1.7 Dampak yang timbul jika tidak diciptakannya kode etik profesi
a. Terjadinya penyalahgunaan profesi.
b. Kemungkinan mengabaikan tanggung jawab dari profesi nya karna tidak ada
pedoman dalam suatu organisasi,
c. Memungkinkan setiap individu untuk mendahului kepentingan pribadinya
contohnya para pejabat yang korupsi,
d. Jika tidak ada nya kode etik profesi seseorang dapat memberikan image yang
buruk dari profesi yang ditekuninya kepada masyarakat.
2. Organisasi Profesi
2.1 Pengertian Organisasi
Organisasi profesi merupakan organisasi yang anggotanya adalah para praktisi
yang menetapkan diri mereka sebagai profesi dan bergabung bersama untuk
melaksanakan fungsi-fungsi social yang tidak dapat mereka laksanakan dalam
kapasitas mereka sebagai individu.
Menurut Prof. DR. Azrul Azwar, MPH(1998), ada 3 ciri-ciri organisasi
profesi :
1. Umumnya untuk satu profesi hanya terdapat satu organisasi profesi yang
para anggotanya berasal dari satu profesi, dalam arti telah menyelesaikan
pendidikan dengan dasar ilmu yang sama,
2. Misi utama organisasi profesi adalah untuk merumuskan kode etik dan
kompetensi profesi serta memperjuangkan otonomi profesi,
3. Kegiatan pokok organisasi profesi adalah menetapkan serta merumuskan
standar pelayanan profesi, standar pendidikan dan pelatihan profesi serta
menetapkan kebijakan profesi.
Tujuan umum sebuah profesi adalah memenuhi tanggung jawabnya dengan
standar professional tinggi sesuai bidangnya, mencapai tingkat kinerja yang
tinggi, dengan orientasi kepada kepentingan public. Untuk mencapai tujuan
tersebut, terdapat 4 kebutuhan dasar yang harus di penuhi oleh sebuah profesi.
1. Kredibiliitas
Bahwa masyarakat membutuhkan kredibilitas informasi dan system informasi
yang dimiliki sebuah profesi,
2. Profesionalisme
Diperlukan individu yang jelas dapat diidentifikasi oleh pemakai jasa sebuah
profesi sebagai profesional di bidangnya.
3. Kualitas jasa
Adanya keyakinan bahwa semua pelayanan yang diberikan pelaku sebuah
profesi memenuhi standar kinerja yang tinggi.
4. Kepercayaan
Pemakai jasa sebuah profesi harus merasa yakin kerangka standar etika profesi
yang melandasi pemberian jasa tersebut sehingga menimbulkan kepercayaan yang
tinggi pada profesi yang bersangkutan.
Untuk memenuhi empat hal tersebut diatas dalam rangka menetapkan standar
kualitas, menetapkan prinsip-prinsip professional dan menciptakan kepercayaan
atas hasil kerja profesi dimata masyarakat maka diperlukan sebuah organisasi
yang mengatur dan melakukan standarisasi terhadapnya, organisasi itulah yang
disebut organisasi profesi.
Organisasi profesi ini juga merupakan bagian dari perkembangan sebuah
profesi dalam proses profesionalisme untuk mengembangkan profesi kearah status
professional yang diakui oleh pemerintah dan masyarakat pengguna jasa profesi
tersebut.
2.1 Kesimpulan
Secara etimologis, kode etik berarti pola aturan, tata cara, tanda, pedoman
etis dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Dengan kata lain, kode etik
merupakan pola aturan atau tata cara etis sebagai pedoman berperilaku. Etis
berarti sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang dianut oleh sekelompok orang
atau masyarakat tertentu.
Manfaat Kode Etik yaitu Sebagai pegangan dan pedoman tingkah laku guru
agar lebih bertanggung jawab terhadap profesinya. Kode etik profesi merupakan
sarana kontrol social bagi masyarakat atas profesi yang bersangkutan. Sampai
pada suatu kesimpulan bahwa hakikat profesi adalah suatu pernyataan atau suatu
janji yang terbuka.
Organisasi profesi kependidikan berfungsi sebagai pemersatu seluruh
anggota profesi dalam kiprahnya menjalankan tugas keprofesiannya, dan memiliki
fungsi peningkatan kemampuan profesional
2.3 Saran
Dalam melaksanakan tugas profesinya guru Indonesia sepatutnya menyadari
sepenuhnya bahwa perlu ditetapkan Kode Etik Guru Indonesia sebagai pedoman
bersikap dan berperilaku yang mengejewantah dalam bentuk nilai-nilai moral dan
etika dalam jabatan guru sebagai pendidik putera-puteri bangsa
Daftar Pustaka
Azwar, azrul. 1998. Pengantar administrasi kesehatan edisi kedua. Pt. Binarupa aksara.
Jakarta. Tersedia dalam : https://rynfrdn.wordpress.com/2011/05/15/organisasi-
profesi-dan-kode-etik-profesi/ (diakses pada 09 september 2018)
Fauzi, haris. 2009. Organisasi profesi keguruan. Jakarta: universitas islam negeri
syarif hidayatullah.
Http://izzaucon.blogspot.com/2014/06/organisasi-profesi.html (diakses pada 09
september 2018)
Https://idicabangkotabaru.wordpress.com/kode-etik-kedokteran-indonesia/ (diakses
pada 09 september 2018)
Ikatan konselor indonesia (2008). Arah pemikiran pengembangan profesi konselor.
Padang: iki. Tersedia dalam :
https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/03/08/menanti-peran-aktif-organisasi-
profesi/(diakses pada 09 september 2018)
Martin, alfred. 1993. Farmasi fisik, jilid ii edisi iii. Jakarta: ui-press. Tersedia dalam :
https://akhmadfauzi.weebly.com/etika--professionalisme-tsi-1/etika-profesi (diakses
pada 09 september 2018)
Pgri, 1973, buku kenangkenangan kongres pgri ke xiii 21 s.d. 25 nopember 1973 dan hut
pgri ke xxii. Tersedia dalam : http://nispasari123.blogspot.com/2013/12/makalahkode-
etik-dan-organisasi-profesi.html (diakses pada 09 september 2018)
R hermawan s., 1979, etika keguruan: suatu pendekatan terhadap kode etik guru.
Jakarta: pt. Margi waluyu. Tersedia dalam :
http://robisapoetra.blogspot.com/2013/11/peran-organisasi-dan-kode-etik-dalam.html
(diakses pada 09 september 2018)
Satory, djam’an dkk. 2008. Profesi keguruan. Jakarta: universitas terbuka
Suhrawardi lubis, 1994. Etika profesi hokum. Jakarta : sinar grafika. Tersedia
dalam : http://alfianmuzaki.blogspot.com/2014/10/pengertian-etika-profesi-etika-
profesi.html (diakses pada 09 september 2018)
Syamsudin, abin, budiman, nandang. 2002. Profesi keguruan 2. Jakarta, universitas
terbuka. Tersedia dalam : http://nispasari123.blogspot.com/2013/12/makalahkode-etik-
dan-organisasi-profesi.html (diakses pada 09 september 2018)
Wignjosoebroto 1999. Profesionalisme dunia pendidikan. Tersedia dalam :
https://mustikaramdhany.wordpress.com/2010/10/13/etika-profesi/ (diakses pada 09
september 2018)