Anda di halaman 1dari 6

DISKUSI TOPIKAL APLIKASI FLUOR

1. Topikal Aplikasi Fluor atau yang biasa disebut dengan TAF merupakan prosedur
pengaplikasian bahan fluor pada permukaan gigi. Prosedur topikal aplikasi fluor merupakan
tindakan pencegahan sebelum terbentuknya karies pada gigi anak-anak. Namun fungsi TAF
selain mencegah terbentuknya karies, bahan fluor juga dapat membantu dalam mengatasi
masalah hipersensitifitas pada gigi. Hipersensitif gigi adalah rasa nyeri yang bersifat singkat
dan tajam karena adanya rangsangan terhadap dentin yang terbuka. Hipersensitifitas gigi
disebabkan oleh peningkatan permeabilitas tubulus dentin yang terbuka pada area permukaan
gigi. Penyebab terbukanya tubulus dentin yaitu hilangnya lapisan dentin karena karies,
atrisi,erosi, atau abrasi.
Hipersensitif Dentin adalah rasa nyeri yang berlangsung akibat adanya rangsang
terhadap dentin yang terbuka yang dapat disebabkan oleh atrisi, abrasi, fraktur mahkota dan
resesi gingiva. Menurut teori hidrodinamik oleh Brannstorm, nyeri disebabkan oleh
pergerakan cairan pada tubulus dentin terbuka. Permeabilitas tubulus dentin yang tinggi
menyebabkan cairan di dalam tubulus dentin bergerak karena adanya stimulus berupa suhu,
sentuhan, ataupun perubahan tekanan sehingga menganggu 09o,c knmeseptor saraf pada
tubuli dentin dan menyebabkan sensasi nyeri. Senyawa Fluor dapat berpenetrasi ke dalam
tubulus dentin dan mengubah ukuran diameter tubulus dentin. Penurunan diameter tubulus
dentin menunjukkan adanya perubahan pada tubulus dentin akibat pengaruh dari fluoride.
Senyawa fluoride berinteraksi dengan kalsium dalam tubulus dentin membentuk kalsium
fluoride (CaF2) yang dapat menurunkan permeabilitas tubulus dentin mengecilkan diameter
tubulus dentin sehingga faktor-faktor stimulus tidak mempengaruhi pergerakkan cairan
tubuli dentin dan menghilangan sensasi nyeri. Selain membantu mengatasi hipersensitifitas
gigi, Fluoride juga dapat mengganti gugus hidroksida (OH-) yang hilang pada kristal
hidroksiapatit. Senyawa fluoride akan membentuk fluorohidroksiapatit dan fluoroapatit yang
mampu membantu proses remineralisasi pada permukaan gigi (1, 2)

2. Kenapa gigi molar tidak dapat difissure sealant, hanya di TAF


Pada tahapan fissure sealant, operator menggunakan bahan komposit yang mana pada saat
pengaplikasiannya memerlukan penggunaan etsa pada permukaan gigi. Pada gigi sulung,
penggunaan etsa tidak direkomandasikan karena morfologi gigi sulung yang memiliki
enamel lebih tipis dan kamar pulpa yang lebih besar sehingga kemungkinan untuk bahan etsa
mengiritasi jaringan pulpa pada gigi sulung lebih besar. Karena itu, pada gigi sulung
prosedur fissure sealant tidak direkomendasikan tetapi dianjurkan dengan menggunakan
prosedur TAF.

3. CCP-ACP

Casein Phosphopeptide -Amorphous Calcium Phosphate (CPP-ACP) adalah salah


satu bahan yang membantu dalam prosedur remineralisasi gigi. Bahan ini mengandung
kasein berupa fosfoprotein kasein (CPP), juga kalsium dan fosfat yang tinggi yang mampu
menghambat proses demineralisasi pada permukaan gigi. Casein Phosphopeptide -
Amorphous Calcium Phosphate (CPP-ACP) merupakan peptida aktif yang banyak
ditemukan pada fosfoserin. CPP-ACP merupakan agen remineralisasi yang dihasilkan dari
kasein.. Kasein memiliki kemampuan menstabilkan ion kalsium (Ca2+) dan fosfat (PO43-)
yang merupakan turunan dari fosfor dengan cara melepaskan sekumpulan peptida melalui
kerja enzimatik pada pH netral yang nantinya akan menghasilkan agen remineralisasi yaitu
CPP-ACP. Casein Phosphopeptide -Amorphous Calcium Phosphate (CPP-ACP) memiliki
fungsi untuk mencegah proses demineralisasi dan membantu dalam proses remineralisasi
pada gigi. CPP-ACP juga bersifat antikariogenik dan antibakterial sehingga mampu
mencegah terbentuknya karies pada permukaan gigi. Selain itu, CPP-ACP memiliki sifat
buffering seperti saliva sehingga membantu dalam menjaga kebersihan rongga mulut.

Mekanisme kerja dari bahan CPP-ACP yaitu CPP-ACP menjaga ion kalsium dan fosfat
dalam keadaan amorf (tidak berbentuk). Dalam kondisi ini ion kalsium dan fosfat dapat
masuk dalam enamel gigi sulung dengan cara berdifusi. Konsentrasi ion kalsium dan fosfat
yang tinggi dalam plak gigi dan saliva terbukti dapat membantu remineralisasi dan
mengurangi resiko demineralisasi pada enamel. CPP –ACP akan masuk ke dalam sub
permukaan melalui permukaan enamel yang porus. Saat mencapai lesi sub permukaan, CPP-
ACP melepaskan ion kalsium dan fosfat yang akan mengendap di dalam enamel rod. CPP
memiliki kemampuan mengikat yang tinggi dengan kristal apatit sehingga meningkatkan
proses terjadinya remineralisasi. Selain bahan CPP-ACP, bahan yang juga memiliki
kemampuan membantu dalam remineralisasi adalah bahan fluor. Fluor adalah bahan yang
paling umum digunakan untuk "pemulihan" dari proses awal karies. Kehadiran fluor dalam
saliva dan plak selama proses kariogenik dapat menghambat pelarutan kristal enamel dan
meningkatkan remineralisasi. Pada penggunaan bahan fluor konvensional atau varnish fluor,
Fluor yang diasorbsi oleh enamel akan membentuk fluorapatit. Fluorapatit ini lebih tidak
mudah larut dibandingkan dengan hidroksiapatit.. Remineralisasi dapat ditingkatkan dengan
adanya fluor. Fluor selain dapat meningkatkan remineralisasi dapat juga menghambat
demineralisasi dan menghambat bakteri plak. Namun bahan fluor memiliki perbedaan dari
bahan CPP-ACP yaitu Fluor tidak dapat meningkatkan remineralisasi jika tidak terdapat ion
kalsium dan fosfat. Pada fluoride varnish kalsium dan fosfat hanya didapatkan dari saliva
buatan Pada CPP-ACP terkandung ion kalsium dan fosfat sehingga proses peningkatan
remineralisasi lebih tinggi daripada fluoride varnish yang hanya mengandung fluor saja.

Dari perbandingan di atas dapat disimpulkan bila penggunaan CPP-ACP (Casein


Phosphopeptide-Amorphous Calcium Phosphate) lebih baik dibandingkan penggunaan
konvensional fluor. Keduanya memang memiliki kemampuan untuk membantu proses
remineralisasi gigi yang dapat mencegah terbentuknya karies, namun pada penggunaan
bahan CPP-ACP memberikan efek remineralisasi yang lebih tinggi. Berdasarkan beberapa
penelitian juga menunjukkan hasil bila permukaan enamel yang terbentuk oleh penggunaan
CPP-ACP lebih kuat dibandingkan dengan penggunaan bahan fluoride. Bahkan sekarang
terdapat beberapa produk yang menggabungkan CPP-ACP dengan fluoride sehingga disebut
dengan CPP-ACPF dan memberikkan keuntungan yang lebih baik lagi dalam pencegahan
terbentuknya karies.

(1,2,3,4,5)

4. Kariogram
Kariogram merupakan alat ukur berupa software komputer yang dapat digunakan untuk
menilai risiko karies di klinik gigi. Kariogram dapat menganalisis data seperti riwayat karies,
penyakit yang berhubungan dengan karies, jenis dan jumlah asupan makanan yang biasa
dikonsumsi (diet), jumlah plak, Streptococcus mutans (flora normal mulut), aktivitas fluor,
sekresi saliva, dan kapasitas buffer dari saliva. Penilaian risiko karies sangat penting
dilakukan dalam penanganan komprehensif pada pasien dengan karies rampan. Penilaian
tersebut dapat dilakukan pada awal perawatan dan sepanjang perawatan berjalan dengan
tujuan untuk mengevaluasi keberhasilan perawatan. Indikator dan prosedur
Parameter indikator kariogram meliputi diet, bakteri, kerentanan, dan lingkungan.
Faktor yang meningkatkan risiko karies disimbolkan dengan warna tertentu yaitu hijau, biru
tua, merah, biru muda, dan kuning. Warna hijau menunjukkan persentase estimasi
kesempatan untuk menghindari pembentukan kavitas baru. Diet yang dimaksud ialah
frekuensi dan banyaknya kandungan gula yang biasa dikonsumsi, ditunjukkan dengan warna
biru tua. Unsur bakteri menentukan kematangan plak dan jumlah Streptococcus mutans yang
diukur dengan indeks plak dan aktivitas bakteri yang tumbuh setelah dibiakkan dalam media
kultur, ditunjukkan dengan warna merah. Unsur kerentanan gigi menjelaskan kemampuan
daya tahan gigi terhadap karies yang diukur melalui jumlah kerusakan gigi karena penyakit
periodontal dan penyakit periodontal yang permah diderita, ditunjukkan dengan warna biru
muda. Unsur lingkungan atau kondisi individu menjelaskan peran program fluoridasi,
kecepatan sekeresi saliva dan kapasitas buffer saliva. Warna kuning menunjukkan keadaan
berdasar riwayat karies sebelumnya, dan penyakit lainnya yang terkait. Output gambaran dari
kariogram adalah sebagai berikut:
Semakin besar persentase diagram yang berwarna biru semakin baik juga prognosis
dari keberhasilan perawatan yang dilakukan. Penggunaan kariogram ini dilakukan dari
sebelum perawata, selama dan juga sesudah perawatan. Dari diagram tersebut pasien dan
orang tua pasien dapat diberikan penjelasan atau dental health education yang lebih spesifik
tentang keadaan rongga mulut sang anak, sehingga diharapkan tingkat kepedulian pasien dan
terutama orang tua pasien bisa lebih meningkat.
(1,6)
5. Hubungan preventif dan fluor.

Preventive pedodontics mencakup hal-hal yang mencakup tentang tindakan-tindakan yang


dapat mencegah terbentuknya suatu penyakit rongga mulut pada anak-anak, seperti kontrol
plak, pit dan fissure sealant, aplikasi fluorides, penjagaan diet yang dapat membantu dalam
mencegah terbentuknya karies pada anak-anak. Penggunaan bahan fluorides dapat ditemukan
pada makanan, air minum, pasta gigi hingga obat kumur. Senyawa fluor memiliki
kemampuan untuk membentuk senyawa fluoroapatite yang dapat menggantikan
hydroxiapatite yang telah larut dalam proses demineralisasi sehingga mencegah terbentuknya
karies. Selain itu, senyawa fluor juga memilik sifat antibakterial sehingga sifat ini
jugamembantu mencegah terbentuknya karies pada permukaan gigi anak.

(1,2,)

References:
1. Marwah, N. 2014. Textbook of Pediatric Dentistry 3rd Edition. Jaypee Brothers Medical
Publishers..
2. Petersson. The role of fluoride in the preventive management of dentin hypersensitivity
and root caries. Clin Oral Invest 17 (Suppl 1):S63–S71 DOI 10.1007/s00784-012-0916-9
3. Rachmawati, dkk. EFEK REMINERALISASI CASEIN PHOSPOPEPTIDE-
AMORPHOUS CALCIUM PHOSPATE (CPPACP) TERHADAP ENAMEL GIGI
SULUNG. E-Prodenta Journal of Dentistry. 2019. 3(2): 257-262
4. Wu, et all. Early Caries Preventive Effects of Casein Phospopeptide Amorphous Calcium
Phosphate compared with conventional fluorides. 2019. Oral Health & Preventive
Dentistry. Vol. 17 No.6.
5. Puspita, dkk. PERBEDAAN KEKERASAN PERMUKAAN ENAMEL SETELAH
APLIKASI FLUORIDE VARNISH DAN CASEIN PHOSPO PEPTIDE-AMORPHOUS
CALSIUM PHOSPHATE FLUORIDE (CPP-ACPF) (PENELITIAN IN VITRO).
Conservative Dentistry Journal Vol.7 No.2 Juli-Desember 2017 :130-137
6. Purbaningrum. Penatalaksanaan Karies Rampan dengan Evaluasi Menggunakan
Kariogram: Laporan Kasus pada Anak dengan Self-Mutilation. e-GiGi. 2021;9(1):51-57
DOI: https://doi.org/10.35790/eg.9.1.2021.32606.

Anda mungkin juga menyukai