Anda di halaman 1dari 21

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MULUT

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS HASANUDDIN
2021

Case Based Discussion (CBD)

MUCOCEL Variasi Normal Rongga Mulut

E
Nurwahyuni (J014211113)
Pembimbing: drg. Ali Yusran, M.Kes
LAPORAN KASUS
SKENARIO

Seorang perempuan berusia 22 tahun datang ke departemen


ilmu penyakit mulut RSGM UNHAS dengan keluhan merasa
tidak nyaman karena adanya benjolan bulat pada bibir bawah
bagian dalam dengan ukuran ±6 mm sehingga menganggu
pasien saat berbicara maupun mengunyah saat makan.
Diketahui benjolan tersebut telah muncul 1 minggu yang lalu.
IDENTITAS PASIEN

Nama : Rahmawati
TTL : Pangkep, 23 Februari 2000
Umur Pasien : 22 Tahun
Jenis Kelamin: Perempuan
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Jl. Sahabat 3
No. Hp : 081355891753
Status pernikahan: Belum menikah.
PEMERIKSAAN SUBJEKTIF
Keluhan utama : merasa tidak nyaman pada bibir
bawah karena ada benjolan

Sejak kapan : 1 minggu yang lalu

Rekuren : Belum pernah terjadi

Riwayat dental : Tidak ada

Riwayat penyakit sistemik: Tidak ada

Obat yang dikonsumsi : Tidak ada


PEMERIKSAAN OBJEKTIF

Bentuk wajah : Simetris/asimetris

Ekstraoral Pipi/bibir/sudut mulut: T.A.K

Limfenodus : T.A.K

TMJ : T.A.K
PEMERIKSAAN OBJEKTIF
Mukosa bukal : T.A.K
Mukosa labial : Terdapat benjolan bibir bawah
bagian dalam
Jenis : Nodular
Lokasi : Bibir bawah bagian dalam
Bentuk : Bulat
Ukuran : ±6 mm
Jumlah : 1
Intraoral Warna : Merah kebiruan
Batas : Jelas
Tekstur permukaan lesi : Halus, licin
Konsistensi : Terasa berisi cairan
Kondisi jaringan sekitar lesi : Normal
Lidah : T.A.K
Palatum durum : T.A.K
Palatum molle : T.A.K
Tonsil : T.A.K
Gingiva : T.A.K
Gigi : T.A.K
ASSESMENT

MUCOCELE
PLANNING
Pro KIE
• Menginformasikan pasien terkait temuan klinis yang ditemukan
• Menginstruksikan pasien agar tidak memainkan/ mengganggu benjolan.
• Makan makanan yang bernutrisi dan tinggi serat; sayur dan buah-
buahan terutama yang mengandung vitamin.
• Minum air putih yang banyak (minimal 2 liter/ hari atau 8 gelas)
• Menjaga kebersihan gigi dan mulut/oral hygiene dengan rutin
menggosok gigi minimal 2x sehari; pagi setelah sarapan (+/- 30 menit
setelah sarapan) dan malam sebelum tidur. Rajin sikat lidah,
menggunakan obat kumur, dll
• Istirahat yang cukup
PEMBAHASAN
DEFINISI

Mukokel adalah lesi yang umum ditemukan pada mukosa


oral pseudokista jaringan lunak rongga mulut, biasanya
berasal dari kelenjar ludah minor. Insiden mucocele sering
ditemukan karena adanya trauma pada kelenjar saliva minor.
ETIOLOGI
Mucocele retensi mukus/ Dilatasi pada duktus saliva minor
kista duktus saliva

Lesi yang umum terjadi pada mukosa oral


sebagai akibat rupturnya duktus kelenjar saliva
dan menyebabkan mucin menembus ke jaringan
Mucocele ekstravasasi lunak sekitar. Penembusan mucin tersebut
sering disebabkan oleh trauma lokal meskipun
ada riwayat yang tidak berhubungan dengan
trauma pada banyak kasus.
EPIDEMIOLOGI
 Insidensi mukokel yang terjadi berada dalam tingkat yang tinggi,
yaitu 2,5 per seribu penderita dengan lesi di mukosa rongga mulut
 Mukokel dapat umum terjadi pada perempuan maupun laki-laki.
Kebanyakan perempuan > laki-laki.
 Usia yang paling sering mengalami mukokel adalah pada dekade
kedua yaitu kelompok usia 11-20 tahun.
 Terjadi di dalam rongga mulut yang mengandung kelenjar saliva
minor. Lokasi yang paling umum adalah pada bibir khususnya
pada bibir bawah, tetapi dapat juga terjadi pada mukosa bukal,
lidah dan palatum.
 Insiden tipe mucocele ekstravasasi (95%) dan retensi (5%)
GAMBARAN KLINIS
 Asimtomatik
 Ukuran lesi berkisar antara beberapa milimeter sampai 2 cm
 Lesi superfisial menyebabkan regangan jaringan, yang membuat jaringan
lebih tipis dan sianotik dan menyebabkan kongesti vaskular yang
mengakibatkan lesi tranparan dengan warna kebiruan, batas yang teratur.
 Lesi yang lebih dalam kurang memberi gambaran vesikular dan tampak
sewarna dengan mukosa normal.
 Konsistensi lesi pada palpasi biasanya lunak dan fluktuan. Mucocele yang
sudah terdrainase tidak memberi gambaran fluktuan sedangkan mucocele
kronis akan mengalami fibrosis.
GAMBARAN KLINIS

 Secara histologis mucocele ekstravasasi terdiri atas jaringan granulasi dikelilingi


oleh jaringan ikat padat dengan sejumlah inflamasi. Pada mucocele tipe retensi
mucin dilapisi oleh epitel kolumnar atau kuboidal.
 Pada pemeriksaan mikroskopis mucocele menunjukkan area yang diisi oleh mucin
dikelilingi oleh jaringan granulasi. Inflamasi biasanya terdiri dari buihbuih hystiosit
(makrofag).
DIAGNOSIS BANDING
Ranula adalah bentuk kista akibat obstruksi glandula
Ranula saliva mayor yang terdapat pada dasar mulut yang
akan berakibat pembengkakan di bawah lidah yang
berwarna kebiru-biruan. Penyebab paling umum dari
pembentukan ranula adalah trauma pada saluran
ekskretoris kelenjar ludah utama, kista terjadi karena
obstruksi ductus saliva dengan pembentukan kista
atau ekstravasasi (kebocoran) saliva pada jaringan
yang disebabkan karena trauma. Obstruksi ductus
tersebut dapat disebabkan karena calculus atau
infeksi. Lesi ini sering menyerupai perut katak yang
membengkak. Lesi paling sering muncul sebagai
massa yang tidak nyeri, tumbuh lambat, lunak, dan
dapat digerakkan yang terletak di dasar mulut.
DIAGNOSIS BANDING

Sialolitiasis

Sialolitiasis merupakan penyakit pada kelenjar ludah


yang ditandai dengan terganggunya sekresi yang
disebabkan oleh adanya obstruksi pada saluran
kelenjar ludah dengan terbentuknya batu (calculi)
PENATALAKSANAAN

Beberapa kasus mucocele merupakan lesi yang dapat


bertahan singkat pecah dan sembuh dengan sendirinya.
Akan tetapi pada kebanyakan kasus lesinya dapat muncul
kembali. Jika mucocele pecah oleh trauma terus-menerus,
lesi dapat menjadi kenyal pada palpasi dan tidak dapat
ruptur dengan mudah sehingga memerlukan tindakan
eksisi secara lokal. Untuk meminimalkan resiko rekurensi,
eksisi harus melibatkan area sekitar kelenjar saliva minor
yang kemungkinan menjadi feeding bagi area tersebut.
PENATALAKSANAAN
 Riwayat lesi sering pecah dengan sendirinya dan kemudian timbul
kembali diperlukan tindakan untuk mencegah rekurensi.
 Perawatan mukokel dapat dilakukan dengan beberapa pilihan tindakan,
baik bedah dan non-bedah. Metode bedah yang dapat dilakukan adalah
bedah eksisi lesi dengan atau tanpa pengangkatan kelenjar.
 Metode non bedah untuk mengobati mukokel yaitu cryosurgery, laser
ablasi, skleroterapi, injeksi toksin botulinum, kortikosteroid topikal atau
injeksi steroid intralesi , makro dan mikro marsupialisasi.
 Perawatan mucocele dengan eksisi secara bedah merupakan cara yang
paling tepat disertai diseksi secara perlahan pada kelenjar saliva minor
yang terkena.
 Merujuk pasien ke spesialis bedah mulut agar dilakukan tindakan
pembedahan jika lesi memiliki ukuran lebih dari 2 cm.
REFERENSI
• Setiawan D, Dwirahardjo B, Elizabeth T. Eksisi mucocele rekuren pada
ventral lidah dengan anastesi lokal. MKGK, 2016;2(1):1-5
• Chairunas, Sunnati, Siti A. Gambaran kasus mukokel berdasarkan usia,
jenis kelamin, lokasi dan rekurensi setelah perawatan (kajian di instalasi
gigi dan mulut rumah sakit umum daeray dr.Zainoel Abidin Bandah aceh
Tahun 2005- 2011). Cakradonya dent J, 2012;3(2):469
• Pratiwi D, Dwimega A. Penatalaksabaan mukokel dengan mikro
marsupualisasi pada pasien anak. JKGT, 2021;3(1):14-16
• Parkavi A, Mala DB. Oral mucocele: A case report. International journal
of applied dental scuences, 2018;4(4):332
• Wahyudi E, Novialdi. Pendekatan transoral sialolitektomi pada
sialilitiasis. Jurnal kesehatan andalas, 2018;7(3):119-120
• Greenberg MS, Glick M. Burket’s. Oral Medicine: Diagnosis and
Treatment. 10th Ed. Philadelphia: BC Decker Inc. 2003. Pp 246-7.
• Lewis MAO, Jordan RCK. Penyakit Mulut Diagnosis dan Terapi. Edisi 2.
Jakarta:EGC. 2015. Pp.111
• Amin A, Tajrin A, Sandi A. Ranula: Sebuah laporan kasus. Pp.1-10.
TERIMA
KASIH!

Anda mungkin juga menyukai