Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Dilema Etik Dalam Pemerintahan Kajian Permasalahan Penyelewengan


Kebijakan Pemerintah Yang Terjadi Dalam Perkembangan Sosial Budaya Dan
Ekonomi

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2

Andi Ridwan Jalal 0019.10.16.2021


Nur Nadya 0021.10.16.2021
Myma Aprilya Ahmad 0022.10.16.2021
Alif Adeyani 0024.10.16.2021
Ulfa Hi Saman 0032.10.16.2021

PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2022

i
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ………………………………………………………………... i


DAFTAR ISI......................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN……………………………………………………………………... 1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………………….. 2
A. Pengertian Etika............................................................................................. 2
B. Pengertian Pemerintahan.............................................................................. 3
C. Pengertian Etika Pemerintahan..................................................................... 3
D. Permasalahan Penyelewengan Kebijakan Pemerintah Yang Terjadi Dalam
Perkembangan Sosial Budaya Dan Ekonomi…………………………........... 4

E. Sumber-sumber Etika Pemerintahan…………………………………………………... 7

BAB III

PENUTUP............................................................................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

Secara etimologi, istilah etika berasal dari bahasa Yunani “ethos”. Kata
Yunani “ethos” dalam bentuk tunggal mempunyai banyak arti yaitu tempat
tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, akhlak, watak,
perasaan, sikap dan cara berfikir. Dalam bentuk jamak “ta etha” artinya
adalah adat kebiasaan. Pemerintahan adalah organisasi dalam mana
diletakkan hak untuk melaksanakan kekuasaan berdaulat atau tertinggi.
Secara etimologis, istilah pemerintahan berasal dari kata dasar “perintah”
yang berarti menyuruh melakukan sesuatu, aba-aba, atau komando. Etika
pemerintahan merupakan etika terapan yang berperan dalam urusan
pengaturan tata kelola pemerintah. Etika pemerintahan mencakup isu-isu
kejujuran dan transparansi dalam pemerintahan, yang pada gilirannya
berurusan dengan hal-hal seperti; penyuapan (bribery); korupsi politik
(political corruption); korupsi polisi (police corruption); etika legislatif (legislatif
ethics); etika peraturan (regulatory ethics); konflik kepentingan (conflict of
interest); pemerintahan yang terbuka (open of government); etika hukum
(legal ethics).

Struktur dan pola penyelenggaraan pemerintahan yang semula


tertutup dan didominasi oleh birokrasi telah dirubah, dengan membuka
seluas-luasnya kepada publik untuk terlibat. Namun demikian, perubahan
sebagaimana tersebut di atas ternyata tidak diiringi dengan sebuah pedoman
tata berperilaku yang mengakar kepada nilai dan norma sosial, agama dan
hukum yang berlaku di Indonesia. Pada akhirnya, muncullah fenomena-
fenomena baru berupa perilaku, tindakan dan bahkan kebijakan
pemerintahan yang dipandang tidak sesuai dengan standar etika bangsa
Indonesia yang seharusnya. Mereka telah menjadi bagian dari diskusi publik
yang sangat menarik mengenai bagaimana seharusnya para penyelenggara
negara bersikap, atau bagaimana seharusnya etika pemerintahan di
Indonesia diterapkan.

Oleh sebab itu Etika dan moral sangat penting dalam pemerintahan,
dalam hal ini dengan adanya etika dalam pemerintahan maka pemerintahan
akan berjalan dengan lebih baik. Para aparatur pemerintahan memiliki
kesadaran moral yang tinggi pada para politisi, pemerintah dalam
mengemban tugas dan tanggung jawabnya, sehingga kejujuran, kebenaran
dan keadilan dapat diwujudkan.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Etika

Secara etimologi, istilah etika berasal dari bahasa Yunani “ethos”. Kata Y
unani “ethos” dalam bentuk tunggal mempunyai banyak arti yaitu tempat
tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, akhlak, watak,
perasaan, sikap dan cara berfikir. Dalam bentuk jamak “ta etha” artinya
adalah adat kebiasaan.

Etika filosofis secara harfiah dapat dikatakan sebagai etika yang berasal
dari kegiatan berfilsafat atau berfikir, yang dilakukan oleh manusia. Oleh
sebab itu, etika merupakan bagian dari filsafat; etika lahir dari filsafat.

Ethics is the study of moral. Etika adalah studi tentang pandangan moral
dan tindakan manusia. Definisi ini secara tepat menunjukkan objek material
etika. Adapun secara objek formal etika bersama ilmu-ilmu yang lainnya,
seperti sosiologis dan antropologi memberi pembatasan terhadap pandangan
moral.

Pemahaman mengenai etika dibedakan menjadi etika umum dan etika


khusus. Etika umum meliputi: 1) agama; 2) lingkungan masyarakat umum; 3)
peraturan formal; 4) lingkungan pekerjaan; 5) lingkungan ketetanggaan; 6)
lingkungan keluarga; 7) hati nurani individual (Saefullah, 2010). Etika umum
berisi prinsip-prinsip dasar yang berlaku bagi manusia secara
universal.Batasannya adalah lingkungan masyarakat. Sedangkan etika
khusus berisi prinsip- prinsip dasar yang dikaitkan dengan tanggung jawab
manusia sebagai anggota masyarakat, berlaku dalam suatu
lembaga/kegiatan, biasanya berbentuk kode etik. Etika khusus pejabat publik,
aparatur, dan birokrasi meliputi: 1) agama; 2) ideologi negara; 3) UUD 1945;
4) UU/Perpu; 5) ketentuan formal lainnya; 6) peraturan internal organisasi;
dan 7) perintah atasan, yang terwujud dalam perilaku pejabat publik dan
aparatur negara diadaptasikan dengan norma umum masyarakat

B. Pemerintahan

Secara umum pemerintah merupakan organisasi, badan, lembaga yang


memiliki kekuasaan untuk membuat dan menerapkan hukum serta undang-
undang di wilayah tertentu. Menurut C.F Strong dalam bukunya Modern
Political Constitutions menyebutkan bahwa “Government is therefore that
organization in which is vested the rights to exercise sovereign powers”.
Pemerintahan adalah organisasi dalam mana diletakkan hak untuk

2
melaksanakan kekuasaan berdaulat atau tertinggi. Jadi pemerintah diartikan
sebagai organisasi atau lembaga.

Istilah “government” paling sedikitnya mempunyai empat arti, yaitu:

1. Menunjukkan kegiatan atau proses memerintah, yaitu melaksanakan


kontrol atas pihak lain (The activity or the process of governing);
2. Menunjukkan masalah-masalah (hal ihwal) negara dimana kegiatan
atau proses di atas dijumpai (states of affairs);
3. Menunjukkan orang-orang (pejabat-pejabat) yang dibebani tugas-
tugas untuk memerintah (people charged with the duty of governing);
4. Menunjukkan cara, metode, atau sistem yang digunakan untuk
memerintah masyarakat tertentu (the manner, method or system by
which a particular society is governed).

C. Etika Pemerintahan

Etika pemerintahan merupakan ajaran untuk berperilaku yang baik dan


benar sesuai dengan nilai-nilai keutamaan yang berhubungan dengan hakikat
manusia. Etika pemerintahan merupakan etika terapan yang berperan dalam
urusan pengaturan tata kelola pemerintah. Etika pemerintahan merupakan
bagian dari yurisprudensi praktis (practical jurisprudence) atau filosofi hukum
(philosophy of law) yang mengatur urusan pemerintah dalam hubungannya
dengan orang-orang yang mengatur dan mengelola lembaga pemerintahan.

Etika pemerintahan mencakup isu-isu kejujuran dan transparansi dalam


pemerintahan, yang pada gilirannya berurusan dengan hal-hal seperti;
penyuapan (bribery); korupsi politik (political corruption); korupsi polisi (police
corruption); etika legislatif (legislatif ethics); etika peraturan (regulatory
ethics); konflik kepentingan (conflict of interest); pemerintahan yang terbuka
(open of government); etika hukum (legal ethics).

Nilai-nilai keutamaan yang dikembangkan dalam etika pemerintahan adalah:

1. Penghormatan terhadap hidup manusia dan HAM lainnya.


2. Kejujuran baik terhadap diri sendiri maupun terhadap manusia lainnya
(honesty).
3. Keadilan dan kepantasan merupakan sikap yang terutama harus
diperlakukan terhadap orang lain.
4. Kekuatan moralitas, ketabahan serta berani karena benar terhadap
godaan (fortitude).
5. Kesederhanaan dan pengendalian diri (temperance).

3
6. Nilai-nilai agama dan sosial budaya termasuk nilai agama agar
manusia harus bertindak secara profesional dan bekerja keras.

Etika pemerintahan berhubungan dengan keutamaan yang harus


dilaksanakan oleh para elit pejabat publik dan staf pegawai pemerintahan.
Wujud etika pemerintahan adalah aturan-aturan ideal yang dinyatakan dalam
UUD baik yang dikatakan oleh dasar negara (Pancasila) maupun dasar-dasar
perjuangan negara (Teks Proklamasi). Dalam hal ini, etika pemerintahan
mengandung misi kepada setiap pejabat elit politik untuk bersikap jujur,
amanah, siap melayani, berjiwa besar, memiliki keteladanan, rendah hati dan
siap untuk mundur dari jabatan publik apabila terbukti melakukan kesalahan
dan secara moral kebijakannya bertentangan dengan hukum dan rasa
keadilan masyarakat.

Etika dan moral sangat penting dalam pemerintahan, dalam hal ini
dengan adanya etika dalam pemerintahan maka pemerintahan akan berjalan
dengan lebih baik. Para aparatur pemerintahan memiliki kesadaran moral
yang tinggi pada para politisi, pemerintah dalam mengemban tugas dan
tanggung jawabnya, sehingga kejujuran, kebenaran dan keadilan dapat
diwujudkan.

D. Permasalahan Penyelewengan Kebijakan Pemerintah Yang Terjadi


Dalam Perkembangan Sosial Budaya Dan Ekonomi

Dalam praktek pemerintahan di negara-negara berkembang, praktek


penyimpangan seperti korupsi, suap, kolusi dan nepotisme akan tetap
semakin marak dijalankan, apabila pejabat publik dan aparat birokrasinya
ingin memperkaya diri dengan cara mencuri dan merampok kekayaan rakyat
yang dititipkan melalui negara. Oleh sebab itu, sangat penting untuk
diberlakukan penerapan etika dalam kehidupan pejabat publik, aparat
pemerintah baik secara individu maupun secara kolektif.

Persoalan mendasar di indonesia adalah budaya hukum yang belum


berjalan dengan baik. Kondisi hukum yang sampai saat ini masih maraknya
kasus korupsi yang dihadapi. Dalam perspektif budaya hukum korupsi
menunjukkan perilaku yang bertentangan dengan nilai-nilai dan norma baik
itu dari kejujuran, sosial, agama atau hukum. Korupsi sendiri digolongkan
serious crime karena mampu mengganggu hak ekonomi dan hak sosial
masyarakat dan negara dalam skala besar. Munculnya korupsi itu sendiri
dipengaruhi oleh kebutuhan dan permintaan individu dan kolektif dan juga
didukung oleh lingkungan sosial budaya yang mewarisi tradisi korupsi,
sehingga tak khayal pejabat pemerintah pun ikut terlinat dalam tindak pidana
ini, sehingga memunculkan opini masyarakat akan korupsi merupakan sudah
menjadi budaya.

4
Salah satu contoh penyelewengan kebijakan pemerintahan yang terjadi
baru-baru ini dimasa pandemi covid-19 yaitu korupsi dari dana bantuan
sosial Covid-19. Pandemi covid-19 membawa dampak besar terhadap
berbagai sektor kehidupan, contohnya pada bidang perekonomian dimana
melemahnya konsumsi rumah tangga atau melemahnya daya beli,
Melemahnya bidang investasi dan berimplikasi terhadap berhentinya
berbagai bidang usaha. Akibat dampak tersebut, pemerintah telah
melakukan tindakan cepat, program vaksinasi, program pemulihan ekonomi
nasional, BLT, dan bantuan modal usaha UKM/UMKM. Untuk mengatasi hal
tersebut pemerintah juga menyelenggarakan program dana bantuan sosial
(Bansos) bagi masyarakat miskin atau mereka yang terkena dampak
pandemi. Namun kebijakan pemerintah tersebut justru disalahgunakan oleh
oknum tertentu salah satunya aksi korupsi dalam dana bantuan sosial covid-
19.

Pada dasarnya untuk mengiringi kebijakan Dana Bansos pemerintah


telah membentuk Peraturan Presiden Nomor 82 tahun 2020, Akan tetapi
walaupun pemerintah telah memberikan kebijakan yang telah ditetapkan
dalam pemberian bantuan sosial Covid-19, tetapi masih banyak sekali
oknum tidak bertanggung jawab yang memanfaatkan momentum tersebut
untuk mereka jadikan sebagai kesempatan dalam mengeruk hak- hak
warganya. Hal tersebut juga diakibatkan karena kurangnya pengawasan dari
pemerintah dalam proses keberlangsungan aktivitas dana bantuan sosial
Covid-19 di Indonesia serta belum diaturnya sistem pelayanan publik yang
transparan dan akuntabel dalam proses distribusi dana bantuan sosial
Covid-19 ke masyarakat dari tingkat pusat hingga daerah. Sehingga hal
tersebut membuka peluang baru bagi pihak-pihak yang tidak bertanggung
jawab untuk dapat melakukan tindak pidana korupsi.

Kasus korupsi dana bantuan sosial covid-19 yang terjadi diIndonesia saat
ini merupakan salah satu kasus yang sangat merugikan masyarakat di
Indonesia. Hal ini terlihat dari buruknya regulasi penyaluran bansos Covid-19
dan koordinasi dari pemerintah, juga kacaunya proses pendataan data
masyarakat yang berhak untuk menerima dana bantuan sosial Covid-19.
Kasus tersebut dibuktikan dari adanya pengakuan dari masyarakat serta
fakta yang memperlihatkan bahwa paket sembako yang diberikan sangat
tidak sesuai dan jauh dari kata layak dari nominal yang telah ditetapkan oleh
pemerintah. Salah satu masyarakat terdampak kasus korupsi dana bantuan
sosial Covid-19 ini adalah masyarakat miskin.

Kesadaran akan sikap anti-korupsi dapat hadir, apabila didukung dengan


pola budaya masyarakat yang juga anti terhadap korupsi. Penting halnya
bagi masyarakat dan penyelenggara negara mendapatkan edukasi yang baik
mengenai istilah korupsi dan perilaku-perilaku yang merujuk pada tindak
korupsi. Kultur korupsi di masyarakat terbentuk karena adanya kondisi yang

5
memungkinkan atau terkadang memaksa untuk melakukan hal tersebut.
Pola-pola yang ada di masyarakat berupa kesenjangan ekonomi, krisis
kepercayaan, buruknya pelayanan birokrasi, penegakan hukum yang lemah,
minimnya edukasi dan pendidikan anti-korupsi, menjadikan perilaku korupsi
adalah hal yang dianggap lumrah sebagai bentuk jawaban atas kesulitan
yang sering masyarakat hadapi. Oleh sebab itu, sangat penting untuk
diberlakukan penerapan etika dalam kehidupan pejabat publik, aparat
pemerintah baik secara individu maupun secara kolektif. Etika dan moral
sangat penting dalam pemerintahan, dalam hal ini dengan adanya etika
dalam pemerintahan maka pemerintahan akan berjalan dengan lebih baik.
Para aparatur pemerintahan memiliki kesadaran moral yang tinggi pada para
politisi, pemerintah dalam mengemban tugas dan tanggung jawabnya,
sehingga kejujuran, kebenaran dan keadilan dapat diwujudkan.

Upaya menegakkan etika dan integritas birokrasi masih menghadapi


banyak tantangan, antara lain masih tingginya pelanggaran disiplin dan
penyalahgunaan kewenangan, belum dipahami dan diimplementasikannya
peraturan perundangan secara konsisten, sistem pengendalian di berbagai
tingkatan yang belum efektif, serta masih rendahnya kualitas sumber daya
manusia aparatur. Perilaku birokrasi yang bersih, berwibawa, dan beretika
yang menjadi dambaan semua pihak ditentukan oleh banyak faktor.
Termasuk komitmen, kompetensi, dan konsistensi semua kalangan untuk
berpartisipasi dalam penyelenggaraan dan pengawasan tata kelola negara,
mencakup unsur aparatur negara, dunia usaha, maupun masyarakat. Bahkan
guna mewujudkan tata kelola pemerintahan yang kuat, peran aktor
internasional menjadi suatu keniscayaan. Kolaborasi keempat unsur tersebut
diperlukan dalam upaya penguatan etika, integritas, profesionalitas, etos
kerja, dan moral para aparatur negara. Sebagaimana diyakini bersama
bahwa pelanggaran etika dan persoalan korupsi yang melibatkan birokrasi
atau aparatur negara, mengindikasikan adanya persoalan besar bangsa.

Berdasarkan hierarki sumber etika,baik yang bersifat umum maupun


khusus, terlihat bahwa agama memegang peranan kunci,menempati posisi
utama dan pertama. Oleh karena itu kecenderungan pendidikan yang
memisahkan ajaran agama dengan realitas kehidupan nyata atau dikenal
dengan paham sekuler, perlu mendapat perhatian dan dikaji ulang.

Al-Ghazali merupakan seorang penulis dan filsuf muslim abad


pertengahan yang memiliki corak pemikiran dan pemahaman yang sinergis
dan relevan dengan agama sebagai sumber etika pemerintahan. Konsepsi
etika pemerintahan al-Ghazali adalah suatu teori sistem pemerintahan yang
berisikan masyarakat dan aparatur negara yang mempunyai moral yang baik
dengan ditopang oleh agama sebagai dasar negara. Seorang pemimpin yang
ideal menurut al-Ghazali adalah seorang yang mengerti tentang budi luhur

6
atau moral agama dan kebijaksanaan yang harus diterapkan dalam
menjalankan sistem pemerintahan.

E. Sumber-sumber Etika Pemerintahan


1. Relativitas Etika Pemerintahan
Etika pemerintahan merupakan ajaran untuk berperilaku yang baik dan benar
sesuai dengan nilai-nilai keutamaan yang berhubungan dengan hakikat
manusia. Baik dan benarnya sebuah perilaku atau tindakan sifatnya relatif,
tergantung dari sudut pandang apakah ia akan dilihat. Nilai etika sebuah
tindakan bisa dimaknai berbeda dari perspektif deontologis, telelogis, dan
kontekstual.
Nilai etika sebuah tindakan juga bisa berbeda dari satu tempat ke tempat
lain. Perbedaan tersebut disebabkan dari sumber nilai etika yang dipakai
pada masyarakat satu tempat berbeda dengan masyarakat lainnya.
Keanekaragaman adat, budaya, dan agama telah membuat penilaian
terhadap sebuah tindakan bersifat relatif.
Salah satu contoh nyata untuk menggambarkan relativitas etika
pemerintahan adalah tata cara berdiskusi dan menyampaikan pendapat. Kita
ambil sebuah contoh, yaitu panasnya perdebatan anggota Dewan Perwakilan
Rakyat. Pada beberapa kali sidang anggota DPR, terjadi keributan karena
para anggota dewan meninggalkan tempat duduk mereka untuk berdebat
dan saling tunjuk muka di depan meja pimpinan siding. Di beberapa negara
Barat dimana masyarakatnya terbiasa untuk bertindak bebas asalkan tidak
melanggar hukum, maka bisa saja perdebatan dan perselisihan antar
anggota parlemen pada saat sidang dianggap sebagai hal yang wajar.
Namun, bagi masyarakat Indonesia yang masih memegang adat ketimuran
terkait etika dan tata cara berbicara, maka bisa saja perdebatan panas pada
sidang parlemen dianggap sebagai sebuah tindakan yang tidak beretika.
Penafsiran yang berbeda juga bisa dihasilkan dari cara pandang yang
berbeda. Dari perspektif deontologis yang memandang bahwa setiap
tindakan harus dilakukan sesuai dengan norma sosial, maka perilaku
berdebat sebagaimana gambar di atas dapat dianggap tidak etis. Namun,
dari perspektif telelogis yang memandang bahwa nilai dari sebuah tindakan
ditentukan dari tujuannya dan bukan caranya, maka bisa saja perilaku
berdebat tersebut di atas dianggap tidak melanggar etika asalkan tujuannya
adalah untuk memperjuangkan kepentingan rakyat dan kemaslahatan
bersama.

2. Pancasila sebagai Sumber Etika Pemerintahan


Bagi bangsa Indonesia Pancasila adalah merupakan dasar negara,
merupakan landasan idiil negara. Atas dasar itulah pemerintah Indonesia
menjalankan kehidupan bernegara. Semua ketentuan yang mengatur
kehidupan bernegara didasari oleh Pancasila.

7
Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia memiliki peranan
penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia dalam berbagai hal. Nilai-
nilai yang terkandung di dalamnya mencerminkan kehidupan berbudaya dan
berakhlak masyarakat Indonesia. Sila- sila Pancasila memiliki makna
tersendiri dalam setiap kehidupan masyarakat dan menjadi pedoman
kehidupan.

Pada pelaksanaan pemerintahan sangat diperlukan sikap yang sesuai


dengan nilai-nilai Pancasila. Seorang pemimpin harus mampu menjadi
pemimpin yang berpegang teguh pada nilai-nilai Pancasila agar dapat
mengarahkan rakyat ke arah yang lebih baik. Sikap takwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, menjunjung persatuan bangsa, adil, bijaksana dan mampu
mengayomi rakyat merupakan kunci menjadi seorang pemimpin yang baik
agar mampu menjadi pemimpin yang dapat menunjukkan etika pemerintahan
dengan baik.

Etika pemerintahan harus direalisasikan oleh setiap individu yang ikut terlibat
secara konkrit dalam pelaksanaan pemerintahan negara. Para pejabat
eksekutif, legislatif, yudikatif, para pelaksana dan penegak hukum harus
menyadari bahwa legitimasi hukum dan legitimasi demokratis juga harus
berdasarkan pada legitimasi moral. Nilai-nilai Pancasila mutlak harus dimiliki
oleh setiap penguasa yang berkuasa mengatur pemerintahan, agar tidak
menyebabkan berbagai penyimpangan seperti yang sering terjadi dewasa ini.
Seperti tindak pidana korupsi, kolusi dan nepotisme, penyuapan,
pembunuhan, terorisme, dan penyalahgunaan narkotika sampai
perselingkuhan dikalangan elit politik yang menjadi persoalan dalam
pemerintahan.

3. Nilai Budaya Indonesia sebagai Sumber Etika


Sejalan dengan pengertian budaya menurut Tylor, Soekanto (2001)
mengatakan bahwa budaya terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari
pola-pola perilaku yang normatif, artinya mencakup segala cara atau pola-
pola berfikir, merasakan dan bertindak. Beranjak dari pengertian budaya
yang dapat juga disebut kebudayaan, tampak bahwa budaya memiliki unsur-

unsur pokok sebagai ciri dari budaya.

Dalam kaitan dengan makna kebiasaan dalam pembentukan budaya,


Ferdinand Tonies dalam Soekanto (2001) memberi makna kebiasaan dalam
tiga arti yaitu:
- Dalam arti menunjuk pada suatu kenyataan yang bersifat objektif.
Misalnya, kebiasaan untuk bangun pagi, minum teh dan lain sebagainya.

8
Artinya adalah, bahwa seseorang biasa melakukan perbuatan-perbuatan
tadi dalam tata cara hidupnya,
- Dalam arti bahwa kebiasaan tersebut dijadikan kaidah bagi seseorang,
norma mana diciptakannya untuk dirinya sendiri. Dalam hal ini, orang yang
bersangkutanlah yang menciptakan sesuatu perilaku bagi dirinya sendiri.
- Sebagai perwujudan kemauan seseorang untuk berbuat sesuatu.

Pola perilaku hasil interaksi yang turun-temurun menjadi suatu kebiasaan


baik secara individu maupun kelompok dalam penyelenggaraan
pemerintahan yang melibatkan masyarakat banyak, telah menjadi suatu
norma kehidupan dalam berpemerintahan yang terinternalisasi menjadi
bentuk suatu etika dalam pemerintahan. Oleh sebab itu, unsur budaya juga
merupakan salah satu sumber etika pemerintahan.

9
BAB III

PENUTUP

Etika merupakan salah satu cabang filsafat yang mencakup filsafat


moral atau pembenaran-pembenaran filosofis. Sebagai salah satu falsafah,
etika berkenaan dengan moralitas beserta persoalan-persoalan dan
pembenaran-pembenarannya. Moralitas sangat diperlukan dalam masyarakat
karena perannya sebagai panduan bertindak (action guides). Pencapaian
etika dalam usaha manusia untuk memakai akal budi dan daya fikirannya
dalam pemecahan masalah setiap kehidupan, tindakan yang terbaik
mengarah kepada kebenaran, kebaikan dan ketepatan.

Etika pemerintahan mencakup isu-isu kejujuran dan transparansi


dalam pemerintahan, yang pada gilirannya berurusan dengan hal-hal seperti;
penyuapan (bribery); korupsi politik (political corruption); korupsi polisi (police
corruption); etika legislatif (legislatif ethics); etika peraturan (regulatory
ethics); konflik kepentingan (conflict of interest); pemerintahan yang terbuka
(open of government); etika hukum (legal ethics).

Etika dan moral sangat penting dalam pemerintahan, dalam hal ini
dengan adanya etika dalam pemerintahan maka pemerintahan akan berjalan
dengan lebih baik. Para aparatur pemerintahan memiliki kesadaran moral
yang tinggi pada para politisi, pemerintah dalam mengemban tugas dan
tanggung jawabnya, sehingga kejujuran, kebenaran dan keadilan dapat
diwujudkan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ismail.Msi. (2011) 'Norma,Konsep,dan Praktek Etika Pemerintahan' Lintang


Rasi Aksara Books, 2017; Yogyakarta. 1-15 pp.

Adine Alimah,(2021) ' Menilik Korupsi Dana Bansos Covid-19 Di Indonesia'


journal of Faculty of law Universitas Negeri Semarang Vol 1, No 2 .

Fakhruddin O. (2021) 'perspektif Budaya Hukum Dalam Perkembangan


Kasus Korupsi Di Indonesia' Journal of faculty of law FHUI Vol.1,Article 30.

11

Anda mungkin juga menyukai