DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 6 :
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak SALVADORIS PIETER, S.H., M.H
sebagai dosen P.A pada Mata Kuliah tersebut dan juga kepada semua pihak yang telah
membantu dan mendukung dalam penyusunan makalah ini. Penulis sadar makalah ini belum
sempurna dan memerlukan berbagai perbaikan, oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun sangat dibutuhkan.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak.
Kelompok 6
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I...........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................1
BAB II.........................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.........................................................................................................................2
A. Pengerti Korupsi................................................................................................................2
B. Dampak Masif Korupsi pada Sosial dan Kemiskinan.................................................2
D. Undang-Undang Yang Mengatur Tentang Tindak Pidana Korupsi............................5
BAB III........................................................................................................................................8
PENUTUP...................................................................................................................................8
A. Kesimpulan......................................................................................................................8
B. Saran................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................9
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Korupsi di tanah negeri, ibarat “warisan haram” tanpa surat wasiat. Ia tetap
lestari sekalipun diharamkan oleh aturan hukum yang berlaku dalam tiap orde yang datang silih
berganti. Hampir semua segi kehidupan terjangkit korupsi. Apabila disederhanakan
penyebab korupsi meliputi dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
merupakan penyebab korupsi yang datang dari diri pribadi sedang faktor eksternal adalah faktor
penyebab terjadinya korupsi karena sebab-sebab dari luar. Faktor internal terdiri dari aspek
moral, misalnya lemahnya keimanan, kejujuran, rasa malu, aspek sikap atau perilaku misalnya
pola hidup konsumtif dan aspek sosial seperti keluarga yang dapat mendorong seseorang untuk
berperilaku korup.
Rapuhnya moral dan rendahnya tingkat kejujuran dari aparat penyelenggara negara
menyebabkan terjadinya korupsi. Korupsi di Indonesia sudah merupakan patologi social
(penyakit social) yang sangat berbahaya yang mengancam semua aspek kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Korupsi telah mengakibatkan kerugian materiil
keuangan negara yang sangat besar. Namun yang lebih memprihatinkan lagi adalah terjadinya
perampasan dan pengurasan keuangan negara yang dilakukan secara kolektif oleh kalangan
anggota legislatif dengan dalih studi banding, THR, uang pesangon dan lain sebagainya di luar
batas kewajaran.
Oleh karena itu, kita harus membangkitkan dorongan yang lebih kuat dalam diri kita
masing – masing untuk membasmi korupsi. Meskipun pemerintah sudah membentuk sebuah
organisasi yang bertujuan besar untuk membebaskan Negara ini dari kasus korupsi yaitu Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) namun kenyataanya korupsi masih meraja lela di negeri kita.
B. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
A. Pengerti Korupsi
Kata “korupsi” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berarti penyelewengan atau
penggelapan (uang negara atau perusahaaan) dan sebagainya untuk keuntungan pribadi atau
orang lain. Perbuatan korupsi selalu mengandung unsur “penyelewengan” atau dis-honest
(ketidakjujuran). Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28Tahun 1999 tentang Penyelewengan
Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme disebutkan bahwa korupsi
adalah tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
yang mengatur tentang pidana korupsi. Dalam prakteknya, korupsi lebih dikenal sebagai
menerima uang yang ada hubungannya dengan jabatan tanpa ada catatan atau administrasinya.
Balas jasa yang diberikan oleh pejabat, disadari atau tidak, adalah kelonggaran aturan
yang semestinya diterapkan secara ketat. Kompromi dalam pelaksanaan kegiatan yang
berkaitann dengan jabatan tertentu dalam jajaran birokrasi di Indonesia inilah yang dirasakan
sudah sangat mengkhawatirkan.
Selain itu Tindakan korupsi merupakan salah satu bentuk perilaku menyimpang, dan
dapat dikategorikan sebagai masalah sosial. Hal ini karena terjadinya suatu kondisi dimana
harapan yang diharapkan terwujud oleh masyarakat berbanding terbalik dengan realita
(kenyataan) yang terjadi. Sudah jelas bahwa korupsi sangat berdampak pada social karena dapat
menimbulkan kemiskinan di masyarakat, Karena uang yang seharusnya di gunakan untuk
pembangunan di kalangan masyarakat malah di salah gunakan oleh para pemilik kekuasaan
untuk kepentingan pribadi dan keluarga nya, hal ini dapat membuat terjadinya kriminalitas di
mana-mana, tingkat pengangguran tinggi. Semua ini di akibatkan oleh korupsi yang di lakukan
oleh pejabat-pejabat yang memiliki kewenangan.
Beberapa dampak social dan kemiskinan yang di timbulkan oleh korupsi antara lain:
Mahalnya harga jasa dan pelayanan public, menciptakan ekonomi biaya tinggi, sehingga
harga jasa dan dan pelayanan public menjadi sangat mahal.
Pengentasan kemiskinan berjalan lambat, masyarakat sulit mendapatkan akses ke
lapangan kerja karena keterbatasan latar belakang pendidikan yang rendah akibat
mahalnya biaya pendidikan sehingga akses pendidikan yang dapat di berikan untuk
murah dan gratis menjadi sulit.
Terbatasnya akses bagi masyarakat miskin, rakyat miskin lebih memilih mendahulukan
kebutuhan pokok ketinmbang pendidikan, kesehata, rumah layak huni dan akses
mendapatkan pekerjaan, sehingga lingkaran “setan” kemiskinan terus terjadi turun
temurun.
Meningkatnya kriminalitas, karena korupsi meningkat, disparitas antara yag kaya dan
miskin menjadi lebar, kepercayaan masyarakat pada penegak hukum menjadi kurang.
Solidaritas social menjadi langkah, ketidakjelasan akan masa depan menyebabkan sifat
gotong royong dan kerja sama menjadi hilang.
Demoralisasi, masyarakat menjadi semakin individualis, mementingkan individu dan
keluarga nya saja dan kepercayaan kepada pemerinta menjadi hilang.
Kurangnya fasilitas yang di terima oleh masyarakat, utama nya sector pelayanan dasar
yaitu pendidikan dan kesehatan karena disparitas biaya yang harus di bayar oleh setiap
orang atau keluarga untuk mengakses pendidikan dan kesehatan sangat besar, sementara
kemampuan pemerintah untuk melakukan subsidi kurang, karena tidak/kurang memiliki
anggaran untuk subsidi
Korupsi tidak hanya merugikan segelintir orang di negara ini. Beberapa kasus korupsi
bahkan berdampak buruk bagi hajat hidup orang banyak. Maka dari itu, peran serta masyarakat
dalam pemberantasan korupsi sangat diperlukan untuk menghindari kerugian yang sangat
besar.Sayangnya, banyak masyarakat yang tidak menyadari bahwa kontribusi mereka sangat
krusial untuk memberantas korupsi. Padahal, sekecil apapun kontribusi tersebut akan sangat
berarti bagi upaya pemberantasan korupsi di Indonesia.
Masyarakat yang berintegritas, sadar akan bahaya korupsi, dan menghindari korupsi akan
membentuk lingkungan yang antikorupsi untuk masa depan Indonesia yang lebih baik. Terdapat
beberapa peran yang bisa di lakukakn masyarakat dalam memberantas korupsi yaitu:
"Mulai dari diri sendiri" adalah kata yang paling tepat untuk menggambarkan poin
ini. Bisa dibayangkan jika ratusan juta rakyat Indonesia sama-sama memegang teguh
prinsip kejujuran, maka korupsi akan tinggal cerita.Namun kesamaan persepsi ini tidak
akan muncul begitu. Agar dapat menolak dan tidak terlibat dalam korupsi, seseorang
harus memahami jenis-jenis tindak pidana korupsi yang diatur dalam Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 1999 juncto Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001.Dengan
memahami apa dan bagaimana korupsi serta jenis-jenis korupsi, seseorang bisa dengan
mudah menghindarinya. Jangan sampai, korupsi terjadi karena ketidaktahuan yang akan
merugikan diri sendiri dan orang lain.
Berlatih untuk berintegritas
Seseorang yang antikorupsi haruslah memiliki integritas yang kokoh. Integritas
adalah bertindak dengan cara yang konsisten dengan apa yang dikatakan. Nilai integritas
merupakan kesatuan antara pola pikir, perasaan, ucapan, dan perilaku yang selaras
dengan hati nurani dan norma yang berlaku.Jika seseorang mengakui bahwa dia orang
yang jujur, maka pengakuannya akan tercermin dari tindakan, perasaan, dan perilakunya.
Integritas akan menjaga orang itu tetap jujur, walau tidak ada orang lain di sekitar yang
melihat kejujurannya. KPK merumuskan sembilan nilai integritas untuk mencegah
korupsi, yaitu jujur, mandiri, tanggung jawab, berani, sederhana, peduli, disiplin, adil,
dan kerja keras atau yang disingkat "Jumat Bersepeda KK". Tidak hanya bagi diri sendiri,
nilai integritas ini juga harus kita ajarkan kepada lingkungan, terutama keluarga sebagai
yang terdekat.
"Lihat, Lawan, Laporkan" sebagai salah satu jargon KPK bukannya tanpa arti.
Dengan jargon tersebut, KPK mengajak masyarakat untuk melaporkan kepada aparat
penegak hukum jika mendapati kasus korupsi.Pelaporan masyarakat merupakan
penyumbang terbesar dalam terbongkarnya kasus-kasus korupsi di Indonesia, mulai dari
kasus kecil hingga kakap. Maka dari itu, peran masyarakat dalam pelaporan tindak pidana
korupsi sangat penting. Masyarakat yang antikorupsi tidak akan diam saja jika melihat
korupsi di depan matanya. Namun ada keengganan masyarakat untuk melapor, salah satu
alasannya karena khawatir keselamatannya terancam. Kekhawatiran itu seharusnya dapat
ditepis karena KPK akan melindungi identitas pelapor.
2. Ketetapan MPR No XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas
KKN
Usai rezim Orde Baru tumbang diganti masa Reformasi, muncul Tap MPR Nomor
XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas KKN. Sejalan dengan TAP
MPR tersebut, pemerintah Presiden Abdurrahman Wahid membentuk badan-badan negara untuk
mendukung upaya pemberantasan korupsi, antara lain: Tim Gabungan Penanggulangan Tindak
Pidana Korupsi, Komisi Ombudsman Nasional, Komisi Pemeriksa Kekayaan Pejabat Negara dan
beberapa lainnya. Dalam TAP MPR itu ditekankan soal tuntutan hati nurani rakyat agar
reformasi pembangunan dapat berhasil, salah satunya dengan menjalankan fungsi dan tugas
penyelenggara negara dengan baik dan penuh tanggung jawab, tanpa korupsi. TAP MPR itu juga
memerintahkan pemeriksaan harta kekayaan penyelenggara negara, untuk menciptakan
kepercayaan publik.
3. UU no 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas KKN
Undang-undang ini dibentuk di era Presiden BJ Habibie pada tahun 1999 sebagai
komitmen pemberantasan korupsi pasca tergulingnya rezim Orde Baru. Dalam UU no 28 tahun
1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas KKN ini dijelaskan definisi soal
korupsi, kolusi dan nepotisme, yang kesemuanya adalah tindakan tercela bagi penyelenggara
negara. Dalam UU juga diatur pembentukan Komisi Pemeriksa, lembaga independen yang
bertugas memeriksa kekayaan penyelenggara negara dan mantan penyelenggara negara untuk
mencegah praktik korupsi. Bersamaan pula ketika itu dibentuk Komisi Pengawas Persaingan
Usaha(KPPU)danOmbudsman.
4. UU Nomor 20 Tahun 2001 jo UU No. 31/1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi
5. Peraturan Pemerintah No 71 Tahun 2000 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta
Masyarakat dan Pemberian Penghargaan dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi
Pencucian uang menjadi salah satu cara koruptor menyembunyikan atau menghilangkan
bukti tindak pidana korupsi. Dalam UU ini diatur soal penanganan perkara dan pelaporan
pencucian uang dan transaksi keuangan yang mencurigakan sebagai salah satu bentuk upaya
pemberantasan korupsi. Dalam UU ini juga pertama kali diperkenalkan lembaga Pusat Pelaporan
dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) yang mengkoordinasikan pelaksanaan upaya
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang di Indonesia.
8. Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2018 tentang Strategi Nasional Pencegahan
Korupsi (Stranas PK)
Perpres ini merupakan pengganti dari Perpres No 55 Tahun 2012 tentang Strategi
Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Jangka Panjang Tahun 2012-2025 dan Jangka
Menengah Tahun 2012-2014 yang dianggap sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan
kebutuhan pencegahan korupsi. Stranas PK yang tercantum dalam Perpres ini adalah arah
kebijakan nasional yang memuat fokus dan sasaran pencegahan korupsi yang digunakan sebagai
acuan kementerian, lembaga, pemerintah daerah dan pemangku kepentingan lainnya dalam
melaksanakan aksi pencegahan korupsi di Indonesia. Sementara itu, Aksi Pencegahan Korupsi
(Aksi PK) adalah penjabaran fokus dan sasaran Stranas PK dalam bentuk program dan kegiatan.
Ada tiga fokus dalam Stranas PK, yaitu Perizinan dan Tata Niaga, Keuangan Negara, dan
Diterbitkan Presiden Joko Widodo, Perpres ini mengatur supervisi KPK terhadap instansi
yang berwenang melaksanakan pemberantasan tindak pidana korupsi, yaitu Kepolisian Negara
Republik Indonesia dan Kejaksaan Republik Indonesia. Perpres ini juga mengatur wewenang
KPK untuk mengambil alih perkara tindak pidana korupsi yang sedang ditangani oleh Polri dan
Kejaksaan. Perpres ini disebut sebagai bagian dari upaya untuk memperkuat kinerja KPK dalam
pemberantasankorupsi.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari makalah di atas dapat kita ambil pelajaran bahwa Korupsi merupakan tindak
pidana kejahatan yang sangatlah keji karena tindak pidana korupsi bukan hanya
merugikan seseorang tetapi orang banyak dan juga merugikan Negara, oleh karena itu
perlu untuk menumbuhkan kesadaran dalam diri untuk bisa terhindar dari tindak pidana
korupsi tersebut, dan menerapkan beberapa hal yang bisa membantu memberantas
korupsi yang kian semakin parah di negeri kita ini.
B. Saran
Pada makalah ini sudah terdapat beberapa cara-cara agar terhindar dari korupsi
dan sudah terdapat Undang-Undang yang secara sah membahas tentang Hukuman bagi
seorang pelaku Tindak pindana korupsi. Harapan dari penulis semoga makalah ini dapat
membantu untuk memberikan pemahaman tentang bahaya melakukan korupsi dan
semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan juga para mahasiswa agar bisa sama-
sama membantu memberantas korupsi di negeri Indonesia tercinta ini.
DAFTAR PUSTAKA
https://aclc.kpk.go.id/aksi-informasi/Eksplorasi/20220510-kenali-dasar-hukum-pemberantasan-tindak-
pidana-korupsi-di-indonesia
https://inspektorat.kendarikota.go.id/berita/read/literasiantikorupsi-1-dampak-sosial-dan-kemiskinan-
akibat-korupsi#:~:text=Meningkatnya%20kriminalitas%2C%20ketika%20korupsi%20meningkat,dan
%20kerja%20sama%20menjadi%20hilang.
https://fikhacha.wordpress.com/makalah-masalah-dampak-korupsi-di-indonesia/
https://aclc.kpk.go.id/materi-pembelajaran/sosial-budaya/infografis/dampak-korupsi-terhadap-sosial-
dan-kemiskinan
https://aclc.kpk.go.id/