Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH MAHASISWA

SEMESTER V
TAHUN AJARAN 2018/2019
BLOK KELAINAN JARINGAN LUNAK RONGGA MULUT
MODUL 6. KELAINAN KELENJAR SALIVA
DISUSUN OLEH :

• Amelita Rosita Sari 20160710010


• Anggun Prawira 20160710014
• Ester Devina Gutama 20160710038
• Muhammad Rafi Paramaditya 20160710067
• Prischa Amelia Firgiyantoro 20160710074
• Putu Tahlia Krisna Dewi 20160710077
• Shinta Bella Putri 20160710085
• Stephani Brigitta Elfira 20160710087
• Terry Alfreda Putri 20160710089
• Visca Yunialita Ditarama 20160710095
PEMICU 1

Judul pemicu : bibir bawah melepuh


Anak laki-laki berusia 12 tahun, datang ke RSGM bersama ibunya dengan keluhan adanya lepuhan
besar pada bibir bawah kiri yang timbul sejak 4 hari yang lalu tidak terasa sakit, tetapi terasa
mengganggu dan menimbulkan rasa kekhawatiran. Berdasarkan anamnesis, pasien pernah
mengalami hal serupa sebelumnya, namun lepuhan yang dialami sebelumnya dapat kempes
(mengecil) sedikit, lalu membesar kembali 4 hari yang lalu sehingga pasien segera berobat ke
RSGM. Pasien memiliki kebiasaan menggigit bibir bawah. Pemeriksaan intra oral tampak pada
mukosa labial sinistra bawah terdapat bula, single, bulat, diameter 1-2 cm, palpasi terdapat
fluktuasi, batas jelas, permukaan halus, tidak sakit. Dokter gigi mencurigai kasus tersebut
merupakan salah satu kelainan pada kelenjar saliva. Dokter gigi spesialis bedah mulut kemudian
melakukan tindakan bedah eksisi untuk mengambil kelainan tersebut dan mengirim specimen hasil
biopsy tersebut ke laboratorium Patologi Anatomi untuk dilakukan pemeriksaan HPA.
Terminologi Istilah Pemicu 1

• Lepuhan : Pembengkakan abnormal pada mukosa yang berisi cairan


• Bula : lesi yang berisi cairan yang berukuran lebih dari 1cm dengan batas
jelas
• Mukosa sinistra : lapisan epitel yang menghadap ke bibir
• Palpasi : metode pemeriksaan untuk merasakan ukuran atau kekuatan atau
letak kelainan
• Fluktuasi : Lesi yang dapat digerakkan
• Kelainan kelenjar saliva : Kondisi abnormal dari kelenjar saliva
• Bedah eksisi :. tindakan bedah membuang jaringan (tumor) dengan cara memotong
• Specimen : sekumpulan sampel yang diambil untuk dilakukan penelitian laboratorium.
• Biopsy : suatu proses pengambilan sebagian jaringan patologis dengan mengikut sertakan
jaringan yang sehat di sekitarnya
• Laboratorium PA : spesialisasi medis yang berurusan dengan diagnosis penyakit berdasarkan
pada pemeriksaan kasar, mikroskopik, dan molekuler atas organ, jaringan, dan sel.
• Pemeriksaan HPA : pemeriksaan untuk mendeteksi adanya komponen patogen yang bersifat
infeksi melalui pengamatan secara mikroanatomi
Identifikasi Masalah Pemicu 1

1. Anak laki-laki berusia 12 tahun, datang ke RSGM bersama ibunya dengan keluhan adanya lepuhan besar
pada bibir bawah kiri yang timbul sejak 4 hari yang lalu tidak terasa sakit, tetapi terasa mengganggu dan
menimbulkan rasa kekhawatiran.
2. Anamnesis : pasien pernah mengalami hal serupa sebelumnya, namun lepuhan yang dialami
sebelumnya dapat kempes (mengecil) sedikit, lalu membesar kembali 4 hari yang lalu.
3. Pasien memiliki kebiasaan menggigit bibir bawah.
4. Pemeriksaan intra oral : tampak pada mukosa labial sinistra bawah terdapat bula, single, bulat, diameter
1-2 cm, palpasi terdapat fluktuasi, batas jelas, permukaan halus, tidak sakit.
5. Dokter gigi mencurigai kasus tersebut merupakan salah satu kelainan pada kelenjar saliva.
6. Dokter gigi spesialis bedah mulut kemudian melakukan tindakan bedah eksisi untuk mengambil kelainan
tersebut dan mengirim spesimen hasil biopsi tersebut ke laboratorium Patologi Anatomi untuk dilakukan
pemeriksaan HPA.
Rumusan Masalah Pemicu 1

1. Mengapa pasien mengalami lepuhan besar pada bibir bawah kiri yang timbul sejak 4 hari yang
lalu?
2. Mengapa lepuhan yang dialami pasien sebelumnya pernah mengalami kempes (mengecil)
sedikit, lalu membesar kembali 4 hari yang lalu?
3. Apa hubungan kebiasaan pasien menggigit bibir dengan keluhan?
4. Apa arti dari pemeriksan intra oral?
5. Mengapa dokter gigi mencurigai kasus tersebut merupakan kelainan kelenjar saliva?
6. Mengapa dokter spesialis bedah mulut melakukan tindakan bedah eksisi dan mengirimkan
spesimen hasil biopsi ke laboratorium patologi anatomi?
Hipotesis Masalah Pemicu 1
1. Pasien mengalami lepuhan besar pada bibir bawah kiri oleh karena adanya gigitan (trauma) secara
terus menerus dalam waktu yang lama. Sehingga kelenjar saliva minor mengalami ekstravasasi
(pelebaran).
2. Karena faktor trauma yang dilakukan pasien yaitu menggigit-gigit bibir dihilangkan.
3. Hubungan antara kebiasaan pasien menggigit-gigit bibir dengan keluhan mengakibatkan terjadinya
trauma sehingga menimbulkan lepuhan besar.
4. Arti dari pemeriksaan intra oral yaitu terjadi retensi mukous pada kelenjar saliva minor yang
mengakibatkan penyumbatan.
5. Karena berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis intra oral menunjukkan adanya tanda-tanda
terjadinya kelainan kelenjar saliva.
6. Dokter gigi spesialis bedah mulut melakukan tindakan bedah eksisi karena untuk mengambil kelainan
tersebut, dan mengirimkan hasil spesimen biopsi ke laboratorium patologi anatomi untuk dilakukan
pemeriksaan HPA agar mendapatkan hasil akhir untuk menentukan diagnosis.
PEMICU 2
Berdasarkan hasil pemeriksaan HPA yang didapat tampak adanya pembesaran kelenjar saliva minor yang
ditandai dengan dilatasi ductus salivary gland dengan dikelilingi oleh jaringan granulasi. Dokter gigi
mendiagnosis kasus yang dialami pasien yaitu Mucocele tipe ekstravasasi. Dokter gigi memberikan KIE
pada pasien untuk mencegah rekurensi kasus tersebut.
Terminologi Istilah Pemicu 2

• Kelenjar saliva minor : suatu organ tubuh yang berfungsi mengsekresi saliva yang terletak pada labial,
bukal, palatal, glossopalatinal dan memiliki ductus yang pendek
• Dilatasi ductus salivary gland : Perubahanukuran saluran kelenjar saliva
Jaringan granulasi : jaringan fibrosa yang terbentuk sebagai bagian dari proses penyembuhan.
• Mucocele : kelainan kelenjar saliva minor akibat retensi sekresi mucous di dalam jaringan sub epithelial.
• Ekstravasasi : keluarnya cairan mukous dari tempat semestinya.
• Rekurensi : kekambuhan
• KIE (Komunikasi, Edukasi, Informasi) : Pemberian instruksi dan edukasi yang komunikatif.
Identifikasi Malasah Pemicu 2

1. Hasil pemeriksaan HPA yang didapat tampak adanya pembesaran kelenjar saliva minor
yang ditandai dengan dilatasi ductus salivary gland dengan dikelilingi oleh jaringan
granulasi.
2. Dokter gigi mendiagnosis kasus yang dialami pasien yaitu Mucocele tipe ekstravasasi.
3. Dokter gigi memberikan KIE pada pasien untuk mencegah rekurensi kasus tersebut.
Rumusan Masalah Pemicu 2

1. Mengapa pada pemeriksaan HPA didapat tampak adanya pembesaran kelenjar saliva minor
yang ditandai dengan dilatasi ductus salivary gland dengan dikelilingi oleh jaringan
granulasi?
2. Mengapa dokter gigi mendiagnosis kasus yang dialami pasien yaitu Mucocele tipe
ekstravasasi?
3. Bagaimana dokter gigi memberikan KIE pada pasien untuk mencegah rekurensi kasus
tersebut?
Hipotesis Masalah Pemicu 2

1. Karena pasien memiliki kebiasaan menggigit bibir yang dapat menyebabkan trauma pada
kelenjar saliva minor sehingga pecah dan kelenjar saliva terakumulasi menyebabkan
ekstravasasi meninggalkan edema yang dikelilingi jaringan granulasi.
2. Karena berdasarkan anamnesis, pemeriksaan klinis intra oral, dan pemeriksaan penunjang
didapatkan adanya gambaran mucocele.
3. Dokter gigi menyuruh pasien untuk menghentikan kebiasaan buruknya menggigit-gigit bibir
agar tidak terjadi rekurensi.
Peta Konsep
Learning Issue
1. a. Apa definisi dan fungsi dari kelenjar saliva?
b. Sebutkan jenis dan lokasi kelenjar saliva!
c. Sebutkan nama duktus dari tiap kelenjar saliva mayor!
2. Bagaimana mekanisme terjadinya ekstravasasi atau retensi pada kelenjar saliva?
3. a. Apa definisi dari mucocele?
b. Sebutkan dan jelaskan jenis dari mucocele!
4. a. Apa definisi dari mucocele tipe ekstravasasi?
b. Apakah etiologi dari mucocele tipe ekstravasasi?
c. Bagaimana patogenesis dari mucocele tipe ekstravasasi?
d. Apa saja gejala klinis dari mucocele tipe ekstravasasi?
5. Apa terapi dari mucocele?
6. Bagaimana prognosis dari mucocele?
PEMBAHASAN LEARNING ISSUE

1. a. Apa definisi dan fungsi dari kelenjar saliva?


Kelenjar saliva adalah kelenjar eksokrin yang memproduksi saliva dan disekresikan melalui duktus. Saliva
diproduksi oleh tiga pasang kelenjar utama (mayor), yaitu kelenjar sublingual, submandibula, dan parotis yang terletak
di luar rongga mulut dan menyalurkan saliva melalui duktus ke dalam mulut. Kelenjar ini berada di setiap regio mulut
kecuali gusi dan bagian depan palatum durum. Kontribusi tiap kelenjar pada saat tidak ada stimulasi ialah 20% berasal
dari kelenjar parotis, 65-10% berasal dari kelenjar submandibularis, 7-8% dari kelenjar sublingualis, dan <10% berasal
dari kelenjar saliva minor. Sifat kelenjar saliva dan sekresinya ditentukan oleh tipe sel sekretori yaitu serus, seromukus
dan mukus (Almeida, 2008).
Adapun fungsi kelenjar saliva atau kelenjar liur, diantaranya yaitu:
 Fungsi utama kelenjar saliva yaitu untuk mensekresikan air liur ke dalam rongga mulut untuk membantu melindungi mulut, mencerna
makanan, membunuh bakteri, menjaga keadaan mulut.
 Mempermudah proses mengunyah dan menelan serta membasahi partikel makanan agar saling menyatu dan menghasilkan pelumas yaitu
mukus yang kental dan licin.
 Mensekresikan enzim amilase, yaitu enzim yang berfungsi mengubah Amilum (polisakarida) menjadi maltoda (disakarida)
 Mengontrol pH mulut
 Membantu proses berbicara dengan mempermudah pergerakan bibir dan lidah
 Membantu menjaga kebersihan mulut dan gigi. Alirasn saliva yang terus menerus dapat membantu membilas sisa-sisa makanan dan
melepaskan sel epitel serta benda asing di rongga mulut
 Mencegah dehidrasi mulut
 Menjaga kelembaban bibir
 Memperlambat proses pembusukan makanan yang tersisa pada gigi.
 Penyangga bikarbonat di saliva berfungsi untuk menetralkan asam yang terkandung dalam makanan serta asam yang dihasilkan oleh
bakteri di dalam mulut. (Sherwood, 2001)
b. Sebutkan jenis dan lokasi kelenjar saliva!
Kelenjar saliva terbagi jadi 2 yaitu, kelenjar saliva mayor dan minor
1) Kelenjar saliva mayor
Kelenjar saliva ini merupakan kelenjar saliva terbanyak dan ditemui berpasang- pasangan pada
daerah ekstraoral serta memiliki duktus yang panjang. Duktus ini menyalurkan sekresi saliva ke
dalam rongga mulut. Menurut struktur anatomi dan letaknya, kelenjar saliva mayor dapat dibagi
atas tiga tipe yaitu parotis, submandibularis dan sublingualis.
a) Kelenjar Parotid
Pasangan kelenjar parotid merupakan kelenjar saliva yang terbesar. Letak kelenjar ini adalah di
ruang antara batas posterior ramus mandibular dan prosesus mastoideus tulang temporal. Bentuk
kelenjar parotis bervariasi. Namun, seringkali ditemui berbentuk segitiga dengan bagian apeks
menuju inferior.
b) Kelenjar Submandibula
Kelenjar submandibularis merupakan kelenjar kedua terbesar dan ukurannya kira-kira seperempat
dari kelenjar parotid. Ia terdiri dari lobus superficial berukuran besar yang terletak dalam segitiga
digastric di leher dan lobus profunda yang terletak di lantai mulut posterior. Kedua lobus ini
bersifat saling menyambung antara satu sama lain di seluruh daerah perbatasan posterior otot
milohioid.
c) Kelenjar Sublingual
Kelenjar yang terletak di antara dasar mulut dan otot milohioid ini merupakan kelenjar yang
terkecil di antara kelenjar-kelenjar yang lain.

2) Kelenjar Saliva Minor


Kelenjar saliva minor terdiri dari kelenjar-kelenjar kecil yang dapat dapat ditemui pada hampir
seluruh epitel di bawah rongga mulut dan orofaring. Kelenjar ini terdiri dari beberapa unit sekresi
kecil dan melewati duktus pendek yang berhubungan langsung dengan rongga mulut. Kelenjar-
kelenjar kecil ini membentuk beberapa kelompok kelenjar mengikut lokasi seperti kelenjar labial,
bukal, glosopalatinal, palatal, dan lingual. (Yuditha, 2012)
c. Sebutkan nama duktus dari tiap kelenjar saliva mayor!
 Kelenjar parotis : duktus mayor dari kelenjar parotis yaitu duktus stenoni/parotidicus. Mempunyai ukuran diameter 1-3mm
dan panjang 6cm. Saluran keluar yang utama ini terdiri atas epitel berlapis semu, bermuara kedalam vestibulum rongga
mulut berhadapan dengan gigi molar atas. Di bagian anterior, kapsul pembungkus lapisan superficial kelenjar parotis
lebih tebal dibandingkan di bagian posterior yang lebih tipis menyerupai membrane translusen.
 Kelenjar submandibularis : duktus yang utama pada kelenjar ini yaitu duktus whartoni. Mempunyai panjang kira-kira 5cm
dan dindingnya lebih tipis dibandingkan dengan duktus stenoni pada kelenjar parotis.
 Kelenjar sublingualis : duktus utama pada kelenjar ini yaitu duktus bhartolin, tetapi terdapat 8-20 duktus kecil yang
disebut sebagai duktus rivinus yang mana membuka secara bebas di dasar mulut bersama lipatan-lipatan serta papilla
sublingualis (Som, 2003).
2. Bagaimana mekanisme terjadinya ekstravasasi atau retensi pada kelenjar saliva?

Etiologi masih belum jelas tetapi diduga terbagi atas dua, pertama diakibatkan trauma, baik trauma lokal atau mekanik. Trauma lokal atau mekanik
dapat disebabkan karena trauma pada mukosa mulut hingga melibatkan duktus glandula saliva minor akibat pengunyahan, atau kebiasaan buruk
seperti menghisap mukosa bibir diantara dua gigi yang jarang, menggigit-gigit bibir, kebiasaan menggesek-gesekkan bagian ventral lidah pada
permukaan gigi rahang bawah (biasanya pada anak yang memiliki kebiasaan minum susu botol atau dot), dan lain-lain. Setelah terjadi trauma yang
dikarenakan salah satu atau beberapa hal di atas, duktus glandula saliva minor rusak, akibatnya saliva keluar menuju lapisan submukosa
kemudian cairan mukus terdorong dan sekresinya tertahan lalu terbentuk inflamasi (adanya penumpukan jaringan granulasi di sekeliling kista)
mengakibatkan penyumbatan pada daerah tersebut, terbentuk pembengkakan lunak, berfluktuasi, translusen kebiruan pada mukosa mulut yang
disebut mukokel.

Kedua diakibatkan adanya genangan mukus dalam duktus ekskresi yang tersumbat dan melebar, tipe ini disebut mukus retensi. Genangan mukus
dalam duktus ekskresi yang tersumbat dan melebar dapat disebabkan karena plug mukus dari sialolith atau inflamasi pada mukosa yang menekan
duktus glandula saliva minor lalu mengakibatkan terjadinya penyumbatan pada duktus glandula saliva minor tersebut, terjadi dilatasi akibat cairan
mukus yang menggenang dan menumpuk pada duktus glandula saliva, dan pada akhirnya ruptur, kemudian lapisan subepitel digenangi oleh cairan
mukus dan menimbulkan pembengkakan pada mukosa mulut yang disebut mukokel (Sari, 2010).
3. a. Apa definisi dari mucocele?
Mucocele adalah lesi yang umum ditemukan pada mukosa oral dan merupakan lesi jinak kelenjar saliva yang paling sering
ditemukan pada rongga mulut. Insiden mucocele sering ditemukan karena adanya trauma pada kelenjar saliva minor. Gambaran lesi
yang sangat khas menunjukkan bahwa diagnosis klinisnya sesuai dengan diagnosis histopatologis setelah lesi dibiopsi. mucocele dapat
terjadi pada laki-laki maupun pada perempuan dan pada segala usia dengan insiden tertinggi pada dekade kedua dan terjadi pada
daerah manapun di dalam rongga mulut yang mengandung kelenjar saliva minor, tetapi bibir bawah merupakan lokasi paling umum
karena paling mudah mengalami trauma.Lokasi yang paling umum lesi adalah pada bibir khususnya pada bibir bawah, tetapi dapat juga
terjadi pada mukosa bukal, lidah dan palatum. Mucocele Blandin dan Nuhn adalah mucocele yang paling sering terjadi pada lidah. (Gigi
et al., n.d.)
b. Sebutkan dan jelaskan jenis dari mucocele!
Terdapat 2 jenis mucocele yakni:
1. Mucocele retensi mukus atau disebut juga kista duktus saliva akibat dilatasi pada duktus
2. Mucocele ekstravasasi dapat terjadi pada beberapa lokasi dimana terdapat kelenjar saliva minor dan terjadi
jika sekresi mukus dari duktus kelenjar saliva submukosa ke jaringan sekitar (Gigi et al., n.d.)
4. a. Apa definisi dari mucocele tipe ekstravasasi?
Mukokel adalah lesi pada mukosa (jaringan lunak) mulut yang diakibatkan oleh pecahnya saluran kelenjar liur dan
keluarnya mucin ke jaringan lunak disekitarnya. Paling sering terjadi pada bibir bawah (60% pada seluruh kasus), dan dapat
terjadi juga di mukosa bukal, anterior lidah, dan dasar mulut. Mukokel jarang terjadi pada bibir atas, palatum molle. Mukokel
adalah penyakit mulut yang melibatkan glandula saliva (Satriotomo, 2010).
b. Apakah etiologi dari mucocele tipe ekstravasasi?
Mucocele tipe ekstravasasi diakibatkan trauma, baik trauma lokal atau mekanik pada duktus glandula saliva minor, untuk tipe ini disebut
mukus ekstravasasi. Trauma lokal atau mekanik dapat disebabkan karena trauma pada mukosa mulut hingga melibatkan duktus glandula saliva
minor akibat pengunyahan, atau kebiasaan buruk seperti menghisap mukosa bibir diantara dua gigi yang jarang, menggigit-gigit bibir, kebiasaan
menggesek-gesekkan bagian ventral lidah pada permukaan gigi rahang bawah (biasanya pada anak yang memiliki kebiasaan minum susu botol
atau dot), dan lain-lain. Dapat juga akibat trauma pada proses kelahiran bayi, misalnya trauma akibat proses kelahiran bayi yang menggunakan
alat bantu forceps, trauma pada saat dilakukan suction untuk membersihkan saluran nafas sesaat setelah bayi dilahirkan, ataupun trauma yang
disebabkan karena ibu jari bayi yang dilahirkan masih berada dalam posisi sucking (menghisap) pada saat bayi melewati jalan lahir. Setelah terjadi
trauma yang dikarenakan salah satu atau beberapa hal di atas, duktus glandula saliva minor rusak, akibatnya saliva keluar menuju lapisan
submukosa kemudian cairan mukus terdorong dan sekresinya tertahan lalu terbentuk inflamasi (adanya penumpukan jaringan granulasi di
sekeliling kista) mengakibatkan penyumbatan pada daerah tersebut, terbentuk pembengkakan lunak, berfluktuasi, translusen kebiruan pada
mukosa mulut yang disebut mukokel (Satriotomo, 2010).
c. Bagaimana patogenesis dari mucocele tipe ekstravasasi?
Terdapat dua konsep patogenesis ranula superfisial. Pertama pembentukan kista akibat obstruksi duktus saliva dan kedua pembentukan
pseudokista yang diakibatkan oleh injuri duktus dan ekstravasasi mukus. Obstruksi duktus saliva dapat disebabkan oleh sialolith, malformasi kongenital,
stenosis, pembentukan parut pada periduktus akibat trauma, agenesis duktus atau tumor.
Ekstravasasi mucus pada glandula sublingual menjadi penyebab ranula servikal. Kista ini berpenetrasi ke otot milohioideus. Sekresi mucus
mengalir kearah leher melalui otot milohioideus dan menetap di dalam jaringan fasial sehingga terjadi pembengkakan yang difus pada bagian lateral
atau submental leher. Sekresi saliva yang berlangsung lama pada glandula sublingual akan menyebabkan akumulasi mucus sehingga terjadi
pembesaran massa servikal secara konstan. Trauma dari tindakan bedah yang dilakukan untuk mengeksisi ranula menimbulkan jaringan parut atau
disebut juga jaringan fibrosa pada permukaan superior ranula, sehingga apabila kambuh kembali ranula akan tumbuh dan berpenetrasi ke otot
milohioideus dan membentuk ranula servikal. Sekurang kurangnya 45% dari ranula servikal terjadi setelah eksisi ranula superfisial.
d. Apa saja gejala klinis dari mucocele tipe ekstravasasi?
Mukokel memiliki gambaran klinis yang khas, yaitu massa atau pembengkakan lunak yang berfluktuasi, berwarna translusen kebiruan
apabila massa belum begitu dalam letaknya, kadang-kadang warnanya normal seperti warna mukosa mulut apabila massa sudah terletak lebih
dalam, apabila dipalpasi pasien tidak sakit. Massa ini berdiameter 1 mm hingga beberapa sentimeter, beberapa literatur menuliskan diameter
mukokel umumnya kurang dari 1 cm.
Gambaran histopatologi mukokel tipe ekstrsavasasi mukus berbeda dengan tipe retensi mukus. Tipe ekstravasasi
gambaran histopatologinya memperlihatkan glandula yang dikelilingi oleh jaringan granulasi (Gambar 2.6). Sedangkan tipe
retensi menunjukkan adanya epithelial lining (Gambar 2.7).
5. Apa terapi dari mucocele?
Eksisi merupakan pilihan perawatan untuk mukocele ukuran kecil hingga sedang. Setelah dilakukan suatu insisi pada
mukosa dan lesi didrainase, penting dilakukan pengambilan jaringan kelenjar saliva yang terlibat pada mucocele tersebut, yang
menjadi sumber penyebab guna mencegah rekurensi. Penting juga untuk mencegah kerusakan karena pembedahan pada
kelenjar sekitarnya, yang dapat menimbulkan lesi yang baru. Permukaan dasar dari mucocele tidak dianjurkan untuk diambil
karena mempertimbangkan jaringan ikat yang ada. Umumnya, mucocele yang besar juga dirawat dengan eksisi. Walaupun, bila
prosedur eksisi dipertimbangkan terlalu ekstensif, atau lesi berdekatan sekali dengan saraf atau pembuluh darah besar, dapat
dilakukan marsupialisasi. Jika marsupialisasi gagal dan terjadi rekurensi, maka diperlukan tindakan eksisi kelenjar yang menjadi
feeding mukocele tersebut (Setiawan et al, 2016).
6. Bagaimana prognosis dari mucocele?
Prognosis dari mucocele umumnya baik meskipun pada kasus-kasus tertentu mengalami rekurensi yang
memerlukan reeksisi khususnya jika feeding ke kelenjarnya belum dieksisi sempurna. Pada kasus ini, menurut
anamnesis dan pemeriksaan intra oral dapat disimpulkan bahwa prognosis pasien baik (Setiawan et al, 2016).
KESIMPULAN

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan klinis intra oral, dan pemeriksaan penunjang pasien didiagnosis terkena mucocele.
Mucocele merupakan suatu lesi pada mukosa mulut yang diakibatkan karena pecahnya saluran kelenjar saliva dan keluarnya mucin
ke jaringan sekitarnya. Mucocele ini melibatkan kelenjar saliva minor dengan etiologi karena trauma. Pada kasus ini, didapatkan
mucocele tipe ekstravasasi. Terapi yang dilakukan yaitu bedah eksisi untuk mukokel dan juga pemberian KIE agar tidak terjadi
rekurensi/timbulnya lesi kembali. Prognosis pada kasus ini baik tetapi relatif kambuh secara periodic apabila kebiasaan buruk
yangmenyebaban trauma tidak dihilangkan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Almeida, P. D., Gregio, A. M. T., Machado, M. A. N., Lima, A. A. S., dan Azevedo, L. R., 2008. Saliva Composition and Functions: A
Comprehensive Review. J Contemp Dent Pract 9(3): 072-080
2. Gigi, F. K., Mada, U. G., Mada, U. G., Gigi, F. K., Mada, U. G., &amp; Utara, S. (n.d.). STUDI KASUS Eksisi mucocele rekuren pada
ventral lidah dengan anestesi lokal Dody Setiawan*, Bambang Dwirahardjo**, Elizabeth Titi Riyati Astuti***, 1–6.
3. Sari, Erlita. 2010. Mukokel dan Ranula pada Anak (Laporan Kasus). pp 3-4. Retrieved from
:http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/20503/Chapter%20II.pdf?sequence=3&isAllowed=y
4. Satriotomo, N. A., Chairunnisa, N., Astarina, N. 2010. Seorang Anak Perempuan 7 Tahun dengan Mukokel. Laporan Kasus. Semarang.
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang.
5. Setiawan, D., Dwirahardjo, B., Astuti, E. T. R. 2016. Eksisi mucocele rekuren pada ventral lidah dengan anestesi lokal. Majalah
Kedokteran Gigi Klinik. Vol 2(1):1-6.
6. Sherwood Lauralee, 2001 ; Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem (Human Physiology: From cells to systems). Edisi II, EGC, Jakarta
7. Som PM, Brandwein MS. Salivary Glands: Anatomy and Pathology. Mosby Inc. 2003: 2005-66 Carlson ER, Ord RA. Textbook and
Colour Atlas of Salivary Glands Pathology, Diagnosis and Management Ed 1. Iowa: Willey-Blackwell. 2008. 5&6.
https://jurnal.ugm.ac.id/mkgk/article/download/30355/18329
8. http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/20503/Chapter%20II.pdf?sequence=3&isAllowed=y
9. Yuditha, Solva. 2012. Kelenjar Ludah. Jakarta : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Prof. Dr. Moestopo
(Beragama)

Anda mungkin juga menyukai