article/809166-overview. {Dikutip
3. tanggal 23 Februari 2019}
4. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, 1997.
5. Foulks GN, Langston DP. Cornea and External Disease. In: Manual of Ocular Diagnosis and
Therapy. Second Edition. United States of America: Library of Congress Catalog. 1988; 111-
64. Subramanian M. Eye. http://www.medlineplus.com [diakses 30 November2008]
6. Bolumleri. Sklera. http://www.eyestar.com.tr/htm/sklera.htm [diakses 23 Februari 2019]
7. Watson P, hayreh S. Scleritis and episcleritis. Brithsh journal ophthalmology.1976.163-191.
8. Menteri Kesehatan RI, 2014. PERMENKES No. 5 Tahun 2014 Tentang Panduan Praktik Klinis
Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer.

Anda mungkin juga menyukai