Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN KASUS

MATA KIRI DENGAN PTERIGIUM

Diajukan Guna Memenuhi Tugas Kepaniteraan Senior


Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Penguji Kasus

: dr. Liana Ekowati, Sp.M

Pembimbing

: dr. Yurike Tiurna Parsaulin

Dibacakan Oleh

: Julius King

Dibacakan Tanggal

: 8 Februari 2016

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2016

HALAMAN PENGESAHAN

Melaporkan wanita 53 tahun dengan Pterigium pada mata kiri:


Penguji Kasus

: dr. Liana Ekowati, Sp.M

Pembimbing

: dr. Yurike Tiurna Parsaulin

Dibacakan Oleh

: Julita Ashrifah Rahmah

Dibacakan Tanggal

: 8 Februari 2016

Diajukan guna memenuhi tugas Kepaniteraan Senior di Bagian Ilmu Kesehatan


Mata Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
Semarang, 8 Februari 2016
Mengetahui
Penguji kasus

Pembimbing

dr. Liana Ekowati, Sp.M

dr. Yurike Tiurna Parsaulin

LAPORAN KASUS

Kepada Yth.

: dr. Liana Ekowati, Sp.M

Pembimbing

: dr. Yurike Tiurna Parsaulin

Dibacakan oleh

: Julius King

Dibacakan tanggal

: 8 Februari 2016

I.

PENDAHULUAN
Pterigium merupakan suatu pertumbuhan fibrovaskuler konjungtiva yang

bersifat degenerative dan infasif berbentuk segitiga dengan puncak di bagian


sentral atau ditengah-tengah kornea. Pertumbuhan biasanya terletak pada celah
kelopak abgian nasal maupun temporal konjungtiva yang meluas ke kornea2
Di Amerika Serikat angka kejadian pterigium sangat bervariasi tergantung
pada lokasi geografisnya. Di daratan Amerika serikat, prevalensinya berkisar
kurang dari 2% untuk daerah di atas 400 lintang utara sampai 5-15% untuk daerah
garis lintang 280-360. Hubungan ini terjadi untuk tempat-tempat yang
prevalensinya meningkat dan daerah-daerah elevasi yang terkena penyinaran
ultraviolet untuk daerah di bawah garis lintang utara ini. Secara Internasional
hubungan antara menurunnya insidensi pada daerah atas lintang utara dan relative
terjadi peningkatan untuk daerah di bawah garis balik lintang utara.
Pterigium pada umumnya prognosisnya baik secara kosmetik maupun
penglihatan, namun hal itu juga tergantung dari ada tidaknya infeksi pada daerah
pembedahan.

II.

III.

IDENTITAS PENDERITA
Nama
: Ny. S
Umur
: 53 tahun
Agama
: Islam
Alamat
: Karangjati, Blora
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
No. CM
: C391438
Tanggal Periksa : 2 Februari 2016

ANAMNESIS

(Autoanamnesis pada tanggal 2 Februari 2016 pukul 13.30 WIB di poli mata
RSDK)
Keluhan Utama : Tumbuh daging di mata kiri
Riwayat Penyakit Sekarang :
+ 6 tahun yang lalu pasien mengeluh mata seperti ada daging tumbuh di
mata kiri, rasa ganjel (+), mata merah (-), nyeri (-). Pasien memeriksakan diri ke
dokter dan dokter hanya memberikan obat tetes mata biasa. Pasien lalu diberikan
kacamata normal dan keluhan berkurang. Obat tetes mata juga mengurangi
keluhan. Pasien jarang kontrol dikarenakan keluhan tidak terlalu menggangu.
+ 1 minggu yang lalu mata pasien merah dan merasa tidak enak saat
memasak maupun keluar rumah untuk mengantarkan cucu sekolah. Mata seperti
ada ganjel (+), nyeri (-), pandangan kabur (-). Lalu pasien diberikan obat P-pred 4
tetes perhari. Memakai kacamata. Sekarang pasien datang untuk kontrol.
Riwayat Penyakit Dahulu :
-

Riwayat trauma disangkal


Riwayat menggunakan kacamata (+)

Riwayat Penyakit Keluarga :


-

Tidak ada keluarga yang sakit seperti ini sebelumnya.

Riwayat Sosial Ekonomi :


-

Pasien sering memasak (buka catering).


4

Biaya pengobatan ditanggung asuransi kesehatan dari PNS.


Kesan : Sosial ekonomi cukup.

IV.

PEMERIKSAAN

PEMERIKSAAN FISIK
Status Praesen (Tanggal 2 Februari 2016)
Keadaan umum

: Baik

Kesadaran

: Komposmentis

Tanda Vital

: TD : 120/80 mmHg
Suhu : 360C
Nadi : 80x/menit
RR : 18x/menit

Pemeriksaan Fisik

: Kepala

: Mesosefal

Thoraks

: Cor : tidak ada kelainan


Paru : tidak ada kelainan

Abdomen

: Tidak ada kelainan

Ekstremitas : Tidak ada kelainan.

Status Oftalmologi (Tanggal 2 Februari 2016)


Oculus Dexter
6/12
tidak dilakukan
tidak dilakukan
Gerak bola mata bebas

VISUS
KOREKSI
SENSUS COLORIS
PARASE/PARALYSE

Oculus Sinister
6/12
tidak dilakukan
tidak dilakukan
Gerak bola mata bebas

kesegala arah
Tidak ada kelainan
Edema (-), spasme (-)

SUPERCILIA
PALPEBRA

kesegala arah
Tidak ada kelainan
Edema (-), spasme (-)

Edema (-), spasme (-)

SUPERIOR
PALPEBRA

Edema (-), spasme (-)

Hiperemis (-), Sekret (-),

INFERIOR
CONJUNGTIVA

Hiperemis (-), Sekret (-),

Edema (-)
Hiperemis (-), Sekret (-),

PALPEBRALIS
CONJUNGTIVA

Edema (-)
Hiperemis (-), Sekret (-),

Edema (-)

FORNICES

Edema (-)

Injeksi (-), Sekret (-)

CONJUNGTIVA

Injeksi (-), jaringan

BULBI

fibrovascular (+) berbentuk


segitiga, apex di temporal
mencapai 2 mm kornea tidak

Jernih
Kedalaman cukup, Tyndall

CORNEA
CAMERA OCULI

menutupi axis visual


Jernih
Kedalaman cukup, Tyndall

Effect (-)
Kripte (+)
Bulat, sentral, regular,

ANTERIOR
IRIS
PUPIL

Effect (-)
Kripte (+)
Bulat, sentral, regular,

d : 3mm, Refleks pupil (+) N


Jernih
(+) cemerlang
T Digital N
Tidak dilakukan

LENSA
FUNDUS REFLEKS
TENSIO OCULI
SISTEM CANALIS

d : 3mm, Refleks pupil (+) N


Jernih
(+) cemerlang
T Digital N
Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

LACRIMALIS
TEST FLUORESCEIN

Tidak dilakukan

Status Oftalmologi (Tanggal 2 Februari 2016)

OS
jaringan fibrovascular (+)
berbentuk segitiga, apex di
nasal mencapai 2 mm kornea
tidak menutupi axis visual

V. RESUME
+ 6 tahun yang lalu pasien mengeluh mata seperti ada kotoran, mata merah
(-), nyeri (-). Pasien memeriksakan diri ke dokter dan dokter hanya
memberikan obat tetes mata biasa. Pasien lalu diberikan kacamata normal dan
keluhan berkurang. Obat tetes mata juga mengurangi keluhan. Pasien jarang
kontrol dikarenakan keluhan tidak terlalu menggangu.
+ 1 minggu yang lalu mata pasien merah dan merasa tidak enak saat
memasak maupun keluar rumah untuk mengantarkan cucu sekolah. Mata
seperti ada ganjel (+), nyeri (-), pandangan kabur (-). Lalu pasien diberikan
obat P-pred 4 tetes perhari. Memakai kacamata. Sekarang pasien datang
untuk kontrol.

Status Oftalmologi :
Oculus Dexter
1/ LPB

VISUS

Oculus Sinister
1/60

VI. DIAGNOSA DIFERENSIAL


OS Pseudopterigium
OS Pannus
OS Kista dermoid
VII. DIAGNOSA
OS Pterigium
VIII. TERAPI
P pred eye drops/ 6 jam OD
Eksisi pterigium
IX. PROGNOSIS
Quo ad visam
Quo ad sanam
Quo ad vitam
Quo ad cosmeticam
X.

OD
Dubia
Dubia

OS
Dubia ad bonam
Dubia ad bonam
Dubia Ad bonam
Ad bonam

SARAN
Program eksisi pterigium.

XI. EDUKASI
Menjelaskan kepada penderita dan keluarga bahwa saat ini keluhan yang
dirasakan diakibatkan oleh iritasi dari sinar matahari dan kebiasaan memasak
sehingga membentuk jaringan ikat di daerah bola mata putih ke bola mata
-

hitam.
Menjelaskan kepada penderita dan keluarga bahwa jaringan ikat tersebut

apabila dibiarkan dapat menyebabkan penurunan penglihatan.


Menjelaskan kepada penderita dan keluarga pentingnya menggunakan

sunglasses untuk menurukan paparan sinar matahari ke mata.


Menjelaskan kepada penderita dan keluarga bahwa pengobatan yang

diberikan saat ini untuk meredakan peradangan.


Edukasi untuk operasi pterigium (daging tumbuh di mata kiri).

XII. DISKUSI
Pterigium
Definisi
Patofisiologi Glaukoma
Pemeriksaan klinis glaukoma

Pengelolaan glaukoma

Klasifikasi glaukoma

XIV. ANALISA KASUS


Pasien didiagnosis sebagai OD glaukoma fakolitik dan katarak senilis
hipermatur OS pterigium nasal dan katarak senilis imatur dengan dasar analisis
sebagai berikut :
1.

Anamnesis:
-

pasien berusia 62 tahun.

1 tahun yang lalu penglihatan kabur seperti melihat kabut saat


melihat jauh maupun dekat, hiperemis (-), fotofobia (-), cekotcekot (-).

1 bulan yang lalu visus mata kanan semakin kabur, hiperemis (-),
fotofobia (-), cekot-cekot (-). Pasien periksa di RSUD Pati
dikatakan katarak, namun belum disarankan operasi.

2 minggu yang lalu penglihatan turun sekali dan hanya dapat


melihat sinar. Mata hiperemis (+), kemeng (+), lakrimasi (+),
fotofobia (+), halo (-), pusing (-), nausea dan vomitus (-).

2.

Pemeriksaan oftalmologis:
-

visus dasar OD 1/ LPB dan visus dasar OS 1/60

conjunctiva bulbi OD mixed injured, OS terdapat jaringan


fibrovaskular berbentuk segitiga, apex di nasal mencapai 4 mm
kornea menutupi axis visual.

Pada pemeriksaan kornea OD edema (+), mikrokistik (+), keratik


presipitat (-) dan OS edema (-), jernih.

Pemeriksaan kamera okuli anterior OD Van Herrick grade III,


cell/flare sulit dinilai dan OS Van Herrick grade III.

Iris OD kripte (+), iris bomban (-), sinekia (-) dan OS kripte (+) iris
bomban (-) sinekia (-)

pada pemeriksaan lensa didapatkan OD kekeruhan merata dan OS


kekeruhan tidak merata.

Fundus reflex OD suram (+), OS suram (+)

10

Funduskopi OD tidak dapat dinilai karena adanya kekeruhan pada


lensa, OS terhalang axis visual pterigium.

Pemeriksaan gonioskop OD tidak dilakukan karena mata edema,


OS kesan terbuka.

Penatalaksanaan pada pasien ini medikasi berupa pemberian obat-obat anti


glaukoma antara lain golongan blocker yaitu Timolol maleat 0.5% obat tetes
mata, golongan Carbonic anhidrase inhibitor yaitu Acetazolamide (Glaucon) 250
mg tablet, p pred obat tetes mata, dan KCl 250 mg tablet. Pemberian timolol
bertujuan untuk menurunkan tekanan intraokular dari kedua mata dengan
menurunkan produksi humor aquous. Penggunaan p pred obat golongan
kortikosteroid untuk mengurangi proses inflamasi, mengurangi nyeri, dan dapat
menurunkan tekanan intraokuler.
Dalam kasus ini pasien disarankan untuk dilakukan operasi ekstraksi
katarak (+IOL) jika TIO terkontrol dengan mengonsumsi obat teratur. Edukasi
untuk operasi pterigium (daging tumbuh di mata kiri). Setelah operasi pterigium,
disarankan untuk evaluasi katarak.

11

DAFTAR PUSTAKA
1. American academy of ophthalmology staff. Basic and clinical science
course. Section 10. Glaucoma. San Fransisco:LIO. 2010.p.3.
2. Ilyas H. Sidarta. Ilmu penyakit mata. Jakarta. Edisi ketiga: Balai Penerbit
FKUI; 2004.239-260.
3. Departemen Kesehatan RI. Survei kesehatan indera penglihatan. Depkes
RI. Jakarta;1997.
4. Blindness in Asia-the fact. Asian J Ophthalmology 200 : 2(4). (special
report)
5. Quigley HA,Broman AT. The nuber of People with glaucoma world wide
in 2010 and 2020. Br J Ophthalmology 2006 : 90 : 262-267.
6. Vaughan D, Asburry T, Riordan-Eva P and Whitcher JP. Vaughan &
Asbury : Oftalmologi Umum. 17 ed. Jakarta: EGC, 2013
7. Wijaya Nana. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta. Edisi 6: Abadi Tegal;1993.220225.
8. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. 3 ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2010.
9. Lang, K. Gerhard. Ophthalmology : A Pocket Textbook Atlas. 2nd edition.
New York : Thieme, 2006
10. Ilyas S, Tansil M and Salamun ZA. Sari Ilmu Penyakit Mata. Jakarta:
Balai Penerbit FK UI, 2000.
11. Association TEMD. Basic and Clinical Science Course: Lens and
Cataract. American Academy of Opthamology, 2013

12

Anda mungkin juga menyukai