Anda di halaman 1dari 31

Makalah Etika Profesi Pendidik dan Tenaga Kependidikan

“Kode Etik Profesi dan Organisasi Profesi”


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Etika Profesi Pendidik
dan Tenaga Kependidikan” dengan dosen pengampu.

Disusun oleh Kelompok 1


Anggota :
Aulia Juniati (2225160013)
Bela Haryanti (22251600
Dwiki Maulidditiya (2225160022)
Siti Maesaroh (2225160035)

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2018
Daftar Isi
BAB I
PEMBAHASAN

1. Kode Etik Profesi


1.1 Pengertian Etika
Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah “Ethos”, yang
berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan
erat dengan perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu
“Mos” dan dalam bentuk jamaknya “Mores”, yang berarti juga adat kebiasaan
atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan),
dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk. Etika dan moral dalam kegiatan
sehari-hari terdapat perbedaan, yaitu moral atau moralitas untuk penilaian
perbuatan yang dilakukan, sedangkan etika adalah untuk pengkajian sistem
nilai-nilai yang berlaku. Ada dua macam etika dalam menentukan baik dan
buruknya perilaku manusia :
a. Etika Deskriptif, yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis
dan rasional sikap dan perilaku manusia dan apa yang dikejar oleh
manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika
deskriptif memberikan fakta sebagai dasar untuk mengambil
keputusan tentang prilaku atau sikap yang mau diambil.
b. Etika Normatif, yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan
pola perilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup
ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika normatif memberi penilaian
sekaligus memberi norma sebagai dasar dan kerangka tindakanyang akan
diputuskan.
Etika adalah suatu disiplin filosofis yang berkenaan dengan perilaku manusia
dan perbuatan bermoral (Surya dkk, 2000 : 4.55). Dengan adanya etika, manusia
dapat memilih dan memutuskan perilaku yang paling sesuai dan paling baik,
sesuai dengan norma – norma moral yang berlaku. Etika sebagai acuan pilihan
perilaku bersumber pada norma moral, seperti agama, filsafat hidup, budaya
masyarakat, disiplin keilmuan dan profesi.
Dalam dunia kerja etika sangat diperlukan sebagai landasan perilaku kerja dari
para pekerja. Etika kerja biasanya dirumuskan atas kesepakatan para pendukung
pekerjaan itu dengan mengacu pada sumber – sumber nilai moral tersebut diatas.
Rumusan etika kerja yang disepakati bersama itu disebut sebagai kode etik.

1.2 Pengertian Profesi


Profesi merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut
keahlian atau keterampilan dari pelakunya. Biasanya sebutan “profesi” selalu
dikaitkan dengan pekerjaan atau jabatan yang dipegang oleh seseorang, akan
tetapi tidak semua pekerjaan atau jabatan dapat disebut profesi karena
profesi menuntut keahlian para pemangkunya. Hal ini mengandung arti
bahwa suatu pekerjaan atau jabatan yang disebut profesi tidak dapat
dipegang oleh sembarang orang, akan tetapi memerlukan suatu persiapan
melalui pendidikandan pelatihan yang dikembangkan khusus untuk itu.
Pekerjaan tidak sama dengan profesi. Istilah yang mudah dimengerti oleh
masyarakat awam adalah sebuah profesi sudah pasti menjadi sebuah
pekerjaan, namun sebuah pekerjaan belum tentu menjadi sebuah profesi.
Profesi memiliki mekanisme serta aturan yang harus dipenuhi sebagai
suatu ketentuan, sedangkan kebalikannya, pekerjaan tidak memiliki aturan yang
rumit seperti itu. Hal inilah yang harus diluruskan di masyarakat, karena hampir
semua orang menganggap bahwa pekerjaan dan profesi adalah sama. Secara
umum ada beberapa ciri atau sifat pada profesi, yaitu:
1. Adanya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan
keterampilan ini dimiliki berkat pendidikan, pelatihan dan pengalaman
yang bertahun-tahun.
2. Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. Hal ini
biasanya setiap pelaku profesi mendasarkan kegiatannya pada kode etik
profesi.
3. Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap pelaksana profesi
harus meletakkan kepentingan pribadi di bawah kepentingan masyarakat.
1.3 Kode Etik Profesi
Etika profesi menurut keiser dalam (Suhrawardi Lubis, 1994:6-7) adalah
sikap hidup berupa keadilan untuk memberikan pelayanan profesional terhadap
masyarakat dengan penuh ketertiban dan keahlian sebagai pelayanan dalam
rangka melaksanakan tugas berupa kewajiban terhadap masyarakat. Secara
etimologis, kode etik berarti pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam
melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Dengan kata lain, kode etik merupakan
pola aturan atau tata cara etis sebagai pedoman berperilaku. Etis berarti sesuai
dengan nilai-nilai dan norma yang dianut oleh sekelompok orang atau masyarakat
tertentu (Abin Syamsudin, Nandang Budiman, 2003 : 4.3).
Kode etik berasal dari bahasa yunani, ethos yang artinya ajaran kesusilaan,
dengan demikian kode etik adalah system norma, nilai dan aturan professional
tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik dan apa yang tidak
benar dan tidak baik bagi professional yang menjadi anggota dari sebuah
organisasi profesi. Prinsip dasar di dalam etika profesi yaitu:
1. Tanggung jawab
a. Terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya.
b. Terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain atau
masyarakat padaumumnya.
2. Keadilan.
Prinsip ini menuntut untuk memberikan kepada siapa saja apayang menjadi
haknya.
3. Prinsip Kompetensi, melaksanakan pekerjaan sesuai jasa
profesionalnya, kompetensi danketekunan.
4. Prinsip Prilaku Profesional, berprilaku konsisten dengan reputasi profesi.
5. Prinsip Kerahasiaan, menghormati kerahasiaan informasi.
Pada dasarnya tujuan merumuskan kode etik dalam suatu profesi adalah untuk
kepentingan anggota dan kepentingan organisasi profesi itu sendiri. Secara umum
tujuan mengadakan kode etik adalah sebagai berikut (R. Hermawan S, 1979):
1. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi
2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya
3. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi
4. Untuk meningkatkan mutu profesi
5. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi
Tujuan kode etik adalah pelaku profesi tersebut dapat menjalankan tugas dan
kewajiban serta memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada pemakai jasa profesi
tersebut. Adanya kode etik akan melindungi perbuatan-perbuatan yang tidak
professional.
Ada tiga hal pokok yang merupakan fungsi dari kode etik profesi:
1. Kode etik profesi memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi
tentang prinsip profesionalitas yang digariskan. Maksudnya bahwa dengan
kode etik profesi, pelaksana profesi mampu mengetahui suatu hal yang
boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan.
2. Kode etik profesi merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas
profesi yang bersangkutan. Maksudnya bahwa etika profesi dapat
memberikan suatu pengetahuan kepada masyarakat agar juga dapat
memahami arti pentingnya suatu profesi, sehingga memungkinkan
pengontrolan terhadap para pelaksana di lapangan kerja (kalangan sosial).
3. Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi
tentang hubungan etika dalam keanggotaan profesi. Arti tersebut dapat
dijelaskan bahwa para pelaksana profesi pada suatu instansi atau
perusahaan yang lain tidak boleh mencampuri pelaksanaan profesi di lain
instansi atau perusahaan.

1.4 Contoh Kode Etik Profei


a. Kode Etik Guru Indonesia
Berikut ini rumusan kode Etik Guru Indonesia keputusan konggres PGRI ke
XIII yang berlangsung tanggal 21 – 25 Nopember 1973 :
Persatuan Guru Republik Indonesia menyadari bahwa pendidikan adalah suatu
bidang pengabdian terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Bangsa dan Tanah Air,
Kemanusiaan pada umumnya dan Guru Indonesia yang berjiwa Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945 merasa turut bertanggung jawab atas terwujudnya
cita cita Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 agustus 1945, maka
guru Indonesia terpanggil untuk menunaikan karyanya sebagai guru dengan
mempedomani dasar dasar sebagai berikut :
1. Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk manusia
pembangunan yang ber-Pancasila.
a. Guru menghormati hak individu, agama dan kepercayaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa dari anak didiknya masing – masing.
b. Guru menghormati dan membimbing kepribadian anak didiknya.
c. Guru menyadari bahwa intelegensi, moral dan jasmani adalah tujuan
utama pendidikan.
d. Guru melatih anak didik memecahkan masalah-masalah dan membina
daya kreasinya agar dapat menunjang masyarakat yang sedang
membangun.
e. Guru membantu sekolah dalam usaha menanamkan pengetahuan,
keterampilan kepada anak didik.
Kode Etik diatas menanamkan pengertian pada kita bahwa peserta didik harus
dilihat secara utuh. Sub etik a sampai e bermaksud menterjemahkan apa yang
dimaksud dengan seutuhnya itu. Sikap guru yang paling pertama sekali adalah
melihat peserta didik sebagai suatu keutuhan yang berdiri sendiri, bukan sebagai
seorang yang tergantung dan digantungkan pada orang lain. Karena ia kita lihat
seutuhnya sebagai individu, secara etis guru harus menghormati hak individunya,
sebagai mana kita ingin dihormati hak individu kita. Pilihan agama dan
kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa merupakan salah satu hak individu
peserta didik yang harus kita hormati.
Pada Sub etik b, memberi tekanan pada kepribadian peserta didik dan upaya
pembimbingannya. Menghargai hak individu, berarti menghargai kepribadian
pesertadidik karena kepribadian merupakan penampilan yang bulat (seutuhnya)
dari seorang individu. Kepribadian itu tumbuh dan berkembang melalui
perpaduan dari berbagai hal yang dibawa sejak lahir, pengalaman dan pendidikan.
Dalam perkembangan itulah peserta didik
membutuhkan bantuan kepribadian. Sub etik c, mengemukakan beberapa aspek
penting dari peserta didik, yaitu intelegensi(kecerdasan), moral dan jasmani.
2. Guru memiliki kejujuran profesional dalam menerapkan kurikulum sesuai
kebutuhan anak didik masing masing.
a. Guru menghargai dan memperhatikan perbedaan dan kebutuhan anak
didiknya masing masing.
b. Guru hendaknya fleksibel di dalam menerapkan kurikulum sesuai dengan
kebutuhan anak didik masing masing.
c. Guru memberi pelajaran didalam dan diluar sekolah berdasarkan
kurikulum dan berlaku secara baik tanpa membedakan jenis dan posisi
sosial orang tua murid.
Etika ini memberi arah secara umum bahwa guru harus memiliki kejujuran
profesional yaitu jujur melihat profesinya sebagai guru. Bertitik tolak dari
kejujuran profesional, apa yang mesti dilakukan guru terhadap peserta didik,
sehubungan dengan kurikulum. Kurikulum itu bersifat umum , sedangkan peserta
didik berbeda beda, berbeda kemampuannya juga berbeda kebutuhannya. Jika kita
jujur, maka kita akui bahwa peserta didiklah yang pokok , dan bila kita jujur,
maka kita akui bahwa kurikulum itu harus disesuaikan dengan kemampuan dan
kebutuhan tiap-tiap peserta didik, karena peserta didiklah substansinya, bukan
guru atau kurikulum. Guru dan kurikulum itu ada karena ada peserta didik. Jika
peserta didik itu tidak ada, maka guru dan kurikulum tidak akan ada. Sub etik c
memperingatkan kita pada kejujuran profesional dalam memperlakukan
pesertadidik secara adil. Terlalu sering kita dipengaruhi oleh kenyataan duniawi.
Status sosial ekonomi orang tua, ras, suku dan agama dapat membiaskan
perlakuan adil guru terhadap peserta didik.
Profesi guru menuntut untuk tidak menghiraukan perbedaan perbedaan
tersebut. Guru harus melihat dan memperlakukan tiap peserta didik sama dengan
tidak memihak kepada kenyataan kenyataan tersebut.
3. Guru mengadakan komunikasi, terutama dalam memperoleh informasi
tentang anak didik, tetapi menghindarkan diri dari segala
penyalahgunaan.
a. Komunikasi guru dan anak didik didalam dan diluar sekolah dilandaskan
pada rasa kasih sayang.
b. latar belakang keluarganya. Komunikasi hanya diadakan semat-mata untuk
kepentingan pendidikan anak didik.
Jabatan guru memang jabatan yang melibatkan komunikasi, komunikasi
dengan peserta didik, orang tua siswa dan masyarakat sekitar sekolah. tujuannya
adalah memperoleh informasi tentang pesertadidik. Informasi yang kita peroleh
merupakan rahasia peserta didik. Karena itu, kita sebagai guru harus menghormati
dan menjaga kerahasiannya serta menghindarkan diri dari segala bentuk
penyalahgunaan. Pencarian informasi itu semata mata untuk menolong
pesertadidik itu sendiri, agar kita dapat memperlakukan mereka sesuai dengan
kepentingannya. Informasi itu dapat berupa keterangan tentang jati diri, latar
belakang keluarga, riwayat pendidikan, minat, bakat, cita-cita dan lain lain.
Sub etik a menyatakan bahwa komunikasi guru – siswa , didalam dan diluar
sekolah dilandaskan pada rasa kasih sayang. Secara pribadi saya lebih suka
menggunakan istilah “cinta”karena makna “cinta” lebih dalam dari kasih sayang.
Guru mesti memiliki rasa cinta pada peserta didiknya, sabab kalau tidak, apa yang
terjadi sudah dapat diramalkan. Ibarat orang yang sedang bekerja tetapi tidak
mencintai pekerjaannya. Dapat ia bekerja dengan baik? Kecintaan guru terhadap
peserta didik identik dengan kecintaan dokter pada pasiennya. Kalau dokter
memberikan obat, memberikan harapan pada pasien, semata mata supaya
pasiennya itu cepat sembuh. Begitu juga guru, upaya apapun yang dilakukan,
semata mata demi perkembangan optimal peserta didiknya.
4. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan
dengan orang tua murid dengan sebaik baiknya bagi kepentingan anak
didiknya.
a. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah sehingga anak didik betah
berada dan belajar di sekolah.
b. Guru menciptakan hubungan baik dengan orang tua sehingga terjalin
pertukaran informasi timbal balik untuk kepentingan anak didik.
c. Guru senantiasa menerima kritik dengan dada lapang setiap kritik
d. membangun yang disampaikan orang tua murid / masyarakat terhadap
kehidupan sekolahnya.
Etik yang ke 4 ini mengingatkan guru pada penerapan kompetensi sosial. Guru
wajib menciptakan iklim sekolah yang kondusif sehingga peserta didik tidak ada
keinginan untuk pulang sebelum waktunya.
Peserta didik merasa aman dan nyaman disekolah. Untuk maksud ini, guru
mesti bersikap akrab dan hangat terhadap peserta didik. Pemberian penguatan
kepada peserta didik perlu diperbanyak dan berusaha menghindari pemberian
hukuman. Sikap akrab dan hangat itu tidak saja terhadap siswa, tetapi juga
erhadap sejawat dan orang tua siswa.
Sub etik c menghendaki guru untuk menerima kritik yang membangun dari
orang tua siswa / masyarakat dengan dada lapang. Sebagai guru selain terbuka
menerima kritik dari orang lain, juga harus mau mengkritik diri sendiri,
kekurangan kekurangan apa yang ada dalam dirinya, kemudian berusaha
mengatasi kekurangan kekurangan tersebut. Dengan begitu guru akan
memperoleh kemajuan dalam pelaksanaan tugasnya.
5. Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat disekitar sekolahnya
maupun masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan pendidikan.
a. Guru memperluas pengetahuan masyarakat mengenai profesi keguruan.
b. Guru menyebar dan merumuskan program – program pendidikan kepada
dan dengan masyarakat sekitarnya, sehingga sekolah tersebut berfungsi
sebagai pusat pembinaan dan pengembangan kebudayaan di tempai itu.
c. Guru harus berperan agar dirinya dan sekolahnya dapat berfungsi sebagai
unsur pembaharuan bagi kehidupan dan kemajuan daerahnya.
d. Guru turut bersama sama masyarakat sekitarnya didalam berbagai
aktifitas.
e. Guru mengusahakan terciptanya kerja sama sebaik baiknya antara sekolah,
orang tua murid dan masyarakat bagi kesempurnaan usaha pendidikan atas
dasar kesadaran bahwa pendidikan merupakan tanggungjawab bersam
antara pemerintah, orang tua dan masyarakat.
Etik ke 5 beserta sub sub etiknya merupakan rambu rambu dalam menjalin
hubungan kerja sama dengan masyarakat sekitar sekolah. Sekolah melibatkan
masyarakat dalam merumuskan program programnya, sebaliknya guru juga turut
serta dalam kegiatan kegiatan di masyarakat. Kerta sama itu bertujuan agar
sekolah dapat berfungsi sebagai agen pembaharuan. Sekolah menjadi tempat
pembinaan dan pengembangan budaya masyarakat. Masyarakat memperoleh
kemajuan berkat adanya sekolah tersebut.
6. Guru secara sendiri sendiri dan atau bersama sama berusaha
mengembangkan dan meningkatkan mutu profesionalnya.
a. Guru melanjutkan studinya dengan :
1. Membaca buku buku.
2. Mengkuti workshop / seminar, konfrensi dan pertemuan pertemuan
pendidikan dan keilmuan lainnya.
3. Mengikuti penataran
4. Mengadakan kegiatan kegiatan penataran.
b. Guru selalu berbicara, bersikap dan bertindak sesuai dengan martabat
profesinya.
Etik ini menghendaki guru memiliki sikap terbuka untuk peningkatan
kemampuan profesionalnya. Dunia pendidikan atau keguruan memiliki
karakteristik bahwa ia berkembang sesuai dengan tuntutan tuntutan baru. Coba
Anda perhatikan, Hampir setiap 10 tahun kurikulumberubah mengikuti
perkembangan zaman. Adanya tuntutan tuntutan baru, persyaratan menjadi guru
SD juga berubah, yang semula minimal SPG berubah menjadi D2 PGSD dan
sekarang minimal S1 PGSD. Apa yang dianggap memadai untuk saat ini belum
tentu memadai di kelak kemudian hari.
7. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antara sesama guru baik
berdasarkan lingkungan kerja maupun didalam hubungan keseluruhan.
a. Guru senantiasa saling bertukar informasi, pendapat, saling menasehati
dan bantu membantu satu sama lain baik dalam hubungan kepentingan
pribadi maupun dalam hubungan tugas profesi.
b. Guru tidak melakukan tindakan tindakan yang merugikan nama baik rekan
- rekan seprofesinya dan menunjang martabat guru baik secara pribadi
maupun secara keseluruhan.
Etik ke 7 ini mengatur hubungan antara sesama anggota profesi atau hubungan
antar teman sekerja, baik hubungan kerja maupun hubungan yang bersifat pribadi.
Hubungan kerja dan hubungan pribadi ini, perlu dikembangkan kearah hubungan
kekeluargaan, sehingga setiap individu merasakan dirinya sebagai anggota sebuah
keluarga. Jika ini dapat diwujudkan maka pertukaran informasi, pendapat akan
menjadi lancar. Begitu pila sikap bantu membantu, nasehat menasehati akan
terwujud dengan baik karena setiap anggota merasa teman sekerja itu adalah
saudaranya. Sebagai saudara tentu akan saling melindungi, saling menjaga nama
baik saudaranya, sehingga tidak akan terjadi tindakan tindakan yang merugikan
sesamanya.
8. Guru secara bersama sama memelihara , membina dan meningkatkan
organisasi guru profesional sebagai sarana pengabdiannya.
a. Guru menjadi anggota dan membantu organisasi guru yang bermaksud
membina profesi dan pendidikan pada umumnya.
b. Guru senantiasa berusaha terciptanya persatuan diantara sesama
pengabdian pendidikan.
c. Guru senantiasa berusaha agar menghindarkan diri dari sikap sikap,
ucapan ucapan dan tindakan tindakan yang merugikan organisasi.
Pokok etik ke 8 ini berkisar pada masalah organisasi profesional keguruan.
Kiranya semua sependapat bahwa organisasi profesional bermaksud
meningkatkan profesi anggota anggotanya. Dengan adanya organisasi profesi,
anggota anggota dapat dipelihara sehingga keseluruhan korps dapat terjaga mutu
serta peningkatannya.
Guru sebagai anggota organisasi profesional, sudah selayaknya berusaha
menciptakan persatuan diantara sesama serta menghindarkan diri dari sikap sikap,
ucapan ucapan dan tindakan tindakan yang merugikan organisasi.
9. Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan
pemerintah dalam bidang pendidikan.
Sebagai PNS (Pegawai Negeri Sipil) guru adalah aparat pemerintah, karena itu
sudah selayaknya melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan
Pemerintah dalam bidang pendidikan.

b. Kode etik seorang programmer


Adapun kode etik yang diharapkan bagi para programmer adalah:
1. Seorang programmer tidak boleh membuat atau mendistribusikan Malware
2. Seorang programmer tidak boleh menulis kode yang sulit diikuti dengan
sengaja
3. Seorang programmer tidak boleh menulis dokumentasi yang dengan
sengaja untuk membingungkan atau tidak akurat
4. Seorang programmer tidak boleh menggunakan ulang kode dengan hak
cipta kecuali telah membeli atau meminta ijin, dll.

c. Kode Etik Kedokteran Indonesia


Merupakan pedoman bagi dokter Indonesia anggota IDI dalam melaksanakan
praktek kedokteran. Tertuang dalam SK PB IDI no 221/PB/A.4/04/2002 tanggal
19 April 2002 tentang penerapan Kode Etik Kedokteran Indonesia. Kode Etik
Kedokteran Indonesia pertama kali disusun pada tahun 1969 dalam Musyawarah
Kerja Susila Kedokteran Indonesia. Dan sebagai bahan rujukan yang
dipergunakan pada saat itu adalah Kode Etik Kedokteran Internadional yang telah
disempurnakan pada tahun 1968 melalui Muktamar Ikatan Dokter Sedunia ke 22,
yang kemudian disempurnakan lagi pada MuKerNas IDI XIII, tahun 1983.
KEWAJIBAN UMUM
Pasal1
Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan Sumpah
Dokter.
Pasal2
Seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan
standard profesi yang tertinggi.
Pasal3
Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh
dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan
kemandirian profesi.
Pasal4
Setiap dokter harus menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri.
Pasal5
Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan daya tahan psikis
maupun fisik hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien, setelah
memperoleh persetujuan pasien.
Pasal6
Setiap dokter harus senantiasa berhati hati dalam mengumumkan dan menerapkan
setiap penemuan tehnik atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya dan
hal hal yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat.
Pasal7
Seorang dokter hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah
diperiksa sendiri kebenarannya..
Pasal7a
Seorang dokter harus, dalam setiappraktek medisnya, memberikan pelayanan
medis yang kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai
rasa kasih sayang ( compassion ) dan penghormatan atas martabat manusia.
Pasal7b
Seorang dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien
dansejawatnya, dan berupaya untuk mengingatkan sejawatnya yang dia ketahui
memiliki kekurangan dalam karakter atau kompetensi, atau yang melakukan
penipuan atau penggelapan, dalam menangani pasien.
Pasal7c
Seorang dokter harus menghormati hak hak pasien, hak hak sejawatnya, dan hak
tenaga kesehatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan pasien.
Pasal7d
Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup
mahluk insani.
Pasal8
Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter harus memperhatikan kepentingan
masyarakat dan memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan yang
menyeluruh ( promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif ), baik fisik maupun
psiko-sosial, serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang
sebenar benarnya.
Pasal9
setiap dokter dalam bekerja sama dengan para pejabat dibidang kesehatan dan
bidang lainnya serta masyarakat, harus
saling menghormati.
KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP PASIEN
Pasal10
Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan
keterampilannya untuk kepentingan pasien. Dalam hal ini ia tidak mampu
melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, maka atas persetujuan pasien, ia
wajib merujuk pasien kepada dokter yang mempunyai keahlian dalam penyakit
tersebut.
Pasal11
Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada pasien agar senantiasa dapat
berhubungan dengan keluarga dan penasehatnya dalam beribadat dan atau dalam
masalah lainnya.
Pasal12
Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang
seorang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.
Pasal13
Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas
perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu
memberikannya.
KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP TEMAN SEJAWAT
Pasal14
Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin
diperlakukan.
Pasal15
Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari teman sejawat, kecuali
dengan persetujuan atau berdasarkan prosedur yang etis.
KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP DIRI SENDIRI
Pasal16
Setiap dokter harus memelihara kesehatannya, supaya dapat bekerja dengan baik.
Pasal17
Setiap dokter harus senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
tehnologi kedokteran/kesehatan.

1.5 Pentingnya Kode Etik Profesi


Menurut Martin (1993), etika didefinisikan sebagai “the discpline which can
act as the performance index or reference for our control system”. Dengan
demikian, etika akan memberikan semacam batasan maupun standar yang akan
mengatur pergaulan manusia di dalam kelompok sosialnya. Dalam pengertiannya
yang secara khusus dikaitkan dengan seni pergaulan manusia, etika ini kemudian
dirupakan dalam bentuk aturan (code) tertulis yang secara sistematik sengaja
dibuat berdasarkan prinsip prinsip moral yang ada dan pada saat yang dibutuhkan
akan bisa difungsikan sebagai alat untuk menghakimi segala macam tindakan
yang secara logika-rasional umum (common sense) dinilai menyimpang dari kode
etik. Dengan demikian etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan “self
control”, karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk
kepentingan kelompok sosial (profesi) itu sendiri.
Selanjutnya, karena kelompok profesional merupakan kelompok yang
berkeahlian dan berkemahiran yang diperoleh melalui proses pendidikan dan
pelatihan yang berkualitas dan berstandar tinggi yang dalam menerapkan semua
keahlian dan kemahirannya yang tinggi itu hanya dapat dikontrol dan dinilai dari
dalam oleh rekan sejawat, sesama profesi sendiri. Kehadiran organisasi profesi
dengan perangkat “built-in mechanism” berupa kode etik profesi dalam hal ini
jelas akan diperlukan untuk menjaga martabat serta kehormatan profesi, dan di
sisi lain melindungi masyarakat dari segala bentuk penyimpangan maupun
penyalah-gunaan kehlian (Wignjosoebroto, 1999).
Oleh karena itu dapatlah disimpulkan bahwa sebuah profesi hanya dapat
memperoleh kepercayaan dari masyarakat, bilamana dalam diri para elit
profesional tersebut ada kesadaran kuat untuk mengindahkan etika profesi pada
saat mereka ingin memberikan jasa keahlian profesi kepada masyarakat yang
memerlukannya. Tanpa etika profesi, apa yang semua dikenal sebagai sebuah
profesi yang terhormat akan segera jatuh terdegradasi menjadi sebuah pekerjaan
pencarian nafkah biasa (okupasi) yang sedikitpun tidak diwarnai dengan nilai-
nilai idealisme dan ujung-ujungnya akan berakhir dengan tidak-adanya lagi respek
maupun kepercayaan yang pantas diberikan kepada para elite profesional ini.

1.6 Penyebab Pelanggaran Kode Etik Profesi


a. Pengaruh sifat kekeluargaan. Misalnya Seorang dosen yang memberikan nilai
tinggi kepada seorang mahasiswa dikarenakan mahasiswa tersebut keponakan
dosen tersebut.
b. Pengaruh jabatan. Misalnya seorang yang ingin masuk ke akademi
kepolisian, dia harus membayar puluhan juta rupiah kepada ketua polisi di
daeranhya , kapolsek tersebut menyalah gunakan jabatannya.
c. Pengaruh masih lemahnya penegakan hukum di Indonesia, sehingga
menyebabkan pelaku pelanggaran kode etik profesi tidak merasa khawatir
melakukan pelanggaran.
d. Tidak berjalannya kontrol dan pengawasan dari masyarakat.
e. Organisasi profesi tidak dilengkapi denga sarana dan mekanisme bagi
masyarakat untuk menyampaikan keluhan,
f. Rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai substansi kode etik profesi,
karena buruknya pelayanan sosialisasi dari pihak profesi sendiri,
g. Belum terbentuknya kultur dan kesadaran dari para pengemban profesi untuk
menjaga martabat luhur profesinya,
h. Tidak adanya kesadaran etis da moralitas di antara para pengemban profesi
untuk menjaga martabat luhur profesinya.

1.7 Dampak yang timbul jika tidak diciptakannya kode etik profesi
a. Terjadinya penyalahgunaan profesi.
b. Kemungkinan mengabaikan tanggung jawab dari profesi nya karna tidak ada
pedoman dalam suatu organisasi,
c. Memungkinkan setiap individu untuk mendahului kepentingan pribadinya
contohnya para pejabat yang korupsi,
d. Jika tidak ada nya kode etik profesi seseorang dapat memberikan image yang
buruk dari profesi yang ditekuninya kepada masyarakat.

2. Organisasi Profesi
2.1 Pengertian Organisasi
Organisasi profesi merupakan organisasi yang anggotanya adalah para praktisi
yang menetapkan diri mereka sebagai profesi dan bergabung bersama untuk
melaksanakan fungsi-fungsi social yang tidak dapat mereka laksanakan dalam
kapasitas mereka sebagai individu.
Menurut Prof. DR. Azrul Azwar, MPH(1998), ada 3 ciri-ciri organisasi
profesi :
1. Umumnya untuk satu profesi hanya terdapat satu organisasi profesi yang
para anggotanya berasal dari satu profesi, dalam arti telah menyelesaikan
pendidikan dengan dasar ilmu yang sama,
2. Misi utama organisasi profesi adalah untuk merumuskan kode etik dan
kompetensi profesi serta memperjuangkan otonomi profesi,
3. Kegiatan pokok organisasi profesi adalah menetapkan serta merumuskan
standar pelayanan profesi, standar pendidikan dan pelatihan profesi serta
menetapkan kebijakan profesi.
Tujuan umum sebuah profesi adalah memenuhi tanggung jawabnya dengan
standar professional tinggi sesuai bidangnya, mencapai tingkat kinerja yang
tinggi, dengan orientasi kepada kepentingan public. Untuk mencapai tujuan
tersebut, terdapat 4 kebutuhan dasar yang harus di penuhi oleh sebuah profesi.
1. Kredibiliitas
Bahwa masyarakat membutuhkan kredibilitas informasi dan system informasi
yang dimiliki sebuah profesi,
2. Profesionalisme
Diperlukan individu yang jelas dapat diidentifikasi oleh pemakai jasa sebuah
profesi sebagai profesional di bidangnya.
3. Kualitas jasa
Adanya keyakinan bahwa semua pelayanan yang diberikan pelaku sebuah
profesi memenuhi standar kinerja yang tinggi.
4. Kepercayaan
Pemakai jasa sebuah profesi harus merasa yakin kerangka standar etika profesi
yang melandasi pemberian jasa tersebut sehingga menimbulkan kepercayaan yang
tinggi pada profesi yang bersangkutan.
Untuk memenuhi empat hal tersebut diatas dalam rangka menetapkan standar
kualitas, menetapkan prinsip-prinsip professional dan menciptakan kepercayaan
atas hasil kerja profesi dimata masyarakat maka diperlukan sebuah organisasi
yang mengatur dan melakukan standarisasi terhadapnya, organisasi itulah yang
disebut organisasi profesi.
Organisasi profesi ini juga merupakan bagian dari perkembangan sebuah
profesi dalam proses profesionalisme untuk mengembangkan profesi kearah status
professional yang diakui oleh pemerintah dan masyarakat pengguna jasa profesi
tersebut.

2.2 Fungsi pokok organisasi profesi


Pada dasarnya organisasi profesi memiliki 5 fungsi pokok dalam kerangka
peningkatan profesionalisme sebuah profesi, yaitu:
1. Mengatur keanggotaan organisasi
Organisasi profesi menentukan kebijakan tentang keanggotaan, struktur
organisasi, syarat-syarat keanggotaan sebuah profesi dan kemudahan lebih lanjut
lagi menentukan aturan-aturan yang lebih jelas dalam anggaran.
2. Membantu anggota untuk dapat terus memperbaharui pengetahuan sesuai
perkembangan teknologi
Organisasi profesi melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi
anggotanya untuk meningkatkan pengetahuan sesuai perkembangan dan tuntutan
masyarakat yang membutuhkan pelayanan profesi tersebut.
3. Menentukan standarisasi pelaksanaan sertifikasi profesi bagi anggotanya
Sertifikasi merupakan salah satu lambang dari sebuah profesionalisme.
Dengan kepemilikan sertifikasi yang diakui secara nasional maupun internasional
maka orang akan melihat tingkat profesionalisme yang tinggi dari pemegang
sertifikasi tersebut.
4. Membuat kebijakan etika profesi yang harus diikuti oleh semua anggota
Etika profesi merupakan aturan yang diberlakukan untuk seluruh anggota
organisasi profesi. Aturan tersebut menyangkut hal-hal yang boleh dilakukan
maupun tidak serta pedoman keprofesionalan yang digariskan bagi sebuah profesi.
5. Memberi sangsi bagi anggota yang melanggar etika profesi
Sangsi yang diterapkan bagi pelanggaran kode etik profesi tentunya mengikat
semua anggota. Sangsi bervariasi, tergantung jenis pelanggaran dan bias bersifat
internal organisasi seperti misalnya Black list atau bahkan sampai dikeluarkan
dari organisasi profesi tersebut.

2.3. Manfaat organisasi profesi


Menurut Breckon (1989) manfat organisasi profesi mencakup 4 hal yaitu :
a. Mengembangkan dan memajukan profesi
b. Menertibkan dan memperluas ruang gerak profesi
c. Menghimpun dan menyatukan pendapat warga profesi
d. Memberikan kesempatan pada semua anggota untuk berkarya dan
berperan aktif dalam mengembangkan dan memajukan profesi.
2.4 Macam-macam organisasi profesi di Indonesia
a. Ikatan Dokter Indonesia (IDI)
Merupakan organisasi yang mengatur standar profesionalisme dan aturan etika
bagi profesi di Indonesia.
b. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
Merupakan organisasi yang mengatur standar profesionalisme dan atura etika
bagi profesi akuntan di Indonesia. Keanggotaan dari IAI bersifat suka-rela.
Dengan menjadi anggota, seorang akuntan mempunyai kewajiban menjaga
disipllin diri diatas dan melebihi yang di syaratkan hokum dan peraturan.
c. Persatuan Insinyur Indonesia (PII)
Merupakan organisasi profesi insinyur Indonesia yang terdiri dari anggota
yang memiliki latar belakang pendidikan di bidang teknik, seperti : teknik mesin,
teknik elektro, teknik kimia, dan lain-lain.
d. Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia (ISFI)
Merupakan organisasi profesi yang mengatur standar profesionalisme dan
aturan etika sarjana farmasi atau apoteker Indonesia.
e. Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII)
Merupakan organisasi yang bergelut dibidang jaringan internet yang bertujuan
untuk melakukan beberapa program kunci yang dinilai strategis untuk
pengembangan jaringan internet di Indonesia.
f. Jogja IT.net
Merupakan forum mayarakat teknologi informasi dan komunikasi Yogyakarta
yang mewadahi para pelaku bisnis dan pemerhati / komunitas teknologi informasi
komunikasi untuk mendukung pemanfaatan teknologi informasi dan kokunikasi
yang lebih berguna bagi bangsa dan negara.
g. UKM Cybernetict UPI “YPTK” Padang
Merupakan suatu organisasi atau unit kegiatan mahasiswa yang bertujuan
untuk mengajak mahasiswa menggali ilmu lebih dalam tentang teknologi
informasi serta menyelenggarakan beberapa kegiatan yang berhubungan dengan
program studi computer yang terdapat di UPI ”YPTK” padang, seperti: kontes
koding, desain web, yang diikuti oleh beberapa orang programmer yang memiliki
kemampuan dalam bidang program.

2.5 Macam-Macam Organisasi Profesi Kependidikan


a. Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI)
PGRI lahir pada 25 November 1945, setelah 100 hari proklamasi
kemerdekaan Indonesia. Cikal bakal organisasi PGRI adalah diawali dengan nama
Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) tahun 1912, kemudian berubah nama
menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI) tahun 1932.
Pada saat didirikannya, organisasi ini disamping memiliki misi profesi juga
ada tiga misi lainnya, yaitu misi politis-deologis, misi peraturan organisaoris, dan
misi kesejahteraan. Misi profesi PGRI adalah upaya untuk meningkatkan mutu
guru sebagai penegak dan pelaksana pendidikan nasional. Guru merupakan pioner
pendidikan sehinnga dituntut oleh UUSPN tahun 1989: pasal 31; ayat 4, dan PP
No. 38 tahun 1992, pasal 61 agar memasuki organisasi profesi kependidikan serta
selalu meningkatkan dan mengembagkan kemampuan profesinya.
Misi politis-teologis tidak lain dari upaya penanaman jiwa nasionalise, yaitu
komitmen terhadap pernyataan bahwa kita bangsa yang satu yaitu bangsa
indonesia, juga penanaman nilai-nilai luhur falsafah hidup berbangsa dan
benegara, yaiitu panca sila. Itu sesungguhnya misi politis-ideologis PGRI, yang
dalam perjalanannya dikhawatirkan terjebak dalam area polotik praktis sehingga
tidak dipungkiri bahwa PGRI harus pernah menelan pil pahit, terperangkap oleh
kepanjangan tangan orde baru.
Misi peraturan organisasi PGRI merupakan upaya pengejawantahan peaturan
keorgaisasian , terutama dalam menyamakan persepsi terhadap visi, misi, dan
kode etik keelasan sruktur organisasi sangatlah diperlukan.
Dipandang dari segi derajat keeratan dan keterkaitan antaranggotanya, PGRI
berbentuk persatuan (union). Sedangkan struktur dan kedudukannya bertaraf
nasional, kewilayahan, serta kedaerahan. Keanggotaan organisasi profesi ini
bersifat langsung dari setiap pribadi pengemban profesi kependidikan. Kalau
demikian, sesunguhnya PGRI merupakan organisasi profesi yang memiliki
kekuatan dan mengakar diseluruh penjuru indonesia. Arrtinya, PGRI memiliki
potensi besar untuk meningkatkan hakikat dan martabat guru, masyarakat, lebih
jauh lagi bangsa dan negara.

b. Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI)


Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) lahir pada pertengahan tahun
1960-an. Pada awalnya organisasi profesi kependidikan ini bersifat regional
karena berbagai hal menyangkut komunikasi antaranggotanya. Keadaan seperti ini
berlangsung cukup lama sampai kongresnya yang pertama di Jakarta 17-19 Mei
1984.
Kongres tersebut menghasilkan tujuh rumusan tujuan ISPI, yaitu: (a)
Menghimpun para sarjana pendidikan dari berbagai spesialisasi di seluruh
Indonesia; (b) meningkatkan sikap dan kemampuan profesional para angotanya;
(c) membina serta mengembangkan ilmu, seni dan teknologi pendidikan dalam
rangka membantu pemerintah mensukseskan pembangunan bangsa dan negara;
(d) mengembangkan dan menyebarkan gagasan-gagasan baru dan dalam bidang
ilmu, seni, dan teknologi pndidikan; (e) meindungi dan memperjuangkan
kepentingan profesional para anggota; (f) meningkatkan komunikasi antaranggota
dari berbagai spesialisasi pendidikan; dan (g) menyelenggarakan komunikasi
antarorganisasi yang relevan.
Pada perjalanannya ISPI tergabung dalam Forum Organisasi Profesi Ilmiah
(FOPI) yang terlealisasikan dalam bentuk himpunan-himpunan. Yang tlah ada
himpunannya adalah Himpunan Sarjana Pendidikan Ilmu Sosial Indonesia
(HISPIPSI), Himpunan Sarjana Pendidikan Ilmu Alam, dan lain sebagainya.

c. Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI)


Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) didirikan di Malang pada tanggal
17 Desember 1975. Organisasi profesi kependidikan yang bersifat keilmuan dan
profesioal ini berhasrat memberikan sumbangan dan ikut serta secara lebih nyata
dan positif dalam menunaikan kewajiban dan tanggung jawabnya sebagai guru
pembimbing. Organisasi ini merupakan himpunan para petugas bimbingan se
Indonesia dan bertujuan mengembangkan serta memajukan bimbingan sebagai
ilmu dan profesi dalam rangka peningkatan mutu layanannya. Secara rinci tujuan
didirikannya Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) adalah sebagai berikut
ini:
a. Menghimpun para petugas di bidang bimbingan dalam wadah organisasi.
b. Mengidentifikasi dan mengiventarisasi tenaga ahli, keahlian dan
keterampilan, teknik, alat dan fasilitas yang telah dikembangkan di
Indonesia di bidang bimbingan, dengan demikian dimungkinkan
pemanfaatan tenaga ahli dan keahlian tersebut dengan sebaik-baiknya.
c. Meingatkan mutu profesi bimbingan, dalam hal ini meliputi peningkatan
profesi dan tenaga ahli, tenaga pelaksana, ilmu bimbingan sebagai disiplin,
maupun program layanan bimbingan (Anggaran Rumah Tangga IPBI,
1975).

d. Ikatan Guru Indonesia (IGI)


Gagasan pendirian IGI berasal dari diskusi di mailing list antara guru dan
para praktisi pendidikan, dan dilanjutkan dengan aksi nyata melalui pelatihan-
pelatihan peningkatan kompetensi guru, dengan nama Klub Guru Indonesia
(KGI). Sambutan para guru di berbagai kota di Indonesia nampaknya cukup baik,
sehingga di mana-mana kegiatan yang diadakan KGI selalu disambut hangat.
Beberapa kota dan propinsi bahkan mulai mendirikan perwakilan cabang/wilayah.
Apresiasi yang diberikan Mendiknas, Dirjen PMPTK dan beberapa pejabat di
Kemdiknas, serta dukungan pemerintah daerah (Gubernur dan Bupati/Walikota)
setempat, makin mempercepat pertumbuhan organisasi ini.

e. Federasi Guru Independen Indonesia (FGII)


Sesuai dengan seruan Education International (EI) maka usaha untuk
memperbaiki kondisi kerja guru swasta (dan guru di Indonesia pada umumnya)
pada dasarnya sama artinya dengan memperbaiki kondisi belajar anak-anak
Indonesia. Karena guru yang sejahtera, berkualitas dan terlindungi adalah bagian
terpenting dari hak-hak anak Indonesia untuk memperoleh pendidikan yang
berkualitas.
PGSI adalah organisasi profesi guru dan/atau serikat pekerja profesi guru
yang bersifat terbuka, independen, dan non Partai Politik. Visi PGSI :
Terwujudnya guru profesional yang mampu mendorong sistem pendidikan
demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi
hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.

f. Persatuan Guru Honor Indonesia (PGHI)


Diinisiasi oleh beberapa perwakilan guru sukarelawan maka terbangunlah
kesepakatan untuk membentuk sebuah wadah perjuangan pada tanggal 01
Oktober 2008 yang kemudian dinamakan Persatuan Guru Honor Indonesia
(PGHI), dimana pengertian guru honor sekolah itu sendiri adalah semua guru
honor yang belum mendapat pembiayaan tetap (gaji tetap) dari pemerintah tetapi
sepenuhnya tergantung kepada kebijakan sekolah tempat ia bertugas.

g. Asosiasi Guru Sains Indonesia (AGSI)


Era globalisasi dengan segala implikasinya menjadi salah satu pemicu
cepatnya perubahan yang terjadi pada berbagai aspek kehidupan masyarakat, dan
bila tidak ada upaya sungguh-sungguh untuk mengantisipasinya maka hal tersebut
akan menjadi maslah yang sangat serius. Dalam hal ini dunia pendidikan
mempunyai tanggung jawab yang besar, terutama dalam menyiapkan sumber daya
manusia yang tangguh sehingga mampu hidup selaras didalam perubahan itu
sendiri. Pendidikan merupakan investasi jangka panjang yang hasilnya tidak dapat
dilihat dan dirasakan secara instan, sehingga sekolah sebagai ujung tombak
dilapangan harus memiliki arah pengembangan jangka panjang dengan tahapan
pencapaiannya yang jelas dan tetap mengakomodir tuntutan permasalahan faktual
kekinian yang ada di masyarakat.

2.6 Fungsi Organisasi Profesi Keguruan


Organisasi profesi kependidikan berfungsi sebagai pemersatu seluruh anggota
profesi dalam kiprahnya menjalankan tugas keprofesiannya, dan memiliki fungsi
peningkatan kemampuan profesional seperti :
a. Fungsi Pemersatu
Yaitu dorongan yang menggerakkan para profesional untuk membentuk suatu
organisasi keprofesian. Motif tersebut begitu bervariasi, ada yang bersifat sosial,
politik ekonomi, kultural, dan falsafah tentang sistem nilai. Motif intrinsik dan
ekstrinsik.Intrinsik, para profesional terdorong oleh keinginannya mendapat
kehidupan yang layak, sesuai dengan tugas profesi yang diembannya. Secara
ekstrinsik mereka terdorong oleh tuntutan masyarakat pengguna jasa suatu profesi
yang semakin hari semakin kompleks.
b. Fungsi Peningkatan Kemampuan Profesional
Fungsi kedua dari organisasi kependidikan adalah meningkatkan kemampuan
profesional pengemban profesi kependidikan ini. Fungsi ini secara jelas tertuang
dalam PP No. 38 tahun 1992, pasal 61 yang berbunyi: Tenaga kependidikan dapat
membentuk ikatan profesi sebagai wadah untuk meningkatkan dan
mengembangkan karier, kemampuan, kewenangan profesional, martabat, dan
kesejahteraan tenaga kependidikan. Bahkan dalam UUSPN tahun 1989, pasal 31 ;
ayat 4 dinyatakan bahwa :Tenaga kependidikan berkewajiban untuk berusaha
mengembangkan kemampuan profesionalnya sesuai dengan perkembangan
tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pembangunan bangsa.
Kurikulum 1994 dapat dilakukan melalui dua program, yaitu program
terstruktur dan tidak terstruktur.Program terstruktur adalah program yang dibuat
dan dilaksanakan sedemikian rupa, mempunyai bahan dan produk kegiatan belajar
yang dapat diakreditasikan secara akademik dalam jumlah SKS tertentu.

2.7 Tujuan Organisasi Profesi Keguruan


Salah satu tujuan organisasi ini adalah mempertinggi kesadaran sikap, mutu
dan kegiatan profesi guru serta meningkatkan kesejahteraan guru. Sebagaimana
dijelaskan dalam PP No. 38 tahun 1992, pasal 61, ada lima misi dan tujuan
organisasi kependidikan, yaitu: meningkatkan dan/atau mengembangkan (1)
karier, (2) kemampuan, (3) kewenangan profesional, (4) martabat, dan (5)
kesejahteraan seluruh tenaga kependidikan. Sedangkan visinya secara umum
ialah terwujudnya tenaga kependidikan yang profesional.
Organisasi profesi sebagaimana telah disebutkan dalam UU RI pasal 40 ayat 1
mempunyi tujuan untuk memajukan profesi, meningkatkan kompetensi, krir,
wawasan pendidikan, perlindungan profesi, kesejahteran, dan pengabdian dalam
masyarakat.Sebagaimana dijelaskan dalam PP No. 38 tahun 1992, pasal 61, ada
lima misi dan tujuan organisasi kependidikan, yaitu : meningkatkan dan/atau
mengembangkan. Sedangkan visinya secara umum ialah terwujudnya tenaga
kependidikan yang profesional.
1. Meningkatkan dan/atau mengembangkan karier anggota, merupakan
upaya dalam mengembangkan karier anggota sesuai dengan bidang
pekerjaan yang diembannya. Karier yang dimaksud adalah perwujudan
diri seorang pengemban profesi secara bermakna, baik bagi dirinya
maupun bagi orang lain (lingkungannya) melalui serangkaian aktivitas.
Organisasi profesi berperan sebagai fasilitator dan motifator terjadinya
peningkatan karier setiap anggota. Adalah kewajiban organisasi profesi
kependidikan untuk mampu memfasilitasi dan memotifasi anggotanya
mencapai karier yang diharapkan sesuai dengan tugas yang diembannya.
2. Meningkatkan dan/atau mengembangkan kemampuan anggota, merupakan
upaya terwujudnya kompetensi kependidikan yang handal. Dengan
kekuatan dan kewibawaan organisasi, para pengemban profsi akan
memiliki mkekuatan moral untuk senantiasa meningkatkan
kemampuannya.
3. Meningkatkan dan/atau mengembangkan kewenangan profesional
anggota, merupakan upaya para profsional untuk menmpatkan anggota
suatu profesi sesuai dengan kemampuannya. Organisasi profesi
keendidikan bertujuan untuk megembangkan dan meningkatkan
kemampuan kepada anggotanya melaluai pendidikan atau latihan
terprogram.
4. Meningkatkan dan/atau mengembangkan martabat anggota, merupakan
upaya organisasi profesi kependidikan agar anggotanya terhindar dari
perlakuan tidak manusiawi dari pihak lain dan tidak melakukan praktik
melecehkan nilai-nilai kemanusiaan. Dengan memasuki organisasi profesi
keendidikan anggota sekaligus terlindungi dari perlakuan masyarakat yang
tidak mengindahkan martabat kemanusiaan dan berupaya memberikan
pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan standar etis yang disepakati.
5. Meningkatkan dan/atau mengembangkan kesejahteram, merupakan upaya
organisasi profesi keendidikan untuk meningkatkan kesejahteraanlahir
batin anggotanya. Dalam teori Maslow, kesejahteraan ini mungkin
menempati urutan pertama berupa kebutuhan fisiologis yang harus
dipenuhi. Banyak kiprah organisasi profesi keendidikan dalam
meningkatkan kesejahteraan anggota. Asprasi anggota melalui organisasi
terhadap pemerintah akan lebih terindahkan dibandingkan individu.
BAB II
KESIMPULAN

2.1 Kesimpulan
Secara etimologis, kode etik berarti pola aturan, tata cara, tanda, pedoman
etis dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Dengan kata lain, kode etik
merupakan pola aturan atau tata cara etis sebagai pedoman berperilaku. Etis
berarti sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang dianut oleh sekelompok orang
atau masyarakat tertentu.
Manfaat Kode Etik yaitu Sebagai pegangan dan pedoman tingkah laku guru
agar lebih bertanggung jawab terhadap profesinya. Kode etik profesi merupakan
sarana kontrol social bagi masyarakat atas profesi yang bersangkutan. Sampai
pada suatu kesimpulan bahwa hakikat profesi adalah suatu pernyataan atau suatu
janji yang terbuka.
Organisasi profesi kependidikan berfungsi sebagai pemersatu seluruh
anggota profesi dalam kiprahnya menjalankan tugas keprofesiannya, dan memiliki
fungsi peningkatan kemampuan profesional

2.3 Saran
Dalam melaksanakan tugas profesinya guru Indonesia sepatutnya menyadari
sepenuhnya bahwa perlu ditetapkan Kode Etik Guru Indonesia sebagai pedoman
bersikap dan berperilaku yang mengejewantah dalam bentuk nilai-nilai moral dan
etika dalam jabatan guru sebagai pendidik putera-puteri bangsa
Daftar Pustaka

Azwar, azrul. 1998. Pengantar administrasi kesehatan edisi kedua. Pt. Binarupa aksara.
Jakarta. Tersedia dalam : https://rynfrdn.wordpress.com/2011/05/15/organisasi-
profesi-dan-kode-etik-profesi/ (diakses pada 09 september 2018)
Fauzi, haris. 2009. Organisasi profesi keguruan. Jakarta: universitas islam negeri
syarif hidayatullah.
Http://izzaucon.blogspot.com/2014/06/organisasi-profesi.html (diakses pada 09
september 2018)
Https://idicabangkotabaru.wordpress.com/kode-etik-kedokteran-indonesia/ (diakses
pada 09 september 2018)
Ikatan konselor indonesia (2008). Arah pemikiran pengembangan profesi konselor.
Padang: iki. Tersedia dalam :
https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/03/08/menanti-peran-aktif-organisasi-
profesi/(diakses pada 09 september 2018)
Martin, alfred. 1993. Farmasi fisik, jilid ii edisi iii. Jakarta: ui-press. Tersedia dalam :
https://akhmadfauzi.weebly.com/etika--professionalisme-tsi-1/etika-profesi (diakses
pada 09 september 2018)
Pgri, 1973, buku kenangkenangan kongres pgri ke xiii 21 s.d. 25 nopember 1973 dan hut
pgri ke xxii. Tersedia dalam : http://nispasari123.blogspot.com/2013/12/makalahkode-
etik-dan-organisasi-profesi.html (diakses pada 09 september 2018)
R hermawan s., 1979, etika keguruan: suatu pendekatan terhadap kode etik guru.
Jakarta: pt. Margi waluyu. Tersedia dalam :
http://robisapoetra.blogspot.com/2013/11/peran-organisasi-dan-kode-etik-dalam.html
(diakses pada 09 september 2018)
Satory, djam’an dkk. 2008. Profesi keguruan. Jakarta: universitas terbuka
Suhrawardi lubis, 1994. Etika profesi hokum. Jakarta : sinar grafika. Tersedia
dalam : http://alfianmuzaki.blogspot.com/2014/10/pengertian-etika-profesi-etika-
profesi.html (diakses pada 09 september 2018)
Syamsudin, abin, budiman, nandang. 2002. Profesi keguruan 2. Jakarta, universitas
terbuka. Tersedia dalam : http://nispasari123.blogspot.com/2013/12/makalahkode-etik-
dan-organisasi-profesi.html (diakses pada 09 september 2018)
Wignjosoebroto 1999. Profesionalisme dunia pendidikan. Tersedia dalam :
https://mustikaramdhany.wordpress.com/2010/10/13/etika-profesi/ (diakses pada 09
september 2018)

Anda mungkin juga menyukai