Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN ORAL MEDICINE

(Untuk Kasus yang Memerlukan Perawatan)


MUCOCELE

A. IDENTITAS PASIEN
Nama pasien : Muhammad Fahrurozi
Tempat/tanggal lahir : OKI / 1 Juli 2004
Suku : Melayu
Jenis kelamin : Pria
Status perkawinan : Belum Menikah
Agama : Islam
Alamat : Desa Mainan, OKI
Pendidikan terakhir : SD
Pekerjaan : Pelajar
No. Rek.Med : 000.27.96.92
Peserta Asuransi : BPJS

B. ANAMNESA
a. Keluhan Utama
Pasien mengeluhkan terdapat benjolan pada permukaan bawah lidah bagian
depan sejak 2 bulan yang lalu. Benjolan tersebut tidak terasa sakit tetapi
pernah pecah dan tumbuh lagi. Pasien merasa khawatir dan tidak nyaman
sehingga ingin benjolan di bawah lidahnya tersebut dibuang.
b. Keluhan Tambahan
Tidak ada keluhan lain.
c. Riwayat Perawatan Gigi
Pasien pernah cabut gigi susu di Puskesmas
d. Kebiasaan Buruk
Pasien sering menekan-nekan lidahnya pada permukaan gigi rahang bawah sejak
kecil.
e. Riwayat Sosial
Pasien adalah seorang pelajar sekolah yang tinggal bersama kedua orang tuanya.
Pasien berasal dari keluarga dengan kondisi ekonomi berkecukupan.
f. Riwayat Penyakit Sistemik
Tidak Ada

C. PEMERIKSAAN EKSTRAORAL
Wajah : Simetris
Bibir : Sehat
Kelenjar Getah Bening :
Kanan : tidak teraba dan tidak sakit
Kiri : tidak teraba dan tidak sakit

D. PEMERIKSAAN INTRAORAL
Debris : Ada, regio a, c, f
Plak : Ada, regio a, c, d, e, f
Kalkulus : Ada, regio a, c, d, e, f
Pendarahan papila interdental : Ada, regio a, c, d, e, f
Gingiva : Eritema dan edema pada marginal gingiva di
regio a, c, d, e, f.
Mukosa bibir : Sehat
Palatum : Sehat
Lidah : Terdapat nodul dengan diameter 0.5 cm
pada 1/3 anterior ventral lidah, berwarna merah
muda dengan tepi kemerahan, berbatas jelas,
single, sedikit lunak, tidak sakit ketika dipalpasi
dan tidak mudah berdarah.
Dasar mulut : Sehat
Hubungan rahang : retrognati
Kelainan gigi geligi :Tidak Ada
Pemeriksaan Gigi Geligi :
Lesi D3 : 16, 36, 47
Lesi D5 : 46
Restorasi GIC : 36
Gigi malposisi : 13, 12, 22, 23, 35, 32, 31, 41, 42, 43
E. DIAGNOSA SEMENTARA
Diagnosa sementara : Mucocele
Diagnosa banding : Fibroma Iritasi
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan patologi anatomi pada sepotong
jaringan dengan ukuran 0,5 x 0,2 x 0,2 cm, kenyal. Hasil pemeriksaan patologi
anatomi menyatakan bahwa sediaan berasal dari bawah lidah, berlapis epitel
squamous kompleks berkeratin yang sebagian hiperplasia, subepitel tampak
pseudokista dengan dinding kista tanpa pelapis epitel. Dijumpai musin di dalam
lumen dengan sel-sel radang limfosit, neutrofil dan sel plasma. Tidak dijumpai
tanda-tanda ganas pada sediaan ini. Kesan yaitu menyokong suatu mucocele.
G. TINJAUAN PUSTAKA
Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan penunjang,
maka diagnosa lesi pada mukosa bibir bawah pasien adalah mucocele. Mucocele
adalah istilah untuk pembengkakan yang disebabkan oleh
akumulasi saliva pada lokasi duktus saliva yang ruptur atau
penumpukan mucin di sekeliling jaringan lunak.1 Mucocele adalah
sebagai kista benigna, tetapi dikatakan bukan kista yang sesungguhnya, karena tidak
memiliki epithelial lining pada gambaran histopatologisnya.1 Mucocele paling
sering terjadi pada bibir bawah, dimana lokasi tersebut sering
terjadi trauma. Mukosa bukal, lidah, dasar mulut dan region
retromolar merupakan lokasi lain yang sering terjadi trauma dan
terjadi ekstravasasi mukus.2
Gambaran klinis mucocele terlihat adanya pembengkakan berbentuk kubah,
berfluktuasi, tidak sakit, tanpa gejala, permukaan mukosa berwarna translusen
kebiruan apabila massa belum begitu dalam letaknya, kadang-kadang warnanya
normal seperti warna mukosa mulut apabila massa sudah terletak lebih dalam,
berdiameter mulai dari beberapa milimeter (mm) sampai centimeter (cm). Pasien
yang menderita mucocele biasanya memiliki riwayat trauma pada mulut atau
kebiasaan menggit bibir.1,3
Jika dilihat dari etiologi, patogenesis, dan secara umum mucocele dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu mucocele ekstravasasi mukus yang sering disebut
sebagai mucocele superfisial dan mucocele retensi mukus yang disebut sebagai kista
retensi mukus.4
Mucocele superfisial diakibatkan oleh adanya trauma lokal atau mekanik
pada mukosa mulut hingga melibatkan duktus glandula saliva minor akibat
pengunyahan, atau kebiasaan buruk seperti menghisap mukosa bibir diantara dua gigi
yang jarang, menggigit-gigit bibir, kebiasaan menggesek-gesekkan bagian ventral
lidah pada permukaan gigi rahang bawah.4 Dengan adanya trauma yang dikarenakan
beberapa hal di atas, duktus glandula saliva minor rusak, akibatnya saliva keluar
menuju lapisan submukosa kemudian cairan mukus terdorong dan sekresinya
tertahan lalu terbentuk inflamasi dengan adanya penumpukan jaringan granulasi di
sekeliling kista yang mengakibatkan penyumbatan pada daerah tersebut, sehingga
terbentuk pembengkakan lunak, berfluktuasi, translusen kebiruan pada mukosa
mulut.5
Mucocele retensi mukus disebabkan adanya sumbatan mukus akibat sialolith
atau inflamasi pada mukosa mulut.4 Genangan mukus dalam duktus ekskresi yang
tersumbat dan melebar disebabkan karena plug mukus dari sialolith atau inflamasi
pada mukosa yang menekan duktus glandula saliva minor sehingga mengakibatkan
terjadinya penyumbatan pada duktus glandula saliva minor tersebut, terjadi dilatasi
akibat cairan mukus yang menggenang dan menumpuk pada duktus glandula saliva,
dan pada akhirnya ruptur, kemudian lapisan subepitel digenangi oleh cairan mukus
dan menimbulkan pembengkakan pada mukosa mulut.5
Perawatan mucocele adalah dengan menghilangkan faktor penyebab dan
pembedahan massa. Tujuan menghilangkan faktor penyebab yaitu untuk
menghindarkan terjadinya rekurensi. Jika faktor penyebab tidak dihilangkan, maka
mucocele akan dengan mudah muncul kembali walaupun sebelumnya sudah
dilakukan pembedahan.6 Pemilihan teknik pembedahan tergantung kepada ukuran
dan lokasi massa.7 Pada kasus ini, teknik bedah yang dilakukan adalah dengan
enukleasi mucocele. Setelah pembedahan, pasien diberikan post medikasi berupa
antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi pasca pembedahan dan analgesik untuk
menghilangkan rasa sakit pasca pembedahan.
H. DIAGNOSA
Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang
patologi anatomi yang dilakukan kepada pasien, maka lesi ini dapat ditegakkan
diagnosa sebagai mucocele.
I. RENCANA PERAWATAN

FASE I (ETIOTROPIK)
Kontrol plak dan DHE (Edukasi, Motivasi, Instruksi)
Scalling

FASE II (BEDAH)
Enukleasi mucocele

FASE III (RESTORATIF)


Pro-konservasi: tumpatan GIC pada gigi : 16, 36, 36. Tumpatan RK pada gigi 46
Pro Orthodonsi: Pemakaian pesawat orthodonti
FASE IV (KONTROL BERKALA)

Kontrol Plak (edukasi, motivasi, instruksi)


Recall at time (Kontrol pasca bedah)
Maintenance

J. PEMBAHASAN
Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang,
diagnosa lesi pada kasus ini adalah mucocele. Mucocele adalah istilah untuk
pembengkakan yang disebabkan oleh akumulasi saliva pada lokasi
duktus saliva yang ruptur atau penumpukan mucin di sekeliling
jaringan lunak.1 Mucocele paling sering terjadi pada bibir bawah,
dimana lokasi tersebut sering terjadi trauma. Mukosa bukal, lidah,
dasar mulut dan region retromolar merupakan lokasi lain yang
sering terjadi trauma dan terjadi ekstravasasi mukus.2
Penyebab mucocele pada pasien ini adalah kebiasan menghisap ibu jari setiap
sebelum tidur. Sesuai dengan teori yang dikemukakan sebelumnya, bahwa trauma
seperti kebiasaan menggesek-gesekkan bagian ventral lidah pada permukaan gigi
rahang bawah (biasanya pada anak yang memiliki kebiasaan minum susu botol atau
menghisap ibu jari) mengakibatkan duktus glandula saliva minor rusak, akibatnya
saliva keluar menuju lapisan submukosa kemudian cairan mukus terdorong dan
sekresinya tertahan lalu terbentuk inflamasi (adanya penumpukan jaringan granulasi
di sekeliling kista) yang mengakibatkan penyumbatan pada daerah tersebut,
terbentuk pembengkakan lunak, berfluktuasi, translusen pada mukosa mulut.5
Pada kasus ini, perawatan mucocele pasien meliputi menghilangkan faktor
penyebab berupa kebiasaan mengisap ibu jari sebelum tidur, pembedahan massa
dengan cara enukleasi, kontrol plak dan DHE (edukasi, motivasi, intruksi). Enukleasi
adalah pengambilan kista secara keseluruhan untuk kista yang kecil dan letaknya
jauh dari jaringan vital.7
Setelah dilakukan, pasien diberikan post medikasi berupa antibiotik (15 tablet
amoksisilin 250 mg dengan anjuran pemakaian pada orang anak-anak yaitu 3 kali
sehari 1 tablet) dan analgesik (tablet parasetamol 250 mg dengan anjuran pemakaian
pada anak-anak yaitu 3 kali sehari 1 bila terasa sakit). Kemudian pasien diminta
kembali 1 minggu kemudian untuk mengangkat jahitan dan kontrol.
Pada kontrol pertama, pasien diintruksikan mengambil hasil pemeriksaan
patologi anatomi (PA) dan hasil tersebut ditunjukkan ke dokter gigi spesialis bedah
mulut. Hasil pemeriksaan PA menyatakan bahwa massa jaringan merupakan
mucocele. Setelah itu, operator mengangkat jahitan pasien, hasil pemeriksaan
subjektif yaitu pasien tidak ada keluhan dan tidak ada rasa sakit, hasil pemeriksaan
objektif yaitu luka bekas operasi belum menutup sempurna dan mukosanya masih
kemerahan.. Pasien kemudian diintruksikan untuk menjaga oral hygiene,
menghilangkan kebiasaan buruk serta diharapkan datang kembali satu minggu
kemudian untuk melakukan kontrol kedua.
Selanjutnya pada kontrol kedua, dari hasil pemeriksaan subjektif yaitu pasien
tidak ada keluhan dan tidak ada rasa sakit, hasil pemeriksaan objektif yaitu luka
bekas operasi sudah menutup tetapi mukosanya masih kemerahan. Pasien
diintruksikan untuk tetap menjaga oral hygiene, menghilangkan kebiasaan buruk, dan
kembali untuk melakukan kontrol ketiga.
Pada kontrol ketiga pasien datang kembali dan dilakukan pemeriksaan
subjektif dan objektif. Hasil pemeriksaan subjektif yaitu pasien tidak ada keluhan
dan tidak ada rasa sakit, hasil pemeriksaan objektif yaitu luka bekas operasi sudah
sembuh sempurna serta tidak ada rekurensi. Selain itu, dari anamnesa kembali pasien
sudah mulai mampu menghilangkan kebiasaan buruknya. Pasien diintruksikan untuk
tetap menjaga oral hygiene, menghilangkan kebiasaan buruk, dan tidak perlu datang
kembali untuk melakukan kontrol.
Foto Awal Foto Kontrol I

Foto Kontrol II Foto Kontrol III

K. KESIMPULAN
Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan penunjang
patologi anatomi, maka diagnosa lesi pada daerah 1/3 anterior ventral lidah pasien
adalah mucocele. Lesi ini terjadi akibat pasien memiliki kebiasaan menghisap jempol
sebelum tidur.
Perawatan yang dilakukan pada pasien ini adalah pembedahan enukleasi,
menghilangkan kebiasaan buruk dan kontrol plak (edukasi, motivasi, instruksi).
Kemudian pasien diberikan post medikasi berupa antibiotik (15 tablet amoksisilin
250 mg dengan anjuran pemakaian pada orang anak-anak yaitu 3 kali sehari 1 tablet )
dan analgesik (tablet parasetamol 250 mg dengan anjuran pemakaian pada anak-anak
yaitu 3 kali sehari diminum bila terasa sakit) Kemudian pasien diminta kembali 1
minggu kemudian untuk mengangkat jahitan dan kontrol.

L. DAFTAR PUSTAKA
1. Lewis, dkk. 2004. A Colour Handbook of Oral Medicine. London: Manson
Publishing.
2. Shenthilkumar B and Mahabob N M. 2012. Mucocele: An Usual presentation
of the minor salivary gland lesion. J pharm Biollied Sci (suppl 2) S 180-S182.
3. Greenberg, MS. 2003. Burkets Oral Medicine Diagnosis and Treatment. 10th
ed. Ontario: BC Decker.
4. Regezi, dkk. 2003. Oral Pathology Clinical Pathologic Correlations. Ed. 4.
Elsevier Science: Missouri.
5. Cawson, RA. 2002. Cawsons Essentials Of Oral Pathology and Oral
Medicine. 7th ed. Spain: Churchill Livingstone.
6. Dunne, SM. 2009. Diagnosis Kelainan dalam Mulut. Jakarta : EGC.
7. Carrillo, dkk. 2010. Oral mucocele: review of the literature. J Clin Exp Dent.
Vol. 2(1):e18-21.

Anda mungkin juga menyukai