Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PENGERTIAN TAJDID, MEMAHAMI HAKIKAT TAJDID


DALAM KEHIDUPAN, DAN MAKNA HAKIKAT TAJDID

Di Susun Oleh :
Kelompok I
RAHMAT SANJAYA (2284202026)
ERA PERMATA SARI (2284202040)
INDARMAS (2284202023)

Dosen Pengampu
FIRMAN FERIZA, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
MUHAMMADIYAH PAGAR ALAM
TAHUN AKADEMIK 2023/2024

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. wb.


Puji syukur dipersembahkan atas kehadirat Allah SWT, Dialah Tuhan
yang menurunkan agama Islam sebagai agama penyelamat. Dialah Tuhan Yang
Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat, inayah, taufiq dan hidayahnya sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya
yang sangat sederhana. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada baginda
Rasulullah SAW. Pada kesempatan ini juga kami mengucapkan termakasih atas
kedua orangtua yang telah mendukung dan memberikan fasilitas untuk
menyelesaikan makalah ini.
Kami berharap semoga makalah ini bisa membantu menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Dan semoga makalah ini dapat
memberikan kontribusi positif dalam proses belajar dan mengajar. Kami sadar,
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, Kami mohon maaf
bila ada informasi yang salah dan kurang lengkap. Kami juga mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca mengenai makalah ini Agar kedepannya Kami dapat
membuat makalah yang lebih baik lagi.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Pagar Alam, September 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER ....................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan ............................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Tajdid................................................................................ 3
B. Hakikat Tajdid Dalam Kehidupan ..................................................... 4
C. Makna Hakikat Tajdid ....................................................................... 6

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ........................................................................................ 8
B. Saran .................................................................................................. 8

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tidak ada satu agamapun, selain Agama Islam, yang dalam salah satu
ajarannya memprogramkan adanya tajdid atau pembaharuan. Program itu terasa
sangat jelas, karena diresmikan oleh si pembuat hukum, dalam hal ini adalah
Rasulullah Saw, melalui haditsnya. Lebih dari itu, tercantum jelas bahwa
pembaharuan itu terjadi pada setiap awal seratus tahun. Dengan demikian,
program tajdid sudah ada semenjak 1419 tahun yang lalu.
Bahkan, boleh disebut bahwa Rasulullah sendiri adalah mujaddid pertama
dalam Islam. Karena beliau telah berhasil merombak kejahiliyahan orang Arab
menjadi suatu bangsa yang agung dalam lintasan sejarah. Islam adalah agama
yang hidup, bergaul dengan gerak dan dinamika. Dari sinilah timbulnya
perubahan dan perkembangan dari satu tahap ke tahap yang lain, dari satu warna
ke warna yang lain. Dengan era dan dinamikanya itu Islam mampu membimbing
kehidupan manusia yang bergerak dan dinamis dari satu masa ke masa yang lain.
Gerak dan dinamika manusia inilah yang diantisipasi oleh Islam melalui tajdid,
agar kehidupan manusia dari satu masa ke masa selaras dengan tujuan tajdid itu
sendiri.
Tajdid adalah tradisi klasik Islam. Nasikh dan mansukh dalam al-Qur’an
terhadap beberapa ayat merupakan tanda bahwa Allah melakukan tajdid demi
kemaslahatan hamba Nya. Rasul pun tidak mau ketinggalan dalam hal ini.
perubahan kiblat dari Bait al-Maqdis ke Ka’bah al-Musyarafah, pelarangan ziarah
kubur lalu kemudian dibolehkan kembali dalam contoh tajdid.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Tajdid?
2. Bagaimana hakikat tajdid?
3. Bagaimana makna hakikat tajdid?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Tajdid
2. Untuk mengetahui hakikat tajdid
3. Untuk mengetahui makna hakikat tajdid

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tajdid
Secara bahasa kata “tajdid” diambil dari kata “Jaddada: Yujaddidu,
Tajdid”, yang berarti memperbaharui. Pada perkembangan selanjutnya para
ilmuwan kontemporer menerjemahkannya dengan reaktualisasi, modernisasi, dan
lain–lain. Dalam mengistilahi kata tajdid, ulama klasik dan kontemporer
mempunyai fisi masing–masing. al-Manawi menyatakan bahwa tajdid berarti
menginterpretasikan”. Dalam arti dapat menjelaskan mana al-sunah dan mana al-
bidah dan menolong para ilmuwan, serta menghancurkan ahli bid’ah dan
merendahkannya.1
Lain al-Manawi lain pula al-‘Alqami yang menyebutkan bahwa tajdid
adalah menghidupkan kembali amal perbuatan yang berasal dari al-Qur’an dan al-
Sunah yang telah terlupakan atau punah, serta dapat memeriksanya berdasarkan
keduanya. Dalam kesempatan yang lain al-Manawi menjelaskan bahwa tajdid
adalah upaya untuk mereaktualisasikan hukum syariat (Islam) yang telah terkubur,
menghidupkan kembali al-sunah, serta ilmu–ilmu agama, baik yang dzahir
maupun yang batin.
Kedua pendapat al-Manawi pernah dilansirkan oleh KH. Ahmad Basyir. 2
Sementara itu, Quraish Shihab berpendapat bahwa kata tajdid berarti
memperbaharui, menyegarkan kembali yang telah terlupakan, meluruskan yang
keliru, memberi solusi, serta memberi interpretasi baru dan ajaran agama. 3
Sementara itu, Ali Yafie berpendapat bahwa kata tajdid merupakan upaya
menerapkan norma–norma agama atas realitas sosial untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat dengan berpatokan kepada dasar landasan yang telah diletakkan oleh
agama itu melalui proses pemurnian yang dinamis.

1
al-Abd. Rouf Manawi, Faidul Qadis Syariah al-Jami’ al-Shoghir II (t.th.), 281.
2
Ahmad Azhar Basyir, KH, MA. Refleksi atas Persoalan Keislaman (Bandung: Mizan
1994), 226-226
3
Muh. Wahyuni Nafis, Kontekstualisasi Ajaran Islam (Jakarta: 70 tahun Prof.Dr.
Munawir Syazali, MA., 1995), 322

3
Tajdid merupakan suatu ruang yang luas dalam hal memperbaharui, cara
memahami, menginterpretasi, mereformulasi ajaran–ajaran agama yang berada
pada sisi ruang ijtihad. Pembaharuan menurut Harun Nasution mengandung arti
fikiran, aliran, gerakan, dan usaha untuk merubah faham, adat–istiadat, dan

institusi–institusi yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan


tekhnologi modern.4

B. Hakikat Tajdid Dalam Kehidupan


Tajdid adalah menghidupkan kembali apa yang telah dilupakan/
ditinggalkan dari ajaran-ajaran agama guna mereformasi kehidupan Kaum
Muslim secara umum ke arah yang lebih baik. Dalam hal ini makna tajdid
bukanlah mengubah yang lama dan menghilangkannya dari aslinya untuk
kemudian digantikan dengan sesuatu yang baru.
Sebagian ulama mendefinisikan tajdid sebagai upaya menghidupkan
kembali apa yang telah hilang dan terhapus dalam penerapan kandungan al-
Qur’an dan al-Sunah, serta perkara yang wajib dikerjakannya.5 Adapun makna
“yujaddidu lahâ dînahâ” berarti menjelaskan dan membedakan antara sunah dan
bidah, memper- banyak ilmu dan mendukung ulama, serta memberantas ahli
bidah.
Hal itu tidak akan tercapai kecuali bagi seorang yang alim dalam bidang
ilmu agama. Dengan demikian, tajdid dalam Islam bukan berarti membuat Islam
yang baru, tetapi mengembalikan Islam kepada masa Rasulullah SAW dan al-
hulafâ al-Râsyidûn berdasarkan sumber-sumbernya yang murni dengan
mempertimbangkan kondisi zaman.

Berbagai aspek yang diprogramkan bagi suatu kebangkitan islam (Tajdid) :

4
Prof.Dr. Nasution, Harun, Pembaharuan Dalam Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1975),11
5
Al-Manâwî, al-Fayd al-Qadîr, Juz 1, 10

4
1) Diagnosa penyakit-penyakit jaman. Penelaahan lingkungan dan kondisi
secara teliti dan memastikan secara tepat di mana, bagaimana dan sampai sejauh mana
‘kejahilan’ telah merajalela, apa dan dimana akarnya. Dan bagaimana
kedudukan islam pada saat itu.
2) Rencana pembaharuan ; mengambil keputusan yang pasti dimana harus
dilakukan serangan untuk melumpuhkan kekuatan non islam dan
memungkinkan islam menguasai seluruh kehidupan.
3) Perkiraan keterbatasan-keterbatasan dan sumber-sumber daya yang ada ;
mempertimbangkan dan memperkirakan kekuatan yang ada pada seseorang
serta menentukan garis langkah pembaharuan.
4) Revolusi intelektual ; membentuk ide, iman, dan pandangan moral
masyarakat ke dalam bentuk yang islamis. Memperbaharui system pendidikan
dan menghidupkan kembali ilmu-ilmu pengetahuan dan sikap-sikap islamis
secara umum.
5) Pembaharuan dalam praktek ; memberantas semua kebiasaan buruk,
mensucikan moral, mewariskan semangat melaksanakan Syari’ah dan
mempersiapkan orang-orang yang mampu melaksanakan kepemimpinan
islam.
6) Ijtihad : memahami asas-asas yang mendasar dalam agama, menilai
kebudayaan yang dianut saat itu serta perlbagai kecenderungan dari sudut
pandang islam. Lalu menentukan perubahan-perubahan yang ingin dihasilkan
sesuai dengan pola-pola.
7) Pertahanan Islam : mengimbangi kekuatan-kekuatan politik yang menekan
dan menghancurkan islam. Mematahkan kekuasaan mereka agar islam
menjadi suatu kekuatan yang hidup.

5
8) Menghidupkan kembali system islam : merebut kekuasaan atau wewenang
dari tangan-tangan di luar islam dam secara praktis mendirikan kembali
pemerintahan berdasarkan system yang telah disebut sebagai “Kekhalifahan ,
faham yang mengikuti pola kerasulan.
9) Revolusi semesta : tidak merasa puas dengan mendirikan sistim pemerintahan
islam pada sebuah atau beberapa Negara yang berpenduduk muslim. Untuk
menyebar luaskan Risalah islam yang bersifat reformatif dan revolusioner
kepada seluruh umat manusia secara besar-besaran. 6

C. Makna Hakikat Tajdid


Menurut Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Asep
Sholahudin, Tajdid mempunyai dua arti. Dalam bidang akidah dan ibadah, tajdid
bermakna pemurnian dalam arti mengembalikan akidah dan ibadah kepada
kemurniannya sesuai dengan Sunnah Nabi saw. Pemurnian ibadah berarti
menggali tuntunannya sedemikian rupa untuk menemukan bentuk yang paling
sesuai atau paling mendekati Sunnah Nabi Saw.
Berkaitan dengan akidah, pemurnian berarti melakukan pengkajian untuk
membebaskan akidah dari unsur-unsur khurafat dan tahayul. Diktum keimanan
yang dapat dipegangi adalah apa yang ditegaskan dalam al-Quran dan as-Sunnah.
Kepercayaan yang tidak bersumber kepada kedua sumber asasi tersebut tidak
dapat dipegang.

6
https://www.academia.edu/5018152/
BAB_I_HAKIKAT_KEBANGKITAN_ISLAM_TAJDID_ (Diakses di Pagaralam, pada tanggal
17 September 2023, Pukul 22:00 WIB)

6
“Pemurnian maksudnya mengembalikan akidah dan ibadah kepada
kemurniannya sesuai dengan Sunah Nabi Saw. Pemurnian ibadah berarti menggali
tuntunan ibadah dari Sunah Nabi Saw untuk menemukan yang paling sesuai atau
paling mendekatinya,” ucap Asep dalam Pengajian Malam Selasa pada Senin
(12/12).Selain pemurnian, Dalam bidang muamalat duniawiah, tajdid berarti
mendinamisasikan kehidupan masyarakat dengan semangat kreatif dan inovatif
sesuai tuntutan zaman. Bahkan dalam aspek ini beberapa norma di masa lalu dapat
berubah bila ada keperluan dan tuntutan untuk berubah dan memenuhi syarat-
syarat perubahan hukum syara’.
Misalnya di zaman lampau untuk menentukan masuknya bulan kamariah
baru, khususnya Ramadan, Syawal, dan Zulhijah, digunakan rukyat sesuai dengan
hadis-hadis rukyat dalam mana Nabi saw memerintah melakukan pengintaian
hilal. Namun pada zaman sekarang tidak lagi digunakan rukyat melainkan hisab,
sebagaimana dipraktikkan dalam Muhammadiyah.“Dalam aspek muamalat
duniawiyat beberapa norma di masa lalu dapat berubah bila ada keperluan dan
tuntutan untuk berubah. Misalnya penentuan masuknya bulan kamariah,
khususnya Ramadan, Syawal, dan Zulhijah,” ucap Asep.
Hakikat tajdid Merujuk pada konsep pembaruan atau penyegaran dalam
konteks berbagai aspek kehidupan, terutama dalam konteks agama atau
pemikiran. Dalam Islam, tajdid mengacu pada usaha untuk memahami dan
menghidupkan kembali ajaran-ajaran agama dengan memperbarui pemahaman
dan praktiknya sesuai dengan kebutuhan zaman.
Hakikat tajdid adalah untuk menjaga relevansi nilai-nilai dan prinsip-
prinsip agama dalam kehidupan sehari-hari dan mengatasi perubahan-perubahan
yang mungkin terjadi dalam masyarakat dan lingkungan. Ini juga dapat berarti
memperbarui metode dakwah atau pendidikan agama untuk mencapai pemahaman
yang lebih baik dan mendalam.
Jadi, secara umum, hakikat tajdid adalah usaha untuk memperbarui dan
menyegarkan ajaran-ajaran agama atau pemikiran agar tetap relevan dan
bermanfaat dalam konteks zaman yang berubah.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tajdid adalah pembaharuan, reaktualisasi hukum Islam. Tajdid dapat
diartikan pula sebagai upaya menghidupkan kembali pemahaman agama kepada
kondisi semula, sesuai yang diajarkan Rasul dengan melihat situasi dan kondisi
pada zaman kini. Tujuan tajdid adalah membersihkan Islam dari segala bid’ah,
khufarat, dan pendapat–pendapat yang tidak relevan dengan muqasid al-Syari’ah.
Tajdid sangat erat hubungannya dengan ijtihad. Lapangan tajdid adalah
bidang yang “dzaniy al-dilalah” atau bidang yang masih diperselisihkan
hukumnya oleh para ulama klasik, atau belum ada hukumnya sama sekali. Tajdid
dikembangkan dalam upaya menghadapi kemajuan zaman, kemajuan ilmu
pengetahuan, dan tekhnologi.
Mujaddid yang muncul pada penghujung setiap abad (100 tahun) bisa satu
orang yang diakui keberadaannya oleh semua golongan, ataupun sekelompok
orang yang memiliki berbagai bidang disiplin ilmu.

B. Saran
Kami sebagai penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, kedepannya kami akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan
tentang makalah di atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang dapat
dipertanggung jawabkan. Kami sangat menerima saran dan kritikan dari pembaca
untuk membuat makalah ini lebih baik lagi.

8
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Azhar Basyir, KH, MA. Refleksi atas Persoalan Keislaman (Bandung:
Mizan 1994), 226-226

al-Abd. Rouf Manawi, Faidul Qadis Syariah al-Jami’ al-Shoghir II (t.th.), 281.

Al-Manâwî, al-Fayd al-Qadîr, Juz 1, 10

https://www.academia.edu/5018152/
BAB_I_HAKIKAT_KEBANGKITAN_ISLAM_TAJDID_ (Diakses di
Pagaralam, pada tanggal 17 September 2023, Pukul 22:00 WIB)

Muh. Wahyuni Nafis, Kontekstualisasi Ajaran Islam (Jakarta: 70 tahun Prof.Dr.


Munawir Syazali, MA., 1995), 322

Prof.Dr. Nasution, Harun, Pembaharuan Dalam Islam (Jakarta: Bulan Bintang,


1975),11

Anda mungkin juga menyukai