Anda di halaman 1dari 17

PERAN KOMITE SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN

MUTU PENDIDIKAN

Makalah

Disusun Guna Melengkapi Tugas

Mata Kuliah Manajemen Pendidikan Nasional

Pengampu : Dr. Titik Hariyati, M.Si.

Oleh

Kelompok 1

1. Agustina Nugrahini (20510003)


2. Iwan Setiawan (20510020)
3. Robiatun (20510022)
4. Sejatiningsih (20510023)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN (S2)


PASACSARJANA UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
DESEMBER 2020
KATA PENGATAR

       Puji syukur kepada Allah SWT. Karena Berkat nikmat dan rahmat-Nyalah penulis
dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar tanpa halangan yang berarti, dan tidak lupa
sholawat dan salam kepada Nabi besar Muhammad SAW yang telah membebaskan kita dari
zaman kebodohan.
        Dalam makalah ini penulis membahas tentang “Peran Komite Sekolah Dalam
Meningkatkan Mutu Pendidikan”. Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Manajemen Pendidikan Nasional. Makalah ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi
bagi yang membutuhkan baik dunia pendidikan ataupun para akademis yang ingin
meningkatkan pengetahuannya.
Terimakasih kami ucapkan kepada Dosen Pembimbing dan seluruh pihak yang telah
ikut berpatisipasi dalam penyelesaian makalah ini,. Mudah-mudahan penulisan makalah
tentang Peran Komite Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan ini dapat bermanfaat
dan dapat menjadi bahan acuan bagi para pembaca,
Apabila ada kesalahan dalam makalah ini penyusun minta maaf. Karena kealpaan dan
kekhilafan itu adalah sifat manusia yang nyata di dunia. Apabila ada kritik dan saran
membangun dalam penulisan maupun dalam pembahasan makalah ini demi kemajuan
pendidikan, sangat diharapkan.
Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih

                                                                                             
                                                                                          Demak, Desember 2020
                                                                                              Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................................... i


KATA ii
PENGANTAR .....................................................................................................
DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
A. Latar 1
Belakang ..............................................................................................
B. Rumusan 2
Masalah .........................................................................................
C. Tujuan 2
……………....................................................................................... 2
D. Manfaat………………………………………………………………….....
.
BAB II. PEMBAHASAN ............................................................................................... 3
A. Definisi Komite Sekolah .............................................................................. 3
B. Tujuan Pembentukan Komite 4
Sekolah ..........................................................
C. Peran dan Fungsi Komite 5
Sekolah ................................................................
D. Strategi Pemberdayaan Komite Sekolah Untuk Meningkatkan Mutu
Pendidikan .................................................................................................... 8
BAB III. 12
PENUTUP ........................................................................................................
A. Simpulan ........................................................................................................ 12
B. Saran .............................................................................................................. 12
.
DAFTAR 13
PUSTAKA ......................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyelenggaraan otonomi daerah harus diartikan sebagai upaya pemberdayaan


daerah dan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam segala bidang
kehidupan, termasuk bidang pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan bukan hanya
ditentukan dan dipengaruhi oleh tujuan pendidikan, peserta didik, pendidik (guru), isi
pendidikan, metode pendidikan, alat pendidikan, tetapi juga ditentukan dan dipengaruhi oleh
lingkungan pendidikan itu sendiri dalam hal ini masyarakat. Untuk meningkatkan peran serta
masyarakat dalam bidang pendidikan, diperlukan wadah yang dapat mengakomodasi
pandangan, aspirasi, dan menggali potensi masyarakat untuk menjamin demokratisasi,
transparansi, dan akuntabilitas. Salah satu wadah tersebut adalah Dewan Pendidikan di
tingkat kabupaten/kota dan Komite Sekolah di tingkat satuan pendidikan.

Salah satu wujud aktualisasi dari upaya mewujudkan peran serta masyarakat
dalam pendidikan dibentuklah suatu badan yang mengganti keberadaan Badan Pembantu
Penyelenggara Pendidikan (BP3) yakni Komite Sekolah melalui Keputusan Menteri
Pendidikan Nasional nomor: 044/U/2002 tanggal 2 April 2002 tentang Dewan Pendidikan
dan Komite Sekolah yang selanjutnya diperbarui dengan Permendikbud No: 75 Tahun 2016
khusus tentang Komite Sekolah. Penggantian nama BP3 menjadi Komite Sekolah didasarkan
atas perlunya keterlibatan masyarakat secara penuh dalam meningkatkan mutu pendidikan.

Salah satu tujuan pembentukan Komite Sekolah adalah meningkatkan tanggung


jawab dan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan.
Hal ini berarti peran serta masyarakat sangat dibutuhkan dalam peningkatkan mutu
pendidikan, bukan hanya sekadar memberikan bantuan berwujud material saja, namun juga
diperlukan bantuan yang berupa pemikiran, ide, dan gagasan-gagasan inovatif demi kemajuan
suatu sekolah.

Beberapa alasan penulis mencantumkan peranan komite sekolah antara lain : 1)


adanya fenomena yang berkembang di masyarakat terhadap keberadaan Komite Sekolah
dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan 2) Komite Sekolah merupakan organisasi baru
dalam dunia pendidikan yang menarik untuk ditelaah lebih mendalam khususnya dalam
membantu meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang penulis susun adalah
sebagai berikut:
1. Apa definisi dari komite sekolah?
2. Apa tujuan dibentuknya komite sekolah?
3. Apa peran dan fungsi komite sekolah?
4. Bagaimana strategi pemberdayaan komite sekolah untuk meningkatkan mutu
pendidikan?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas maka tujuan penulis adalah untuk:
1. Untuk mengetahui definisi dari komite sekolah?
2. Untuk mengetahui tujuan dibentuknya komite sekolah?
3. Untuk mengetahui peran dan fungsi komite sekolah?
4. Untuk mengetahui strategi pemberdayaan komite sekolah untuk meningkatkan mutu
pendidikan?
D. Manfaat
1. Bagi Lembaga/Sekolah
Sekolah mengetahui dan mengerti peran komite sekolah dan dapat mewujudkan
kepengurusan dan keberjalanan fungsi komite sekolah secara maksimal
2. Bagi Guru
Sebagai informasi mengenai upaya yang telah dilakukan Komite Sekolah dalam
meningkatkan mutu pendidikan.
3. Bagi Komite Sekolah
Sebagai sarana untuk menumbuh kembangkan upaya meningkatkan mutu pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Komite Sekolah


Menurut Djam’an Satori (2001), sebagai konsekuensi untuk mengakomodasi
aspiras, harapan dan kebutuhan stakeholder sekolah, maka perlu di kembangkan adanya
wadah untuk menampung dan menyalurkannya. Wadah tersebut berfungsi sebagai forum di
mana representasi para stakeholder Sekolah terwakili secara proporsional. Dalam berbagai
dokumen yang ada dan consensus yang telah muncul dalam berbagai forum, wadah ini di beri
nama Komite Sekolah. Badan sejenis ini di Australiadi sebut School Council.
Dalam pengertian lain, Djam’an Satori menyebutkan bahwa komite Sekolah
merupakan suatu badan yang berfungsi sebagai forum resmi untuk mengakomodasikan dan
membahas hal-hal yang menyangkut kepentingan kelembagaan sekolah (Mulyono,
2008:258). Sedangkan menurut keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002,
Komite Sekolah merupakan sebuah badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat
dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di
satuan pendidikan baik pada pendidikan prasekolah, jalur pendidikan Sekolah, maupun jalur
pendidikan luar Sekolah. Untuk penamaan badan di sesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan
daerah masing-masing satuan pendidikan, seperti komite sekolah, majelis madrasah , komite
TK, atau nama-nama lain yang di sepakati bersama (Hasbullah, 2006:90).
Komite Sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat
dalam rangka peningkatan mutu, pemerataan dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan
pendidikan, dibentuk berdasarkan musyawarah yang demokratis oleh stakeholder pendidikan
(Sujanto, 2007:61).
Komite Sekolah merupakan suatu badan atau lembaga non politis dan non profit,
dibentuk berdasarkan musyawarah yang demokratis oleh para stakeholder pendidikan di
tingkat sekolah, sebagai representasi dari berbagai unsur yang bertanggung jawab terhadap
peningkatan kualitas proses dan hasil pendidikan (Fattah, 2004:70).
Dari definisi-definisi di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa Komite Sekolah
adalah suatu lembaga yang mewadahi peranserta masyarakat dalam rangka peningkatan
mutu dan dibentuk berdasarkan musyawarah demokratis oleh stakeholder pendidikan yang
ada di sekolah.
Komite Sekolah yang berkedudukan di setiap satuan pendidikan merupakan badan
mandiri yang tidak memiliki hubungan hierarkis dengan lembaga pemerintahan. Komite
Sekolah dapat terdiri dari satuan pendidikan atau beberapa satuan pendidikan yang berbeda
jenjang, tetapi berada pada lokasi yang berdekatan, atau satuan-satuan pendidikan yang di
kelola oleh suatu penyelenggara pendidikan, atau karena pertimbangan orang lain. Pada
dasarnya posisi komite sekolah berada di tengah-tengah antara orang tua murid, murid, guru,
masyarakat setempat, dan kalangan swasta di satu pihak dengan pihak sekolah sebagai
institusi, kepala sekolah, Dinas pendidikan wilayahnya, dan pemerintah daerah di pihak
lainnya. Peran komite sekolah di harapkan dapat menjembatani kepentingan keduanya
(Hasbullah,2006:90).

B. Tujuan Pembentukan Komite Sekolah


Komite Sekolah dibentuk dengan maksud agar ada suatu organisasi masyarakat
sekolah yang konsen, komit, dan mempunyai loyalitas serta peduli terhadap peningkatan
kualitas sekolah. Organisasi yang dibentuk ini dapat dikembangkan secara khas dan berakar
dari budaya, demografis, ekologis, nilai kesepakatan, serta kepercayaan yang dibangun sesuai
potensi masyarakat setempat. Oleh karena itu, Komite Sekolah yang dibangun di manapun
adanya harus merupakan pengembangan kekayaan filosofis masyarakat secara kolektif. Hal
ini mengandung pengertian bahwa Komite Sekolah harus mengembangkan konsep yang
berorientasi pada pengguna (client model) dalam istilah ekonomi adalah pelanggan
(customer) berbagai kewenangan (power sharing and advocacy model) dan kemitraan
(partnership model) yang difokuskan pada peningkatanmutu pelayanan pendidikan.
Pengembangan konsep yang berorientasi kepada pelanggan (customer)
menekankan pada Komite Sekolah agar secara konsisten melakukan suatu perbaikan yang
berkelanjutan untuk mencapai kebutuhan dan kepuasan pengguna/pelanggan. Oleh karena itu,
institusi pendidikan memosisikan dirinya sebagai institusi jasa atau dengan kata lain menjadi
industri jasa, yakni institusi yang memberikan pelayanan (service) sesuai dengan apa yang
diinginkan oleh pengguna/pelanggan.
Komite Sekolah sebagai organisasi mitra Sekolah memiliki peran yang sangat
strategis dalam upaya turut serta mengembangkan pendidikan di Sekolah. Menurut
Hendarmoko dan Samsuddin (2008:32) menyatakan pembentukan Komite Sekolah
bertujuan :
1.    Mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam melahirkan
kebijakan dan program ditingkat pendidikan.
2.    Meningkatkan tanggung jawab dan peran serta aktif dan seluruh lapisan masyarakat
dalam penyelenggaraan pendidikan.
3.    Menciptakan kondisi dan pelayananan pendidikan yang bermutu di suatu pendidikan.

Untuk dapat melaksanakan peran dan fungsinya, Komite Sekolah harus menyusun
program kerja atau sebuah perencanaan program atau aatau dalam hal ini Komite Sekolah
membutuhkan pengelolaan yang baik agar dapat mewujudkan tujuan-tujuan yang telah
direncanakan sebelumnya. Pengelolaan Komite Sekolah merupakan suatu cara untuk
mengatur sebuah program, mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
evaluasi, dengan memanfaatkan sumber daya yang ada dalam rangka memaksimalkan peran
dan fungsi Komite Sekolah agar tujuan dibentuknya Komite Sekolah dapat tercapai secara
efektif dan efisien.

C. Peran dan Fungsi Komite Sekolah


Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara orang tua, masyarakat, dan
pemerintah. Sayangnya, ungkapan bijak tersebut sampai saat ini lebih banyak bersifat slogan
dan masih jauh dari harapan yang sebenarnya. Boleh di katakan tanggung jawab masing-
masing masih belum optimal, terutama peran serta masyarakat yang sampai saat ini masih di
rasakan belum banyak di berdayakan.
Di dalam UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, pada
pasal 54 di kemukakan:
1.   Peran serta masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta perorangan, kelompok
keluarga, organisasi profesi, pengusaha, dan organisasi kemasyarakatan dalam
penyelenggaraan dan pengendalian mutu pelayanan pendidikan.
2.   Masyarakat dapat berperan serta sebagai sumber, pelaksana, dan pengguna hasil
pendidikan.
Secara lebih spesifik, pada pasal 56 di sebutkan bahwa di masyarakat ada dewan
pendidikan dan komite sekolah atau komite madrasah, yang berperan sebagai berikut:
1.   Masyarakat berperan dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan yang meliputi
perencanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan melalui dewan pendidikan
dan komite sekolah/madrasah.
2.   Dewan pendidikan sebagai lembaga mandiri di bentuk dan berperan dalam peningkatan
mutu pelayanan pendidikan dengan memberikan pertimbangan, arahan, dan dukungan
tenaga, sarana, dan prasarana serta pengawasan pendidikan di tingkat nasional, provinsi
dan kabupaten/kota yang tidak mempunyai hubungan hierarkis.
3.   Komite sekolah/madrasah sebagai lembaga mandiri di bentuk dan berperan dalam
peningkatan mutu pelayanan dan memberikan pertimbangan, arahan, dan dukungan
tenaga, sarana dan prasarana serta pengawasan pendidikan pada tingkat satuan
pendidikan.
Atas dasar untuk pemberdayaan masyarakat itulah, maka di gulirkan konsep
komite sekolah sebagaimana di kemukakan di atas. Berdasarkan Keputusan Mendiknas
No.044/U/2000, keberadaan komite sekolah berperan sebagai berikut:
1.   Pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan
pendidikan di satuan pendidikan.
2.   Pendukung (supporting agency) baik yang berwujud finansial, pemikiran, maupun
tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan disatuan pendidikan.
3.  Pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan akuntabilitas
penyelenggaraan dan keluaran pendidikan disatuan pendidikan.
4.   Mediator antara pemerintah (eksklusif) dan dengan masyarakat di satuan pendidikan
(Sujanto, 2007:62).
Untuk dapat memberdayakan dan meningkatkan peran masyarakat, sekolah harus
dapat membina kerja sama dengan orang tua dan masyarakat, menciptakan suasana kondusif
dan menyenangkan bagi peserta didik dan warga sekolah. Itulah sebabnya maka paradigma
MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) mengandung makna sebagai manajemen partisipatif
yang melibatkan peran serta masyarakat sehingga semua kebijakan dan keputusan yang di
ambil adalah kebijakan dan keputusan bersama, untuk mencaai keberhasilan bersama
(Hasbullah,2006:93). Dengan demikian, prinsip kemandirian dalam MBS adalah kemandirian
dalam nuansa kebersamaan. Hal ini merupakan aplikasi dari prinsip-prinsip yang di sebut
sebagai total quality management, melalui suatu mekanisme yang di kenal dengan konsepsi
total football dengan menekankan pada mobilisasi kekuatan secara sinergis yang mengarah
pada satu tujuan, yaitu peningkatan mutu dan kesesuaian pendidikan dengan pengembangan
masyarakat (Hamzah,2007:93).
Adapun fungsi dari komite sekolah diantaranya adalah:
1. Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat.
2. Kerjasama dengan masyarakat.
3. Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai kebutuhan
pendidikan
4. Memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada satuan pendidikan
mengenai:
a. Kebijakan dan program pendidikan.
b. Rencana Anggaran Pendidikan dan Belanja Sekolah (RAPBS).
c. Kriteria kinerja satuan pendidikan.
d. Kriteria tenaga pendidikan.
e. Kriteria fasilitas pendidikan.
f. Hal-hal lain yang berkaitan dengan pendidikan.
5. Mendorong orang tua dan masyarakat berpatisipasi dalam pendidikan guna mendukung
peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan.
6. Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaaan penyelenggaraan pendidikan
di satuan pendidikan.
7. Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijkan, program, penyelenggaraan dan
keluaran pendidikan di satuan pendidikan (Hasbullah, 2006: 93-94)
Depdiknas dalam bukunya Partisipasi Masyarakat, menguraikan tujuh peranan
Komite Sekolah terhadap penyelenggaraan sekolah, yakni:
1. Membantu meningkatkan kelancaran penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar di
sekolah baik sarana, prasarana maupun teknis pendidikan.
2. Melakukan pembinaan sikap dan perilaku siswa. Membantu usaha pemantapan
sekolah dalam mewujudkan pembinaan dan pengembangan ketakwaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, pendidikan demokrasi sejak dini (kehidupan berbangsa dan
bernegara, pendidikan pendahuluan bela negara, kewarganegaraan, berorganisasi, dan
kepemimpinan), keterampilan dan kewirausahaan, kesegaran jasmani dan berolah raga,
daya kreasi dan cipta, serta apresiasi seni dan budaya.
3. Mencari sumber pendanaan untuk membantu siswa yang tidak mampu.
4. Melakukan penilaian sekolah untuk pengembangan pelaksanaan kurikulum, baik intra
maupun ekstrakurikuler dan pelaksanaan manajemen sekolah, kepala/wakil kepala
sekolah, guru, siswa, dan karyawan.
5. Memberikan penghargaan atas keberhasilan manajemen sekolah.
6. Melakukan pembahasan tentang usulan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Sekolah (RAPBS).
7. Meminta sekolah  agar mengadakan pertemuan untuk kepentingan tertentu
(Depdiknas, 2001:17).
8. Mengacu pada peranan Komite Sekolah terhadap peningkatan mutu pendidikan,
sudah barang tentu memerlukan dana. Dana dapat diperoleh melalui iuran anggota
sesuai kemampuan, sumbangan sukarela yang tidak mengikat, usaha lain yang tidak
bertentangan dengan maksud dan tujuan pembentukan Komite Sekolah.
Sebagai realisasi dari berbagai peran dan fungsi Komite Sekolah serta manifestasi
dari sistem pendidikan yang demokratis (di mana pendidikan adalah milik rakyat, dari dan
untuk rakyat), maka Komite Sekolah harus melakukan akuntabilitas sebagai berikut:
1. Komite Sekolah menyampaikan hasil kajian pelaksanaan program sekolah kepada
stakeholder secara periodik, baik yang berupa keberhasilan maupun kegagalan dalam
pencapaian tujuan dan sasaran program sekolah.
2. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban bantuan masyarakat baik berupa materi
(dana, barang tak bergerak maupun bergerak), maupun non materi (tenaga, pikiran)
kepada masyarakatdan pemerintah setempat.
Dengan adanya akuntabilitas kepada stakeholder maka kemajuan, keberhasilan
serta kelebihan sekolah baik dalam proses pembelajaran maupun dalam sarana prasarana
pendidikan dapat diketahui dan dinikmati bersama. Hal ini berakibat mereka sebagai
pengguna/pelanggan (customer) jasa pendidikan maupun partner akan merasa puas terhadap
pelayanan (service) sekolah tersebut.
Demikian pula sebaliknya, apabila diketahui bahwa sekolah terkait mengalami
kemunduran, kegagalan serta kekurangan maka dengan serta-merta Komite Sekolah beserta
stakeholder akan berusaha semaksimal mungkin untuk mencari solusi bersama demi
kesuksesan dan kemajuan sekolah tersebut.

D. Strategi Pemberdayaan Komite Sekolah Untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan


Mutu dalam konteks "hasil" pendidikan mengacu pada prestasi yang dicapai oleh
sekolah pada setiap kurun waktu tertentu. Prestasi yang dicapai atau hasil pendidikan
(student achievement) dapat berupa hasil tes kemampuan akademis, dapat pula prestasi
bidang lain seperti olah raga, seni atau keterampilan tertentu (komputer, beragam jenis
teknik, jasa). Bahkan prestasi sekolah dapat berupa kondisi yang tidak dapat dipegang
(intangible) seperti suasana disiplin, keakraban, saling menghormati, kebersihan, dan
sebagainya (Umaedi, 1999:9).
Pengertian mutu secara umum adalah gambaran dan karakteristik yang menyeluruh
dari barang - barang dan jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan
kebutuhan yang ditentukan dalam konteks pendidikan. Pengertian mutu mencakup Input,
proses dan output pendidikan (Depdiknas Buku 1 MPMBS, 2001:25). Input pendidikan
adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena kebutuhan untuk keberlangsungan proses.
Input pendidikan meliputi SDM dan perangkat lunak serta harapan-harapan sebagai pemandu
bagi berlangsungnya proses dan pencapaian target.
Sekolah bukanlah suatu lembaga yang terpisah dari masyarakat. Sekolah
merupakan lembaga yang bekerja dalam konteks sosial. Sekolah mengambil siswanya dari
masyarakat setempat, sehingga keberadaannya dan mutu pendidikannya tergantung dari
dukungan sosial dan finansial masyarakat. Oleh karena itu, hubungan sekolah dan masyarakat
merupakan salah satu komponen penting dalam keseluruhan kerangka penyelenggaraan
pendidikan.
Menurut Salim Moch. (2011:101) komite sekolah dalam prakteknya dapat
memberikan dukungan berupa upaya mendorong orang tua siswa dan masyarakat dalam
rangka pembiayaan penyelenggaraan pendidikan dengan menyampaikan terlebih dahulu
program sekolah dan program komite sekolah.
Adanya hubungan yang harmonis antar sekolah dan masyarakat yang diwadahi
dalam organisasi Komite Sekolah, sudah barang tentu mampu mengoptimalkan peran serta
orang tua dan masyarakat dalam memajukan program pendidikan, dalam bentuk:
1. Orang tua dan masyarakat membantu menyediakan fasilitas pendidikan, memberikan
bantuan dana serta pemikiran atau saran yang diperlukan sekolah.
2. Orang tua memberikan informasi kepada sekolah tentang potensi yang dimiliki
anaknya, dan
3. Orang tua menciptakan rumah tangga yang edukatif bagi anak (Depdiknas, 2001:19).
Berkenaan dengan peningkatan hubungan sekolah dengan masyarakat, subtansi
pembinaannya harus diarahkan kepada meningkatkan kemampuan seluruh personil sekolah
dalam :
1. Memupuk pengertian dan pengetahuan orang tua tentang pertumbuhan pribadi anak.
2. Memupuk pengertian orang tua tentang cara mendidik anak yang baik, dengan
harapan mereka mampu memberikan bimbingan yang tepat bagi anak-anaknya dalam
mengikuti pelajaran.
3. Memupuk pengertian orang tua dan masyarakat tentang program pendidikan yang
sedang dikembangkan di sekolah.
4. Memupuk pengertian orang tua dan masyarakat tentang hambatan-hambatan yang
dihadapi sekolah.
5. Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berperan serta memajukan
sekolah.
6. Mengikutsertakan orang tua dan tokoh masyarakat dalam merencanakan dan
mengawasi program sekolah (Depdiknas, 2001:20).
Pada dasarnya pemberdayaan komite sekolah dalam konteks MBS adalah melalui
koordinasi dan komunikasi. Koordinasi yang dilakukan kepala sekolah dengan para guru dan
masyarakat dapat dilakukan secara vertikal, horizontal, fungsional, dan diagonal. Koordinasi
dilakukan secara terus menerus sebagai upaya konsolidasi untuk memperkuat kelembagaan
dalam mencapai tujuan. Contoh, mengadakan pertemuan informal antara para pejabat, serta
mengadakan rapat, baik secara reguler maupun insidental.
Ada tiga aspek yang perlu diperhatikan dalam upaya penguatan kelembagaan
Komite Sekolah, yaitu:
1.    Prinsip-prinsip yang menjadi fondasi pembentukan Komite Sekolah; ada tujuh
langkah baku pembentukan Komite Sekolah, yaitu:
a.       Melakukan (forum) sosialisasi pembentukan komite sekolah
b.      Penyusunan kriteria dan identifikasi bakal calon anggota (berdasarkan usulan
masyarakat)
c.       Seleksi anggota berdasarkan kriteria
d.      Pengumuman nama-nama bakal calon anggota guna menampung bila ada
keberatan terhadap satu atau lebih bakal calon
e.       Pengumuman nama-nama calon yang sudah disepakati masyarakat
f.       Pemilihan komite sekolah berdasarkan musyawarah mufakat atau pemungutan
suara
g.      Penyampaian nama-nama komite sekolah terpilih.
2.      Melaksanakan peran dan fungsi Komite Sekolah untuk meningkatkan mutu layanan
pendidikan
3.      Membangun hubungan kemitraan dan kerjasama secara sinergis antara Sekolah,
Keluarga dan Masyarakat. Unsur-unsur yang membentuk komunitas sekolah adalah
terdiri dari individu dan kelompok, kelompok dalam satuan
pendidikan, orang tua dan keluarga serta masyarakat di sekitar satuan pendidikan
tersebut. Unsur-unsur tersebut harus terbangun jalinan hubungan kemitraan secara
sistemik, sebagaimana prinsip kemitraan, yaitu:
a.       Saling membutuhkan
b.      Saling mempercayai
c.       Saling ”menguntungkan” (memberi manfaat)
d.      Dilandasi kemitraan dan semangat untuk kepentingan bersama
Pemberdayaan dapat pula dilakukan dengan menjalin komunikasi yang baik.
Komunikasi dalam konteks tatakrama profesional dapat meningkatkan hubungan baik antara
pimpinan sekolah dengan para guru dan staf, dan pihak sekolah dengan komite sekolah.
Dalam berkomunikasi, kepala sekolah perlu:
1. Bersifat terbuka
2. Mendorong para guru untuk mau dan mampu memecahkan masalah-masalah
pembelajaran dan kependidikan
3. Mendorong pengembangan potensi akademik dan profesional melalui pertemuan
dengan komite sekolah maupun organisasi profesi, serta
4. Memotivasi tenaga pendidik dan kependidikan untuk terus mengembangkan diri.
Perbaikan Mutu Pendidikan harus dimulai dari Sekolah sebagai tempat proses
belajar mengajar yang berlansung. Tanpa memperhatikan kebutuhan proses belajar mengajar
yang berlangsung didalam kelas usaha peningkatan mutu pendidikan tidak akan memiliki
dampak bagi perbaikan pendidikan nasional. Keberadaan Komite Sekolah sebagaimana
disebutkan melalui Keputusan Menteri Pendidikan Nasional, bahwa Komite Sekolah sebagai
Pemberi masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada satuan pendidikan. Melihat
kondisi dan keprihatinan terhadap kualitas pendidikan dengan tidak optimalnya peran Komite
Sekolah, maka perlu berbagai strategi untuk melakukan pemberdayaan Komite Sekolah.
Bentuk pemberdayaan Komite Sekolah dapat dilakukan dengan cara :
1. Pemberdayaan Komite Sekolah dilakukan secara bottom up oleh Dewan Pendidikan
Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, setiap Dewan Pendidikan.
2. Kabupaten/Kota harus memiliki tenaga fasilitator yang mempunyai tugas untuk
melakukan pendampingan kepada Komite Sekolah.
3. Untuk menghasilkan fasilitator pemberdayaan Komite Sekolah sebagaimana
diharapkan, perlu diadakan TOT (training of trainer) fasilitator pemberdayaan
Komite Sekolah, yang diikuti oleh calon-calon fasilitator yang dikirimkan oleh
Dewan Pendidikan Kabupaten/Kota dan Propinsi. Melalui kegiatan TOT
pemberdayaan Komite Sekolahini, para peserta diharapkan dapat menjadi fasilitator
pemberdayaan Komite Sekolah.
4. Kegiatan TOT tersebut memerlukan bahan atau materi pemberdayaan Komite
Sekolah sehingga perlu disusun beberapa modul pemberdayaan Komite Sekolah
yang bukan hanya akan diberikan sebagai materi yang akan diberikan dalam
kegiatan TOT, tetapi akan menjadi bekal dasar yang akan digunakan oleh fasilitator
untuk melaksanakan tugasnya di lapangan.
Sudah tentu program pemberdayaan Komite Sekolah dapat dinilai berhasil jika
telah tercapai beberapa indikator, misalnya proses pembentukan Komite Sekolah di masa
depan tidak lagi dilakukan secara instant, melainkan melalui proses dan mekanisme yang
demokratis, transparan dan akuntabel.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Dari uraian yang telah dijelaskan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa setiap
Komite Sekolah harus mengetahui peran dan fungsi yang harus dijalankannya yaitu sebagai
pemberi pertimbangan, sebagai pendukung, sebagai pengontrol dan sebagai mediator antara
pemerintah dengan masyarakat. Untuk meningkatkan peran masyarakat, maka penting bagi
pihak Sekolah untuk menjalin kerjasama anatar pihak Sekolah, orang tua dan juga
masyarakat. Sehingga akan terjalin hubungan yang kondusif.
Dalam konsep manajemen berbasis Sekolah sebagai peningkatan mutu pendidikan,
Sekolah harus bekerja sama dengan orangtua, pemerintah, dan masyarakat dalam
meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu bentuknya adalah peran serta masyarakat dalam
meningkatkan mutu ialah membentuk Komite Sekolah yang bertujuan untuk mewadahi dan
menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam melahirkan kebijakan dan program
pendidikan di satuan pendidikan. Komite Sekolah memiliki peranan yaitu pemberi
pertimbangan, pendukung, baik berupa dukungan finansial, pemikiran, dan tenaga, dan
perannya dalam penyelenggaraan pendidikan sehingga mutu pendidikan semakin meningkat.

B. Saran
Pada zaman sekarang, umumnya masyarakat dan khususnya para orangtua
menyerahkan anaknya langsung kepada sekolah untuk dididik oleh pihak sekolahh dan orang
tua menerima apa saja keputusan dari sekolah, selain itu, banyak juga komite sekolah yang
fungsinya kurang optimal. Untuk memperbaiki kekurangan itu, hendaknya masyarakat
khususnya orangtua harus dapat berperan aktif dalam pengembangan pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2007. Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah.


Jakarta: Depdikbud

Fattah, Nanang. 2008. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Pidarta, Made. 2004. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta

Hasbullah. 2006. Otonomi Pendidikan. Jakarta: PT. Grafindo

Moch. Salim.2017. Konsep Diri Dalam Pendidikan. Jakarta: ARCAN.

Satori, Djama’an. 2001. Manajemen Berbasis Sekolah Konsep Strategi Dan Implementasi.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sujanto, H.M. 2007. Administrasi Pendidikan. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.

Sujanto, Bedjo. 2007. Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah. Jakarta: Sagung Seto
Suryosubroto, B. 2010. Manajemen Pendidikan di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta

Umaedi, Hadiyanto dan Siswantari. 2012. Manajemen Berbasis Sekolah. Tengerang Selatan:
Universitas Terbuka.

Uno, Hamzah B. 2007. Profesi Kependidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara


Utomo, Edy, 2014. Peran Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. Diakses
di http://www.edyutomo.com/pendidikan/peran-komite-sekolah pada 30 November
2020.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

Anda mungkin juga menyukai