ADMINISTRASI NEGARA
Dosen Pengampu:
1. Rosalina (23.11.009)
2. Elfina Fediana (23.11.071)
3. Marlinda Novyta (23.11.032)
4. M. Rizki Zikrullah (23.11.010)
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayahnya serta
sholawat dan salam kepada junjungan kita semua nabi Muhammad SAW,
sehingga penulis dapat menyelesaikan masalah ini dengan judul “Etika dan
Moral”. Makalah ini bertujuan untuk memudahkan kita dalam memahami arti
dari penilaian moral, etika dan membedakan antara etika dan moralitas, maka ini
juga merupakan karya tulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika Administrasi
Negara.
Besar harapan penulis dengan susunannya maka hal ini kita bisa lebih
mudah memahami tentang etika dan moral dengan selesainya makalah ini
tentunya tidak terlepas dari berbagai pihak yang ikut berpartisipasi baik secara
langsung maupun tidak langsung. Penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu menyelesaikan masalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi
menyempurnakan makalah ini titik namun penulis berharap makalah ini bisa
bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kamus umum bahasa Indonesia etika berarti ilmu
pengetahuan tentang asas-asas moral. Sedangkan etika menulis filsafat
dapat disebut sebagai ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana
yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang
dapat diketahui oleh akal pikiran.
Pada dasarnya, etika membahas tentang tingkah laku manusia. etika
dalam pandangan filsafat ia mendapatkan ide yang sama bagi seluruh
manusia di setiap waktu dan tempat tentang ukuran tingkah laku yang baik
dan buruk sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran manusia.
Memahami persoalan etika pada dasarnya akan sejarah dengan
filsafat moral, ya itu sebuah disiplin yang berkaitan dengan apa yang baik
secara moral dan buruk serta secara moral benar dan salah. Istilah ini biasa
juga diterapkan pada sistem prinsip moral apapun yang biasanya
berhubungan dengan bentuk etika yang diterapkan pada manusia.
Ada beberapa aliran filsafat yang mempengaruhi penentuan baik dan
buruknya suatu perilaku salah satu berdasarkan adat istiadat adalah sesuatu
dikatakan baik jika seseorang mematuhi adat istiadat yang berlaku di
daerah tersebut dan dikatakan buruk jika hal tersebut berlawanan dengan
adat istiadat yang berlaku di daerah tersebut. Sehingga orang yang
melanggar tersebut akan dihukum sesuai dengan hukuman yang berlaku.
Menurut etika sesuatu dikatakan benar jika hal-hal tersebut sesuai
dengan peraturan-peraturan yang ada. Sebaliknya hal-hal yang tidak sesuai
dengan peraturan yang ada di anggap salah.
Oleh sebab itu, etika akan senantiasa berupaya menyelesaikan
persoalan tentang molalitas manusia dengan mendefinisikan konsep-
konsep seperti yang baik dan yang jahat, benar dan salah, kebajikan dan
kejahatan, keadilan dan kecurangan.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apakah arti dari penilaian moral?
2. Apa saja definisi etika dari berbagai aspek?
3. Bagaimana cara membedakan antara etika dan moralitas?
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Masalah etika memiliki potensi dan peran yang sangat penting dalam
proses administrasi negara. Etika administrasi negara merupakan salah
satu wujud kontrol terhadap administrasi negara dalam melaksanakan apa
yang menjadi tugas pokok, fungsi dan kewenangannya. Manakala
administrasi negara menginginkan sikap, tindakan dan perilakunya
dikatakan baik, maka dalam menjalankan tugas pokok, fungsi dan
kewenangannya harus menyandarkan pada etika administrasi negara. Etika
administrasi negara di samping digunakan sebagai pedoman, acuan,
referensi administrasi negara dapat pula digunakan sebagai standar untuk
menentukan sikap, perilaku, dan kebijakannya agar dapat dikatakan baik
atau buruk.
Pertimbangan – pertimbangan etika sama sekali bukan merupakan
langkah mundur, tetapi justru merupakan upaya untuk menemukan pranata
– pranata pembangunan yang berwatak dan bermoral serta mendapatkan
bentuk interaksi yang ideal antara aparat negara dengan setiap warga
Negara. Hal ini disebabkan karena masalah etika negara merupakan
standar penilaian administrasi negara mengenai tindakan administrasi
negara yang menyimpang dari etika administrasi negara (mal
administrasi) dan faktor yang menyebabkan timbulnya mal
administrasi dan cara mengatasinya.
Law enforcement sangat membutuhkan adanya akuntabilitas dari
birokrasi dan manajemen pemerintahan sehingga penyimpangan yang akan
dilakukan oleh birokrat – birokrat dapat terlihat dan ter–akuntable dengan
jelas sehingga akan memudahkan law enforcement untuk menata ulang
manajemen pemerintahan Indonesia yang sehat dan berlandaskan pada
3
prinsip – prinsip good governance dan berasaskan pada nilai – nilai etika
administrasi negara.
Pada pemerintahan yang bersih (clean good governance) terkait law
enforcement dalam menjalankan tugas, fungsi dan wewenang yang
diberikan kepadanya, pemerintahan tidak melakukan tindakan – tindakan
yang menyimpang dari etika Administrasi publik (mal-
administration) yang akan mengabaikan law enforcement pada penataan
ulang pemerintahan di Indonesia. Sehingga pada tujuan law
enforcement terdapat:
1. Birokrat – birokrat pemerintah dari pemerintahan, yang ditentukan oleh
kualitas sumber daya apaturnya
2. Perimbangan kekuasaan yang mencerminkan sistem pemerintahan yang
harus diberlakukan
3. Kelembagaan yang dipergunakan oleh birokrat – birokrat pemerintahan
untuk mengaktualisasikan kinerjanya,
4. Kepemimpinan dalam birokrasi publik yang berakhlak,
berwawasan (visionary), demokratis dan responsive terhadap
revitalisasi penataan ulang pemerintahan Indonesia (reinventing
government).
7
Korupsi dapat diartikan sebagai bentuk perbuatan menggunakan
barang public, bias berupa uang dan jasa untuk kepentingan memperkaya
ddiri dan bukan untuk kepentingan publik. Proses terjadinya dapat
dibedakan dalam tiga bentuk yaitu graft, bribery dan nepotism.
Graft, merupakan korupsi yang bersifat internal, artinya korupsi
yang dilakukan tanpa melibatkan pihak ketiga. Seperti menggunakan atau
mengambil barang kantor, uang kantor, jabatan kantor untuk kepentingan
diri sendiri. Korupsi ini terjadi karena mereka mempunyai kedudukan
dan jabatan di kantor tersebut. Dengan wewenangnya, bawahan tidak
dapat meolak permintaan atasan.
Sementara bribery (penyogokan, penyuapan) merupkan tindakan
korupsi yang melibatkan orang di luar dirinya (instansinya), biasa disebut
dengan korupsi eksternal. Artinya korupsi tersebut tidak dapat terjadi jika
tidak ada orang lain yang melakukan tindakan penyuapan atau
penyogokan terhadap dirinya. Tindakan pemberian sesuatu (penyuapan,
penyogokan) dimaksudkan agar dapat mempengaruhi objektifitas dalam
membuat keputusan, atau keputusan yang dibuat akan menguntungkan si
pemberi. Pemberian sesuatu dapat berupa materi, uang dan juga jasa.
Nepotism merupakan suatu tindakan korupsi berupa kecenderungan
pengambilan keputusan yang tidak berdasarkan pada pertimbangan
objektif, rasional tetapi didasarkan atas pertimbangan “nepitis”,
“kekerabatan”, seperti masih teman, keluarga, golongan, pejabat dan lain
sebagainya. Pertimbangan pengambilan keputusan ini seringkali untuk
kepentingan orang yang membuat keputusan. Mereka akan lebih aman
dan nyaman jika orang yang berada di sekitarnya (anak buahnya) adalah
orang-orang yang masih “nepotism” atau masih kerabat dekat. Jika
mereka melakukan tindakan penyimbangan mereka akan aman dan
dilindungi.
Korupsi di atas adalah korupsi yang dilihat dari proses terjadinya.
Namun dilihat dari sifat korupsinya dapat dibedakan menjadi dua macam
yaitu korupsi individualis dan korupsi sistemik.
8
Korupsi individualis, merupakan penyimpangan yang dilakukan oleh
salah satu atau beberapa orang dalam suatu organisasi dan berkembang
suatu mekanisme muncul, hilang dan jika ketahuan pelaku korupsi akan
terkena hukuman, bias berupa dijauhi, dicela, disudukan dan bahkan
diakhiri nasib karirnya.
Korupsi sistemik merupakan suatu korupsi ketika yang melakukan
korupsi adalah sebagian besar (kebanyakan orang) dalam suatu
organisasi (melibatkan banyak orang). Dikatakan sistemik, karena
tindakan korupsi ini bias diterima sebagai sesuatu yang wajar/biasa (tidak
menyimpang) oleh orang yang berada di sekitarnya. Jika ketahuan, maka
di antara mereka yang terlibat saling melindungi, menutup-nutupi dan
mendukung satu sama lain untuk menyelamatkan orang yang ketahuan
tersebut. Hal ini disebabkan agar instansinya tidak tercemar, sehingga
walaupun mereka tau ada tindakan korupsi mereka lebih baik “diam”,
daripada mereka dikucilkan atau dijadikan saksi dalam perkara tindakan
korupsi tersebut.
9
sebagainya yang membuka peluang (kesempatan) untuk melakukan
tindakan korupsi.
Peraturan perundangan merupakan suatu tatanan nilai yang dibuat
dan diikuti oleh para pegawai dalam menjalankan tugas dan kewajiban
yang diberikan kepadanya. Manakala peraturan memberi kelonggaran
bagi pegawai untuk melakukan tindakan mal-administrasi, karena
peraturannya tidak jelas, sanksi yang diberikan lemah, maka akan
memberikan peluang (kesempatan) pegawai melakukan tindakan mal-
administrasi tersebut. Misalnya, walaupun telah ada peraturan
perundangan anti korupsi yaitu Undang-Undang No. 28 Tahun 1999
Tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dari Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme dan Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, namun peraturan perundangan
tersebut tidak efektif untuk mencegah tindakan korupsi.
10
1. Asas – Asas Umum Birokrasi Pemerintahan yang Baik
Setiap negara memiliki konteks budaya yang berbeda-beda,
kebutuhan masyarakat pada suatu waktu yang selalu berubah dan masalah
yang dihadapi oleh setiap negara pun berbeda, sehingga merumuskan asas
umum pemerintahan yangbaik dalam satu kata adalah upaya yang sulit.
Dalam konteks negara Indonesia, sebagian besar rakyat Indonesia sepakat
bahwa pada pemerintahan orde lama berhasil meletakkan dasar
Nasionalisme bagi bangsa Indonesia tetapi gagal dalam merumuskan
program–program pembangunan yang menyentuh rakyat.
Pada masa pemerintahan orde baru, pemerintahan orde baru,
pemerintah memang telah berhasil melaksanakan pembangunan
kemakmuran ekonomis dan stabilitas nasional melalui program-program
yang pragmatis, namun orang mulai berpikir bahwa kemakmuran materi
bukan satu-satunya tujuan yang harus dicapai. Tampaklah bahwa
perkembangan situasi politik, sosial and budaya serta dinamika masyarakat
turut mempengaruhi opini masyarakat tentang sistem administrasi
pemerintahan yang ideal. Interpretasi dan pendapat individual
mempengaruhi wujud pemerintahan yang didambakan oleh masyarakat,
namun demikian landasan pemikiran yang disepakati oleh sebagian besar
masyarakat dapat dipakai sebagai pedoman.
19
buruk dan untuk kepentingan bersama, maka setiap pegawai dan pejabat
diharapkan menaatinya dengan kesadaran yang tulus.
Paham idealisme etika mengatakan bahwa pada dasarnya setiap
manusia adalah baik dan suka hal-hal yang baik. Apabila ada orang-orang
yang menyimpang dari kebaikan, itu semata-mata karena tidak tahu norma
untuk bertindak dengan baik atau tidak tahu cara-cara bertindak yang
menuju ke arah kebaikan. Yang diperlukan adalah suatu peringatan dan
sentuhan nurani yang terus-menerus untuk menggugah kesadaran moral
dan melestarikan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dan interaksi antar
individu.
Pemerintah pada hakikatnya adalah pelayanan kepada masyarakat. Ia
tidaklah diadakan untuk melayani diri sendiri, tetapi untuk melayani
masyarakat serta menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap anggota
masyarakat mengembangkan kemampuan dan kreatifitas demi mencapai
tujuan bersama (Rasyid, 1998 : 139). Paradigma penyelenggaraan
pemerintahan telah terjadi pergeseran dari paradigma “rule government”
menjadi “good government”, dimana dalam penyelenggaraan
pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan publik melibatkan seluruh
elemen, baik di dalam intern birokrasi maupun di luar birokrasi publik.
Unsur utama penyelenggaraan manajemen pemerintahan yang baik
adalah penting adanya akuntabilitas (accountability), transparansi
(transparancy), keterbukaan (oppeness), dan law enforcement (penegakan
hukum) “Bhata dalam nisjar (1997;119), sehingga melalui unsur-unsur
tersebut dapat menciptakan sistem administrasi negara di Indonesia yang
efisien, efektf dan sekaligus bertanggungjawab.
21
Kementerian PANRB sebagai instansi yang memiliki fungsi
koordinasi pelaksanaan supervisi dan pengawasan penyelenggaraan
administrasi pemerintahan terus berupaya memperbaiki kualitas hasil
pembangunan Zona Integritas dengan memperkuat peran aktor yang
terlibat dan bermanfaat langsung bagi publik.
Seiring semakin bertambahnya Zona Integritas pada instansi
pemerintahan, publik kini dapat menilai dengan mudah. Saat akan
memperoleh pelayanan mereka dapat melihat bagaimana pemerintah
menerapkan komitmen pelayanan publik secara transparan. Semoga
dengan semakin meningkatnya Zona Integritas di pemerintahan, semakin
baik pula etika aparatur dalam melayani publik.
22
2. Budaya pegawai yang suka memperlambat pelayanan masyarakat,
dengan berbagai dalih sarana prasarananya belum ada, petugasnya
belum datang danlain sebagainya, sehingga membuat kesal masyarakat
yang membutuhkan pelayanan. Hal ini sering terjadi dan diekspos
melalui LSM, media, sehingga citra PNS mendapat sorotan kurang enak
dari masyarakat;
3. Budaya pegawai yang suka menunda-nunda pekerjaan, padahal
pekerjaan tersebut bisa diselesaikan dengan cepat, tetapi karakter
mereka sudah terbentuk seperti itu dan ini menjadi presiden buruk bagi
instansi pemerintah dalam memberikan pelayanan pada masyarakat;
4. Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Pegawai Negeri Sipil yang
kurang siap memberikan pelayanan dengan menggunakan e pelayanan,
sehingga bukan cepat malahan memperlambat pelayanan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian makalah ini dapat disimpulkan bahwa nilai
moral merupakan suatu sistem penilaian yang bersumber dari kehendak
maupun keinginan di dalam diri manusia. Begitu pula antara moral dan
etika adalah terletak pada sumber yang dijadikan patokan untuk
menentukan baik dan buruk berdasarkan pendapat akal pikiran.
Untuk menjadikan kita sebagai manusia yang baik dalam beretika
dan bermoral kita harus menanamkan sebuah mindset yang positif di mana
mindset positif akan berpengaruh dalam beretika dan bermoral untuk
menjadikan kita menjadi manusia lebih baik.
B. Saran
Kami sebagai penulis menyadari jika dalam penyusunan makalah di
atas masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun
nantinya penulis akan segera melakukan perbaikan susunan makalah ini
dengan menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang bisa
membangun dari para pembaca.
Tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah dengan mengacu
kepada sumber yang bisa dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh karena
itu, penulis sangat mengharapkan ada yang keriting serta saran mengenai
pembahasan makalah di atas.
24
DAFTAR PUSTAKA
https://bkpsdmd.babelprov.go.id/content/etika-dan-moral-administrasi-negara
https://lan.go.id/?p=10680
https://jurnal.unnur.ac.id/index.php/jimia/article/download/48/26
iii