Disusun oleh :
Kubbahseny A/P Rasendren (180631003)
Loshene A/P Mohan (140600205)
Syaza Nasyita (180631004)
Wong Lung Lung (180631017)
Dosen Pembimbing:
Zulfi Amalia Bachtiar, drg., MDSc.
NIP : 198408282009122007 ........................................
BAB 1
PENDAHULUAN
dentino-enamel junction pada daerah ujung cusp, berkembang ke dalam dan ke arah
servikal.1,2 Ameloblas berdiferensiasi mengendap enamel di atas lapisan dentin yang
dimulai pada tepi insisal atau ujung puncak di dentino-enamel junction dan
berkembang ke arah luar dan ke arah servikal.1,4 Oleh karena itu, enamel yang lebih
matang terletak di puncak, dan enamel yang baru terbentuk berada di daerah
servikal.4
Gangguan pada salah satu tahap ini berpotensi untuk menyebabkan kelainan
pada perkembangan gigi. Kerusakan pada benih gigi pada setiap tahap akan
menyebabkan efek klinis yang berbeda.4,5 Kelainan yang terjadi pada enamel adalah
akibat dari gangguan pada tahap aposisi dan mineralisasi (kalsifikasi) perkembangan
gigi.6 Hipoplasia enamel adalah gangguan kuantitatif dan konsekuensi dari gangguan
pembentukan matriks enamel.2 Gangguan pada pembentukan matriks enamel dapat
menyebabkan hipoplasia, sedangkan gangguan kalsifikasi dari hasil matriks organik
dapat menyebabkan hipokalsifikasi. Gangguan pada pembentukan kristal pada rod
enamel dan sheaths menyebabkan terjadinya hipomaturasi.6
Amelogenesis imperfekta (AI) adalah gangguan pada perkembangan dan
pembentukan enamel tanpa adanya gangguan sistemik.5,7 Secara umum, ini
mempengaruhi keseluruhan atau hampir semua gigi baik pada gigi sulung maupun
permanen.5-7 Perkiraan frekuensi amelogenesis imperfekta berkisar antara 1:700
hingga 1:14.000 tergantung pada populasi yang diteliti.7,8
Displasia dentin merupakan kelainan dentin yang diturunkan dengan
gambaran karakteristik melibatkan morfologi dentin dan akar.5 Displasia dentin lebih
jarang terjadi daripada dentinogenesis imperfekta, dimana hanya mempengaruhi
1:100.000.5,9 Menurut klasifikasi Shields, displasia dentin terbagi berdasarkan
penampilan klinis dan radiografi yaitu tipe 1 (displasia dentin) dan tipe II (displasia
anomali dentin).9
Dentinogenesis imperfekta (DI) adalah gangguan perkembangan herediter
pada dentin yang berasal dari tahap histodifferensasi perkembangan gigi.5 Gangguan
ini diturunkan dalam mode dominan autosom dengan penetrasi tinggi dan tingkat
mutasi rendah.10 Dentinogenesis imperfekta dapat dilihat sendiri atau bersamaan
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
posterior.14 Secara klinis, penampilan permukaan enamel berupa pits, groove atau
pengurangan permukaan enamel secara umum.15 Pits yang berbentuk oval atau bulat
dan groove yang terlihat seperti garis horizontal atau vertikal (pada kelainan genetik)
yang kasar dan pewarnaan pada gigi yang mengenai kedua gigi sulung dan/ atau
permanen.14
Hipoplasia enamel secara umumnya terbagi dua yaitu localized dan
generalized hipoplasia enamel. Localized dan generalized hipoplasia enamel
berhubungan dengan kelahiran bayi prematur dengan massa tulang kortikal yang
rendah.16 Localized hipoplasia enamel merupakan kelainan hipoplasia enamel yang
mengenai satu gigi atau beberapa gigi dan generalized hipoplasia enamel mengenai
semua atau hampir keseluruhan gigi di dalam rongga mulut.4 Kedua tipe ini terbentuk
pada enamel maupun pada dentin.12 Pada localized hipoplasia enamel, ukuran lesi
ditentukan oleh lamanya paparan dan tingkat keparahan dari agen penyebab yang
ditandai dengan lokasi keberadaan lesi pada permukaan gigi. Sedangkan pada
generalized hipoplasia enamel, lesi biasanya tidak melibatkan keseluruhan
permukaan gigi dan biasanya memiliki diskolorisasi pada permukaan gigi.4
Perawatan hipoplasia enamel dapat bervariasi sesuai dengan tingkat
keparahan, usia dan perilaku anak seperti aplikasi topikal fluor hingga prosedur
restoratif, rehabilitatif dan estetika.11 Pada kasus hipoplasia enamel yang mengenai
gigi anterior, dimana terjadi perubahan warna dan peningkatan opasitas pada gigi
dapat mempengaruhi senyuman dan estetik pasien sehingga membutuhkan perawatan
kombinasi bleaching dan restorasi.3 Perawatan yang berupa restoratif yaitu restorasi
adhesi direk memberikan keuntungan jangka waktu perawatan yang pendek,
kemudahan prosedur dan estetik yang memuaskan dengan biaya yang rendah.11,12
Restorasi direk dengan bahan seperti resin komposit dapat mengembalikan anatomi
dan karakteristik warna asli gigi serta meminimalkan jumlah jaringan gigi yang akan
dipreparasi.11,12 Jika bleaching dibutuhkan sebelum perawatan restoratif, konsentrasi
gel bleaching yang rendah digunakan.12
6
Gambar 1. Localized hipoplasia Gambar 2. Localized hipoplasia
enamel pada insisivus sentralis enamel pada insisivus sentralis
maksila: permukaan labial.12 maksila: insisal.12
Gambar 3. Localized hipoplasia Gambar 4. Localized hipoplasia
enamel pada: insisivus sentralis enamel pada: insisivus mandibula.12
maksila.12
Gambar 11. Amelogenesis imperfekta tipe Gambar 12. Amelogenesis imperfekta tipe
combined atau mixed combined atau mixed
(hipoplastik/hipomaturasi): tampilan dari (hipoplastik/hipomaturasi): tampilan
depan.12 oklusal atas.12
Shields, kelainan dentin dibagi menjadi lima tipe: dua tipe displasia dentin (DD) dan
tiga tipe dentinogenesis imperfekta (DI).4,14,24,25
Gambar 13. Gigi sulung translusen dan
berwarna kuning, gigi permanen insisivus
sentralis erupsi
normal.25
Gambar 15. Displasia dentin tipe I terkait Gambar 16. Displasia dentin tipe I terkait
dengan mobiliti dan kehilangan gigi dini: dengan mobiliti dan kehilangan gigi dini:
anak laki.4 anak perempuan.4
15
Gambar 18. Bentuk tabung thistle pada displasia Gambar 19. Bentuk tabung
dentin tipe II: gambaran ortopantomografi.4 thistle pada dysplasia dentin tipe
II: foto periapikal.4
Pasien dengan displasia dentin umumnya pasien memiliki indeks karies yang
rendah dimana mahkota gigi tidak menunjukkan kelainan terhadap morfologi gigi.14
Pasien menunjukkan nilai ambang yang rendah dalam tes pulpa dan timbul rasa nyeri
karena kondisi pulpa yang abnormal. Morfologi akar yang tidak normal, kehilangan
gigi yang dini akan menyebabkan prognosis untuk perawatan buruk.14,27 Perawatan
yang dianjurkan adalah preventive dental care.
Gambar 25. Kondisi atrisi yang parah Gambar 26. Kondisi atrisi yang parah
pada permukaan oklusal pada gigi pada permukaan oklusal pada gigi
sulung dan gigi permanen: Oklusal sulung dan gigi permanen: Oklusal
rahang atas.4 rahang bawah.4
BAB 3
PEMBAHASAN
Anomali gigi umumnya disebabkan oleh berbagai faktor seperti yang terkait
dengan genetik, penyakit, dan lebih spesifik, ke faktor lokal (trauma, tekanan,
kehilangan awal gigi sulung, kebiasaan buruk, dll). Kualitas keturunan memiliki
pengaruh yang signifikan pada formasi, kalsifikasi, erupsi, bentuk, struktur, ukuran
dan jumlah gigi, dan juga pada lebar dan kedalaman lengkung gigi. Selain itu, ada
juga anomali dari aspek antropologis sehubungan dengan evolusi rahang manusia dan
gigi. Perubahan filogenik terakhir dari gigi merupakan acuan dari bentuk dan
ukurannya.31,32 Di sisi lain, hubungan antara ukuran gigi, rahang dan kepala telah
berubah selama filogenik transisi umat manusia. Sulit untuk mempelajari literatur
yang relevan dengan prevalensi berbagai anomali gigi karena tampaknya hanya
sedikit penelitian yang membuktikan anomali perkembangan ini.14
Amelogenesis imperfekta (AI) adalah kondisi yang mempengaruhi gigi sulung
dan permanen yang menghasilkan formasi enamel kuantitatif/kualitatif yang
abnormal. Kelainan ini tidak memiliki hubungan dengan berbagai kondisi sindrom
yang memiliki enamel yang rusak sebagai suatu bagian dari sindromnya.7,14
Diperkirakan 1:14.000 orang di Amerika Serikat dipengaruhi oleh AI dan telah
diklasifikasikan ke dalam empat kategori dengan beberapa subtipe berdasarkan mode
keturunan dan presentasi fenotip. Jenis AI hipoplastik adalah tipe yang paling sering
ditemukan (61,2%) diikuti oleh AI hipomaturasi (32,2%) dan oleh AI hipokalsifikasi
serta gabungan hipomaturasi /hipoplastik AI (3,2%). Tiga protein struktural utama
yang terlibat dalam AI adalah amelogenin yang paling utama ditemukan, amelobastin
terdiri sekitar 5% dari protein enamel serta enamelin, yaitu protein terbesar tetapi
paling sedikit ditemukan.2,14
Pasien yang mengalami kelainan AI mengalami peningkatan sensitivitas
terhadap panas dan dingin, dan penampilan estetik yang berkurang karena perubahan
warna gigi anterior serta mengalami penurunan dalam fungsi pengunyahan.
22
warna coklat kebiruan dengan permukaan enamel normal, produksi berlebihan dari
dentin yang menghilangkan pulpa serta dentin atipikal yang menunjukkan
peningkatan matriks dentin dengan susunan tubulus dentin yang tidak teratur.10,14,32
Beberapa penelitian telah menggambarkan dentin sebagai jaringan lunak
yang menyebabkan keausan berlebihan dan bahwa dentin mengandung banyak sel
interglobular dengan kandungan air yang tinggi dan kandungan matriks anorganik
yang rendah. Pada tahun 1939, Hodge et al. menyimpulkan gambaran klinis dari DI,
dimana gigi berwarna kuning dan translusen serta mempunyai kecenderungan untuk
patah/aus yang tinggi.14 Gambaran radiografi dengan ukuran akar yang berkurang,
tidak adanya ruang pulpa, dan kehilangan parsial/total pulpa. Secara klinis, selain
warna bening, mahkota gigi muncul bulbous karena penyempitan pada bagian
servikal dari akar dan meruncing dan akar berbentuk spike-like yang pendek.10,14
Dokter gigi memainkan peranan penting dalam merawat pasien dengan DI.
Diagnosis dan perawatan dini sangat penting dalam peningkatan kualitas hidup
pasien. Perkembangan karies lambat karena atrisi yang cepat pada gigi yang
disebabkan oleh dentin yang lunak.11,14 Kondisi gigi yang buruk membutuhkan
perawatan dini yang dapat membantu mencegah kehilangan dimensi vertikal dan
ruang interproksimal karena kerusakan yang disebabkan oleh gesekan oklusal yang
cepat atau karena pencabutan gigi yang tidak dapat direstorasi lagi. Perawatan dini
dari aspek psikologis juga dapat membantu pasien yang memiliki gigi dengan
kelainan warna dan maloklusi.10,14,29
Perawatan dapat bervariasi tergantung pada usia pasien dan tingkat keparahan
kondisinya. Oleh karena itu, rencana perawatan harus dimulai sedini mungkin, yaitu
pada pertumbuhan gigi sulung, dan ditangani pada periode gigi bercampur hingga
periode pertumbuhan gigi permanen. Perawatan harus mempertimbangkan
14,31
perkembangan gigi yang normal, vertikal dimensi, dan estetik.
24
BAB 4
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
14. Soxman JA, Wunsch PB, Haberland CM. Anomalies of the developing
dentition: a clinical guide to diagnosis and management. Switzerland:
Springer Nature AG 2019: 109-20.
15. Slayton RL dkk. Prevalance of enamel hypoplasia and isolated opacities in the
primary dentition. Pediatric Dentistry AAPD 2001; 23(1): 32-6.
16. Seow WK, Masel JP, Wier C. Mineral deficiency in the pathogenesis of
enamel hypoplasia in prematurely born, very low birthwieght children. The
American Academy of Pediatric Dentistry 1989; 11(4): 297-302.
17. Hertiana E. Penatalaksanaan Amelogenesisimperfekta: laporankasus.
Cakradonya Dent J 2018; 10(1): 38-43.
18. Collins MA dkk. Dental anomalies associated with amelogenesis imperfecta:
a radiographic assessment. Oral Surg Oral Med Oral Pathol Oral Radiol, and
Endod 1999; 88(3): 358-64.
19. Fonseca RB dkk. Enamel hypoplasia or amelogenesisimperfecta – a
restorative sapproach. Braz J Oral Sci 2006; 5(16): 941-3.
20. Crawford PJM, Aldred M, Bloch-Zupan A. Amelogenesisimperfecta.
Orphanet J of Rare Diseases 2007; 2: 17-28.
21. Witkop CJ Jr. Amelogenesisimperfecta, dentinogenesisimperfecta and dentin
dysplasia revisited: problem in classification. J Oral Pathol 1989; 17: 547-53.
22. Dunlop C. Abnormalities of teeth. U of Missouri-Kansas City 2004: 1-10.
23. Seow WK. Clinical diagnosis and management strategies of
amelogenesisimperfecta variants. Pediatric Dent 1993; 15(6): 384-93.
24. J.-W. Kim, and J.P. Simmer. Hereditary Dentin Defects. J of Dental Research.
2007; 392-397
25. Barron MJ, McDonnell ST, MacKie I, Dixon MJ. Hereditary dentine
disorders: dentinogenesis imperfecta and dentine dysplasia. Orphanet J of
Rare Diseases 2008; 3-31
26. Rocha CT, Filho PN, Silva LAB, Assed S, Queiroz AM. Variation of Dentin
Dysplasia Type I: Report of Atypical Findings in the Permanent Dentition.
Braz Dent J 2011) 22(1): 74-78.
27