KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada herpes zoster meliputi :
2. Herpes zoster oftalmikus disebabkan oleh infeksi cabang pertama nervus trigeminus
sehingga manifestasinya pada mata, selain itu juga memengaruhi cabang kedua dan
ketiga. Jika cabang nasosiliar bagian luar terlibat, dengan vesikel pada ujung dan
tepi hidung (Hutchinsons sign), maka keterlibatan mata dapat jelas terlihat. Vesikel
pada margo palpebra juga harus diperhatikan. Kelainan pada mata yang sering
terjadi adalah uveitis dan keratitis, akan tetapi dapat pula terjadi glaukoma, neuritis
optik, ensefalitis, hemiplegia, dan nekrosis retina akut
3. Infeksi sekunder oleh bakteri yang akan menyebabkan terhambatnya penyembuhan
dan akan meninggalkan bekas sebagai sikatrik
B. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Herpes zoster dapat didiagnosa secara klinis berdasarkan lesi kulit yang terlibat pada
kebanyakan kasus.Namun, pada keadaan khusus memerlukan pemeriksaan laboratorium
seperti:
a. Tes Smear Tzank
Hapusan lesi ditempatkan pada slide kaca dan diwarnai dengan Giemsa. Jika hapusan
positif akan menunjukan sel keratinosit yang berinti balon dan selmultinuklear raksasa. Tes
ini cepat dan murah.
b. Biopsi
Biopsi dari lesi herpes zoster menunjukkan gambaran patonogmonik, tetapi biasanya
dilakukan hanya untuk mengetahui gambaran histopatologi lesi atipikal. Biopsi tidak dapat
membedakan HZV dan HSV-1 atau HSV-2 juga terhadap lesi secara diagnosis klinis.(9)
Secara histopatologis terlihat peradangan nekrosis ganglion, kadangkala terlihat
perdarahan ganglia, Pada masa vesikulasi dapat ditemukan virus di vesikel epidermis dan
vaskulitis di lapisan dermis. Lima tanda spesifik secara histopatologis yaitu vesikel di
intraepidermal, degenarasi balon, degenerasi retikuler, sel raksasa berinti banyak dan badan
inklusi eosinofil intranukleus yang sering disebut Lipschutz bodies.(9)
e. Tes serologik
Tes ini digunakan untuk mendiagnosa riwayat varisela dan herpes zoster dan untuk
membandingkan stadium akut dan konvalesen.Tes ini juga dapat mengidentifikasi dan
mengisolasi individu yang diduga mengalami herpes zoster sehingga dapat digunakan sebagai
pencegahan.Teknik yang paling sering digunakan adalah solid-phase enzyme-linked
immunoabsorbent assay.Kekurangan dari tes ini adalah tidak memiliki sensitivitas dan
spesifitas terhadap orang yang memiliki antibodi herpes zoster dan menunujukkan hasil
positif palsu pada orang tersebut.
C. DIAGNOSIS
Diagnosis Herpes Zoster dapat di tegakkan dengan gejala klinis dan pemeriksaan tes
penunjang yang di anjurkan seperti di atas.
D. DIAGNOSIS BANDING
a. Herpes Simpleks
Herpes zoster dapat muncul di daerah genital sehingga harus didiagnosis banding
dengan herpes simpleks.Sering ditemukan gejala prodromal local sebelum timbul vesikel
berupa rasa panas, nyeri, dan gatal.(8,12)
b.
Dermatitis kontak
Herpes zoster juga bisa di diagnosa dengan dermatitis kontak alergi.Pada dermatitis
kontak alergi, penderita umumnya mengeluh gatal.Pada yang akut dimulai dengan bercak
eritematosa yang berbatas jelas kemudiannya diikuiti oleh edema, papulovesikel, vesikel atau
bula. Vesikel atau bula dapat pecah dan menimbulkan erosi atau eksudasi. Pada yang kronik
terlihat kulit kering, berskuama, papul, likenifikasi, dan mungkin juga fisur, dan batasnya
tidak jelas.(7)
E. TERAPI
Tujuan penatalaksanaan herpes zoster adalah mempercepat proses penyembuhan,
mengurangi keparahan dan durasi nyeri akut dan kronik, serta mengurangi risiko
komplikasi. Untuk terapi simtomatik terhadap keluhan nyeri dapat diberikan analgetik
golongan NSAID seperti asam mefenamat 3 x 500mg per hari, indometasin 3 x 25 mg
per hari, atau ibuprofen 3 x 400 mg per hari. Kemudian untuk infeksi sekunder dapat
DAFTAR PUSTAKA
Handoko RP. Penyakit Virus. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Ke-6. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, 2010; 110-2.
3.
McCrary ML, Severson J, Tyring SK. 2009. Varicella Zoster Virus. Journal of the American
Academy of Dermatology;41:1-13.
4.
Menaldi SL, Bramono K, Indriatmi W. 2014. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisike7. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.
5.
Oxman MN & Schmander KE. 2012. Varicella and Herpes Zooster. Dalam Fitzpatricks
Dermatology in General Medicine Edisi ke-8 Volume 2. Amerika Serikat: McGraw Hill: 2383-2401
Wolff K, Johnson RA, Saavedra AP. 2013. Fitzpatricks color atlas & synopsis of clinical
6.
7.