FAKULTAS KEDOKTERAN
REFERAT
13 APRIL 2016
NEURALGIA TRIGEMINAL
DISUSUN OLEH :
11120150073
PEMBIMBING :
FAKULTAS KEDOKTERAN
MAKASSAR
2016
NEURALGIA TRIGEMINAL
A. Definisi
menyebabkan nyeri pada wajah, juga di kenal sebagai tic douloureux atau
Fothergill syndrome.1
dengan gejala khas berupa nyeri unilateral, tiba tiba, seperti tersengat aliran
listrik berlangsung singkat, jelas terbatas pada satu atau lebih distribusi cabang
timbul spontan. Terdapat trigger area di plika nasolabialis dan atau dagu.
ditemukan pada usia muda terutama jenis atipikal atau sekunder, danada yang
melaporkan kasus neuralgia trigeminal pada anak laki laki usia 9 tahun.
Umunya N.V2 dan V3 dan < 5% N.V1. Pada wanita sedikit lebih banyak
dibandingkan dengan laki- laki dengan perbandingan 1,6: 1. Faktor ras dan
Prevalensi lebih kurang 155 per 100.000 penduduk dan insidensi 40 per
dilaporkan. Bila insidensi dianggap sama dengan Negara lain maka terdapat
8000 penderita baru pertahun. Akan tetapi mengingat harapan hidup orang
1
Indonesia makin tinggi maka diperkirakan prevalensi penderita Neuralgia
digastrikus. 4
inti motoriknya terletak di pons. Serabut-serabut motoriknya
nyeri, suhu, raba dan perasaan proprioseptif. Kawasannya ialah wajah dan
selaput lendir lidah dan rongga mulut serta gusi, dan rongga hidung. Impuls
ganglion Gasseri.4
Cabang pertama ialah cabang oftalmikus. Ia menghantarkan impuls
protopatik dari bola mata serta rung orbita, kulit dahi sampai vertex. Impuls
menjadi seberkas saraf yang dikenal sebagai nervus nasosiliaris. Berkas saraf
berkas saraf, yakni nervus frontali, nervus nasosiliaris dan nervus lakrimalis
saling mendekat pada fisura orbitalis superior dan di belakang fisura tersebut
2
menembus duramater dan melanjutkan perjalanan di dalam dinding sinus
cabang III N.V. bercabang dua.Yang satu terletak lebih belakang dari yang
lain. Cabang belakang merupakan pangkal dari saraf aferen dari kulit daun
mukosa bibir bawah, dua pertiga bagian depan lidah (nervus lingualis),
glandula parotis dan gusi rahang bawah ( nervus dentalis inferior) dan serabut
serabut aferen yang menghantarkan impuls dari kulit dan mukosa pipi bagian
3
(untuk raba dan tekan)serta nukleus spinalis nervi trigemini (untuk rasa nyeri)
Gambar 1
Area Persarafan N. Trigeminus
D. Etiologi
Saat ini, terdapat tiga teori etiologi neuralgia trigeminal yang dikenal.
nervus dan teori ketiga menyatakan asal polietiologi dari penyakit. Pada
mengajukan teori vaskular sebagai salah satu etiologi. Dari hasil penelitian
meng-suply bagian perifer dan bagian sentral dari Nervus Trigeminal. Namun
4
terdiagnosis. Itulah mengapa peneliti mendukung konsep perubahan organik
atau fungsional dari pembuluh darah yang mengsuply nervus trigeminus tidak
dapat menjadi penyebab utama dari neuralgia trigeminal, namun hal tersebut
hal tersebut karena neuralgia trigeminal terjadi hanya 0.9% sampai 4.5% pada
neurovascular compression pada jalur masuk nervus yang dapat terjadi akibat
epidermoid cysts, tuberculoma dan beragam kista lain dan tumor. Neuralgia
dari neuralgia trigeminal. Namun hanya bukti tidak langsung yang mendukung
alergi sebagai salah satu penyebab neuralgia trigeminal. Hal ini sering
disebabkan karena peningkatan tak terduga dan irregular dari gejala klinis,
remisi dan rekuren sensitif terhadap faktor profokatif endogen dan eksogen
5
dan akhirnya peningkatan serum histamin. Peneliti memperhatikan dibawah
sinusitis maxilla dan infalmasi kronik yang terjadi pada regio maxillofaical
nervus trigeminal selama terjadi reaksi alergi lokal memegang peranan penting
mungkin terjadi Short circuit, sehingga impuls impuls perasaan apapun, baik
serabut halus saja, yang sudah dikenal sebagai penghantar impuls yang
4,5
mewujudkan perasaan nyeri.
6
lainnya. Hipotesis sindrom meningiomas,
pembuluh darah,
danpenyumbatan akibat
arachnoiditis.
E. Patofisiologi
Patofisiologi kondisi ini masih belum dipahami, ada dua pendapat,
serebelli, yang melingkar dan mengelilingi bagian proksimal radiks yang tidak
bermielin segera setelah keluar dari pons. Hipotesis ini di dukung oleh
observasi bahwa keadaan bebas nyeri dapat dicapai hingga 80% pada pasien
mikrovaskular.6
berupa:
7
4. Adanya proses inflamasi pada N.V.2
sebagai berikut:
F. Klasifikasi
Menurut klasifikasi IHS ( International Headache Society )
terapi farmakologik.2
Perbedaan neuralgia trigeminus idiopatik dan simptomatik.
Neuralgia Trigeminus Idiopatik.
8
1. Nyeri bersifat paroxysmal dan terasa diwilayah sensorik cabang
dibanding laki-laki.2,4
2. Nyeri timbul terus menerus dengan puncak nyeri lalu hilang timbul
kembali.
G. Diagnosis
Kriteria diagnostik pada neuralgia trigeminal idiopatik, antara lain :
1. Bersifat paroxysmal, beberapa detik sampai 2 menit melibatkan 1 atau
9
1. Bersifat paroxysmal, beberapa detik sampai 2 menit melibatkan 1 atau
teriris atau tersengat listrik. Trigger zone dapat berukuran beberapa milimeter
persegi, atau besar dan diffus. Nyeri umumnya dimulai dari zona trigger
namun bisa juga di tempat lain. Sekitar 17% pasien mengalami nyeri tumpul
pretrigemnal neuralgia.1
10
menghilang, maka hal tersebut menjadi bukti positif untuk menegakkan
H. Pengobatan
1. Farmakologi
Jika sudah yakin bahwa hanya neuralgia saja yang ditemukan tanpa
dinaikkan sampai tiga kali 1 2 tablet sehari. Pada dosis tinggi, pasien
samping ini tidak terkait pada dosis. Obat lain yang juga bermanfaat
80 mg/hari.3
11
Pasien dapat bebas dari neuralgia idiomatik tanpa menggunakan
obat. Tetapi sewaktu waktu bisa kambuh lagi. Stress fisik dan mental
operasi. Studi menunjukkan hasil yang baik pada pasien yang diberikan
dengan neuralgia trigeminal. Saat ini tidak ada standar protokol untuk
section).8
12
di fossa posterior. Dekompresi mikrovaskuler adalah kraniotomi sampai
I. Diagnosis Banding
Berikut adalah beberapa diferensial diagnosis neuralgia trigeminal :
1. Dental pathology.
2. Temporomandibular joint dysfunction.
3. Migrain.
4. Giant cell arteritis (temporal arteritis)
5. Cluster headaches.
6. Multiple sclerosis dan gangguan myelin lainnya.
7. AneurysmPembuluh darah
8. Tumourpada fossa posteriorcontohnya meningiomas.
9. Kista arachnoidpada cerebellopontine angle.
10. Neuralgia Posthepetika
11. Neuralgia Nasalis atau sindrom charlin.4,9
J. Prognosis
Neuralgia Trigeminal tidak mengancam nyawa, 1 : 3 pasien akan
mengalami gejala ringan dan beberapa hanya akan mengalami satu episode
13
Laporan Kasus RSUD DAYA
A. IDENTITAS PASIEN
Umur : 72 tahun
Agama : Islam
Alamat : BTN.Hartako
B. ANAMNESISs
Anamnesis Terpimpin:
Keluhan nyeri pada wajah sejak kemarin siang. Keluhan nyeri pada wajah
sebelah kanan dirasakan menjalar pada pipi, dahi, sekitar mata, dan rahang bawah
sebelah kanan. Nyeri diakui pasien seperti ditusuk-tusuk dan terasa panas
terutama jika tersentuh. Nyeri dirasakan pasien terus menerus hampir setiap hari.
Keluhan pada wajah sebelah kiri disangkal pasien. Keluhan kelainan pada
14
Anamnesis Sistematis :
Demam (-), mual (+), muntah (+) sakit kepala (-), kelemahan ekstremitas
Riwayat Pengobatan :
Tidak ada
Neuralgia trigeminal
C. PEMERIKSAAN FISIS
S = 360 C axilla
tumor (-), nyeri tekan (-), pembesaran kelenjar tiroid (-), deviasi
Thoraks:
15
b. Palpasi : Massa tumor (-), nyeri tekan (-), vocal fremitus (ka=ki),
krepitasi (-)
BT = Rh: Wh :
Jantung:
Abdomen :
Pemeriksaan Psikiatris :
16
Kecerdasan : tidak dilakukan
1. Kepala :
Posisi : Di tengah
Penonjolan :-
Bentuk/ukuran :Normocephal
Auskultasi :-
2. NervusCranial:
N.I (Olfaktorius) :Penghidu
N.II (Optikus) : OD OS
Ketajaman penglihatan : Tidak dilakukan Tidak
dilakukan
Lapangan penglihatan : Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Funduskopi : Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N.III, IV, VI:
Celah kelopak mata: OD OS
Ptosis: N N
Exoftalmus : - -
Pupil: OD OS
Ukuran/bentuk : Bulat, 2,5 mm Bulat 2,5 mm
Isokor/anisokor: Isokor Isokor
Refleks cahaya langsung: + +
Tak langsung : + +
Refleks akomodasi : + +
Gerakan bola mata: OD OS
Nistagmus : - -
N.V (Trigeminus):
Sensorik
N.VI :N/N
N.V2 : Hiperestesi / N
N.V3 : Hiperestesi /N
Motorik
Gerakan membuka dan menutup mulut baik
N. VII (Facialis):
Motorik gerakan mimik: Tidak dilakukan
Pengecap 2/3 lidah bagian depan : Tidak dilakukan
17
N.VIII (Auskultasi):
Pendengaran : Normal
Tes Rinne/weber :Tidak dilakukan
Fungsi vestibularis : Normal
N. IX/X (Glossopharingeus/vagus):
Posisi arcus pharings (istirahat/AAH) : Di tengah
Reflex telan/muntah : Tidak dilakukan
Pengecap 1/3 lidah bagian belakang : Tidak dilakukan
Suara : Tidak dilakukan
Takikardi/bradikardi : Tidak dilakukan
N. XI (Accecorius):
Memalingkan kepala dengan/tanpa tahanan : Normal
Angkat bahu : Tidak dilakukan
N. XII (Hypoglosus):
Deviasi lidah : Tidak ada
Fasciculasi : Tidak Ada
Atrofi : Tidak Ada
Tremor : Tidak Ada
Ataxia :-
3. Leher:
Tanda-tanda perangsangan selaput otak :
Kaku kuduk : -/-
Kernigs sign : -/-
Kelenjar limfe : Tidak teraba
Arteri karotis :
Palpasi : Normal
Auskultasi : Tidak Dilakukan
Kelenjar gondok : Tidak Ada
4. Abdomen:
Refleks kulit dinding perut : +
5. Kolumna vertebralis :
Inspeksi : Normal
Pergerakan : Normal
Palpasi : Normal
Perkusi : Normal
6. Ekstremitas: Superior Inferior
Kanan Kiri Kanan Kiri
Motorik: N N N N
Pergerakan: N N N N
Kekuatan: N N N N
18
Tonus otot: N N N N
Bentuk otot: N N N N
Refleks Fisiologik:
Biceps : NN KPR: NN
Triceps : NN APR: NN
Refleks Patologik
Hoffman-Tromner: - -
Babinski: - -
Oppenheim: - -
Ekstroseptif:
Proprioseptif:
Fungsi kortikal :
19
10. Pemeriksaan fungsi luhur :
Memori :tidak dilakukan
Fungsi bahasa :tidak dilakukan
Visuospasial :tidak dilakukan
Fungsi eksekutif :tidak dilakukan
Fungsi psikomotorik (praksia) :tidak dilakukan
Kalkulasi :tidak dilakukan
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. LABORATORIUM
Tidak dilakukan
2. PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Tidak dilakukan
E. RESUME
Pasien seorang laki-laki 72 tahun datang ke polikinik saraf RSUD DAYA
dengan keluhan nyeri pada wajah sebelah kanan sejak kemarin siang. Keluhan
nyeri pada wajah sebelah kanan dirasakan menjalar pada pipi, dahi, sekitar mata,
dan rahang bawah sebelah kanan. Nyeri diakui pasien seperti seperti ditusuk-tusuk
dan terasa panas terutama jika tersentuh. Nyeri dirasakan pasen terus menerus
hampir setiap hari. Riwayat dengan keluhan yang serupa sejak 2 tahun lalu dan
sering residif.
Pada pemeriksaan fisis didapatkan ganggaun sensoris berupa hiperestesi
G. DIAGNOSA BANDING
20
Sindrom Costen
Tumor
H. TERAPI
- Bamgetol 2 x
- Amlodipine 5 mg 1-0-1
- Ranitidin 2 x 1
I. PROGNOSA
Qua ad vitam : Bonam
Qua ad functionam : Bonam
J. DISKUSI
Pasien adalah seorang laki-laki 72 tahun dengan keluhan nyeri pada wajah
sebelah kanan sejak kemarin siang. Keluhan nyeri pada wajah sebelah kanan
dirasakan menjalar pada pipi, dahi, sekitar mata, dan rahang bawah sebelah kanan.
Nyeri diakui pasien seperti ditusuk-tusuk dan terasa panas terutama jika tersentuh.
Nyeri dirasakan pasien terus menerus hampir setiap hari. Keluhan pada wajah
adalah kesadaran kompos mentis, tekanan darah 150/90 mmHg, nadi 84x/mnt,
N, N.V3 :Hiperestesi / N.
21
Suatu keluhan serangan nyeri wajah satu sisi yang berulang seperti
tersengat listrik yang paroksismal dan terjadi selama beberapa detik sampai di
bawah satu menit adalah neuralgia trigeminal. Disebut neuralgia trigeminal karena
nyeri di wajah ini terjadi pada satu atau lebih saraf dari tiga cabang saraf
trigeminal. Pada pasien ini cabang yang terkena adalah cabang 2 dan 3 kanan
pipi, dahi, sekitar mata, dan rahang bawah sebelah kanan yang merupakan daerah
persarafan dari N.V2 dan N.V3. Penyakit ini sering terjadi pada wanita dibanding
laki-laki dengan perbandingan 1,5:1.1 Biasanya timbul pada dekade 5-6 serta lebih
sering terjadi pada sisi kanan dibanding sisi kiri dengan perbandingan 3:2.1
trigeminal sesuai dengan daerah distribusi persarafan salah satu cabang saraf
tampaknya yang menjadi etiologi adalah adanya kompresi oleh salah satu arteri di
dekatnya yang mengalami pemanjangan seiring dengan perjalanan usia tepat pada
pangkal tempat keluarnya saraf ini dari batang otak. 2Berdasarkan umur dan jenis
kelamin pasien pun pasien memiliki resiko untuk terjadi dekompresi pada saraf
trigeminal oleh arteri (yang tersering arteri serebellaris anterior atau arteri
yang dialami oleh pasien maka dapat digolongkan sebagai neuralgia trigeminal
22
Sampai sekarang tidak ada uji spesifik dan definitif untuk neuralgia
adanya penyebab nyeri wajah lain. Kunci diagnosis adalah riwayat serangan
berlangsung beberapa detik tidak sampai 2 menit, nyeri menyebar sepanjang satu
atau lebih dari cabang nervus trigeminus, onset danterminasinya tiba-tiba, kuat,
tajam, superfisial, serasa menikam atau membakar, intensitas nyeri hebat dan
biasanya unilateral, nyeri dapat dipicu oleh trigger zone yang terletak kontra atau
antara serangan tidak ada gejala sama sekali.Berdasarkan hasil anamnesis yang
didapatkan dari pasien gejala khas dari trigeminal neuralgia di atas semuanya
ini akan memblokade sinyal nyeri yang dikirim ke otak sehingga nyeri berkurang.
nyeri. Pasien dengan penyakit seperti ini juga seringkali mengalami keadaan
depresi karena sakitnya yang luar biasa sehingga pemberian obat anti-depresan
seperti amitriptiline dibenarkan. Jika memang terapi farmakologi tidak lagi efektif
atau memiliki efek samping yang mambahayakan pasien maka terapi bedah dapat
23
Neuralgia trigeminal memiliki diferensial diagnosis yaitu neuralgia
pada daerah yang dipersarafi oleh nervus trigeminus cabang pertama di mana pada
sindrom costen yang bermanifestasi sebagai nyeri menjalar ke rahang bawah dan
pelipis saat mengunyah dapat menyerupai neuralgia trigeminal tetapi hanya dipicu
dan maloklusi gigi. Pasien juga pernah melakukan pengobatan ke dokter gigi
Penyakit ini tidak mengancam nyawa tapi kurang baik karena sering residif
dan dapat membuat pasien depresi karena nyeri yang spontan dapat timbul karena
aktivitas sehari-hari dan membuat pasien tidak mampu berbuat apa-apa karena
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Chamberlin SL, Narins B. The Gale Encyclopedia of neurological Disorder.
CabangProbolinggo. Probolinggo;2010
3. Sjahrir, Hasan. KonsensusNasional II
DiagnostikdanPenatalaksanaanNyeriKepala. PERDOSSI;2005.
4. Mardjono M, Sidharta P. Neurologidasarklinis. Jakarta: Dian Rakyat; 2010.
5. Sabalys G, Juodzbalys G, Wang HL. Aetiology and Pathogenesis of
25
6. Baehr M, Frotscher M. Diagnosis topikneurologiDUUS :anatomi, fisiologi,
Jakarta:2014
8. Sreenivasan P, Raj SV, Ovallath S. Treatment Options in Trigeminal Neuralgia
26