SEMESTER V
TAHUN AJARAN 2018/2019
BLOK KELAINAN JARINGAN LUNAK RONGGA MULUT
MODUL 6. KELAINAN KELENJAR SALIVA
DISUSUN OLEH :
1. Anak laki-laki berusia 12 tahun, datang ke RSGM bersama ibunya dengan keluhan adanya lepuhan besar
pada bibir bawah kiri yang timbul sejak 4 hari yang lalu tidak terasa sakit, tetapi terasa mengganggu dan
menimbulkan rasa kekhawatiran.
2. Anamnesis : pasien pernah mengalami hal serupa sebelumnya, namun lepuhan yang dialami
sebelumnya dapat kempes (mengecil) sedikit, lalu membesar kembali 4 hari yang lalu.
3. Pasien memiliki kebiasaan menggigit bibir bawah.
4. Pemeriksaan intra oral : tampak pada mukosa labial sinistra bawah terdapat bula, single, bulat, diameter
1-2 cm, palpasi terdapat fluktuasi, batas jelas, permukaan halus, tidak sakit.
5. Dokter gigi mencurigai kasus tersebut merupakan salah satu kelainan pada kelenjar saliva.
6. Dokter gigi spesialis bedah mulut kemudian melakukan tindakan bedah eksisi untuk mengambil kelainan
tersebut dan mengirim spesimen hasil biopsi tersebut ke laboratorium Patologi Anatomi untuk dilakukan
pemeriksaan HPA.
Rumusan Masalah Pemicu 1
1. Mengapa pasien mengalami lepuhan besar pada bibir bawah kiri yang timbul sejak 4 hari yang
lalu?
2. Mengapa lepuhan yang dialami pasien sebelumnya pernah mengalami kempes (mengecil)
sedikit, lalu membesar kembali 4 hari yang lalu?
3. Apa hubungan kebiasaan pasien menggigit bibir dengan keluhan?
4. Apa arti dari pemeriksan intra oral?
5. Mengapa dokter gigi mencurigai kasus tersebut merupakan kelainan kelenjar saliva?
6. Mengapa dokter spesialis bedah mulut melakukan tindakan bedah eksisi dan mengirimkan
spesimen hasil biopsi ke laboratorium patologi anatomi?
Hipotesis Masalah Pemicu 1
1. Pasien mengalami lepuhan besar pada bibir bawah kiri oleh karena adanya gigitan (trauma) secara
terus menerus dalam waktu yang lama. Sehingga kelenjar saliva minor mengalami ekstravasasi
(pelebaran).
2. Karena faktor trauma yang dilakukan pasien yaitu menggigit-gigit bibir dihilangkan.
3. Hubungan antara kebiasaan pasien menggigit-gigit bibir dengan keluhan mengakibatkan terjadinya
trauma sehingga menimbulkan lepuhan besar.
4. Arti dari pemeriksaan intra oral yaitu terjadi retensi mukous pada kelenjar saliva minor yang
mengakibatkan penyumbatan.
5. Karena berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis intra oral menunjukkan adanya tanda-tanda
terjadinya kelainan kelenjar saliva.
6. Dokter gigi spesialis bedah mulut melakukan tindakan bedah eksisi karena untuk mengambil kelainan
tersebut, dan mengirimkan hasil spesimen biopsi ke laboratorium patologi anatomi untuk dilakukan
pemeriksaan HPA agar mendapatkan hasil akhir untuk menentukan diagnosis.
PEMICU 2
Berdasarkan hasil pemeriksaan HPA yang didapat tampak adanya pembesaran kelenjar saliva minor yang
ditandai dengan dilatasi ductus salivary gland dengan dikelilingi oleh jaringan granulasi. Dokter gigi
mendiagnosis kasus yang dialami pasien yaitu Mucocele tipe ekstravasasi. Dokter gigi memberikan KIE
pada pasien untuk mencegah rekurensi kasus tersebut.
Terminologi Istilah Pemicu 2
• Kelenjar saliva minor : suatu organ tubuh yang berfungsi mengsekresi saliva yang terletak pada labial,
bukal, palatal, glossopalatinal dan memiliki ductus yang pendek
• Dilatasi ductus salivary gland : Perubahanukuran saluran kelenjar saliva
Jaringan granulasi : jaringan fibrosa yang terbentuk sebagai bagian dari proses penyembuhan.
• Mucocele : kelainan kelenjar saliva minor akibat retensi sekresi mucous di dalam jaringan sub epithelial.
• Ekstravasasi : keluarnya cairan mukous dari tempat semestinya.
• Rekurensi : kekambuhan
• KIE (Komunikasi, Edukasi, Informasi) : Pemberian instruksi dan edukasi yang komunikatif.
Identifikasi Malasah Pemicu 2
1. Hasil pemeriksaan HPA yang didapat tampak adanya pembesaran kelenjar saliva minor
yang ditandai dengan dilatasi ductus salivary gland dengan dikelilingi oleh jaringan
granulasi.
2. Dokter gigi mendiagnosis kasus yang dialami pasien yaitu Mucocele tipe ekstravasasi.
3. Dokter gigi memberikan KIE pada pasien untuk mencegah rekurensi kasus tersebut.
Rumusan Masalah Pemicu 2
1. Mengapa pada pemeriksaan HPA didapat tampak adanya pembesaran kelenjar saliva minor
yang ditandai dengan dilatasi ductus salivary gland dengan dikelilingi oleh jaringan
granulasi?
2. Mengapa dokter gigi mendiagnosis kasus yang dialami pasien yaitu Mucocele tipe
ekstravasasi?
3. Bagaimana dokter gigi memberikan KIE pada pasien untuk mencegah rekurensi kasus
tersebut?
Hipotesis Masalah Pemicu 2
1. Karena pasien memiliki kebiasaan menggigit bibir yang dapat menyebabkan trauma pada
kelenjar saliva minor sehingga pecah dan kelenjar saliva terakumulasi menyebabkan
ekstravasasi meninggalkan edema yang dikelilingi jaringan granulasi.
2. Karena berdasarkan anamnesis, pemeriksaan klinis intra oral, dan pemeriksaan penunjang
didapatkan adanya gambaran mucocele.
3. Dokter gigi menyuruh pasien untuk menghentikan kebiasaan buruknya menggigit-gigit bibir
agar tidak terjadi rekurensi.
Peta Konsep
Learning Issue
1. a. Apa definisi dan fungsi dari kelenjar saliva?
b. Sebutkan jenis dan lokasi kelenjar saliva!
c. Sebutkan nama duktus dari tiap kelenjar saliva mayor!
2. Bagaimana mekanisme terjadinya ekstravasasi atau retensi pada kelenjar saliva?
3. a. Apa definisi dari mucocele?
b. Sebutkan dan jelaskan jenis dari mucocele!
4. a. Apa definisi dari mucocele tipe ekstravasasi?
b. Apakah etiologi dari mucocele tipe ekstravasasi?
c. Bagaimana patogenesis dari mucocele tipe ekstravasasi?
d. Apa saja gejala klinis dari mucocele tipe ekstravasasi?
5. Apa terapi dari mucocele?
6. Bagaimana prognosis dari mucocele?
PEMBAHASAN LEARNING ISSUE
Etiologi masih belum jelas tetapi diduga terbagi atas dua, pertama diakibatkan trauma, baik trauma lokal atau mekanik. Trauma lokal atau mekanik
dapat disebabkan karena trauma pada mukosa mulut hingga melibatkan duktus glandula saliva minor akibat pengunyahan, atau kebiasaan buruk
seperti menghisap mukosa bibir diantara dua gigi yang jarang, menggigit-gigit bibir, kebiasaan menggesek-gesekkan bagian ventral lidah pada
permukaan gigi rahang bawah (biasanya pada anak yang memiliki kebiasaan minum susu botol atau dot), dan lain-lain. Setelah terjadi trauma yang
dikarenakan salah satu atau beberapa hal di atas, duktus glandula saliva minor rusak, akibatnya saliva keluar menuju lapisan submukosa
kemudian cairan mukus terdorong dan sekresinya tertahan lalu terbentuk inflamasi (adanya penumpukan jaringan granulasi di sekeliling kista)
mengakibatkan penyumbatan pada daerah tersebut, terbentuk pembengkakan lunak, berfluktuasi, translusen kebiruan pada mukosa mulut yang
disebut mukokel.
Kedua diakibatkan adanya genangan mukus dalam duktus ekskresi yang tersumbat dan melebar, tipe ini disebut mukus retensi. Genangan mukus
dalam duktus ekskresi yang tersumbat dan melebar dapat disebabkan karena plug mukus dari sialolith atau inflamasi pada mukosa yang menekan
duktus glandula saliva minor lalu mengakibatkan terjadinya penyumbatan pada duktus glandula saliva minor tersebut, terjadi dilatasi akibat cairan
mukus yang menggenang dan menumpuk pada duktus glandula saliva, dan pada akhirnya ruptur, kemudian lapisan subepitel digenangi oleh cairan
mukus dan menimbulkan pembengkakan pada mukosa mulut yang disebut mukokel (Sari, 2010).
3. a. Apa definisi dari mucocele?
Mucocele adalah lesi yang umum ditemukan pada mukosa oral dan merupakan lesi jinak kelenjar saliva yang paling sering
ditemukan pada rongga mulut. Insiden mucocele sering ditemukan karena adanya trauma pada kelenjar saliva minor. Gambaran lesi
yang sangat khas menunjukkan bahwa diagnosis klinisnya sesuai dengan diagnosis histopatologis setelah lesi dibiopsi. mucocele dapat
terjadi pada laki-laki maupun pada perempuan dan pada segala usia dengan insiden tertinggi pada dekade kedua dan terjadi pada
daerah manapun di dalam rongga mulut yang mengandung kelenjar saliva minor, tetapi bibir bawah merupakan lokasi paling umum
karena paling mudah mengalami trauma.Lokasi yang paling umum lesi adalah pada bibir khususnya pada bibir bawah, tetapi dapat juga
terjadi pada mukosa bukal, lidah dan palatum. Mucocele Blandin dan Nuhn adalah mucocele yang paling sering terjadi pada lidah. (Gigi
et al., n.d.)
b. Sebutkan dan jelaskan jenis dari mucocele!
Terdapat 2 jenis mucocele yakni:
1. Mucocele retensi mukus atau disebut juga kista duktus saliva akibat dilatasi pada duktus
2. Mucocele ekstravasasi dapat terjadi pada beberapa lokasi dimana terdapat kelenjar saliva minor dan terjadi
jika sekresi mukus dari duktus kelenjar saliva submukosa ke jaringan sekitar (Gigi et al., n.d.)
4. a. Apa definisi dari mucocele tipe ekstravasasi?
Mukokel adalah lesi pada mukosa (jaringan lunak) mulut yang diakibatkan oleh pecahnya saluran kelenjar liur dan
keluarnya mucin ke jaringan lunak disekitarnya. Paling sering terjadi pada bibir bawah (60% pada seluruh kasus), dan dapat
terjadi juga di mukosa bukal, anterior lidah, dan dasar mulut. Mukokel jarang terjadi pada bibir atas, palatum molle. Mukokel
adalah penyakit mulut yang melibatkan glandula saliva (Satriotomo, 2010).
b. Apakah etiologi dari mucocele tipe ekstravasasi?
Mucocele tipe ekstravasasi diakibatkan trauma, baik trauma lokal atau mekanik pada duktus glandula saliva minor, untuk tipe ini disebut
mukus ekstravasasi. Trauma lokal atau mekanik dapat disebabkan karena trauma pada mukosa mulut hingga melibatkan duktus glandula saliva
minor akibat pengunyahan, atau kebiasaan buruk seperti menghisap mukosa bibir diantara dua gigi yang jarang, menggigit-gigit bibir, kebiasaan
menggesek-gesekkan bagian ventral lidah pada permukaan gigi rahang bawah (biasanya pada anak yang memiliki kebiasaan minum susu botol
atau dot), dan lain-lain. Dapat juga akibat trauma pada proses kelahiran bayi, misalnya trauma akibat proses kelahiran bayi yang menggunakan
alat bantu forceps, trauma pada saat dilakukan suction untuk membersihkan saluran nafas sesaat setelah bayi dilahirkan, ataupun trauma yang
disebabkan karena ibu jari bayi yang dilahirkan masih berada dalam posisi sucking (menghisap) pada saat bayi melewati jalan lahir. Setelah terjadi
trauma yang dikarenakan salah satu atau beberapa hal di atas, duktus glandula saliva minor rusak, akibatnya saliva keluar menuju lapisan
submukosa kemudian cairan mukus terdorong dan sekresinya tertahan lalu terbentuk inflamasi (adanya penumpukan jaringan granulasi di
sekeliling kista) mengakibatkan penyumbatan pada daerah tersebut, terbentuk pembengkakan lunak, berfluktuasi, translusen kebiruan pada
mukosa mulut yang disebut mukokel (Satriotomo, 2010).
c. Bagaimana patogenesis dari mucocele tipe ekstravasasi?
Terdapat dua konsep patogenesis ranula superfisial. Pertama pembentukan kista akibat obstruksi duktus saliva dan kedua pembentukan
pseudokista yang diakibatkan oleh injuri duktus dan ekstravasasi mukus. Obstruksi duktus saliva dapat disebabkan oleh sialolith, malformasi kongenital,
stenosis, pembentukan parut pada periduktus akibat trauma, agenesis duktus atau tumor.
Ekstravasasi mucus pada glandula sublingual menjadi penyebab ranula servikal. Kista ini berpenetrasi ke otot milohioideus. Sekresi mucus
mengalir kearah leher melalui otot milohioideus dan menetap di dalam jaringan fasial sehingga terjadi pembengkakan yang difus pada bagian lateral
atau submental leher. Sekresi saliva yang berlangsung lama pada glandula sublingual akan menyebabkan akumulasi mucus sehingga terjadi
pembesaran massa servikal secara konstan. Trauma dari tindakan bedah yang dilakukan untuk mengeksisi ranula menimbulkan jaringan parut atau
disebut juga jaringan fibrosa pada permukaan superior ranula, sehingga apabila kambuh kembali ranula akan tumbuh dan berpenetrasi ke otot
milohioideus dan membentuk ranula servikal. Sekurang kurangnya 45% dari ranula servikal terjadi setelah eksisi ranula superfisial.
d. Apa saja gejala klinis dari mucocele tipe ekstravasasi?
Mukokel memiliki gambaran klinis yang khas, yaitu massa atau pembengkakan lunak yang berfluktuasi, berwarna translusen kebiruan
apabila massa belum begitu dalam letaknya, kadang-kadang warnanya normal seperti warna mukosa mulut apabila massa sudah terletak lebih
dalam, apabila dipalpasi pasien tidak sakit. Massa ini berdiameter 1 mm hingga beberapa sentimeter, beberapa literatur menuliskan diameter
mukokel umumnya kurang dari 1 cm.
Gambaran histopatologi mukokel tipe ekstrsavasasi mukus berbeda dengan tipe retensi mukus. Tipe ekstravasasi
gambaran histopatologinya memperlihatkan glandula yang dikelilingi oleh jaringan granulasi (Gambar 2.6). Sedangkan tipe
retensi menunjukkan adanya epithelial lining (Gambar 2.7).
5. Apa terapi dari mucocele?
Eksisi merupakan pilihan perawatan untuk mukocele ukuran kecil hingga sedang. Setelah dilakukan suatu insisi pada
mukosa dan lesi didrainase, penting dilakukan pengambilan jaringan kelenjar saliva yang terlibat pada mucocele tersebut, yang
menjadi sumber penyebab guna mencegah rekurensi. Penting juga untuk mencegah kerusakan karena pembedahan pada
kelenjar sekitarnya, yang dapat menimbulkan lesi yang baru. Permukaan dasar dari mucocele tidak dianjurkan untuk diambil
karena mempertimbangkan jaringan ikat yang ada. Umumnya, mucocele yang besar juga dirawat dengan eksisi. Walaupun, bila
prosedur eksisi dipertimbangkan terlalu ekstensif, atau lesi berdekatan sekali dengan saraf atau pembuluh darah besar, dapat
dilakukan marsupialisasi. Jika marsupialisasi gagal dan terjadi rekurensi, maka diperlukan tindakan eksisi kelenjar yang menjadi
feeding mukocele tersebut (Setiawan et al, 2016).
6. Bagaimana prognosis dari mucocele?
Prognosis dari mucocele umumnya baik meskipun pada kasus-kasus tertentu mengalami rekurensi yang
memerlukan reeksisi khususnya jika feeding ke kelenjarnya belum dieksisi sempurna. Pada kasus ini, menurut
anamnesis dan pemeriksaan intra oral dapat disimpulkan bahwa prognosis pasien baik (Setiawan et al, 2016).
KESIMPULAN
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan klinis intra oral, dan pemeriksaan penunjang pasien didiagnosis terkena mucocele.
Mucocele merupakan suatu lesi pada mukosa mulut yang diakibatkan karena pecahnya saluran kelenjar saliva dan keluarnya mucin
ke jaringan sekitarnya. Mucocele ini melibatkan kelenjar saliva minor dengan etiologi karena trauma. Pada kasus ini, didapatkan
mucocele tipe ekstravasasi. Terapi yang dilakukan yaitu bedah eksisi untuk mukokel dan juga pemberian KIE agar tidak terjadi
rekurensi/timbulnya lesi kembali. Prognosis pada kasus ini baik tetapi relatif kambuh secara periodic apabila kebiasaan buruk
yangmenyebaban trauma tidak dihilangkan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Almeida, P. D., Gregio, A. M. T., Machado, M. A. N., Lima, A. A. S., dan Azevedo, L. R., 2008. Saliva Composition and Functions: A
Comprehensive Review. J Contemp Dent Pract 9(3): 072-080
2. Gigi, F. K., Mada, U. G., Mada, U. G., Gigi, F. K., Mada, U. G., & Utara, S. (n.d.). STUDI KASUS Eksisi mucocele rekuren pada
ventral lidah dengan anestesi lokal Dody Setiawan*, Bambang Dwirahardjo**, Elizabeth Titi Riyati Astuti***, 1–6.
3. Sari, Erlita. 2010. Mukokel dan Ranula pada Anak (Laporan Kasus). pp 3-4. Retrieved from
:http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/20503/Chapter%20II.pdf?sequence=3&isAllowed=y
4. Satriotomo, N. A., Chairunnisa, N., Astarina, N. 2010. Seorang Anak Perempuan 7 Tahun dengan Mukokel. Laporan Kasus. Semarang.
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang.
5. Setiawan, D., Dwirahardjo, B., Astuti, E. T. R. 2016. Eksisi mucocele rekuren pada ventral lidah dengan anestesi lokal. Majalah
Kedokteran Gigi Klinik. Vol 2(1):1-6.
6. Sherwood Lauralee, 2001 ; Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem (Human Physiology: From cells to systems). Edisi II, EGC, Jakarta
7. Som PM, Brandwein MS. Salivary Glands: Anatomy and Pathology. Mosby Inc. 2003: 2005-66 Carlson ER, Ord RA. Textbook and
Colour Atlas of Salivary Glands Pathology, Diagnosis and Management Ed 1. Iowa: Willey-Blackwell. 2008. 5&6.
https://jurnal.ugm.ac.id/mkgk/article/download/30355/18329
8. http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/20503/Chapter%20II.pdf?sequence=3&isAllowed=y
9. Yuditha, Solva. 2012. Kelenjar Ludah. Jakarta : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Prof. Dr. Moestopo
(Beragama)