Anda di halaman 1dari 13

KODE ETIK PROFESI DI INDONESIA

Nama : Heriyansyah
Kelas : 3B Manufaktur
Nim : 44321029

TEKNIK MESIN

PROGRAM STUDI D4 MANUFAKTUR

POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

T.A 2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan

makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin saya tidak

akan sanggup menyelesaikan dengan baik.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui tentang kode etik profesi,di

sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh saya

dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri saya maupun yang datang

dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan

akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada

pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. saya mohon

untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.


BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG MASALAH

Kode etik untuk sebuah profesi adalah sumpah jabatan yang juga diucapkan oleh para
pejabat Negara. Kode etik dan sumpah adalah janji yang harus dipegang teguh. Artinya, tidak
ada toleransi terhadap siapa pun yang melanggarnya. Benar adanya, dibutuhkan sanksi keras
terhadap pelanggar sumpah dan kode etik profesi. Bahkan, apabila memenuhi unsur adanya
tindakan pidana atau perdata, selayaknya para pelanggar sumpah dan kode etik itu harus diseret
ke pengadilan.Kita memang harus memiliki keberanian untuk lebih bersikap tegas terhadap
penyalahgunaan profesi di bidang apa pun. Kita pun tidak boleh bersikap diskrimatif dan
tebang pilih dalam menegakkan hukum di Indonesia. Kode etik dan sumpah jabatan harus
ditegakkan dengan sungguh-sungguh. Profesi apa pun sesungguhnya tidak memiliki kekebalan
di bidang hukum. Penyalahgunaan profesi dengan berlindung di balik kode etik profesi harus
diberantas. Kita harus mengakhiri praktik-praktik curang dan penuh manipulatif dari sebagian
elite masyarakat. Ini penting dilakukan, kalau Indonesia ingin menjadi sebuah Negara dan
Bangsa yang bermartabat.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dapat diambil rumusan masalah
sebagai berikut:

1. Apa pengertian kode etik profesi?


2. Apa fungsi dan tujuan dari kode etik profesi itu?
3. Apa isi dari kode etik profesi itu?

C. Tujuan

Tujuan yang diharapkan dari adanya makalah ini adalah:

1. Mengetahui pengertian kode etik profesi

2. Untuk mengetahui fungsi dan tujuan dari kode etik profesi

3. Untuk mengetahui mengetahui isi dari kode etik profesi


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika, Profesi, Profesionalisme dan Kode Etik Profesi

a. Pengertian etika
Dari asal usul kata, Etika berasal dari bahasa Yunani “ethos” yang bearti adat
istiadat/ kebiasaan yang baik. Etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk,
tentang hak dan kewajiban moral. Etika juga dapat diartikan sebagai kumpulan asas /
nilai yang berkenaan dengan akhlak, nilai yang mengenai yang benar dan salah yang
dianut masyarakat.

b. Pengertian Profesi
Profesi berasal dari bahasa latin “Proffesio” yang mempunyai dua pengertian
yaitu janji/ikrar dan pekerjaan. Profesi berarti kegiatan yang dijalankan berdasarkan
keahlian tertentu dan sekaligus dituntut dari padanya pelaksanaan norma-norma sosial
dengan baik. Profesi merupakan kelompok lapangan kerja yang khusus melaksanakan
kegiatan yang memerlukan ketrampilan dan keahlian tinggi guna memenuhi kebutuhan
yang rumit dari manusia, di dalamnya pemakaian dengan cara yang benar akan
ketrampilan dan keahlian tinggi, hanya dapat dicapai dengan dimilikinya penguasaan
pengetahuan dengan ruang lingkup yang luas, mencakup sifat manusia, kecenderungan
sejarah dan lingkungan hidupnya serta adanya disiplin etika yang dikembangkan dan
diterapkan oleh kelompok anggota yang menyandang profesi tersebut.

c. Pengertian Profesionalisme
Profesionalisme adalah suatu kemampuan yang dianggap berbeda dalam
menjalankan suatu pekerjaan . Profesionalisme dapat diartikan juga dengan suatu
keahlian dalam penanganan suatu masalah atau pekerjaan dengan hasil yang maksimal
dikarenakan telah menguasai bidang yang dijalankan tersebut.

Ciri-ciri profesionalisme:

• Punya ketrampilan yang tinggi dalam suatu bidang serta kemahiran dalam
menggunakan peralatan tertentu yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas yang
bersangkutan dengan bidang tadi.
• Punya ilmu dan pengalaman serta kecerdasan dalam menganalisis suatu masalah dan
peka di dalam membaca situasi cepat dan tepat serta cermat dalam mengambil
keputusan terbaik atas dasar kepekaan.
• Punya sikap berorientasi ke depan sehingga punya kemampuan mengantisipasi
perkembangan lingkungan yang terbentang di hadapannya.

d. Punya sikap mandiri berdasarkan keyakinan akan kemampuan pribadi serta terbuka
menyimak dan menghargai pendapat orang lain, namun cermat dalam memilih yang
terbaik bagi diri dan perkembangan pribadinya.
Pengertian etika profesi

Etika profesi menurut keiser dalam ( Suhrawardi Lubis, 1994:6-7 ) adalah sikap hidup
berupa keadilan untuk memberikan pelayanan professional terhadap masyarakat
dengan penuh ketertiban dan keahlian sebagai pelayanan dalam rangka melaksanakan
tugas berupa kewajiban terhadap masyarakat.

e. Pengertian Kode Etik Profesi


Kamus besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988,
mendefinisikan etik sebagai (1) kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan
akhlak; (2) nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau
masyarakat sedangkan etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk
dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak).

Kode etik adalah sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang secara tegas
menyatakan apa yang benar dan baik dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi profesional.
Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan apa yang harus
dilakukan dan apa yang harus dihindari.

Kode Etik juga dapat diartikan sebagai pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam
melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Kode etik merupakan pola aturan atau tata cara
sebagai pedoman berperilaku. Tujuan kode etik agar profesional memberikan jasa sebaik-
baiknya kepada pemakai atau nasabahnya.

Dalam kaitannya dengan profesi, bahwa kode etik merupakan tata cara atau aturan yang
menjadi standart kegiatan anggota suatu profesi. Suatu kode etik menggambarkan nilai-nilai
professional suatu profesi yang diterjemahkan kedalam standart perilaku anggotanya. Nilai
professional paling utama adalah keinginan untuk memberikan pengabdian kepada masyarakat.

Ketaatan tenaga profesional terhadap kode etik merupakan ketaatan naluriah yang telah
bersatu dengan pikiran, jiwa dan perilaku tenaga profesional. Jadi ketaatan itu terbentuk dari
masing-masing orang bukan karena paksaan. Dengan demikian tenaga profesional merasa bila
dia melanggar kode etiknya sendiri maka profesinya akan rusak dan yang rugi adalah dia
sendiri.

Kode etik bukan merupakan kode yang kaku karena akibat perkembangan zaman maka
kode etik mungkin menjadi usang atau sudah tidak sesuai dengan tuntutan zaman. Misalnya
kode etik tentang euthanasia (mati atas kehendak sendiri), dahulu belum tercantum dalam kode
etik kedokteran kini sudah dicantumkan.

Kode etik disusun oleh organisasi profesi sehingga masing-masing profesi memiliki
kode etik tersendiri. Misalnya kode etik dokter, guru, pustakawan, pengacara, Pelanggaran kde
etik tidak diadili oleh pengadilan karena melanggar kode etik tidak selalu berarti melanggar
hukum. Sebagai contoh untuk Ikatan Dokter Indonesia terdapat Kode Etik Kedokteran. Bila
seorang dokter dianggap melanggar kode etik tersebut, maka dia akan diperiksa oleh Majelis
Kode Etik Kedokteran Indonesia, bukannya oleh pengadilan.

Tujuan kode etik agar profesional memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai
atau nasabahnya. Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak profesional.

Nilai professional dapat disebut juga dengan istilah asas etis.(Chung, 1981
mengemukakan empat asas etis, yaitu :

(1). Menghargai harkat dan martabat

(2). Peduli dan bertanggung jawab

(3). Integritas dalam hubungan

(4). Tanggung jawab terhadap masyarakat.

Kode etik dijadikan standart aktvitas anggota profesi, kode etik tersebut sekaligus
sebagai pedoman (guidelines). Masyarakat pun menjadikan sebagai perdoman dengan tujuan
mengantisipasi terjadinya bias interaksi antara anggota profesi. Bias interaksi merupakan
monopoli profesi, yaitu memanfaatkan kekuasan dan hak-hak istimewa yang melindungi
kepentingan pribadi yang betentangan dengan masyarakat. Oteng/ Sutisna (1986: 364)
mendefisikan bahwa kode etik sebagai pedoman yang memaksa perilaku etis anggota profesi.

Konvensi nasional IPBI ke-1 mendefinisikan kode etik sebagai pola ketentuan, aturan,
tata cara yang menjadi pedoman dalam menjalankan aktifitas maupun tugas suatu profesi.
Bahsannya setiap orang harus menjalankan serta menjiwai akan Pola, Ketentuan, aturan karena
pada dasarnya suatu tindakan yang tidak menggunakan kode etik akan berhadapan dengan
sanksi.

Berikut ini adalah contoh kode etik yang biasanya berlaku pada perusahaan-perusahaan
yaitu :

1. Jam masuk kerja jam 08.00 dan dispensasi keterlambatan hanya 5 menit.
2. Tidak boleh bermain game di kantor.
3. Harus lapor kepada atasan masing-masing departement jika ingin ijin keluar kantor.
4. Barang-barang pesanan dikeluarkan oleh bagian gudang.
5. Penggunaan internet hanya untuk urusan pekerjaan.
6. Setiap karyawan tidak boleh sembarangan membuka file karyawan lain.

Contoh kode etik guru : Guru memiliki kewajiban untuk membimbing anak didik seutuhnya
dengan tujuan membentuk manusia pembangunan yang pancasila”. Inilah bunyi kode etik guru
yang perrtama dengan istilah “bebakti membimbing” yang artinya mengabdi tanpa pamrih dan
tidak pandang bulu dengan membantu (tanpa paksaan, manusiawi). Istilah seutuhnya lahir
batin, secara fisik dan psikis. Jadi guru harus berupaya dalam membentuk manusia
pembangunan pancasila harus seutuhnya tanpa pamrih.

B. FUNGSI KODE ETIK

Tujuan diterapkannya Kode Etik Profesi :

Pada dasarnya kode etik memiliki fungsi ganda yaitu sebagai perlindungan dan
pengembangan bagi profesi. Fungsi seperti itu sama seperti apa yang dikemukakan Gibson
dan Michel yang lebih mementingkan pada kode etik sebagai pedoman pelaksanaan tugas
prosefional dan pedoman bagi masyarakat sebagai seorang professional.

Biggs dan Blocher mengemukakan tiga fungsi kode etik yaitu :


1. Melindungi suatu profesi dari campur tangan pemerintah.

2. Mencegah terjadinya pertentangan internal dalam suatu profesi.

3. Melindungi para praktisi dari kesalahan praktik suatu profesi.

Ada tiga hal pokok yang merupakan fungsi dari kode etik profesi:
1. Kode etik profesi memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip
profesionalitas yang digariskan.Maksudnya bahwa dengan kode etik profesi, pelaksana
profesi mampu mengetahui suatu hal yang boleh dia lakukan dan yang tidak boleh
dilakukan.
2. Kode etik profesi merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang
bersangkutan.Maksudnya bahwa etika profesi dapat memberikan suatu pengetahuan
kepada masyaraka tagar juga dapat memahami arti pentingnya suatu profesi, sehingga
memungkinkan pengontrolan terhadap para pelaksana dilapangan kerja(kalanggan social).

3. Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak diluar organisasi profesi tentang
hubungan etika dalam keanggotaan profesi. Arti tersebut dapat dijelaskan bahwa para
pelaksana profesi pada suatu instansi atau perusahaan yang lain tidak boleh
mencampuri pelaksanaan profesi dilain instansi atau perusahaan.

Tujuan dari kode etik :


1. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi.
2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota.
3. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
4. Untuk meningkatkan mutu profesi.
5. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.
6. Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi.
7. Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
8. Menentukan baku standarnya sendiri.

C. SANKSI PELANGGARAN KODE ETIK


a. Sanksi moral
b. Sanksi dikeluarkan dari organisasi
Kasus-kasus pelanggaran kode etik akan ditindak dan dinilai oleh suatu dewan
kehormatan atau komisi yang dibentuk khusus untuk itu. Karena tujuannya adalah
mencegah terjadinya perilaku yang tidak etis, seringkali kode etik juga berisikan
ketentuan-ketentuan profesional, seperti kewajiban melapor jika ketahuan teman sejawat
melanggar kode etik. Ketentuan itu merupakan akibat logis dari self regulation yang
terwujud dalam kode etik; seperti kode itu berasal dari niat profesi mengatur dirinya
sendiri, demikian juga diharapkan kesediaan profesi untuk menjalankan kontrol terhadap
pelanggar. Namun demikian, dalam praktek sehari-hari control ini tidak berjalan dengan
mulus karena rasa solidaritas tertanam kuat dalam anggotaanggota profesi, seorang
profesional mudah merasa segan melaporkan teman sejawat yang melakukan pelanggaran.
Tetapi dengan perilaku semacam itu solidaritas antar kolega ditempatkan di atas kode etik
profesi dan dengan demikian maka kode etik profesi itu tidak tercapai, karena tujuan yang
sebenarnya adalah menempatkan etika profesi di atas pertimbangan-pertimbangan lain.
Lebih lanjut masing-masing pelaksana profesi harus memahami betul tujuan kode etik
profesi baru kemudian dapat melaksanakannya.

D. BEBERAPA ISI KODE ETIK PROFESI

a. Kode etik seorang profesional teknologi informasi (IT)


Dalam lingkup TI, kode etik profesinya memuat kajian ilmiah mengenai prinsip
atau norma-norma dalam kaitan dengan hubunganan taraprofessional atau developer
TI dengan klien, antara para professional sendiri, antara organisasi profesi serta
organisasi profesi dengan pemerintah. Salah satu bentuk hubungan seorang
profesional dengan klien(penggunajasa) misalnya pembuatan sebuah program
aplikasi.

Seorang profesional tidak dapat membuat program semaunya, ada beberapa hal
yang harus di perhatikan seperti untuk apa program tersebut nantinya digunakan oleh
kliennya atau user; ia dapat menjamin keamanan(security) sistem kerja program
aplikasi tersebut daripihak-pihak yang dapat mengacaukan sistem kerjanya(misalnya:
hacker, cracker, dll).

b. Kode Etik Profesi Informatikawan

1. Kode etik profesi Informatikawan merupakan bagian dari etika profesi.

2. Kode etik profesi merupakan lanjutan dari norma-norma yang lebih umum yang
telah dibahas dan di rumuskan dalam etika profesi.
3. Kode etik ini lebih memperjelas, mempertegas dan merinci norma-norma kebentuk
yang lebih sempurna walaupun sebenarnya norma-norma terebut sudah tersirat
dalam etika profesi.

4. Tujuan utama dari kode etik adalah memberi pelayanan khusus dalam masyarakat
tanpa mementingkan kepentingan pribadi atau kelompok.

E. CONTOH KASUS PELANGGARAN KASUS KODE ETIK PERUSAHAAN

1. PENGERTIAN PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI

Pelanggaran kode etik profesi adalah penyelewengan/ penyimpangan terhadap norma


yang ditetapkan dan diterima oleh sekelompok profesi, yang mengarahkan atau memberi
petunjuk kepada anggotanya bagaimana seharusnya berbuat dan sekaligus menjamin mutu
profesi itu dimata masyarakat.

2. PENYEBAB PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI

• tidak berjalannya kontrol dan pengawasan dari masyarakat


• organisasi profesi tidak di lengkapi dengan sarana dan mekanisme bagi masyarakat
untuk menyampaikan keluhan
• rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai substansi kode etik profesi, karena
buruknya pelayanan sosialisasi dari pihak profesi sendiri
• belum terbentuknya kultur dan kesadaran dari para pengemban profesi untuk menjaga
martabat luhur profesinya
• tidak adanya kesadaran etis da moralitas diantara para pengemban profesi untuk
menjaga martabat luhur profesinya

3. UPAYA YANG MUNGKIN DILAKUKAN

Adapun upaya yang diharapkan untuk menghindari pelanggaran kode etik salah satunya
bagi para pengguna internet adalah:

• Menghindari dan tidak mempublikasi informasi yang secara langsung berkaitan dengan
masalah pornografi dan nudisme dalam segala bentuk.
• Menghindari dan tidak mempublikasi informasi yang memiliki tendensi menyinggung
secara langsung dan negative masalah suku, agama dan ras(SARA), termasuk di
dalamnya usaha penghinaan, pelecehan, pendiskreditan, penyiksaan serta segala bentuk
pelanggaran hak atas perseorangan, kelompok/ lembaga/ institusi lain.
• Menghindari dan tidak mempublikasikan informasi yang berisi Instruksi untuk
melakukan perbuatan melawan hukum(illegal) positif di Indonesia dan ketentuan
internasional umumnya.
• Tidak menampilkan segala bentuk eksploitasi terhadap anak-anak dibawah umur.
• Tidak mempergunakan, mempublikasikan dan atau saling bertukar materi dan
informasi yang memiliki korelasi terhadap kegiatan pirating, hacking dan cracking.

F. Alasan Mengabaikan Kode Etik Profesi:

1. Pengaruh sifat kekeluargaan

2. Pengaruh jabatan

3. Pengaruh konsumerisme

G. Upaya Yang Mungkin Dilakukan Dalam Pelanggaran Kode Etik Profesi

1. Klausul penundukan pada undang-undang

a) Setiap undang-undang mencantumkan dengan tegas sanksi yang diancamkan kepada


pelanggarnya. Dengan demikian, menjadi pertimbangan bagi warga, tidak ada jalan
lain kecuali taat, jika terjadi pelanggaran berarti warga yang bersangkutan bersedia
dikenai sanksi yang cukup memberatkan atau merepotkan baginya. Ketegasan sanksi
undang-undang ini lalu diproyeksikan dalam rumusan kode etik profesi yang
memberlakukan sanksi undang-undang kepada pelanggarnya.

b) Dalam kode etik profesi dicantumkan ketentuan: “Pelanggar kode etik dapat dikenai
sanksi sesuai dengan ketentuan undang- undang yang berlaku “.

2. Legalisasi kode etik profesi

a) Dalam rumusan kode etik dinyatakan, apabila terjadi pelanggaran, kewajiban mana
yang cukup diselesaikan oleh Dewan Kehormatan, dan kewajiban mana yang harus
diselesaikan oleh pengadilan.

b) Untuk memperoleh legalisasi, ketua kelompok profesi yang bersangkutan mengajukan


permohonan kepada Ketua Pengadilan Negeri setempat agar kode etik itu disahkan
dengan akta penetapan pengadilan yang berisi perintah penghukuman kepada setiap
anggota untuk mematuhi kode etik itu.

c) Jadi, kekuatan berlaku dan mengikat kode etik mirip dengan akta perdamaian yang
dibuat oleh hakim. Apabila ada yang melanggar kode etik, maka dengan surat
perintah, pengadilan memaksakan pemulihan itu.
Sanksi Pelanggaran Kode Etik Profesi:

1. Sanksi moral

2 Sanksi dikeluarkan dari organisasi


BAB III
KESIMPULAN

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa Ketaatan tenaga profesional terhadap
kode etik merupakan ketaatan naluriah yang telah bersatu dengan pikiran, jiwa dan perilaku
tenaga profesional. Jadi ketaatan itu terbentuk dari masing-masing orang bukan karena
paksaan. Dengan demikian tenaga profesional merasa bila dia melanggar kode etiknya sendiri
maka profesinya akan rusak dan yang rugi adalah dia sendiri.

Anda mungkin juga menyukai