Anda di halaman 1dari 9

REVIEW JURNAL

Disusun Oleh:

Reyhan Ageng Brahmantya


(J520200090)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA


TUGAS REVIEW JURNAL

Nama : Reyhan Ageng Brahmantya


Nim : J520200090
Tema : Oral Mucocele
Judul : Mucocele : A Literature Review
Keywords : Oral Mucocele, Cyst, Pediatric
Searchengine yang dipakai (minim 3) : Pubmed, Google Scholar, ScienceDirect
Kriteria inklusi :
 Jurnal, artikel dari 5 tahun terakhir yang tersedia dalam teks lengkap
 Jurnal laporan kasus dengan batasan definisi penyakit, etiopatogenesis, pemeriksaan
klinis, pemeriksaan histopatologi, diagnosis banding, dan rencana perawatan
 Jurnal yang membahas tentang Oral Mucocele
 Jurnal yang dapat diakses secara penuh
Kriteria eksklusi :
 Studi berdasarkan opini, surat, dan komunikasi singkat
 Studi selain bahasa Inggris

Artikel yang diperoleh untuk direview (minimal 3)

1. Judul : Excision of Lower Lip Mucocele Using Injection of Hydrocolloid Dental


Impression Material in a Pediatric Patient : A Case Report
2. Author : Gianluca Botticelli, Marco Severino, Gianmaria Fabrizio Ferrazzano , Pedro
Vittorini Velasquez, Carlo Franceschini, Carlo Di Paolo, Roberto Gatto and Giovanni
Falisi
3. Tahun : 2021

1. Judul : Multiple mucoceles of the lower lip: A case report


2. Author : Atsushi Abe, Kenichi Kurita, Hiroki Hayashi, Masashi Minagawa
3. Tahun : 2019

1. Judul : Case Report : Diode Laser-Assisted Surgical Therapy for Early Treatment of
Oral Mucocele in a Newborn Patient: Case Report and Procedures Checklist
2. Author : Marina Consuelo Vitale,1 Maria Francesca Sfondrini, Giorgio Alberto Croci,
Marco Paulli, Lorenzo Carbone,1 Paola Gandini, and Andrea Scribante.
3. Tahun : 2018

1. Judul : Mucocele of the tongue: A case report and review of literature


2. Author : Saurabh R. Nagar, Gabriela Fernandes, Anuradha Sinha, and Kamil N. Rajpari
3. Tahun : 2021
Oral Mucocele : A Literature Review

1. Abstrak
Mukokel adalah lesi kistik umum pada rongga mulut, dapat terjadi pada beberapa
lokasi pada mukosa oral yang disebabkan adanya trauma atau kebiasaan buruk pada pasien.
Mukokel biasa ditemukan pada bibir bawah sebagai lokasi yang predominan. Namun pada
beberapa kasus mukokel dapat terjadi di bagian lain dari rongga mulut seperti lidah, meskipun
mukokel yang terletak di permukaan ventral lidah jarang ditemukan dan sering diabaikan
karena bersifat asimptomatik. Diagnosis banding dari mukokel bibir bawah adalah tumor
kelenjar ludah, fibroma dan hemangioma. Pemeriksaan histopatologi menunjukkan rongga
kistik yang dikelilingi oleh jaringan granulasi dan jaringan ikat fibrosa yang mengandung zat
muko dan sel foam. Rencana perawatan yang akan dilakukan untuk kasus mukokel adalah
bedah eksisi. Tujuan pengobatan mukokel dengan anestesi topikal dan eksisi dengan bantuan
laser.

Keyword: Oral Mucocele, Cyst, Pediatric

2. Latar Belakang
Mukokel (juga dikenal sebagai ranula atau kista mukosa kelenjar ludah) adalah lesi
kistik jinak, eksofitik dan asimtomatik dapat ditemukan di rongga mulut, di usus buntu, di
kantung empedu, di sinus paranasal atau di kantung lakrimal. Secara klinis, lesi ditandai
dengan akumulasi bahan cair atau mukoid, yang menghasilkan lesi nodular bersifat tembus
pandang, dibatasi dengan tepi membulat, berwarna kebiruan, dan ukuran bervariasi.
Konsistensi biasanya lunak dan berfluktuasi sebagai respons terhadap palpasi dan
menunjukkan pertumbuhan yang lambat (Vitale et al., 2018).
Mukokel paling sering muncul di bibir, terutama bibir bawah karena mudah terluka,
diikuti oleh dasar mulut, lidah ventral, dan mukosa bukal. Standish dan Shafer melaporkan
bahwa hamper 45% dari mukokel terjadi pada bibir bawah dan mereka lebih jarang diamati
pada permukaan ventral anterior lidah dimana kelenjar ludah seromukosa Blandin-Nuhn
berada, di dekat tonsil lingual, kelenjar Weber dan akhirnya di tepi papila sirkumvalata dan
dasar celah antara papila foliate dan kelenjar ludah serosa von Ebner (Nagar et al., 2021).
Mukokel secara histologis diklasifikasikan menjadi dua varian yaitu varian ekstravasasi
dan varian retensi. Varian ekstravasasi menyumbang 92% kasus dan berkembang mengikuti
trauma pada kelenjar duktus yang terletak di mukosa labial bawah dan di mukosa bukal.
Adanya trauma yang menyebabkan saluran kelenjar saliva robek yang mengakibatkan air liur
bocor ke jaringan ikat. Gejala peradangan kronis terjadi yang mengakibatkan pembentukan
kapsul jaringan mengalami granulasi dan adanya makrofag berisi lendir yang berbusa dalam
cairan kistik (Botticelli et al., 2021).
Mukokel retensi oral disebabkan oleh oklusi atau suboklusi duktus ekskretoris kelenjar
ludah minor, oleh sialolith, sekresi ludah membentuk sumbatan lendir yang sangat kental atau
kelainan bentuk dari duktus yang menentukan ada atau tidaknya sekresi kelenjar. Hasil
peningkatan tekanan intraluminal menentukan pelebaran obstruksi kanal hulu. Oleh karena itu,
menghasilkan formasi kistik yang dindingnya terdiri dari epitel duktus yang "diregangkan"
mengikuti pelebaran dari adanya abnormal dari duktus. Di sisi lain, mukokel retensi muncul
sebagai suatu rongga yang dibatasi oleh jaringan fibrosa dan ditutupi oleh epitel dengan
karakteristik sel berbentuk kubus, silindris atau pipih, dan mono, semu atau berlapis-lapis
(Botticelli et al., 2021).
Diagnosis banding mukokel pada bibir bawah adalah tumor kelenjar ludah, fibroma,
dan hemangioma. Tumor kelenjar ludah dari kelenjar minor dapat terjadi di bibir tetapi lebih
sering terlihat di bibir atas daripada di bibir bawah. Fibroma biasanya berwarna merah muda
dan tidak berfluktuasi. Hemangioma dapat mengalami pengurangan ukuran sementara (Abe et
al., 2019).

Perawatan konvensional mukokel melibatkan pendekatan bedah untuk eksisi dengan


anestesi umum atau lokal. Prosedur ini dapat diikuti oleh beberapa komplikasi seperti
perdarahan intraoperatif, kesulitan penyembuhan luka, dan pemeliharaan sterilitas selama
pembedahan. Alternatif Pengobatan pertama adalah penundaan intervensi, sehingga hanya
merencanakan kontrol lebih lanjut, dengan risiko pertumbuhan lesi dan masalah makan.
Alternatif lain terdiri dari pendekatan bedah lancet konvensional, dengan konsekuensi risiko
perdarahan intra dan pasca operasi dan adanya potensi kesulitan dalam penyembuhan luka.
Pilihan terakhir adalah marsupialisasi yang memungkinkan drainase lesi tanpa eksisi, tetapi
teknik ini lebih sesuai untuk lesi yang lebih besar.(Vitale et al., 2018)

3. Deskripsi Kasus
Sebagai perbandingan dalam review jurnal, terdapat 4 kasus dengan perbandingan sebagai
berikut :

Tabel 1. Demografi, lokasi, onset dan ukuran dari kasus Oral Mucocele
Kasus Usia Kelamin Lokasi Intraoral Onset Lesi Ukuran
Ekstraoral
1 14 th L Mukosa bibir bawah 25 hari Tidak ada 10mm
2 2 th P Mukosa bibir bawah 3 minggu Tidak ada ±5 mm
3 4 bln P Mukosa bibir bawah - Tidak ada -
4 11th P ventral anterior 1 bulan Tidak ada 10 x 8 mm
lidah

Kasus 1
Seorang pasien laki-laki berusia 14 tahun datang ke klinik gigi Universitas L'Aquila,
mengeluhkan adanya pembengkakan pada permukaan mukosa bibir bawah. Setelah anamnesis,
pasien menyatakan bahwa pembengkakan dimulai 25 hari yang lalu dan volumenya perlahan
meningkat. Inspeksi intraoral mengungkapkan pembengkakan berukuran 10 mm, dengan
konsistensi elastis, berwarna merah dan biru, tidak berfluktuasi dan tidak nyeri (Gambar1).
Berdasarkan usia dan posisi, mukokel ekstravasasi mukus adalah diagnosis klinis yang diduga.

Gambar 1. Pembengkakan pada bibir bawah, ukuran 10mm berwarna merah kebiruan

Kasus 2
Pasien merupakan bayi perempuan berusia 2 tahun. Dia mengalami tiga vesikel tanpa rasa sakit
di bibir bawah yang muncul 3 minggu sebelumnya. Vesikel dibiarkan tidak diobati karena
ukurannya yang berfluktuasi. Riwayat medis dan keluarganya biasa-biasa saja. Pada kunjungan
awal, tiga massa bulat berbatas tegas, masing-masing berukuran kira-kira 5 mm, ditemukan di
bibir bawah. Lesi berupa massa berfluktuasi kebiruan yang ditutupi mukosa normal. Tidak ada
rasa sakit atau penyumbatan ditemukan. Penampilan wajah simetris tanpa ruam kulit. Tidak
ada pembengkakan atau nyeri tekan pada kelenjar getah bening submandibular atau servikal.
Pasien tidak demam dan asupan makanannya baik. Berdasarkan temuan ini, lesi didiagnosis
sebagai mukokel multipel pada bibir bawah.

Gambar 2. Beberapa mukokel yang terletak pada bibir bawah

Kasus 3
Bayi perempuan, berusia 4 bulan, dirujuk ke Unit Ortodontik dan Kedokteran Gigi Anak.
Pasien menerima ASI sejak lahir. Orangtuanya melaporkan, selama bulan-bulan pertama
kehidupan terjadi pembentukan vesikel lonjong berwarna merah muda secara spontan di bagian
dalam kiri bibir bawah (Gambar 3). Warna lokalisasi, dan bentuk telah dianggap koheren
dengan lesi mukokel. Namun, diagnosis pasti membutuhkan pemeriksaan histopatologis.
Setelah sebulan, pasien kembali, dan lesi mengalami pertumbuhan yang signifikan dengan
modifikasi bentuk dan muncul sebagai bula yang lebih teratur (Gambar 4).

Gambar 3. Foto Intraoral awal (4 bln)


Gambar 4. Foto intraoral (6 bln)

Kasus 4
Seorang pasien wanita sehat berusia 11 tahun mengalami pembengkakan tanpa rasa sakit di
bawah lidahnya selama 1 bulan dengan kesulitan makan dan berbicara. Pemeriksaan intraoral
menunjukkan pertumbuhan lunak soliter yang tidak nyeri, berisi cairan, berukuran sekitar 10
mm × 8 mm pada permukaan ventral anterior lidah dengan mukosa di atasnya yang utuh
(Gambar 5). Dia memiliki riwayat medis yang biasa-biasa saja. Tidak ada riwayat trauma.
Pemeriksaan ekstraoral tidak menunjukkan adanya pembengkakan atau limfadenopati.

Gambar 5. Mukokel pada permukaan ventral anterior lidah


4. Pembahasan
Mukokel adalah jenis kista paling umum yang terjadi pada jaringan lunak mulut. Chi
dkk melaporkan serangkaian kasus skala besar yang melibatkan 1824 pasien dengan mukokel,
dan mengungkapkan bahwa tempat yang paling umum untuk mukokel adalah bibir bawah
(81,9%), diikuti oleh dasar mulut (5,8%), dan permukaan ventral lidah (5,0%). Alasan
kecenderungan mukokel terjadi pada bibir bawah tidak jelas, tetapi beberapa penelitian telah
melaporkan kemungkinan alasan, yang terkait dengan kebiasaan parafungsional (seperti
menggigit bibir). perbedaan mobilitas bibir atas dan bawah, atau perbedaan kepadatan kelenjar
ludah. Selain itu, sebagian besar mukokel berkembang sebagai lesi soliter (Abe et al., 2019).
Lesi mukokel biasanya muncul tanpa gejala tertentu dan biasanya didiagnosis selama
pemeriksaan klinis. Terkadang mukokel mukosa bukal dapat mengganggu dan menyakitkan
karena rentan terhadap trauma, sehingga operasi pengangkatan hampir wajib dilakukan.
Dengan mempertimbangkan aspek klinis mukokel dengan lesi lain pada rongga mulut, seperti
kista gingiva, kista palatal, kista tiroglosal, epulis kongenital, hamartoma vaskular,
limfangioma dan teratoma orofaringeal, penting untuk selalu melakukan pemeriksaan biopsi
pada lesi yang diangkat untuk mengkonfirmasi hipotesis diagnostic (Vitale et al., 2018).
Secara histopatologis, mukokel dapat diklasifikasikan menjadi (a) tipe ekstravasasi
(tanpa lapisan epitel dinding kista) dan (b) tipe retensi (dengan lapisan epitel dinding kista).
Insidensi tipe retensi mukus rendah, dan sebagian besar mukokel bertipe ekstravasasi (Abe et
al., 2019).

Gambar 6. Gambaran Histopatologi Mukokel (x100)

Mukokel terletak di submukosa dan muncul sebagai lepuhan kecil tembus cahaya yang
ditutupi dengan mukosa normal. Mukokel bisa pecah akibat gesekan makan, dan bisa hilang,
tapi kemudian sering terjadi kekambuhan. Oleh karena itu, pengobatan yang optimal adalah
dengan mengeksisi lesi beserta kelenjar ludah minor di sekitarnya. Sebagai pilihan pengobatan
alternatif, cryotherapy dan terapi steroid local telah dilakukan. Namun, bedah eksisi diketahui
menghasilkan hasil yang paling optimal (Abe et al., 2019).
Bedah eksisi dilakukan sebagai pilihan utama untuk menangani lesi ini karena hasil
yang optimal dengan risiko kekambuhan yang minimal, dengan tingkat kekambuhan pasca
eksisi sebesar 7%. Pada kasus multiple mucocele, potensi kelainan bentuk bibir yang
disebabkan oleh penjahitan pasca bedah menjadi perhatian. Oleh karena itu, lesi diangkat
secara terpisah, dan luka dijahit satu per satu yang menghasilkan hasil pasca operasi yang
lancar tanpa kelainan bentuk bibir atau kekambuhan (Abe et al., 2019).
Selain bedah eksisi konvesional, tekhnologi baru dalam penanganan mukokel telah
dikembangkan, salah satunya adalah dengan bantuan laser. Eksisi dengan bantuan laser
memiliki beberapa kelebihan, kelebihan yang pertama mengurangi dosis dari anestesi yang
dibutuhkan karena prosedur pembedahan menjadi lebih cepat, kelebihan lainnya ialah
meminimalkan risiko adanya perdarahan yang terjadi akibat bedah konvensional (Vitale et al.,
2018). Hasil dari studi yang ditinjau, menunjukkan bahwa laser telah terbukti sebagai
modalitas pengobatan yang aman dan efektif untuk menghilangkan mukokel oral. Ini diterima
dengan baik oleh pasien usia muda karena tidak menimbulkan rasa sakit dan memiliki
komplikasi pasca operasi yang minimal atau tidak ada komplikasi sama sekali. Oleh karena itu,
harus dipertimbangkan sebagai pilihan pertama atau alternatif yang lebih baik untuk eksisi
bedah, terutama pada pasien anak (Sadiq et al., 2022).
Tekhnik lain selain bedah eksisi dengan bantuan laser adalah dengan menggunakan
bahan hidrokoloid ireversibel. Bahan hidrokolid di injeksi ke dalam rongga mukokel pra eksisi
agar lebih mudah untuk menghilangkan sisa dinding dari mukokel. Penggunaan bahan
hidrokoloid ireversibel untuk menggambarkan batas mukokel selain di luar kesederhanaan dan
keuntungan biaya juga membantu rencana pembedahan sambil menjaga anatomi lesi tetap
utuh, dan memungkinkan pengangkatan total serta meminimalkan kemungkinan kekambuhan.
Jenis prosedur gabungan ini terbukti efektif pada pasien anak-anak, terutama mereka yang
menderita kecemasan dan ketakutan terhadap dokter gigi (Botticelli et al., 2021).
5. Kesimpulan
Mukokel adalah jenis kista paling umum yang terjadi pada jaringan lunak mulut.
Mukokel biasanya berwarna merah kebiruan akibat akumulasi cairan yang bersifat tembus
pandang. Mukokel umumnya ditemukan pada bibir bawah akibat adanya trauma ataupun
kebiasaan buruk. Namun, beberapa kasus mukokel juga ditemukan pada lidah. Mukokel
biasanya tumbuh tanpa gejala, tetapi dalam beberapa kasus dapat mengganggu karena adanya
trauma. Secara histopatologis mukokel diklasifikasikan menjadi 2 tipe yaitu tipe ekstravariasi
dan retensi. Bedah eksisi menjadi penanganan utama mukokel karena hasil yang optimal, tetapi
dalam beberapa kasus tekhnik bedah eksisi di kombinasikan dengan tekhnik baru untuk
mendapatkan hasil yang lebih baik, memudahkan prosedur bedah dan menurunkan risiko
adanya kekambuhan.
Daftar pustaka
Abe, A., Kurita, K., Hayashi, H., & Minagawa, M. 2019. Multiple mucoceles of the lower lip:
A case report. Clinical Case Reports, 7(7), 1388–1390. https://doi.org/10.1002/ccr3.2253
Botticelli, G., Severino, M., Ferrazzano, G. F., Vittorini Velasquez, P., Franceschini, C., Di
Paolo, C., Gatto, R., & Falisi, G. 2021. Excision of lower lip mucocele using injection of
hydrocolloid dental impression material in a pediatric patient: A case report. Applied
Sciences (Switzerland), 11(13). https://doi.org/10.3390/app11135819
Sadiq, M. S. K., Maqsood, A., Akhter, F., Alam, M. K., Abbasi, M. S., Minallah, S., Vohra, F.,
Alswairki, H. J., Abutayyem, H., Mussallam, S., & Ahmed, N. 2022. The Effectiveness of
Lasers in Treatment of Oral Mucocele in Pediatric Patients: A Systematic Review.
Materials, 15(7), 1–11. https://doi.org/10.3390/ma15072452
Vitale, M. C., Sfondrini, M. F., Croci, G. A., Paulli, M., Carbone, L., Gandini, P., & Scribante,
A. 2018. Diode laser-assisted surgical therapy for early treatment of oral mucocele in a
newborn patient: Case report and procedures checklist. Case Reports in Dentistry, 2018,
1–6. https://doi.org/10.1155/2018/3048429
Nagar, S., Fernandes, G., Sinha, A., Rajpari, K. 2021. Mucocele of the tongue: A case report
and review of literature. Journal of Oral and Maxillofacial Pathology (4), S37–S41.
https://doi.org/10.4103/jomfp.jomfp_396_20

Anda mungkin juga menyukai