DEWASA
Oleh :
R. A. Anggie Bonita P Diponegoro
Pembimbing :
Dr. Eka Dian Safitri Sp. THT
KEPANITERAAN KLINIK STASE ILMU PENYAKIT
TELINGA HIDUNG TENGGOROK
RSIJ CEMPAKA PUTIH
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2015
AUDIOLOGI
Audiologi ialah ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk fungsi
pendengaran yang erat hubungannya dengan habilitasi dan rehabilitasinya.
Rehabilitasi ialah usaha untuk mengembalikan fungsi yang pernah dimiliki,
sedangkan habilitasi ialah usaha untuk memberikan fungsi yang seharusnya dimiliki.
Audiologi medic dibagi atas audiologi dasar dan audiologi khusus.
1. TES PENALA
Penala terdiri dari 1 set (5 buah) dengan frekuensi 128 Hz, 256 Hz, 512 Hz,
1024 Hz dan 2048 Hz. Pada umumnya dipakai 3 macam penala: 512 Hz, 1024 Hz dan
2048 Hz .
Pemeriksaan ini merupakan tes kualitatif. Terdapat berbagai macam tes penala,
seperti tes Rinne, tes Weber, tes Schwabach, tes Bing dan tes Stenger.
Tes Rinne
Tes untuk membandingkan hantaran melalui udara dan hantaran melalui
tulang pada telinga yang diperiksa.
Cara pemeriksaan : Penala digetarkan, tangkainya diletakkan di prosesus
mastoid, setelah tidak terdengar penala dipegang didepan telinga kira-kira
cm bila masih terdengar disebut Rinne Positif. Bila tidak terdengar
Rinne Negatif.
Tes Weber
Tes pendengaran untuk membandingkan hantaran tulang telinga yang sakit
dan telinga yang sehat.
Cara Pemeriksaan : Penala digetarkkan dan tangkai penala diletakkan di
garis tengah kepala (di vertex, dahi, pangkal hidung, di tengah-tengah gigi
seri atau dagu). Apabila bunyi penala terdengar lebih keras dari salah satu
telinga disebut Weber lateralisasi ke telinga tersebut. Bila tidak terdapat
dibedakan kearah telinga mana bunyi terdenagr lebih keras disebut Weber
tidak ada lateralisasi.
Tes Schwabach
dan
bila
pasien
dan
pemeriksa
kira-kira
sama
Tes Stenger
Digunakan pada pemeriksaan tuli anorganik ( simulasi atau pura-pura tuli)
Cara pemeriksaan : menggunakan prinsip masking. Misalnya pada seseorang
yang berpura-pura tuli pada telinga kiri dua buah penala yang identic
digetarkan dan masing-masing diletakkan di depan telinga kiri dan kanan,
dengan cara tidak kelihatan oleh yang diperiksa penala pertama digetarkan dan
diletakkan di depan telinga kanan (yang normal) sehingga jelas terdengar.
Kemudian penala yang kedua digetarkan lebih keras dan diletakkan di depan
telinga kiri ( pura-pura tuli). Apabila kedua telinga normal karena efek
masking, hanya telinga kiri yang mendengar bunyi. Jadi telinga kanan tidak
akan mendengar bunyi.
Untuk mempermudah interpretasi secara klinik dipaki tes Rinne, Tes
Weber, Tes Schwabch secara bersamaan.
2. TES BERBISIK
Pemeriksaan ini bersifat semi-kuantitatif, menentukan derajat ketulian
secara kasar. Hal yang perlu diperhatikan ialah ruangan cukup tenang, dengan
panjang minimal 6 meter. Pada nilai normal tes berbisik 5/6 6/6.
standar ISO dan ASA. ISO = International Standard Organization dan ASA =
American Standard Association.
0 dB ISO = -10 dB ASA atau
10 dB ISO = 0 dB ASA
Pada audiogram angka-angka intensitas dalam dB bukan menyatakan
kenaikan linier, tetapi merupakan kenaikan logaritmik secara perbandingan.
Notasi pada audiogram. Untuk pemeriksaan audiogram, dipakai
grafik AC, yaitu dibuat dengan garis lurus (Intensitas yang diperiksa antara
125-8000Hz) dan grafik BC yaitu dibuat dengan garis terputus-putus
(Intensitas yang diperiksa 250-4000Hz).
Untuk telinga kiri dipakai warna biru, sedangkan untuk telinga kanan, warna
merah.
(AD)
(interrupted sound) dan nada yang terus menerus (continues sound). Bila
ada suara masuk, maka pasien memencet tombol. Akan didapatkan grafik
seperti gigi gergaji, garis yang menarik ialah periode suara yang dapat
didengar, sedangkan garis yang turun ialah suara yang tidak terdengar.
Pada telinga normal, amplitude 10 dB. Pada rekrutmen amplitude lebih
kecil.
AUDIOMETRI OBJEKTIF
Pada pemeriksaan ini pasien tidak harus bereaksi. Terdapat 4 cara
pemeriksaan, yaitu audiometri impedans, elektrokokleografi (E.Coch),
evoked response audiometry dan Oto acoustic Emmision (emisi
otoakustik).
1. AUDIOMETRI IMPEDANS
Pada pemeriksaan ini diperiksa kelenturan membrane timpani
dengan tekanan tertentu pada meatus akustikus eksterna.
a. Timpanometri, yaitu pemeriksaan untuk mengetahui keadaan
dalam kavum timpani.
Terdapat 5 jenis timpanogram yaitu:
- tipe A (normal)
- tipe AD (diskontinuitas tulang-tulang pendengaran)
- tipe AS (kekakuan rangkaian tulang pendengaran)
- tipe B (cairan di dalam tengah)
- tipe C (gangguan fungsi tuba Eustachius)
b. Fungsi tuba Eustachius (Eustachion tube function), untuk
mengetahui tuba Eustachius terbuka atau tertutup.
c. Refleks stapedius, pada telinga normal reflex stapedius muncul
pada rangsangan 80-110 dB di atas ambang dengar.
2. ELEKTROKOKLEOGRAFI
Pemeriksaan ini digunakan untuk merekam gelombanggelombang yang khas dari evoke electropotential cochlea
Caranya ialah dengan electrode jarum (needle electrode), membrane
timpani ditusuk sampai promontorium, kemudian dilihat grafiknya.
reaksi dari batang otak. Middle response antara 10-50 mili detik,
merupakan reaksi dari thalamus dan korteks auditorius primer, Late
response antara 50-500 mili detik, merupakan reaksi dari area
auditorius primer dan sekitarnya.
Penilaian BERA:
1. masa laten absolut gelombang I,III,V
2. beda masing-masing masa laten absolute
3. beda masa latebn absolut telinga kanan dan kiri (interaural latency)
4. beda masa laten pada penurunanintensitas bunyi (latency intensity
function)
5. Rasio amplitude gelombang V/I, yaitu rasio antara nilai puncak
gelombang V ke puncak gelombang I. yang akan meningkat
dengan menurunnya intensitas.
4. OTOACOUSTIC EMISSION/OAE (emisi otoakustik)
Emisi otoakustik merupakan respons koklea yang dihasilkan
oleh sel-sel rambut luar yang dipancarkan dalam bentuk energy
akustik. Sel-sel rambut luar dipersarafi oleh serabut saraf eferan dan
mempunyai elektromotilitas, sehingga pergerakkan sel-sel rambut akan
menginduksi depolarisasi sel. Pergerakan mekanik yang kecil diinduksi
menjadi besar, akibatnya suara yang kecil diinduksi menjadi besar,
akibatnya suara yang kecil diubah menjadi lebih besar. Hal inilah yang
menunjukkan bahwa emisi otoakustik adalah gerakan sel rambut luar
dan merefleksikan fungsi koklea. Sedangkan sel rambut dalam
dipersarafi serabut aferen yang berfungsi mengubah suara menjadi
bangkitan listrik dan tidak ada gerakan dari sel rambut sendiri.
Pemeriksaan OAE dilakukan dengan cara memasukkan sumbat
telinga (probe) ke dalam liang telinga luar. Dalam probe tersebut
terdapat mikrofon dan pengeras suara (loudspeaker) yang berfungsi
memberikan stimulus suara. Mikrofon berfungsi menangkap suara
yang dihasilkan koklea setelah pemberian stimulus. Sumbat telinga di
hubungkan dengan computer untuk mencatat respon yang timbul dari
koklea. Pemeriksaan sebaiknya dilakukan diruangan yang sunyi atau
kedap suara, hal ini untuk mengurangi bising lingkungan. Emisi
Otoakustik dibagi menjadi dua kelompok yaitu : Emisi otoakustik