Anda di halaman 1dari 12

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MULUT

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS HASANUDDIN

(LAPORAN KASUS)
Chemical Burn

Oleh:

Nama : Andi Muhammad Bangsawan

NIM : J014201019

Pembimbing : drg. Israyani, Sp.PM

Tempat : Zoom Meeting

DIBAWAKAN SEBAGAI TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MULUT
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2020
A. IDENTITAS PASIEN

1. Nama : Ayu

2. Jenis kelamin :P

3. Usia : 20 Tahun

4. Alamat : Jln Urip Sumoharjo Lorong 9

5. Pekerjaan : Mahasiswa

6. Status pernikahan : Belum menikah

B. KUJUNGAN PASIEN

(Kunjungan Pertama)

Gambar 1. Tampilan klinis pada Chemical Burn

1. Pemeriksaan Subjektif

Pasien wanita 20 tahun datang ke RSGM dengan keluhan bibir sakit

dan terasa tebal yang sudah dialami selama beberapa minggu terakhir.

Pasien menjelaskan awalnya mengalami sariawan, pasien lalu

menggunakan albotyl yang dioleskan pada daerah sariwana tersebut. Pasien

tidak memiliki penyakit sistemik, anggota keluarga juga tidak memiliki


penyakit sistemik atau alergi terhadap makanan tertentu, keluhan seperti ini

juga belum pernah dialam oleh anggota keluarga yang lain. Pasien

mengaku menyikat gigi 2x sehari dan belum pernah ke dokter gigi

sebelumnya.

2. Pemeriksaan Objektif

1. Ekstra oral

a. Keadaan umum pasien : Baik dan tidak ada gejala prodromal

b. Tanda-tanda vital (tekanan darah, denyut nadi, pernapasan, suhu) : Normal

c. Wajah pasien: simetris

d. Observasi pipi kiri dan kanan serta sudut bibir : T.A.K

e. Pemeriksaan kelenjar limfe (kelenjar pre auricular, post auricular,

submandibular, submentale, leher dan kelenjar parotis) : Tidak ada

pembengkakan

f. Bibir : Terlihat lesi krusta irregular berwarna putih kekuningan, berbatas

jelas, permukaan kasar, ukurannya lebih dari 1 cm pada labia inferior

dextra, dan ukuran yang lebih kecil pada labia superior dextra. Jaringan

disekitarnya bengkak dan secara umum bibir mengalami deaskuamasi.

2. Intra oral

Terlihat lesi ulser tunggal pada mukosa labial dengan bentuk oval dan

diameter ± 1 mm serta berwarna putih dikelilingi eritema, berbatas tegas dan

kondisi jaringan sekitar mengalami hiperemi.

3. Assesment

Diagnosis : Suspect Chemical burn

Diagnosis Banding : Erytema Multiform, exfoliate cheilitis


4. Planning

a. Pro KIE

1) Mengedukasi pasien bahwa lesi tersebut muncul karena

penggunaan obat-obatan sehingga pasien perlu memberhentikan

penggunaan obat yang menjadi penyebab timbulnya lesi

2) Menjelaskan mengenai penggunaan obat yang diresepkan

3) Menginstruksikan kepada pasien untuk selalu menjaga


kebersihan mulutnya
4) Menginstruksikan kepada pasien untuk memakan makanan
bernutrisi seperti sayur dan buah
b. Pro Medikasi

1. Triamcinolone acetonide 0,1%

2. Amoxicillin 500 mg

c. Peresepean
Gambar 2. Peresepan Chemical Burn

d. Pro Kontrol

Instruksikan kepada pasien untuk melakukan kontrol

perawatan 3 minggu setelah kunjungan pertama.


BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Definisi[1]

Chemical trauma merupakan lesi ulserasi oral yang dapat berprognosis

buruk dan membutuhkan penanganan yang cepat. Luka bakar kimiawi oral

(oral chemical burn) biasanya disebabkan oleh asam atau alkali. Asam dan

basa merusak jaringan rongga mulut dengan cara yang berbeda. Asam

menyebabkan nekrosis koagulasi, yang mengarah ke pembentukan eschar

yang membatasi penetrasi zat ke lapisan mukosa yang lebih dalam. Alkali

bereaksi dengan jaringan protein dan menyebabkan nekrosis dan

saponifikasi, menembus lebih dalam ke jaringan.

Chemical burn biasanya disebabkan oleh ketidaksengajaan yang

dilakukan klinisi akibat cairan reaktif seperti sodium hypoclarite (1%-

5,25%) yang paling sering digunakan dalam terapi restorative dan

endodontic. Diatara semua bahan, larutan adalah jenis yang paling sering

sebabkan chemical burn karena susah untuk dimanipulasi atau dikontrol.

2.2 Epidemiologi[1]

Kontak dengan bahan kimia dapat terjadi dalam berbagai situasi. Menurut

Lai et al. dalam the 2005 annual report of American association of poison

control centers, alasan paling sering, yaitu:2


- Tidak disengaja (83.8%)
- Percobaan bunuh diri (8.1%)
- Kesalahan terapi (9.9%)
- Kesalahan penggunaan produk nonpharmaceutical (4.2%)

2.3 Etiologi
Chemical burn pada jaringan lunak mulut mudah terjadi karena
banyak bahan-bahan kimia yang bersentuhan langsung dengan mukosa oral
seperti obat-obatan dan agen kimia lainnya. Tingkat keparahan dan luasnya
lesi yang ditimbulkan oleh agen kimia tergantung pada konsentrasi, jenis
dan jumlah bahan, serta waktu kontak dengan jaringan lunak mulut,
Eksposur lebih lama atau konsentrasi larutan yang lebih tinggi
menyebabkan nekrosis epitel.[2] Beberapa obat yang dapat menyebabkan
chemical burn seperti aspirin, ibuprofen, chlorpromazine, promazine,
bisphosphonates, verapamil, dan tetracycline hydrochloride. Pada beberapa
kasus lainnya luka pada mukosa bisa disebabkan oleh bahan obat rumahan
seperti mouthwash, pembersih gigi palsu, hydrogen peroxide, carbamide
peroxide, silver nitrate, alcohol, formalin, bawang putih, analgesic topical
yang digunakan untuk mengobati sakit gigi, gingivitis, atau beberapa
kondisi lainnya.[3]
Penyebab iatrogenik dari chemical burn pada rongga mulut
termasuk kesalahan penanganan agen yang digunakan untuk terapi pulpa
(misalnya, formokresol, natrium hipoklorit), prosedur restoratif gigi
(bondin agent dentin, larutan etsa fosfor, pernis rongga, kalsium
hidroksida), retraksi gingiva (mis., Asam trikloroasetat, besi sulfat), dan
antisepsis atau sterilisasi rongga (misalnya yodium, fenol, asam kromat).[3]
2.4 Patogenesis[2]
Terdapat dua mekanisme patologis yang menyebabkan terjadinya
chemical burn pada mukosa oral tergantung apakah penyebabnya bahan
asam atau basa. Bahan kimia asam menyebabkan koagulasi nekrosis
dengan membentuk garis yang membatasi penetrasi asam ke lapisan
jaringan yang lebih dalam. Proses awal inflammatory seperti eritema,
edema, dan ulserasi mukosa muncul dalam 24-48 jam setelah kontak
dengan zat asama. Dua minggu kemudian, jaringan granulasi akan
terbentuk yang kemudian akan berkembang menjadi jaringan cicatricial
pada minggu ketiga atau keempat.
Ketika mukosa oral berkontak dengan zat basa dapat menimbulkan
terjadinya nekrosis liquefaksi yang lebih parah. Pada kasus ringan, dapat
ditemukan pengelupasan superfisial dan deskuamasi pada jaringan epitel
tanpa adanya rasa sakit.Bahkan setelah menghilangkan atau
menetralisasikan bahan kimia yang menjadi etiologinya, bahan kimia yang
bersifat basa ini tetap akan menghancurkan jaringan yang menghasilkan
ulser dan lesi yang progresif.
2.5 Gambaran klinis
Area yang paling umum terkena lesi ini adalah pada bagian labial
dan mukosa bukal. Umumnya lesi sembuh sendiri dalam waktu 15 hari
tanpa bekas luka kecuali pada kasus yang paling parah.[1] Dalam kasus
paparan bahan kimia dalam waktu singkat, mukosa superfisial menjadi
putih dan keriput, tetapi kontak yang lebih lama menyebabkan
penggundulan lapisan epitel dan berkembangnya membran fibrinopurulen
kekuningan di atas area. Sebagian besar kasus mukosa luka bakar
memiliki sedikit efek klinis dan membaik dengan sendirinya tanpa
penanganan khusus.[4]
2.6 Diagnosis Banding
a. Erytema Multiform[5]
Gambar 3. Tampilan Klinis Erytema Multiform oral
Erythema multiforme (EM) adalah gangguan inflamasi yang
mempengaruhi kulit atau selaput lendir atau keduanya. Menurut von
Hebra, yang pertama kali mendeskripsikan penyakit ini pada tahun
1866, pasien dengan eritema multiforme memiliki lesi target yang
terdistribusi secara akurat atau timbulnya papula pada kulit yang edema
dengan atau tanpa keterlibatan mukosa.
Area yang umumnya terlibat adalah bibir, pipi, dan lidah. Pasien-pasien
ini memiliki ulkus besar yang tidak teratur dengan tanda nekrotik yang
menempel di tepinya. Ketika bibir terlibat, lesi kadang berdarah. EM
biasanya disebabkan oleh  herpes simplex infections atau akibat
penggunaan obat.
b. Exfoliate Cheilitis[6]
Gambar 4 Tampilan Klinis Exfoliate Cheilitis

Cheilitis adalah istilah yang mengacu pada peradangan pada bibir. Ini
mungkin termasuk peradangan pada kulit di sekitar mulut, batas
vermilion dan / atau mukosa labial, tetapi perbatasan vermilion lebih
sering terlibat. Exfoliate Cheilitis (EC) adalah kondisi peradangan lokal
kronis langka dari perbatasan vermillion, yaitu ditandai dengan
pelepasan keratin superficial. Vermilion adalah zona persimpangan
antara kulit dan mukosa, di mana memiliki epitel skuamosa tebal kaya
akan jaringan kapiler. Gejala EC adalah sensasi bibir terbakar dengan
intensitas berbeda. Penyebab EC tidak diketahui, dan belum ada
intervensi terapeutik yang efektif untuk menangani EC.

2.7 Perawatan
Tidak ada perawatan khusus yang mungkin diperlukan selain
menghilangkan paparan lebih lanjut terhadap agen penyebab Rencana
perawatan untuk lesi ini berbeda tergantung etiologinya disebabkan oleh zat
asam atau basa. Lesi intraoral dari asam biasanya tidak dalam dan tidak
mempengaruhi membran basal, karena alasan inilah cukup untuk
melakukan irigasi pada luka tanpa perlu melakukan pembedahan
debridemen. Bila disebabkan oleh Alkali lebih sering menembus hingga ke
lapisan basal menyebabkan cedera yang serius.[1] Luka bakar yang lebih
parah atau ekstensif mungkin memerlukan debridement, analgesik, dan
antibiotik melalui pembedahan. [2]
Terapi sistemik seperti penggunaan obat antiinflamasi non steroid
(NSAID) antibiotik, obat kumur antiseptik, juga diperlukan.[2]
Tindakan pencegahan termasuk pendidikan pasien (misalnya, segera
menelan obat, menyimpan bahan kimia rumah tangga jauh dari jangkauan
anak-anak) dan tindakan pencegahan keselamatan selama prosedur gigi
(misalnya, isolasi bendungan karet).[2]

DAFTAR PUSTAKA

1. Guerrieri P, Oliveira A, Arosio F, Vigano L, Casu C. Chemical, Thermal


and Electrical Lesions in the Oral Cavity. Current Analysis on Dentistry
Agustus 2019;2:2
2. Dilsiz A. Self-Inflicted Oral Soft-Tissue Burn Due to Local Behavior and
Treatment. J Clin Exp Dent. 2010;2(1):e51-54.
3. Neville BW, Damm DD, Allen CM, Chi AC. Color atlas of oral and
maxillofacial diseases. Philadelphia: Elsevier. 2019. p. 176
4. Mortazavi H, Baharvand M, jafari S, Anbari F, Rahmani S. Oral White
Lesions: An Updated Clinical Diagnostic Decision Tree. Dent J.
2019:7(15):1-24
5. Joseph TI, Vargheese F, George D, Sathyan P. Drug induced oral erythema
multiforme: A rare and less recognized variant of erythema multiforme. J
Oral Maxillofacial Pathol. 2012;16(1):145-9
6. Barakian Y, Vahedi M, Sadr P. Exfoliative Cheilitis: A Case Report.
Avicenna J Dent Res. 2015; 7(2): e24943

Anda mungkin juga menyukai