PROFESI
PENGUJI KENDARAAN
BERMOTOR
Istilah profesi telah dimengerti orang bahwa suatu hal yang berkaitan
dengan bidang yang sangat dipengaruhi oleh pendidikan dan keahlian.
Tetapi dengan keahlian saja yang diperoleh dari Pendidikan kejuruan,
juga belum cukup disebut profesi, tetapi perlu penguasaan teori
sistematis yang mendasari praktek pelaksanaan dan hubungan antara
teori dan praktek.
Pada sekarang ini masyarakat mengenal Profesi untuk bidang –
bidang pekerjaan seperti : Dosen, Dokter, Guru, Wartawan, Penguji
Kendaraan Bermotor dan lain-lain. Sejalan dengan itu, menurut DE
GEORGE timbul kebingungan mengenai pengertian profesi dan
professional. Kebingungan ini timbul karena banyak orang
profesional tidak atau belum tentu termasuk dalam pengertian
profesi.
Berikut pengertian profesi dan professional menurut DE GEORGE:
PROFESI: Adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok
untuk menghasilkan nafkah hidup yang mengandalkan suatu keahlian.
PROFESIONAL
Adalah orang yang mempunyai profesi atau pekerjaan
purna waktu dan hidup dari pekerjaan itu dengan
mengandalkan suatu keahlian yang tinggi. Atau seorang
professional adalah seseorang yang hidup dengan
mempraktekan suatu keahlian tertentu atau dengan
terlibat dalam suatu kegiatan tertentu yang menurut
keahlian, sementara orang lain melakukan hal yang sama
sebagai sekedar hobi, untuk senang-senang atau untuk
mengisi waktu luang.
Yang harus kita ingat dan fahami betul bahwa
“PROFESI” dan “PROFESIONAL”, terdapat beberapa
perbedaan, sebagai berikut:
PROFESI
Mengandalkan suatu ketrampilan atau keahlian
khusus
Dilaksanakan sebagai suatu pekerjaan atau
kegiatan utama (purna waktu)
Dilaksanakan sebagai sumber utama nafkah
hidup
Dilaksanakan dengan keterlibatan pribadi yang
mendalam
PROFESIONAL
Orang yang tahu akan keahlian dan
keterampilannya
Meluangkan seluruh waktunya untuk
pekerjaan atau kegiatannya itu
Hidup dari Pekerjaaannya
Bangga akan pekerjaannya
CIRI-CIRI PROFESI
Adanya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan
keterampilan ini dimiliki berkat Pendidikan, pelatihan dan
pengalaman yang bertahun-tahun.
Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. Hal ini
biasanya setiap pelaku profesi berdasarkan kegiatannya pada
kode etik profesi.
Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap
pelaksana profesi harus meletakan kepentingan pribadi
dibanding kepentingan masyarakat.
Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi. Setiap
profesi akan selalu berkaitan dengan kepentingan
masyarakat, dimana nilai-nilai kemanusiaan berupa :
keselamatan, keamanan, kelangsungan hidup dll, maka untuk
menjalankan profesi harus ada izin khusus.
Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari
suatu profesi.
Dengan melihat ciri-ciri umum Profesi diatas,
kita dapat menyimpulkan bahwa kaum
profesional adalah orang-orang yang memiliki
tolok ukur perilaku yang berada diatas rata-
rata. Disatu pihak ada tuntutan dan tantangan
yang sangat berat, tetapi dilain pihak ada suatu
kejelasan mengenai pola perilaku yang baik
dalam rangka kepentingan masyarakat.
Seandainya semua bidang kegiatan
menerapkan suatu standar professional yang
tinggi, bisa diharapkan akan tercipta suatu
kualitas masyarakat yang semakin baik.
SYARAT-SYARAT SUATU PROFESI
Hati
Kemampuan/potensi/kapabilitas
Terimakasih
KODE ETIK PROFESI
SELAMAT
MENGERJAKAN
TERIMA KASIH
( PERTEMUAN MINGGU KE 5 )
ETIKA PROFESI
Pertemuan ke 6 dan 7
- NILAI – NILAI MORAL MANUSIA
- TANGGUNG JAWAB MORAL
- KESALAHAN MORAL DAN KAIDAH MORAL
DALAM KEHIDUPAN MANUSIA
PENGERTIAN MORAL DAN TEORI
MORAL
MORAL, berasal dari Bahasa Latin Mores yang merupakan
bentuk Jamak dari perkataan Mos yang berarti adat kebiasaan.
Dalam kamus umum Bahasa Indonesia dikatakan Moral adalah
penentuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan.
Istilah moral biasanya dipergunakan untuk menentukan batas-
batas suatu perbuatan , sifat dan kelakuan dapat dinyatakan baik,
salah, baik, buruk layak atau tidak layak, patut maupun tidak
patut.
Istilah Moral dapat juga dipahami sebagai :
- Prinsip hidup yang berkenaan dengan benar dan salah,
baik dan buruk
- Kemampuan untuk memahami perbedaan benar dan salah
- Ajaran atau gambaran tentang tingkah laku yang baik
MORAL ialah tingkah laku yang ditentukan oleh Etika, jadi bisa
baik maupun buruk.
Jadi secara garis besar moral bisa dibagi menjadi 2 (dua), yaitu :
1. Baik : Segala tingkah laku yang dikenal pasti oleh Etika sebagai
Moral Baik (rajin beribadah, berbakti kepada orang tua, ringan
tangan, baik budi, dermawan, patuh peraturan dll)
2. Buruk : Segala tingkah laku yang dikenal pasti oleh Etika
sebagai Moral Buruk (malas, sombong, pembohong, tidak
disiplin, janji palsu dll)
Dalam moral diatur segala perbuatan yang di nilai baik dan
perlu dilakukan, dan suatu perbuatan yang dinilai tidak baik
dan perlu dihindari. Moral berkaitan dengan kemampuan untuk
membedakan antara perbuatan yang baik dan perbuatan yang
salah. Dengan demikian moral merupakan kendali dalam
tingkah laku.
Moral dapat diukur secara subyektif dan obyektif. Kata hati
atau hati Nurani memberikan ukuran yang subyektif, Adapun
norma memberikan ukuran yang obyektif. ( Hardiwardoyo,
1990 ). Apabila hati Nurani ingin membisikan sesuatu yang
benar, maka norma akan membantu mencari kebaikan moral.
Kemoralan merupakan sesuatu yang berkaitan dengan
peraturan-peraturan masyarakat yang diwujudkan di luar
kawalan individu. Dorothy Emmet ( 1979 ) mengatakan bahwa
manusia bergantung kepada tatasusila, adat, kebiasaan
masyarakat dan agama untuk membatu menilai tingkah laku
seseorang.
Moral berkaitan dengan moralitas. Moralitas adalah sopan
santun, segala sesuatu yang berhubungan dengan etika atau
sopan santun. Moralitas adalah pedoman yang di miliki
individu atau kelompok mengenai apa yang benar dan salah
berdasarkan standar moral. Moralitas dapat berasal dari sumber
tradisi atau adat, agama atau sebuah ideologi atau gabungan
dari beberapa sumber.
Standar moral ialah standar yang berkaitan dengan persoalan
yang dianggap mempunyai konsekwensi serius, didasarkan
pada penalaran yang baik bukan otoritas kekuasaan, melebihi
kepentingan sendiri, tidak memihak dan pelanggarannya
diasosiasikan dengan perasaan bersalah, malu, menyesal, dan
lain-lain.
Nilai Moral Dalam Kehidupan
Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran
agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah
agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya
sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,
Tindakan, dan pekerjaan.
Toleransi
Sikap dan Tindakan yang menghargai prbedaan agama, suku,
etnis, pendapat, sikap, dan Tindakan orang lain yang berbeda
dari dirinya.
Disiplin
Tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan. Perilaku yang menunjukan upaya sungguh-
sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta
menyelesaikan tugas dengan sebaik- baiknya.
Kerja Keras
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi
berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan
sebaik-baiknya.
Kreatif
Berpikir dan melaksanakan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil
baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas
Demokratis
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak
dan kewajiban dirinya dengan orang lain.
Semangat kebangsaan
Cara berfikir,bertindak, dan berwawasan yang menempatkan
kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan diri dan
kelompoknya.
Cinta Tanah Air
Cara berfikir,bersikap dan berbuat yang menunjukan kesetiaan, kepedulian, dan
penghargaan yang tinggi terhadap Bahasa, lingkungan fisik, social budaya,
ekonomi, dan politik bangsa.
Menghargai Prestasi
Sikap dan Tindakan yang mendoring dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang
berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang
lain.
Bersahabat/Komunikatif
Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama
dengan orang lain.
Cinta Damai
Sikap, perkataan,dan Tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan
aman atas kehadiran dirinya.
Gemar Membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang
memberikan kebajikan bagi dirinya.
Peduli Lingkungan
Sikap dan Tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan
pada lingkungan alam dan sekitarnya, dan mengembangkan
upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alamyang sudah
terjadi.
Peduli Sosial
Sikap dan Tindakan yang selalu ingin memberi bantuan kepada
orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
Tanggung jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri
sendiri, masyarakat, lingkungan ( alam, social, dan
budaya ),negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
Fungsi Moral Bagi Kehidupan Manusia
Nilai moral dan hukum mempunyai keterkaitan yang sangat
erat sekali. Nilai dianggap penting oleh manusia itu harus jelas,
harus semakin diyakini oleh individu dan harus diaplikasikan
dalam perbuatan, moraliatas diidentikan dengan perbuatan baik
dan perbuatan buruk ( etika ) yang mana cara mengukurnya
adalah melalui nilai-nilai yang terkandung dalam perbuatan
tersebut.
PERTEMUAN KE - 8
HAMBATAN
KOMUNIKASI DAN
PRINSIP-PRINSIP
KOMUNIKASI
EFEKTIF
HAMBATAN KOMUNIKASI DAN PRINSIP-PRINSIP
KOMUNIKASI EFEKTIF
Seringkali dalam komunikasi terjadi hal-hal yang tidak
dikehendaki baik oleh pihak yang mengawali/komunikator
maupun pihak yang menerima pesan/komunikan.
1. SALAH PAHAM DALAM KOMUNIKASI
Salah paham dalam komunikasi bisa terjadi pada pengirim
pesan,penyampaian pesan,penerima pesan, dan penafsiran
pesan.
a. Pengirim Pesan Komunikator
Kesalahpahaman yang disebabkan oleh faktor
Komunikator antara lain disebabkan karena isi pesan tidak
jelas, isi pesan jelas tetapi pengemasannya tidak tepat, media
yang dipilih tidak tepat, adanya konflik batin pada pengirim
berita atau adanya kesulitan didalam penyampaian pesan.
b. Penyampaian pesan
Kesalahpahaman yang disebabkan oleh faktor Penyampaian
Pesan antara lain disebabkan karena faktor-faktor fisik seperti
tulisan yang tidak/sulit dimengerti atau tidak adanya sinyal
(untuk alat komunikasi yang membutuhkan gelombang
radio),alat pendengar tidak berfungsi sempurna, suara yang
tidak jelas (karena gugup, dua pesan atau lebih yang
disampaikan secara bersamaan, dan berebut perhatian penerima
pesan, adanya pertentangan dalam pesan yang di sampaikan).
c. Penerima Pesan / Komunikan
Kesalahpahaman yang disebabkan oleh faktor Komunikasi
antara lain disebabkan karena gangguan fisik, misal
penerangan, penglihatan,dan/pendengaran yang kurang prima,
gangguan suara lingkungan, gangguan mental, atau latar
belakang budaya, Pendidikan, serta pengalaman yang jauh
berbeda dengan yang dimiliki oleh komunikator, termasuk
didalamnya adalah perbedaan penafsiran kata, serta perbedaan
tanggapan emosional.
2. HALANGAN / HAMBATAN KOMUNIKASI
Personal dan halangan organisaSemua orang meginkan agar
komunikasi dapat berlangsung secara efektif, dalam arti bahwa
seluruh halangan / hambatan komunkasi yang berpotensi
menghambat / mengurangi efektivitas komunikasi dapat diatasi
secara efektif.Halangan-halangan/ hambatan-hambatan
komunikasi dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) bagian
besar, yaitu halangan interpersonal.
a. Halangan Interpesonal
1) Pesepsi
Persepsi adalah pandangan seseorang dalam
memilih,mengatur dan memberi makna pada kenyataan
yang dihadapi atas dasar pengalaman, Pendidikan dan
kebudayaan.
Terdapat dua persepsi yang menghalangi komunikasi:
a) Pesepsi Selektif
Seseorang dengan persepsi selektif akan melihat suatu
kenyataan atau obyek bukan sebagaimana adanya akan tetapi
sebagaimana yang dikehendaki dirinya (subyektivitas tinggi).
b) Persepsi Stereotype
Seseorang dengan persepsi stereotype akan melihat suatu
kenyataan menurut pola yang tetap, misalnya, perempuan itu
hanya kerja di dapur dan mengurus anak, anak laki-laki
bermain kapal terbang dan mobil-mobilan, sementara anak
perempuan bermain boneka.
2) Status Orang yang Berkomunikasi
Status orang berkaitan denagn kedudukannya di tempat
kerja, di masyarakat atau kelompok serta sifat-sifat pribadi.
Status orang dapat menjadi penghalang dalam berkomunikasi.
Biasanya orang yang mempunyai status lebih tinggi akan lebih
mudah berkomunikasi dengan orang yang statusnya lebih
rendah dari dirinya. Sebaliknya , orang berstatus lebih rendah
akan sulit berkomunikasi dengan orang yang statusnya lebih
tinggi.
3) Sikap Defensif
Seringkali terjadi dalam komunikasi seseorang menunjukan
sikap defensif, baik yang disadari atau tidak disadari oleh
dirinya, yang pada dasarnya dilakukan untuk melindungi
dirinya dari bahaya yang ia bayangkan nyata atau tidak nyata.
Misalnya, komunikator menyampaikan pesannya secara lisan
dengan cara menggunakan Bahasa tubuh, pandangan mata, raut
wajah, dan cara berbicara yang menyebabkan komunikan juga
akan bereaksi serupa. Akhirnya pesan tidak dapat di terima
dengan baik dan benar, bahkan perhatian penerima pesan tidak
pada pesan yang disampaikan, akan tetapi lebih pada apa yang
hendak disampaikan untuk menjawab pesan yang diterima.
4) Perasaan Negatif
Terkadang tanpa disadari, baik terhadap diri komunikator
ataupun komunikan terjangkit perasaan negatif (negative
chemistry), misalnya timbulnya perasaan tidak nyaman, takut,
terpaksa, enggan, atau agresif, hingga mengakibatkan
komunikasi terjadi kurang bahkan tidak efektif.
5) Asumsi
Asumsi atau pengandaian akan dilakukan oleh komunikan
apabila dirinya mersa bahwa pesan yang diterimanya sulit
dipahami karena terlalu banyaknya data dan fakta yang
dimajukan oleh komunikator.
6) Bahasa
Yang dimaksud dengan Bahasa adalah semua bentuk yang
dipergunakan dalam proses penyampaian berita, antara lain
bahasa lisan, bahasa tertulis, dan gerak-gerik.
Bahasa yang digunakan akan menunjukan tingkat
intelektualitas seseorang, sehingga orang yang mempunyai
tingkat intelektualitas yang tinggi akan cenderung
menggunakan Bahasa yang tinggi juga atau istilah-istilah asing
tanpa memperhatikan tingkat kemampuan orang yang diajak
berbicara. Kondisi ini kerap menimbulkan salah pengertian
(miscommunication)
Bahasa dapat jadi penghalang / penghambat karena, antara lain:
a) Suatu kata bisa memiliki beberapa arti yang berbeda
b) Kata kalimatnya kabur / tidak jelas
c) Kata terlalu khas / teknis yang hanya untuk digunakan
dalam hal-hal khusus tidak umum dipakai sehari-hari
d) Kalimat bertele-tele dan sukar dimengerti
Halangan Bahasa dapat diatasi dengan usaha-usaha sebagai
brikut anatara lain:
e) Sedapat mungkin gunakan kata-kata yang sederhana dan
mudah dimengerti
f) Pergunakan tata Bahasa yang benar
g) Pergunakan kalimat-kalimat yang pendek,singkat, dan jelas
(lugas)
d) Ingatlah, dengan siapa kita mengadakan
pembicaraan, sehingga kita
dapat menyusaikan diri
e) Pergunakan kode-kode, lambang-lambang, serta gerak-
gerik yang dapat memperjelas apa yang kita ucapkan
7) Tidak mampu mendengar
Hambatan komunikasi dapat timbul disebabkan
oleh kebiasan mendengarkan yang kurang baik, misalnya
tidak mendengarkan dengan seksama atau tidak
mendengar sambil berupaya mempelajari / memahami
kerangka berfikir / pola fikir pembicara.
8) Lingkungan
Lingkungan tempat mengirim atau menerima pesan
tidak mendukung, misalnya terlalu bising, ramai, dingin, atau
panas.
b) Halangan Organisasi
Halangan/hambatan komunikasi yang timbul akibat dari
strukur organisasi/kelembagaan,antara lain adalah :
1) Tingkat Hierarki
Dalam setiap organisasi/ Lembaga, secara fungsi pada umumnya
terbagi dalam tiga struktur, yaitu top, middle, dan lower-level
management. Pesan dari manajemen tingkat atas akan diteruskan
melalui beberapa saluran komunikasi dan diterjemahkan secara
berbeda oleh hirarki dibawahnya sesuai dengan kebutuhan
tingkatan hirarki masing-masing.
2) Otoritas manajerial
Secara manajerial setiap orang menduduki posisi manajerial
tertentu memiliki otoritas atau wewenang untuk memerintah
orang lain / bawahan untuk melakukan atau tidak melakukan
suatu hal tertentu. Otoritas berpeluang menjadi penghambat
komunikasi apabila pemegang otoritas merasa sulit menerima
keadaan/situasi yang pada akhirnya menjadikan dirinya kelihatan
tidak berdaya,lemah,dan tidak cakap.
3) Spesialisasi Kerja
Tiap spesialisasi kerja (profesi) mempunyai istilah-istilah
(terminologi) teknis tersendiri yang seringkali menjadi
penghalang / penghambat dalam berkomunikasi dengan orang /
kelompok diluar profesinya apabila komunikator tidak
menggunakan istilah - istilah dimaksud secara bijaksana.