PENDAHULUAN
1
Wahyudi Kumorotomo, Etika Administrasi Negara, hlm 6, 9
1
meningkatkan kompetensi bagi kalangan PNS, karena PNS berkedudukan sebagai
unsur aparatur negara yang bertugas untuk memberikan pelayanan kepada
masyarakat secara profesional, jujur, adil, dan merata dalam penyelenggaraan
tugas negara, pemerintahan, dan pembangunan..
2
BAB II
LANDASARN TEORI
Menurut para ahli, etika tidak lain adalah aturan perilaku, adat kebiasaan
manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar
dan mana yang buruk. Perkataan etika atau lazim juga disebut etik, berasal dari
kata Yunani ‘ethos’ yang berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan
ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik, seperti yang dirumuskan
oleh beberapa ahli berikut ini:
1. Drs. O.P. Simorangkir : Etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam
berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik.
2. Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat : Etika adalah teori tentang
tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk,
sejauh yang dapat ditentukan oleh akal.
3. Drs. H. Burhanudin Salam : Etika adalah cabang filsafat yang berbicara
mengenai nilai dan norma moral yang menentukan prilaku manusia dalam
hidupnya.
4. Aristoteles : Etika yang meliputi dua pengertian yaitu etika meliputi
kesediaan dan kumpulan peraturan, yang mana dalam bahasa Latin dikenal
dengan kata ‘Mores’ yang berati kesusilaan, tingkat salah saru perbuatan
(lahir, tingkah laku).
5. Drs.Haryanto, MA : Etika merupakan instrumen dalam masyarakat untuk
menuntun tindakan (perilaku) agar mampu menjalankan fungsi dengan
baik dan dapat lebih bermoral.
6. G. R. Terry : dalam bukunya Principles of Organization and
Management, menyatakan etika mempersoalkan tingkah laku perorangan
dan kewajiban moral dengan memberikan terhadap hubungan antara
manusia yang berkenan hal benar dan salah.
7. De Vos : etika adalah ilmu pengetahuan tentang kesusilaan atau moral.
3
2.1.1 Jenis-jenis Etika
1. Etika umum yang berisi prinsip serta moral dasar
2. Etika khusus atau etika terapan yang berlaku khusus.
Etika khusus ini masih dibagi lagi menjadi etika individual dan
etika sosial.
Etika sosial dibagi menjadi:
✓ Sikap terhadap sesama.
✓ Etika keluarga.
✓ Etika profesi misalnya etika untuk pustakawan, arsiparis,
dokumentalis, pialang informasi.
✓ Etika politik.
✓ Etika lingkungan hidup.
4
2. Menurut (Agoes 2004), Setiap profesi yang memberikan pelayanan jasa
pada masyarakat harus memiliki kode etik, yang merupakan
seperangkat prinsip–prinsip moral yang mengatur tentang perilaku
profesional.
3. Menurut (Anang Usman, SH., MSi.), Etika profesi adalah sebagai sikap
hidup untuk memenuhi kebutuhan pelayanan profesional dari klien
dengan keterlibatan dan keahlian sebagai pelayanan dalam rangka
kewajiban masyarakat sebagai keseluruhan terhadap para anggota
masyarakat yang membutuhkannya dengan disertai refleksi yang
seksama.
4. Etika profesi menurut Keiser dalam ( Suhrawardi Lubis, 1994:6-7 )
adalah sikap hidup berupa keadilan untuk memberikan pelayanan
professional terhadap masyarakat dengan penuh ketertiban dan keahlian
sebagai pelayanan dalam rangka melaksanakan tugas berupa kewajiban
terhadap masyarakat.
5
• Menentukan baku standarnya sendiri.
1. Singkat.
2. Sederhana.
3. Jelas dan Konsisten.
4. Masuk Akal.
5. Dapat Diterima.
6. Praktis dan Dapat Dilaksanakan.
7. Komprehensif dan Lengkap, dan
8. Positif dalam Formulasinya.
1. Rekan.
2. Profesi.
3. Badan.
4. Nasabah / Pemakai.
5. Negara, dan
6. Masyarakat.
6
• Tanggung Jawab
Terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya.
Terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain
atau masyarakat pada umumnya.
• Keadilan
Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja
apa yang menjadi haknya.
• Otonomi
Prinsip ini menuntut agar setiap kaum profesional memiliki dan
diberi kebebasan dalam menjalankan profesinya2
2
“Etika Profesi”, http://sigitkus.lecture.ub.ac.id
3
Lampiran Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara; No. KEP/118/M.PAN/2004
tentang “Pedoman Umum Penanganan Pengaduan Masyarakat bagi Instansi Pemerintah”; BAB I
Latar Belakang.
7
• Pegawai Negeri Sipil Pusat
1. Pegawai Negeri Sipil yang gajinya dibebankan pada
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan
bekerja pada Departemen, Lembaga Non Departemen,
Kesekretariatan Lembaga tertinggi/Tinggi Negara, dan
kepaniteraan pengadilan.
2. Pegawai Negeri Sipil Pusat yang bekerja pada
perusahaan jawatan.
3. Pegawai Negeri Sipil Pusat yang diperbantukan atau
dipekerjakan pada daerah otonom.
4. Pegawai Negeri Pusat Pusat yang berdasarkan suatu
peraturan perundang-undangan diperbantukan atau
dipekerjakan pada badan lain, seperti perusahaan
umum, yayasan, dan lain-lain.
5. Pegawai Negeri Sipil Pusat yang menyelenggarakan
tugas negara lain, seperti hakim pada pengadilan
negeri, pengadilan tinggi, dan lain-lain.
8
b. Direktur Jenderal
c. Kepala Biro
d. Staf Ahli
C. Jabatan Fungsional
Jabatan fungsional menurut Keputusan Presiden
Nomor 87 Tahun 1999 tentang Rumpun Jabatan Fungsional
Pegawai Negeri Sipil adalah kedudukan yang menunjukkan
tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seorang Pegawai
Negeri Sipil dalam suatu satuan organisasi yang dalam
pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keahlian/dan atau
keterampilan tertentu serta bersifat mandiri. Pangkat Pegawai
Negeri Sipil dalam jabatan fungsional berorientasi pada
prestasi kerja, sehingga tujuan untuk mewujudkan Pegawai
Negeri Sipil sebagai aparatur negara yang berdaya guna dan
berhasil guna dalam melaksanakan tugas umum
pemerintahan dan pembangunan dapat dicapai.
9
Peraturan
Pemerintah Jabatan Fungsional
Nomor
20 Tahun 2006 Panitera
22 Tahun 2006 Juru Sita dan Juru Sita Pengganti
23 Tahun 2006 Pranata Hubungan Masyarakat
24 Tahun 2006 Peneliti
25 Tahun 2006 Perekayasa dan Teknisi Penelitian dan
Perekayasaan
26 Tahun 2006 Penyuluh Pertanian, Pengendali
Organisme Pengganggu Tumbuhan,
Pengawas Benih Tanaman, Pengawas
Bibit Ternak, Medik Veteriner,
Pengawas Perikanan, Pengendali
Hama dan Penyakit Ikan, dan
Pengawas Benih Ikan
27 Tahun 2006 Penyuluh Kehutanan
28 Tahun 2006 Pengendali Ekosistem Hutan
29 Tahun 2006 Pengendali Dampak Lingkungan
30 Tahun 2006 Teknik Pengairan, Teknik Jalan dan
Jembatan, Teknik Tata Bangunan dan
Perumahan, dan Teknik Penyehatan
Lingkungan
31 Tahun 2006 Surveyor Pemetaan
32 Tahun 2006 Penyelidik Bumi
33 Tahun 2006 Pranata Komputer
34 Tahun 2006 Statisti
35 Tahun 2006 Pemeriksa Paten dan Pemeriksa Merek
36 Tahun 2006 Perantara Hubungan Industrial
37 Tahun 2006 Perancang Peraturan Perundang-
Undangan
10
38 Tahun 2006 Perencana
39 Tahun 2006 Analisis Kepegawaian
40 Tahun 2006 Arsiparis dan Pustakawan
41 Tahun 2006 Agen
42 Tahun 2006 Polisi Kehutanan
43 Tahun 2006 Penyuluh Agama
44 Tahun 2006 Pengawas Ketenagakerjaan
45 Tahun 2006 Pengawas Farmasi dan Makanan
46 Tahun 2006 Pemeriksa Pajak, Pemeriksa Bea dan
Cukai, dan Penilai Pajak Bumi dan
Bangunan
47 Tahun 2006 Dokter, Dokter Gigi, Apoteker, Asisten
Apoteker, Pranata Laboratorium
Kesehatan,Epidemiolog Kesehatan,
Entomolog Kesehatan, Sanitarian,
Administrator Kesehatan, Penyuluh
Kesehatan Masyarakat, Perawat Gigi,
Nutrisionis, Bidan, Perawat,
Radiografer, Perekam Medis, dan
Teknisi Elektromedis
48 Tahun 2006 Pranata Nuklir
49 Tahun 2006 Pengamat Meteorologi dan Geofisika
50 Tahun 2006 Pengawas Radiasi
51 Tahun 2006 Instruktur
52 Tahun 2006 Widyaiswara
53 Tahun 2006 Penyuluh Perindustrian dan
Perdagangan
54 Tahun 2006 Pekerja Sosial
55 Tahun 2006 Pengantar Kerja
56 Tahun 2006 Penggerak Swadaya Masyarakat
57 Tahun 2006 Penyuluh Keluarga Berencana
11
58 Tahun 2006 Tenaga Kependidikan
59 Tahun 2006 Dosen
60 Tahun 2006 Auditor
61 Tahun 2006 Pengamat Gunung Api
62 Tahun 2006 Teknik Siaran, Andalan Siaran, dan
Adikara Siaran
63 Tahun 2006 Teknisi Penerbangan
64 Tahun 2006 Penguji Mutu Barang dan Penera
65 Tahun 2010 Pranata Laboratorium Pendidikan
12
E. Daftar Golongan dan Pangkat Pegawai Negeri Sipil di
Indonesia
Golongan Pangkat
i/a Juru Muda
i/b Juru Muda Tingkat I
i/c Juru
i/d Juru Tingkat I
Ii/a Pengatur Muda
Ii/b Pengatur Muda Tingkat I
Ii/c Pengatur
Ii/d Pengatur Tingkat I
Iii/a Penata Muda
Iii/b Penata Muda Tingkat I
Iii/c Penata
Iii/d Penata Tingkat I
Iv/a Pembina
Iv/b Pembina Utama Muda
Iv/c Pembina Utama Madya
Iv/d Pembina Utama
13
masyarakat dengan dilandasi kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila,
Undang-Undang Dasar 1945, Negara, dan Pemerintah.
14
Negeri Sipil”. Susunan kata-kata sumpah/janji Pegawai Negeri Sipil
adalah sebagai berikut.
4
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1975 tentang Sumpah/Janji
Pegawai Negeri Sipil.
15
berwenang menurut agama atau kepercayaannya terhadan Tuhan Yang
Maha Esa.
Bahwa saya, untuk diangkat dalam jabatan ini, baik langsung maupun
tidak langsung, dengan rupa atau dalih apapun juga, tidak memberi
atau menyanggupi akan memberi 4 sesuatu kepada siapapunjuga;
Bahwa saya akan setia dan taat kepada Negara Republik Indonesia;
16
1. diawali dengan ucapan "Demi Allah" untuk penganut agama
Islam;
2. diakhiri dengan ucapan "Semoga Tuhan menolong saya",
untuk penganut agama Kristen Protestan/Katolik;
3. diawali dengan ucapan "Om Atah Parama Wisesa", untuk
penganut agama Hindu;
4. diawali dengan ucapan "Demi Sang Hyang Adi Budha", untuk
penganut agama Budha.
17
pejabat yang mengambil sumpah/janji, Pegawai Negeri Sipil yang
mengangkat sumpah/janji dan saksi-saksi. Pengambilan sumpah dapat
dilakukan secara perorangan dan dapat pula dilakukan secara
bersama-sama (2 orang atau lebih).5
2.4.3. Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil
5
Republik Indonesia, Surat Edaran Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 14/SE/1975,
tentang Petunjuk Pengambilan Sumpah/Janji Pegawai Negeri Sipil.
18
3. Menumbuhkan dan meningkatkan semangat, kesadaran, dan
wawasan kebangsaan Pegawai Negeri Sipil sehingga dapat
menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
19
D. Etika Bernegara
Kode Etik Pegawai Negeri Sipil Dalam pelaksanaan
tugas kedinasan dan kehidupan sehari-hari setiap Pegawai
Negeri Sipil wajib bersikap dan berpedoman pada etika dalam
bernegara, dalam penyelenggaraan pemerintahan dalam
berorganisasi, dalam bermasyarakat, serta terhadap diri sendiri
dan sesama Pegawai Negeri Sipil. Etika bernegara meliputi :
20
5. menjalin kerjasama secara kooperatif dengan unit kerja lain
yang terkait dalam rangka pencapaian tujuan;
6. memiliki kompetensi dalam pelaksanaan tugas;
7. patuh dan taat terhadap standar operasional dan tata kerja;
8. mengembangkan pemikiran secara kreatif dan inovatif
dalam rangka peningkatan kineri organisasi;
9. berorientasi pada upaya peningkatan kualitas kerja.
21
H. Etika terhadap sesama Pegawai Negeri Sipil :
1. saling menghormati sesama warga negara yang memeluk
agama/kepercayaan yang berlainan;
2. memelihara rasa persatuan dan kesatuan sesama Pegawai
Negeri Sipil;
3. saling menghormati antara teman sejawat baik secara
vertikal maupun horisontal dalam suatu unit kerja, instansi,
maupun di luar instansi;
4. menghargai perbedaan pendapat;
5. menjunjung tinggi harkat dan martabat Pegawai Negeri
Sipil;
6. menjaga dan menjalin kerja sama yang kooperatif sesama
Pegawai Negeri Sipil;
7. berhimpun dalam satu wadah Korps Pegawai Republik
Indonesia yang menjamin terwujudnya solidaritas dan
soliditas semua Pegawai Negeri Sipil dalam
memperjuangkan hak-haknya.6
22
Pernyataan sanksi pelanggaran kode etik disampaikan secara
terbuka melalui forum-forum pertemuan resmi Pegawai Negeri Sipl,
upacara bendera, media masa, dan forum lainnya yang dipandang
sesuai untuk itu.
23
BAB III
PEMBAHASAN
Pembinaan Jiwa korps dan kode etik PNS dalam Penjelasan umum
PP No.42 Tahun 2004, dinyatakan bahwa kelancaran tugas umum
pemerintahan dan pembangunan nasional sangat dipengaruhi oleh
kesempurnaan pengabdian unsur aparatur negara. PNS sebagai unsur
aparatur negara, abdi masyarakat bertugas memberikan pelayanan terbaik,
adil dan merata serta tidak diskriminatif. Untuk menjamin tercapainya
tujuan pembangunan nasional, menjaga persatuan kesatuan bangsa,
profesional dan bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas, setia dan
taat kepada Pancasila dan UUD 1945, negara dan pemerintah Indonesia,
maka ditetapkan PP No. 42 Tahun 2004 tentang pembinaan Jiwa Korps
dan kode etik PNS. Agar PNS mampu melaksanakan tugasnya
sebagaimana tersebut diatas secara berdaya guna, berhasil guna,
diperlukan pembinaan jiwa korps secara terus menerus dan
berkesinambungan. Pembinaan jiwa korps akan berhasil dengan baik
apabila diikuti dengan pelaksanaan dan penerapan kode etik dalam
kehidupan seharí-hari.
24
b. Kode Etik Pegawai Negeri Sipil (Pasal 1 ayat 2) adalah pedoman
sikap, tingkah laku, dan perbuatan Pegawai Negeri Sipil di dalam
melaksanakan tugaasnya dan pergaulan hidup sehari-hari.
25
bagaimana penerapan etika dalam berorganisasi dan strateginya (terutama
dalam kaitan dengan persepsi tingkat awareness PNS). Tujuan kajian
untuk mengetahui, menganalisis dan memberikan rekomendasi penerapan
etika dalam berorganisasi. Acuan yang dijadikan dasar untuk melihat
penerapan etika dalam berorganisasi adalah dimensi-dimensi sebagaimana
tertuang dalam PP Nomor 42/2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan
Kode Etik Pegawai Negeri Sipil (PNS), yang meliputi: dimensi (1)
melaksanakan tugas dan wewenang sesuai ketentuan yang berlaku; (2)
menjaga informasi yang bersifat rahasia; (3) melaksanakan setiap
kebijakan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang; (4) membangun
etos kerja untuk meningkatkan kinerja organisasi; (5) menjalin kerjasama
secara kooperatif dengan unti kerja lain yang terkait dalam rangka
pencapaian tujuan; (6) memiliki kompetensi dalam rangka pelaksanaan
tugas; (7) mematuhi dan mentaati terhadap standard opersional dan tat
kerja; (8) mengembangkan pemikiran secara kreatif dan inovatif dalam
rangka peningkatan kinreja organisasi; dan (9) dan berorientasi pada upaya
peningkatan kualitas kerja.7
7
http://bantur.malangkab.go.id/?page_id=4855; Kajian Penerapan Nilai-Nilai Etika Aparatur
dalam Membangun Budaya Kerja (Etika dalam Berorganisasi).
26
bersalah dikenai hukuman mulai dari teguran, pemberhentian dengan tidak
hormat sebagai PNS, denda, hingga masuk Bui (Penjara).
27
Terkait kasus ini, Menteri Keuangan Agus Martowardojo
mengkritisi sistem disiplin pegawai negeri sipil (PNS). Menurutnya, kasus
Pragono melibatkan pihak internal lembaga tersebut.8
Dari kasus diatas, dapat dilihat bahwa pada tahun ini masih saja
ada pelanggaran terhadap kode etik PNS yang dilakukan dengan sengaja
oleh beberapa PNS yang bertugas. Mereka yang melakukan pelanggaran
diatas secara langsung juga telah melanggar sumpah mereka pada saat
dikukuhkan menjadi PNS baik jabatan maupun moral. Lalu, mengapa hal
ini dapat terjadi? Dari hasil kajian atas 407 PNS melalui kuesioner dari
sampel 6 (enam) daerah propinsi sebagai berikut: (1) Sumatera Utara; (2)
Lampung; (3) Jawa Timur; (4) Kalimantan Tiur; (5) Sulawesi Selatan; dan
(6) Gorontalo Kode etik PNS yang dituangkan dalam PP No.42/2004
tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik PNS yang menjadi aturan
formal yang belum sepenuhmya secara mendalam dipahami oleh PNS.
Salah satu sebab adalah tidak banyak PNS yang mengetahui dan
membaca mengenai peraturan ini akibat kurangnya sosialisasi yang
dilakukan pemerintah terkait dengan kebijakan ini. Namun demikian,
acuan baku yang paling dikenal oleh PNS terkait dengan disiplin adalah
PP No. 30/1980 tentang Peraturan disiplin PNS. Tingkat awareness PNS
tertinggi terhadap etika berorganisasi adalah pada tingkat dimensi etis
“berorientasi pada upaya peningkatan kualitas kerja” dan dimensi etis
“menjalin kerjasama secara kooperatif dengan unit kerja lain terkait”.
Terlihat betul pada hasil temuan ini bahwa pada dasarnya PNS memiliki
niat untuk berkinerja. Namun demikian niat ini tampaknya tidak akan
muncul ke permukaan manakala tidak ada motivasi yang akan mendorong
8
http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/13/04/19/mlhn99-sepanjang-2013-ada-55-
kasus-pelanggaran-oleh-pegawai-pajak; dikutip : 12 November 2013, jam 09.39.
28
mereka untuk mengoptimalkan kemampuannya. Dalam hal lain, PNS juga
menyadari pentingnya kerjasama yang kooperatif dengan unit lain terkait.
29
dengan deskripsi tugasnya, tetapi juga melindungi mereka dari berbagai
kemungkinan kesalahan prosedur; penerapan uraian tugas yang jelas
dikaitkan dengan penilain kinerja dan sistem penggajian; pengembangan
budaya organisasi yang merujuk kepada pelaksanaan tugas dan
kewenangan yang etis dan berorientasi kepada akuntabilitas; dan
pengembangan kompetensi pegawai sesuai dengan uraian tugas yang
dibebankan kepadanya. Untuk menjamin etika berorganisasi dapat
diterapkan dengan baik, perlu dibentuk semacam Komisi Etika pada level
instansional, level daerah, dan level pusat. Pada setiap level, komisi
melakukan investigasi dan pemberian rekomendasi bagi sanksi yang
diberikan oleh pimpinan kepada pegawai yang melakukan pelanggaran
etika. Untuk mendukung Komisi Etika, maka komisi ini perlu dilengkapi
dengan instrumen yang digunakan untuk melakukan ethics audit.
30
• Pendidikan dan Pelatihan Fungsional bagi PNS yang dipersiapkan
untuk menduduki jabatan fungsional;
• Pendidikan dan Pelatihan Teknis, untuk memenuhi kebutuhan
keahlian para PNS di bidang teknis tertentu;
31
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
32
Keberhasilan untuk melakukan penerapan upaya-upaya yang diatas
agar dapat dijalankan dan dilakukan dengan baik, dibutuhkan peran serta
dari aparat pemerintahan itu sendiri menjadi faktor penting dalam
menjalankan upaya-upaya diatas.
4.2 Saran
33
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps Dan
Kode Etik Pegawai Negeri Sipil.
34
Dalam kehidupan manusia sejak dahulu sampai sekarang nilai mempunyai peranan yang amat
penting. Bahkan dapat dikatakan bahwa pada dasarnya seluruh kehidupan manusia itu berkisar pada
usaha-usaha menciptakan, memperjuangkan, dan mempertahankan suatu atau berbagai nilai, dari
nilai biasa dalam urusan sehari-hari sampai nilai yang bersifat luhur dari hal-hal yang dianggap sangat
penting.
Dalam bidang etika yang tradisional, nilai mempunyai makna yang sepadan dengan pengertian baik
dan buruk. Secara psikologis nilai, antara lain dapat berarti kepuasan atau kenikmatan. Dari konsepsi
sosial nilai merupakan objek dari cita atau tujuan yang disepakati masyarakat bersama. Menurut
konsepsi yang bercorak metafisis, nilai terdapat dalam kekonkretan keberadaan yang nyata. Konsepsi
religius mengaitkan nilai dengan kepercayaan pada keselamatan.
Keluhuran merupakan perwujudan dari nilai kepercayaan. Bagi seseorang yang memiliki suatu
kepercayaan maka sesuatu yang dianggap luhur pastilah merupakan kebaikan yang dikejar dan
sekaligus diyakini sebagai suatu kebenaran. Dilihat dari segi seseorang yang melakukan perbuatan dan
memiliki pengetahuan dalam kehidupan masyarakat maka perbuatan semesta yang melahirkan nilai
kepercayaan adalah perbuatan individual yang ditunjukkan pada setiap orang lain dengan tujuan
menjadi pengetahuan intelektual yang berlandaskan akal.
Kebaikan merupakan perwujudan dari nilai etis Kebaikan berupa perbuatan individual yang
ditunjukkan pada setiap orang lain merupakan suatu hal yang dianggap luhur dan sekaligus dianggap
indah sehingga diulang-ulang melakukannya untuk melangsungkan terus rasa senang yang diperoleh.
Dilihat dari segi seseorang yang berbuat baik dalam masyarakat maka perbuatan individual yang
melahirkan nilai etis adalah perbuatan yang ingin diulang-ulang sehingga menjadi perbuatan semesta
bagi semua orang dengan menimbulkan rasa keindahan seperti halnya pengetahuan indrawi.
Kebenaran merupakan perwujudan dari nilai ilmiah. Kebenaran yang berasal dari pengetahuan
intelektual merupakan keindahan yang menyenangkan dan dengan demikian perlu ditingkatkan
menjadi suatu hal yang luhur dan patut dimiliki oleh semua orang. Dilihat dari segi seseorang yang
memiliki pengetahuan dalam kehidupan masyarakat maka pengetahuan intelektual sesungguhnya
pada tahap awalnya bermula dari indra manusia untuk selanjutnya dikembangkan dengan perbuatan
semesta agar bersifat langgeng.
Keindahan merupakan perwujudan dari nilai estetis. Keindahan yang bermula pada pengetahuan
indrawi merupakan suatu kebenaran bagi yang dapat menikmatinya dan sekaligus juga suatu hal yang
baik sehingga ingin dinikmati terus. Dilihat dari segi seseorang yang memiliki pengetahuan dalam
kehidupan masyarakat maka pengetahuan indrawi diharapkan dapat dipahami oleh pengetahuan
intelektual untuk menjadi perbuatan individual yang melahirkan kebaikan.
Dalam menjalani kehidupan, seseorang harus memedulikan beberapa norma yang berlaku perihal hak
dan kewajiban seseorang terhadap orang lain agar tercipta suatu kebahagiaan hidup.
Seseorang tak pernah luput dari interaksi di setiap waktunya. Entah bersama teman, keluarga, rekan
kerja, dan sebagainya baik di kehidupan nyata maupun dunia maya (jejaring sosial). Interaksi yang
berjalan itu harus mengindahkan beberapa asas atau norma supaya terjalin hubungan yang
berkualitas. Asas-asas itu antara lain keutuhan watak, keadilan, dan kesusilaan
Pertama-tama mari kita bahas apa yang dimaksud dengan asas keutuhan. Apa yang dimaksud
dengan keutuhan watak? Mungkin Anda telah mengenal istilah integritas yang berasal dari bahasa
Latin. Istilah inilah yang dalam bahasa Indonesia dan selanjutnya digunakan dalam modul ini yaitu
keutuhan watak. Keutuhan watak pada dasarnya adalah ciri kualitas dari watak seseorang yang
bersifat utuh, lengkap atau sempurna.
Keutuhan watak adalah kesempurnaan akhlak pribadi dari seseorang dalam menjalani hidupnya dan
melaksanakan pekerjaan serta mencakup tiga kebajikan utama dalam kehidupan berupa kejujuran
(hasrat untuk bertindak lurus tanpa menyimpang dari norma kebenaran), kesetiaan (kesadaran untuk
setulusnya patuh pada tujuan bangsa, konstitusi negara, peraturan perundangan, badan instansi,
tugas jabatan, dan pihak atasan demi tercapainya cita-cita bersama yang ditetapkan), dan pengabdian
(hasrat untuk menjalankan tugas dengan sepenuh tenaga, semangat, dan perhatian tanpa pamrih
pribadi).
The Liang Gie (2003), memberikan batasan bahwa keutuhan watak adalah kesempurnaan akhlak
pribadi dari seseorang dalam menjalani hidupnya dan melaksanakan pekerjaannya. Keutuhan watak
ini mencakup 3 kebajikan utama dalam kehidupan manusia berupa 1) kejujuran; 2) kesetiaan, dan 3)
pengabdian.
Secara tidak langsung keutuhan watak akan menunjukkan tingkah laku daripada seseorang, baik dari
sisi kejujuran, kesetiaan dan pengabdian. Bahkan tak seorang pun memiliki keutuhan watak karena
tidak mampu menggunakan keutuhan watak atau memang tidak mau berlaku demikian
Asas luhur ke-2 dalam kehidupan manusia yang harus dianut dan dijalankan oleh setiap orang dalam
hidupnya maupun pekerjaannya ialah keadilan. Keadilan mempunyai suatu kedudukan yang
istimewa dalam peradaban manusia karena menjadi salah satu dari ide agung dalam perkembangan
pemikiran manusia.
Asas keadilan adalah salah satu ide agung dalam sejarah peradaban manusia karena bersifat pokok
dan sangat perlu bagi pemahaman terhadap manusia itu sendiri, masyarakatnya, dan dunianya.
Definisi keadilan yang tertua telah dirumuskan oleh para ahli hukum pada zaman Romawi dalam
bahasa Latin yang berbunyi demikian: “Justitia est constans et perpetua voluntas jus suum cuique
tribuendi” mengartikan bahwa kemampuan yang tetap dan kekal untuk memberikan kepada setiap
orang apa yang semestinya (jaminan agar hak-hak setiap orang tidak dilanggar oleh siapa pun dan
perlakuan yang sama terhadap setiap orang sesuai dengan kemampuan atau jasanya).
Asas keadilan tepat sekali dijadikan suatu landasan dari etika administrasi pemerintahan karena dalam
suatu negara yang baik pada umumnya dituntut adanya pemerintahan yang adil, hukum yang adil,
pajak yang adil, kehidupan masyarakat yang adil, pemerataan sumber kemakmuran yang adil, dan
berbagai tata tertib lainnya yang serba adil semuanya. Dari asas keadilan itu dapat diperkembangkan
berbagai asas dan ajaran tentang kelakuan yang baik bagi para administrator pemerintahan yang
fungsinya mengabdi kepada rakyat.
Konsepsi keadilan sebagai suatu ide mempunyai banyak makna dan definisi. Makna keadilan
menunjuk pada arti atau maksud yang melekat pada istilah keadilan, seperti kepantasan, kelayakan,
persamaan perlakuan, sikap tidak memihak, perlakuan tepat atau kelurusan.
Selanjutnya, para ahli juga mengemukakan berbagai ragam keadilan, yaitu keadilan pembagian,
keadilan penggantian, keadilan timbal balik, keadilan prosedural, dan keadilan kontributif.
Pengertian "apa yang semestinya" bagi setiap orang mempunyai 2 bentuk penerapan umum berupa:
Asas luhur ke-3 dalam kehidupan manusia yang harus dianut dan dijalankan oleh setiap orang dalam
hidupnya maupun pekerjaannya ialah kesusilaan. Kesusilaan adalah kebajikan pribadi dalam diri
seseorang yang senantiasa berusaha mempunyai akhlak yang baik dan menunjukkan kelakuan yang
benar.
Agar pemahaman Anda mengenai asas kesusilaan ini lebih dalam, mari kita bahas terlebih dahulu arti
kesusilaan. Istilah kesusilaan merupakan terjemahan dalam bahasa Inggris dari kata morality. Dalam
Webster’s New Twentieth Century Dictionary of the English Language Unabridged, Second Edition
(1979), morality diberi arti sebagai “the character of being in accord with the principles or standards
of right conduct, right conduct, often, specifically, virtue in sexual conduct" (sifat yang cocok dengan
asas-asas atau ukuran-ukuran baku tentang kelakuan yang benar, kelakuan benar, sering kali, secara
khusus, kebajikan dalam kelakuan seksual). Jadi, secara singkat morality dalam bahasa Inggris berarti
kelakuan yang benar.
Asas kesusilaan berarti suatu asas yang menunjukkan kebajikan pribadi dalam diri seseorang yang
senantiasa berusaha mempunyai akhlak yang baik dan menunjukkan kelakuan yang benar, sehingga
setiap anggota masyarakat harus bersungguh-sungguh berusaha mempunyai kesusilaan dalam dirinya
dan melaksanakan dalam hidupnya sehingga masyarakat menjadi hidup aman, damai, dan tenteram.
Seseorang yang mengusahakan perilakunya tetap baik dan benar adalah seseorang yang bersusila.
Orang yang memiliki pikiran baik dan bertindak ajeg di jalan yang benar, artinya seseorang tersebut
akan selalu mengontrol tindakannya agar tidak salah dan melanggar aturan atau norma yang berlaku.
Sehingga orang yang memegang kuat asas kesusilaan akan senantiasa berlaku baik dan mengarah
kebaikan hidup dan tindakan.
Jika seorang administrator pemerintahan memiliki ketiga sikap luhur tersebut, maka menjadikan suatu
tugas administrator berjalan nyaman dan memberikan pelayanan kepada masyarakat secara prima
dan optimal, maka tak akan lagi terdengar masalah pelayanan buruk, administrator pemerintah yang
judes atau tak peduli hingga calo-calo yang bertebaran.
Jadi, ketiga asas luhur kehidupan tersebut amat penting peranannya bagi administrator pemerintahan
sebab menghasilkan suatu pelayanan yang prima dan optimal, sehingga seluruh masyarakat akan
menerima layanan pemerintah dan dipastikan sejahtera.
Bila tidak maka sebaliknya, masyarakat akan terlantar dalam pelayanan publik, tujuan negara tak
tercapai hingga konflik dari berbagai masyarakat untuk menolak pemerintah.
Referensi
Gie, The Liang. Djohermansyah Djohan. Milwan. 2019. Etika Administrasi Pemerintahan. Tangerang
Selatan: Penerbit Universitas Terbuka.