SKLERITIS DAN
EPISKLERITIS
Oleh
Ulfa Auliyah (21401101016)
Gejala:
- Mata merah
- Nyeri
- Didapatkan penurunan penglihatan pada tipe nekrosis
Klasifikasi Skleritis
• Skleritis Anterior
Terdapat 4 tipe skleritis anterior yaitu:
1. Difus ditandai dengan peradangan yang luas pada
seluruh permukaan sklera. Bentuk ini dihubungkan dengan
artritis rematoid, herpes zoster oftalmikus dan gout.
2. Nodular ditandai dengan adanya salah satu atau
lebih nodul radang yang eritema. Bentuk ini
dihubungkan dengan herpes zoster oftalmikus
3. Nekrosis
Bentuk ini lebih berat dan 40% menunjukkan penurunan
visus. Bentuk skleritis nekrotik terbagi 2 yaitu 2
• skleritis nekrotik dengan inflamasi (sklerokeratitis). Nyeri
sangat berat dan kerusakan pada sklera tampak jelas.
• skleritis nektotik tanpa inflamasi (scleromalacia perforans)
yang biasanya terjadi pada pasien dengan rheumatoid
arthritis. Pada scleromalacia perforans, perforasi jarang
terjadi, kecuali bila terdapat trauma atau glukoma.
• Skleritis Posterior
- Kasus skleritis posterior didiagnosa bersamaan dengan
skleritis anterior.
- Gejala yang timbul berupa nyeri, penurunan penglihatan,
dengan sedikit atau tanpa kemerahan. Pada kelainan ini, dapat
timbul viritis ringan, edema caput nervi optic, ablatio retina
serosa. Diagnosa ini berdasarkan pada penebalan sclera
posterior dan koroid dengan USG. 1
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan untuk
mengidentifikasi penyakit sistemik yang terkait dengan skleritis
yaitu:1
• Hitung darah lengkap dan laju endap darah
• Faktor rheumatoid serum (RF)
• Antibodi antinukleus serum (ANA)
• Antibodi sitoplasmik antineutrofil serum (ANCA)
• Kadar asam urat serum
• Urinalisa
• Rontgen thoraks
• VDRL serum
PENATALAKSANAAN
• Terapi awal untuk skleritis adalah obat anti inflamasi nonsteroid
sistemik indometasin 75 mg perhari atau ibuprofen 600 mg
perhari.
ANAMNESA
Gejala episkleritis yang timbul:
• Mata merah, rasa tidak nyaman
• Tidak ada gangguan tajam penglihatan
• Nyeri
Klasifikasi Episkleritis
1. Episkleritis simple
• Biasanya jinak, sering bilateral, reaksi inflamasi terjadi pada usia
40-an yang berpotensi mengalami rekurensi. Wanita lebih banyak
daripada laki-laki
• Gejala klinis yang muncul berupa rasa tidak nyaman pada mata,
tanda-tanda inflamasi dan fotofobia. Terdapat pelebaran
pembuluh darah baik difus maupun segmental.
2. Episkleritis nodular
Pada pemeriksaan ditemukan nodul merah keunguan berbatas
tegas berada dibawah konjungtiva. Nodul dapat digerakkan. Bila
nodul ditekan dengan kapas atau ditekan pada kelopak diatas
benjolan, maka akan menimbulkan rasa sakit yang menjalar ke
sekitar mata.
Membedakan Skleritis dan Episkleritis
Cara membedakan episkleritis dengan skleritis adalah dengan
melakukan tes fenil efrin 2,5% (tetes mata) yang merupakan
vasokonstriktor. Pada episkleritis, penetesan fenil efrin 2,5% akan
mengecilkan kongesti dan mengurangi kemerahan (blanching /
memucat), sedangkan pada skleritis kemerahan menetap8
PENATALAKSANAAN
1. Non-medikamentosa
• Bila terdapat riwayat terkena zat eksogen misalnya alergen atau
iritan, maka perlu menghindari zat tersebut untuk mengurangi
gejala yang dirasakan dan mencegah episkleritis berulang
• Bila terjadi gejala sensitifitas terhadap cahaya, penggunaan
kacamata hitam dapat membantu
2. Medikamentosa
• Episkleritis simple, biasanya sembuh sendiri dalam 1-2 minggu
• Gejala ringan hingga sedang dapat diberikan artificial tears setiap
4-6 jam hingga kemerahan meredah
• Pada kasus yang didasari kelainan lokal atau sistemik, dibutuhkan
terapi yang lebih spesifik
-Doksisiklin 100 mg, 2 kali sehari untuk rosacea
-Terapi antimikroba untuk tuberculosis, sifilis
• Obat anti-inflamasi nonsteroid lokal atau sistemik atau
kortikosteroid untuk penyakit kolagenvaskuler
KOMPLIKASI
• Episkleritis dapat sembuh sempurna atau bersifat resdif
(kambuh/berulang) yang dapat menyerang pada tempat yang
sama ataupun berbeda-beda dengan lama sakit umumnya
berlangsung 4-5 minggu.
• Komplikasi yang timbul adalah apabila terjadi peradangan lebih
dalam pada sklera yang disebut sebagai skleritis.3
PROGNOSIS
• Ad vitam (pengaruh penyakit terhadap proses kehidupan)
dubia ad bonam
• Ad functionam (pengaruh penyakit terhadap fungsi organ atau
fungsi manusia dalam melakukan tugasnya) : dubia ad bonam
• Ad sanationam (penyakit yang dapat sembuh total sehingga
dapat beraktivitas seperti biasa) : dubia ad bonam
Kesimpulan
• Skleritis adalah peradangan pada sklera dan episkleritis adalah
peradangan pada episklera
• Penyebab skleritis dan episkleritis belum diketahui pasti, namun
dapat diakibatkan oleh reaksi hipersensitivitas terhadap penyakit
sistemik
• Gejala
• Terapi dari skleritis dan episkleritis sesuai dengan penyakit yang
mendasarinya
• Episkleritis dapat menimbulkan komplikasi berupa skleritis,
sedangkan pada skleritis berupa keratitis, uveitis, glukoma
• Prognosis dari skleritis adapat baik dan dapat buruk tergantung
penyebabnya, sedangkan episkleritis adalah baik.
Daftar Pustaka
1. Riordan-Eva, Paul, John P.Whitcher. Vaughan & Asbury’s General Ophthalmology. USA:
Mc.GrawHill; 2008.
2. Gaeta, Theodore J. Scleritis in Emergency Medicine [online]. 2008. Tersedia pada
http://emedicine.medscape.com/article/809166-overview. {Dikutip
3. tanggal 23 Februari 2019}
4. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, 1997.
5. Foulks GN, Langston DP. Cornea and External Disease. In: Manual of Ocular Diagnosis and
Therapy. Second Edition. United States of America: Library of Congress Catalog. 1988; 111-
64. Subramanian M. Eye. http://www.medlineplus.com [diakses 30 November2008]
6. Bolumleri. Sklera. http://www.eyestar.com.tr/htm/sklera.htm [diakses 23 Februari 2019]
7. Watson P, hayreh S. Scleritis and episcleritis. Brithsh journal ophthalmology.1976.163-191.
8. Menteri Kesehatan RI, 2014. PERMENKES No. 5 Tahun 2014 Tentang Panduan Praktik Klinis
Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer.