Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH PENDIDIKAN BUDAYA ANTI KORUPSI (PBAK)

PERAN MAHASISWA SEBAGAI AGENT OF CHANGE DI MASA


SEKARANG
Dosen Pembimbing: Ani Kuswati, S.Kep, Ns, MH

Disusun oleh:
Kelompok 2C
1. Eris Bahtiar Hamzah (P1337420221121)
2. Aulia Cahya Ardiyani (P1337420221122)
3. Leni Marlina (P1337420221123)
4. Arum Puspita Rahayu (P1337420221124)
5. Adellia Oktavia Sari (P1337420221125)
6. Annisa Nur Maghribi (P1337420221126)
7. Fairus Aulia Rahma (P1337420221127)
8. Falakh Shafa Maurallia (P1337420221128)
9. Kemal Azkaa Zarkasih (P1337420221129)
10. Maista Haniah (P1337420221130)
11. Kholilatun Nur Wahidah (P1337420221131)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PURWOKERTO
PROGRAM DIPLOMA III
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan susunan makalah yang berjudul “Peran Mahasiswa Sebagai Agent
of Change di Masa Sekarang”. Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu
Ani Kuswati, S. Kep., Ns. MH sebagai dosen pembimbing mata kuliah Pendidikan
Budaya Anti Korupsi, teman-teman Prodi Keperawatan Purwokerto Program
Diploma III dan semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan
makalah ini.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Pendidikan
Budaya Anti Korupsi, dengan menyelesaikan karya tulis ini kami harap makalah
yang tidak sempurna ini dapat memberikan manfaat dan inspirasi bagi siapa saja
yang membacanya. Sebagai penulis, kami menyadari bahwa masih banyak
kesalahan dan kekurangan yang membuat makalah ini kurang sempurna. Kami
hanya berusaha semaksimal mungkin dengan kemampuan kami yang ada. Oleh
karena itu, kami mengharapkan banyak kritik dan saran untuk memperbaiki
makalah kami supaya pada kesempatan berikutnya, kami dapat menyelesaikan
makalah yang lebih baik.

Purwokerto, 5 Agustus 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 5

1.3 Tujuan ............................................................................................................ 6

1.4 Manfaat .......................................................................................................... 6

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 7

2.1 Pengertian Agent of Change .......................................................................... 7

2.2 Peran Agent of Change.................................................................................. 7

2.3 Kunci Keberhasilan Agent of Change ........................................................... 8

2.4 Perspektif Mahasiswa Sebagai Agent of Change .......................................... 9

2.5 Peran Mahasiswa Sebagai Agent of Change ............................................... 11

2.6 Strategi Mahasiswa Sebagai Agen Perubahan ............................................ 13

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 18

3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 18

3.2 Saran ............................................................................................................ 18

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 20

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mahasiswa sebagai generasi muda memiliki kedudukan yang strategis baik
itu dalam masyarakat, bangsa, dan negara khususnya dalam aspek
pembangunan nasional. Hal tersebut disebabkan karena mahasiswa merupakan
bagian dari masyarakat suatu bangsa yang menuntut ilmu pada jenjang
pendidikan tinggi. Tidak bisa dipungkiri, mahasiswa sebagai kaum intelektual
menjadi tonggak peradaban bangsa yang diharapkan mampu menjadi pionir
terdepan dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang dihadapi suatu
bangsa. Oleh sebab itu, keberadaan mahasiswa sangat memiliki peran penting
dan strategis dalam perguruan tinggi maupun pada suatu bangsa. Berkaitan
dengan hal tersebut, Pratama (dalam Fadhly, 1999, hlm. 138) menyebutkan
bahwa sesungguhnya ada dua peran sejarah yang bisa dilakukan mahasiswa
dalam konstelasi sosial-politik seperti sekarang ini, yaitu sebagai agent of
change dan director of change. Mahasiswa sebagai agent of change artinya
mahasiswa berfungsi sebagai pendobrak atau agen perubahan. Istilah ini
menitikberatkan pada mahasiswa yang memiliki banyak tanggung jawab selain
akademik, diharapkan juga mampu menjadi penggerak untuk
mengikutsertakan mahasiswa lainnya dalam melakukan perubahan di berbagai
bidang khususnya mampu mempengaruhi kebijakan-kebijakan dalam suatu
perguruan tinggi. Selanjutnya, mahasiswa sebagai direktor of change berarti
mahasiswa sebagai seseorang yang mampu mengarahkan perubahan. Hal ini
dimaksudkan bahwa setelah mahasiswa mampu menjadi agen perubahan,
mahasiswa mampu mengubah kebijakan-kebijakan yang ada, setelah itu
mahasiswa diharapkan mampu mengarahkan perubahan tersebut sehingga
perubahan yang terjadi bersifat positif serta memberikan manfaat bagi banyak
pihak. Dengan demikian, mahasiswa tidak cukup hanya mengubah keadaan
tapi juga menentukan bagaimana arah perubahan tersebut,

Berdasarkan pada uraian di atas, jelas bahwa di pundak mahasiswa terdapat


banyak harapan serta tanggung jawab yang melekat pada diri mereka.
Sejatinya, mahasiswa memiliki moral force atau kekuatan moral sebagai suatu

1
kebutuhan dasar dalam bertindak. Moral force ini penting untuk mengatur
sikap dan tingkah laku mahasiswa dalam pergaulan atau aktivitasnya dengan
baik, seperti halnya sikap peduli, solidaritas terhadap sesama, dan kepekaan
sosial. Tidak sedikit mahasiswa yang tidak peka bahkan acuh terhadap keadaan
lingkungan sekitar yang membutuhkannya. Padahal, yang harus dipahami
bahwa mahasiswa pada akhirnya pun akan terlibat dan terjun langsung ke
dalam masyarakat yang begitu kompleks. Namun demikian, berbicara
mengenai peran dan fungsi mahasiswa saat ini, sangat tidak mudah
melaksanakan peran tersebut. Bahkan paradigma yang muncul dewasa ini,
bahwa mahasiswa sebagai insan akademis lebih memilih ingin segera lulus dan
bekerja tanpa memiliki keinginan lebih untuk mengaktualisasikan kemampuan
diri dan berkarya dalam sebuah organisasi. Selain itu, budaya individualistik,
gaya hidup beberapa mahasiswa yang semakin tinggi sehingga pada akhirnya
melahirkan sifat hedonisme, sikap apatis mahasiswa di dalam lingkungan
sekitar atau perguruan tinggi. Oleh sebab itu, kontribusi dan partisipasi
mahasiswa terhadap persoalan-persoalan yang terjadi dalam sebuah organisasi
dan perguruan tinggi pada umumnya masih rendah.

Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian thesis Kosasih (2015, hlm. 136)
yaitu: Motivasi mahasiswa terhadap ormawa dalam pengembangan
keterampilan kewarganegaraan (civic skills) mahasiswa saat ini mengalami
penurunan. Penurunan minat mahasiswa dalam berorganisasi disebabkan
mahasiswa lebih memilih mengedepankan akademik dan tantangan gaya hidup
yang mengarah pada hedonisme sehingga melupakan keorganisasian
mahasiswa, padahal organisasi mahasiswa merupakan kendaraan dan jalan
pembuka menuju masa depan mahasiswa Paradigma terhadap mahasiswa yang
telah diuraikan di atas menunjukkan bahwa partisipasi mahasiswa saat ini
cenderung masih kurang terutama dalam keterlibatannya untuk berkontribusi
dalam sebuah organisasi, sehingga perlu adanya upaya mengatasi masalah
tersebut. Salah satu upaya meningkatkan partisipasi mahasiswa yaitu melalui
kegiatan-kegiatan yang bersifat partisipatif yaitu pengembangan iklim
organisasi kemahasiswaan. Hasil penelitian Kosasih pun didukung oleh jurnal
Desmawangga (2013, hlm. 695) yaitu: Faktor penghambat mahasiswa dalam

2
keikutsertaan di dalam organisasi kemahasiswaan adalah kurangnya gagasan
baru dari organisasi kemahasiswaan guna menarik minat mahasiswa untuk
mengikuti organisasi kemahasiswaan, mindset (pola pikir) mahasiswa terhadap
proses pengkaderan atau ospek sebelum menjadi anggota organisasi
kemahasiswaan, dan mahasiswa tidak dapat memanajemen waktu dengan baik
hingga mengabaikan untuk mengikuti organisasi kemahasiswaan.

Berkaitan dengan hal di atas, di dalam Pendidikan Kewarganegaraan


terdapat salah satu kompetensi yang harus dimiliki mahasiswa sebagai warga
negara yaitu civic participation atau dengan kata lain kemampuan
berpartisipasi warga negara disertai tanggung jawab, baik secara individual,
sosial, maupun sebagai pemimpin di masa depan. Menurut Branson (dalam
Wuryan dan Syaifullah, 2013, hlm. 78) Civic Education in a democracy is
education in self government. Pemerintahan sendiri yang demokratis di sini
menuntut adanya keterlibatan warga negara secara aktif dalam penyelenggaran
pemerintahan secara otonom. Tidak dapat dipungkiri, mahasiswa merupakan
calon-calon pemimpin di masa depan sebagai insan intelektual dan dianggap
banyak memiliki kemampuan ini diharapkan banyak oleh masyarakat setelah
ia lulus dari bangku perkuliahan. Namun, bisa dibayangkan kalau sejak masa
perkuliahan saja mahasiswa tidak memiliki sikap partisipatif, tanggung jawab,
kemauan terlibat dalam suatu organisasi, apatis maka setelah keluar dari masa
perkuliahan mahasiswa tersebut akan minim pengalaman serta kepedulian
terhadap sesama. Padahal, organisasi merupakan suatu wadah untuk
mahasiswa belajar bermasyarakat. Pengembangan organisasi sangat penting
dilakukan oleh setiap organisasi khususnya organisasi kemahasiswaan untuk
meningkatkan efektivitas keorganisasian. Sebagaimana diungkapkan oleh
Gibson, dkk (dalam Wursanto, 2003, hlm. 318) Pengembangan organisasi
merupakan program yang berusaha meningkatkan efektivitas keorganisasian
dengan mengintegrasikan keinginan individu akan pertumbuhan dan
perkembangan dengan tujuan keorganisasian. Secara khusus, proses ini
merupakan usaha mengadakan perubahan secara berencana yang meliputi
suatu sistem total sepanjang periode tertentu, dan usaha mengadakan
perubahan itu berkaitan dengan misi organisasi. Akan tetapi pada

3
kenyataannya, pengembangan iklim organisasi kemahasiswaan masih rendah.
Hal tersebut dapat diketahui dari rendahnya kemampuan mengelola organisasi
kemahasiswaan.

Organisasi mahasiswa tidak pernah lepas dari perubahan dan dinamika baik
itu yang berasal dari faktor internal maupun dari eksternal. Sudarto
mengungkapkan lebih lanjut mengenai pengembangan organisasi bahwa:
pengembangan organisasi adalah rangkaian kegiatan penataan dan
penyempurnaan yang dilakukan secara berencana dan terus-menerus guna
memecahkan masalah-masalah yang timbul sebagai akibat dari adanya
perubahan sehingga organisasi dapat mengatasi serta menyesuaikan diri
dengan perubahan dengan menerapkan ilmu perilaku yang dilakukan oleh
pejabat dalam organisasi sendiri atau dengan bantuan dari luar organisasi.
Sebuah organisasi baik itu yang bersifat formal maupun informal sudah pasti
menghadapi perubahan dengan variasi, intensitas dan cakupan masing-masing.
Begitu juga dengan organisasi kemahasiswaan intra kampus. Sesuai dengan
perkembangan kehidupan cukup pesat maka organisasi kemahasiswaan
tersebut hanya akan berkembang dan maju apabila cepat tanggap terhadap
perubahan yang pasti akan terjadi. Pemimpin masa kini dan masa depan akan
dituntut untuk tidak sekedar bersikap luwes dan beradaptasi dengan lingkungan
yang bergerak sangat dinamis, akan tetapi juga mampu mengantisipasi
berbagai bentuk perubahan secara proaktif menyusun berbagai program
perubahan yang diperlukan. Organisasi tidak pernah statis dan tidak pula
bergerak pada kondisi kekosongan. Tuntutan mewujudkan perubahan dapat
timbul dari dua sumber, yaitu dalam organisasi sendiri dan dari lingkungannya.
Dengan perkataan lain, setiap organisasi harus selalu peka terhadap aspirasi,
keinginan, tuntutan dan kebutuhan berbagai kelompok dengan siapa organisasi
berinterakasi. Berbagai kelompok itu dikenal dengan istilah pihak-pihak yang
berkepentingan (stakeholders), yaitu para manajer, para karyawan, para
pemegang saham, pemasok, pelanggan, serikat pekerja dan pemerintah.
Organisasi kemahasiswaan sudah seharusnya mampu mengembangkan
internal organisasinya agar mampu menjawab setiap tantangan serta
permasalahan yang dihadapinya. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh

4
French (dalam Winardi, 2003, hlm. 206) bahwa pengembangan organisasi
merupakan sebuah upaya jangka panjang, guna memperbaiki proses-proses
pemecahan masalah dan pembaharuan suatu organisasi, terutama melalui
manajemen kultur organisasi yang lebih efektif, serta lebih kolaboratif,
terhadap tim-tim kerja formal. Secara khusus proses ini merupakan usaha
mengadakan perubahan secara berencana yang meliputi suatu sistem
keseluruhan sepanjang periode tertentu, dan usaha mengadakan perubahan itu
berkaitan dengan pencapaian misi organisasi. Segala aktivitas, rutinitas
organisasi sudah seharusnya bisa diarahankan, diselaraskan dengan visi-misi
organisasi yang telah dibangun agar iklim organisasi dapat terbangun secara
efektif dan efisien. Para anggota atau pengurus dalam organisasi
kemahasiswaan sebagai salah satu pihak yang berkepentingan berada pada
garis terdepan dalam mewujudkan perubahan karena mereka dituntut dan
diberi tanggung jawab oleh berbagai pihak yang berkepentingan lainnya untuk
mampu menjalankan roda organisasi sedemikian rupa dan karya yang
dihasilkan organisasi dapat dirasakan oleh seluruh anggota dalam organisasi
yang gaya, perilaku preferensinya selalu berubah. Keberhasilan para pemimpin
menanggapi perubahan yang terjadi memerlukan gaya manajerial yang sesuai
dengan tuntutan perubahan itu. Organisasi kemahasiswaan bertanggung jawab
mengelola, memadukan atau mendayagunakan sumber-sumber dalam
pelaksanaan tugas-tugas agar suatu karya atau prestasi organisasi guna
merealisasikan tujuan organisasi. Keterlibatan mahasiswa dalam berbagai
kegiatan ormawa merupakan hak yang dimiliki oleh setiap mahasiswa.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian agent of change ?

2. Apa saja peran agent of change?

3. Apa saja kunci keberhasilan agent of change?

4. Bagaimana presepektif mahasiswa sebagai agent of change?

5. Bagaimana peran mahasiswa sebagai agent of change?

6. Bagaimana strategi mahasiswa sebagai agen perubahan?

5
1.3 Tujuan

Tujuan dari penyusunan karya ilmiah ini adalah untuk mengetahui seberapa
besar kontribusi mahasiswa sebagai agen perubahan dalam mengatur,
mengontrol, dan mengarahkan lingkungan akademis hingga kelingkungan
masyarakat agar kemudian mampu menjaga paradigma negara sebagai satu
kesatuan yang utuh.
1.4 Manfaat
Manfaat yang akan dihasilkan dari penulisan ini adalah diharapkan nantinya
mahasiswa memiliki pandangan yang jelas terhadap fungsinya yang begitu
urgen sebagai agen perubahan, agar kelak mampu memberikan kontribusi
terhadap penyelesaian setiap problematika yang timbul dimasyarakat.

6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Agent of Change
Agent of change yaitu agen perubahan memimpin masyarakat dalam
mengubah system social. Dalam melaksanakan agent of change berarti harus
bisa membuat sebuah perubahan baru yang memiliki makna positif, bahkan
bisa untuk mempersiapkan perubahan-perubahan baru baik dalam sebuah
lembaga-lembaga masyarakat yang terdapat pada sekitar.

2.2 Peran Agent of Change


Sebagai pembantu proses perubahan agen perubahan berperan untuk
membantu masyarakat dalam mengatasi setiap masalah dan kebutuhannya
sehingga permasalahan dan kebutuhan tersebut dapat terselesaikan dan
terpenuhi. Membantu Proses perubahan berarti memiliki kewajiban untuk
membimbing mulai dari menemukan masalah hingga mencari solusi. Hal ini
didukung oleh pendapat Cholisin (2011:5) bahwa “Peran yang dilakukan agen
pembaharuan adalah menyediakan pelayanan yang diperlukan, dan
menentukan tindakan yang diperlukan dalam merealisasikan tujuan
pembangunan”. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa peran agen
perubahan sangat penting dalam membangun masyarakat yang lebih baik.

Peran selanjutnya adalah katalisator yaitu sebagai penggerak binaan untuk


melakukan perubahan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Havelock (dalam
Nasution, 2009:129) yang menyebutkan bahwa “peran agen perubahan adalah
sebagai katalisator yang menggerakkan binaan untuk bergerak menuju
perubahan sebagai pemecah masalah, sebagai pembantu proses perubahan”.

Sebagai fasilitator yang membina masyarakat, agen perubahan harus


memiliki gaya kepemimpinan untuk memimpin binaannya mencapai
perubahan. Agen perubahan mempunyai gaya kepemimpinan untuk
memengaruhi, mendorong dan mengarahkan binaannya. Kepemimpinan
tersebut bertujuan untuk memengaruhi binaannya agar mau bekerjasama untuk
mencapai perubahan. Agen perubahan merupakan sosok pemimpin yang
benar-benar dihormati oleh masyarakatnya karena melihat niat, tekad dan

7
perjuangannya untuk merubah binaannya. Hal ini senada dengan pendapat
Jabal (2003:152) bahwa “seorang pimpinan (agen perubahan) berusaha
membimbing, memberi pengarahan, memengaruhi perasaan dan perilaku
orang lain, serta menggerakkan orang lain untuk keperluan menuju sasaran
yang diinginkan bersama”.

Kehadiran agen perubahan banyak membawa perubahan bagi masyarakat.


Banyak masyarakat yang merasakan perubahan dalam beberapa tahun setelah
kedatangan agen perubahan. Kesan baik tersebut diperoleh agen perubahan
karena kerja kerasnya dalam membina masyarakat untuk mencapai perubahan,
khususnya perubahan dalam bidang pendidikan. Menurut Paul (1984:231)
menyatakan bahwa “para agen perubahan yang berhasil acap kali berupaya
menampilkan kesan baik menyangkut perubahan dengan cara
mengidentifikasinya dengan unsur budaya yang sudah dikenal”.

Kepandaian agen perubahan dalam menyesuaikan diri dengan kehidupan


masyarakat sangat diperlukan. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi perbedaan
yang menonjol antara agen perubahan dengan masyarakat binaannya, sehingga
agen perubahan berserta programnya dapat diterima dengan baik.

2.3 Kunci Keberhasilan Agent of Change

Keberhasilan agen perubahan melakukan perubahan sikap dan perilaku


komunitas sosial target perubahan bergantung pada seberapa jauh upaya agen
perubahan melakukan pendekatan pada komunitas target perubahan.

1) Etos Kerja Agen Perubahan (Change Agent Effort)


Agen perubahan akan berhasil melakukan perubahan sikap atau perilaku
komunitas sosial target perubahan sejalan dengan seberapa sering mereka
berhubungan dengan kelompok sosial target perubahan, semakin tinggi
frekuensi hubungan agen perubahan dengan komunitas sosial target
perubahan akan semakin tinggi keberhasilan agen perubahan. Sehubungan
dengan itu maka keberhasilan agen perubahan diukur berdasarkan seberapa
besar kelompok masyarakat mengadopsi perubahan akibat lahirnya inovasi
atau kebijakan publik.

8
2) Orientasi Komunitas Sosial Target Perubahan (Client Orientation)
Posisi agen perubahan berada di tengah, yaitu antara innovator atau
regulator dengan komunitas sosial target perubahan, sehingga agen
perubahan sering dalam posisi yang berlawanan, disatu sisi innovator atau
regulator menghendaki sikap perilaku tertentu, di sisi lain komunitas sosial
target perubahan mengharapkan perilaku yang berbeda. Agen perubahan
akan lebih berhasil apabila lebih berorientasi pada komunitas sosial target
perubahan daripada memenuhi harapan innovator atau regulator.
3) Kompatibelitas Inovasi Dengan Kebutuhan Komunitas Sosial Target
Inovasi / Kebijakan Publik (Compatibility with Client’s Needs)
Agen perubahan sering dihadapkan dengan kesulitan mengidentifikasi
kebutuhan komunitas sosial target perubahan. Setiap perubahan yang
mengabaikan begitu saja kebutuhan komunitas sosial target perubahan akan
mengalami kegagalan. Sebaliknya apabila agen perubahan memperhatikan
apa yang sesungguhnya kebutuhan komunitas sosial target perubahan dan
sebisanya terdapat kompatabilitas (compatability) antara perubahan yang
diharapkan innovator atau regulator dengan kebutuhan komunitas target
perubahan. Semakin tinggi kompatabilitas antara perubahan yang
diharapkan dengan kebutuhan komunitas target perubahan akan semakin
berhasil.
4) Rasa Empathy (Change Agent Empathy)
Rasa empati adalah kemampuan seseorang untuk menempatkan diri
dalam posisi orang lain dan merasakan suka dukanya dalam posisi itu.
Dengan demikian apabila agen perubahan tidak mampu ber-empati pada
orang lain khususnya komunitas sosial target perubahan, maka dapat
dipastikan komunitas target cendrung menolak berubah. Rasa empati agen
perubahan terhadap masalah yang dihadapi atau dirasakan oleh komunitas
target perubahan akan lebih berhasil daripada mereka yang tidak ber empati.

2.4 Perspektif Mahasiswa Sebagai Agent of Change


Agar dapat maju suatu negara memerlukan adanya suatu perubahan, dimana
perubahan tersebut nantinya diharapkan akan membawa dampak positif serta
dapat membawa perubahan kearah yang lebih baik bagi bangsa tersebut. Peran

9
anget of change tentunya tidaklah mudah dimana banyak sekali tantangan yang
harus dihadapi. Para generasi muda, terutama para mahasiswa merupakan
elemen masyarakat yang diharapkan memiliki idealisme yang tinggi bagi
bangsa Indonesia sehingga apa yang mereka lakukan murni dari tujuan mereka
sendiri, sehingga peran mahasiswa dalam membawa perubahan dapat terlihat
jelas pada lingkungan disekitarnya atau dengan kata lain di lingkungan
masyarakat. Mahasiswa sebagai agent of change mempunyai artian bahwa
mahasiswa mempunyai peran penting dalam sebuah perubahan tanpa melihat
lapisan masyarakat atau status ekonomi.

Sebagai agent of change mahasiswa diharapkan mampu mengembangan


inovasi-inovasi kreatif yang bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Untuk diri
sendiri manfaat sebagai agent of change adalah menjadikan diri semakin baik
yaitu dengan rasa bersyukur, baik kualitas keimanan maupun hubungan sosial.
Jadi, mahasiswa sebagai agent of change untuk dirinya terlebih dahulu baru
dapat diimplementasikan kedalam kehidupan masyarakat yang lebih luas
(Jannah & Sulianti, 2021). Suara mahasiswa yang juga suara rakyat bangsa
Indoneisa yang memiliki wawasan yang luas dan terpelajar, dimana suaranya
pantas di perhatikan dan didengar oleh pemerintah bangsa Indonesia. Demi
terciptanya kesejahteraan bangsa Indoneisa yang tentunya sesuai dengan
Ideologi Pancasila.

Dalam masa sekarang ini dimana di Indonesia sendiri saat ini sedang
dihadapkan pada problematika yang sangat rumit di segala bidang baik dalam
bidang ekonomi, pendidikan, politik, sosial, hukum, moral, kesehatan, dan
lainya. Tentunya mahasiswa mempunyai andilnya besar dalam tugasnya
sebagai agent of change, contohnya seperti pada kasus-kasus korupsi dimana
suara-suara rakyat yang terdampak dari koruptor-koruptor patut untuk
disuarakan agar dapat didengar oleh para pemerintah. Sudah sepantasnya bagi
mahasiswa untuk mengontrol jalannya pemerintahan di Indonesia karena sudah
kewajiban bagi mahasiswa untuk menjadikan sebuah perubahan baru melaui
inovasi-inovasi baru yang didapatkan melalui penelitian di lapangan atau di
masyarakat, serta mengontrol terkait janji-janji yang dibuat oleh pemerintah
terhadap jabatanya agar terlaksana dengan baik.

10
2.5 Peran Mahasiswa Sebagai Agent of Change
Ada beberapa peran penting mahasiswa sebagai agent of change yaitu:
1. Agen Perubahan.
Mahasiswa sebagai agen perubahan ke arah yang lebih baik dari
sebelumnya, melalui pengetahuan, ide, dan keterampilan yang sudah
dimiliki dan didapat dari kampus maupun dari lingkungan sekitar sehingga
mahasiswa dapat menjadi lokomotiv sebuah kemajuan bagi bangsa
Indonesia.
Peran mahasiswa sebagai agen perubahan itu tidak hanya dalam dunia
politik saja, melainkan dalam berbagai hal bisa dilakukan dengan baik
contohnya
dalam bidang ekonomi. Mahasiswa yang bergerak dalam bidang ekonomi
yang dapat menyerap tenaga kerja atau membuka lowongan kerja bagi
bangsa Indonesia. Begitu juga dengan berbagai bidang yang lain, sehingga
peran mahasiswa sebagai agen perubahan dapat dirasakan oleh masyarakat
luas. Percayalah sebuah perubahan yang terjadi akan abadi, dan mahasiswa
merupakan penggeraknya.
2. Penjaga Nilai.
Nilai luhur dan mulia perlu untuk dijaga dan dilindungi. Mahasiswa
berada
di garda depat untuk menjaga dan melindungi nilai leluhur yang
berkembang dalam masyarakat bangsa Indonesia. Saat nilai-nilai luhur
tersebut diguncang maka peran mahasiswa sangat dibutuhkan untuk
menjaga dan melindungi nilai-nilai tersebut dari sebuah gangguan baik dari
dalam maupun dari luar.
Sebagai penjaga nilai mahasiswa harus sadar dengan peran yang
harus
dipikul dipundaknya. Mahasiswa juga harus sadar bahwa tidak akan ada
bangsa yang maju dan sejahtera jika nilai-nilai luhur dalam masyarakat tidak
di jaga dan dilindungi oleh penerus bangsa itu sendiri.
3. Penerus Bangsa

11
Mahasiswa adalah generasi harapan bangsa atau mahasiswa sebagai
penerus
bangsa yang akan menjalankan roda pemerintahan demi kemajuan bangsa.
Di pundak mahasiswa masa depan bangsa Indonesia ditentukan. Peran
penting tersebut seharusnya bisa membuat mahasiswa sadar akan peran
pentingnya sebagai penerus bangsa untuk mempersiapkan diri dengan
sebaik-baiknya. Setiap hari adalah waktu terbaik untuk selalu menjadikan
dirinya mnejadi pribadi yang lebih baik.
4. Kekuatan Moral
Mahasiswa juga dikenal sebagai kekuatan moral atau penjaga nilai
(moral forca). Peran mahasiswa sangat penting dalam menjaga nilai-nilai
baik yang berkembang dalam masyarakat bangsa Indonesia. Di dunia global
pada saat ini banyak nilai-nilai yang dari luar masuk kedalam bangsa
Indonesia, yang bisa menggerus nilai-nilai luhur dan moral penerus bangsa
Indonesia. Moral yang tidak sesuai dengan bangsa Indonesia harus di filter
agar tidak merusak moral penerus bangsa Indonesia yang sudah menjadi
darah daging bagi masyarakat. Mahasiswa merupakan kekuatan untuk
menjaga nilai-nilai dan moral yang berkembang dalam bangsa Indonesia.
Terjaganya moral bangsa Indonesia maka bangsa Indonesia tidak akan
mudah terkikis nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang menjadi kekuatan
bangsa Indonesia. Selain itu, bangsa Indonesia memiliki kepribadian yang
diambil dari sejarah bangsa Indonesia yang membedakan antar bangsa
Indonesia dengan bangsa yang lain ada di dunia.
Sehingga moral mahasiswa harus diperkuat dengan adanya pendidikan
kewarganegaraan di perguruan tinggi karena mengingat peran mahasiswa
yang sangat besar di pundak mahasiswa untuk mempertahankan moral
bangsa Indonesia.
5. Pengontrol Sosial
Mahasiswa juga dikenal sebagai social control. Maksudnya yaitu
mahasiswa
memiliki peran sosial kontrol dalam masyarakat, pemerintahan, bangsa dan
negara. Contohnya ketika ada sebuah peraturan yang dibuat oleh perintahan

12
tetapi tidak sesuai dengan cita-cita bangsa dan nilai luhur bangsa, maka
mahasiswa mempunyai peran untuk ikut serta memperbaiki peraturan
tersebut agar sesuai dengan cita-cita bangsa dan nilai luhur bangsa melalui
kritik, saran, dan solusi dengan itu diharapkan peraturan yang di buat oleh
perintahan tidak keluar dari cita-cita bangsa dan nilai luhur bangsa.
Melihat pentingnya peran mahasiswa sebagai social control maka
pendidikan kewarganegaraan menanamkan nilai-nilai luhur dan membentuk
kepribadian penerus bangsa sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, agar
nilai-nilai luhur bangsa tidak tergerus dengan perubahan zaman yang lebih
modern, tetapi tidak melupakan sebuah sejarah bangsa Indonesia melalui
menanamkan nilai-nilai luhur bangsa kedalam setiap kepribadian penerus
bangsa atau mahasiswa.

2.6 Strategi Mahasiswa Sebagai Agen Perubahan


Posisi mahasiwa saat ini seringkali mendapatkan julukan sebagai agent of
change atau agen perubahan. Agen perubahan yang timbul dalam diri
mahasiwa tentunya harus mempunyai kesadaran jiwa, kepekaan, rasa peduli,
dan imajinasi untuk kehidupan yang lebih baik. Hal ini tentunya membuat
mahasiswa memiliki tanggung jawab yang tinggi terhadap perubahan-
perubahan yang terjadi. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan yang
mengarah untuk hal yang lebih baik lagi dan memberikan manfaat serta
menjadi pengontrol untuk diri sendiri, orang tua, teman, orang sekitar dan
untuk Negara.
Kenapa harus mahasiswa? Kenapa bukan orang lain saja? Saat ini
mahasiswa dikenal sebagai seseorang yang memiki cara berfikir yang kritis,
berani, demokratis, tetapi juga turut andil dalam melakukan berbagai kontribusi
untuk perubahan yang lebih baik. Wujud peranan mahasiswa sebagai agen
perubahan bukan berarti kita hanya menjadi perintis perubahan, tetapi kita juga
harus menjadi pelaku dalam perubahan tersebut. Tanpa sebuah aksi nyata,
perubahan pun tidak akan mungkin terjadi. Sesama mahasiswa harus hidup
berdampingan dalam menciptakan sebuah perubahan. Berani mengatakan
kebenaran, tidak menyembunyikan kebohongan, dan selalu menyerukan

13
keadilan agar tidak terpedaya omong kosong para politisi yang
mengatasnamakan kesejahteraan.
Sebagai Agent of Change sudah seharusnya mahasiswa siap dalam
menghadapi tantangan yang diakibatkan oleh perkembangan zaman yang tidak
menentu hingga menimbulkan pergeseran dan segala problematikanya di
lingkungan masyarakat untuk saat ini. Mahasiswa sudah seharusnya memiliki
pemikiran yang solutif dan sifat sensitivitas yang tinggi hingga mampu
memberikan dedikasi yang berguna untuk lingkungan masyarakat, terutama
dalam bidang pendidikan dan sosial masyarakat.
Hal bermakna yang dapat dilakukan seorang mahasiwa di lingkungan
sekitar, misalnya ketika melihat para remaja yang mulai mengabaikan
pergeseran nilai dan budaya. Pada saat ini para milenial hidup di jaman serba
canggih, jarang menggunakan sesuatu secara manual dan hanya menginginkan
kehidupan instan tanpa mengetahui bagaimana proses perjalanan hidupnya
sehingga hasil yang di dapatkan pun kurang memuaskan. Berawal dari
hilangnya adab terhadap orang tua, sopan santun, pergaulan yang semakin
bebas, hidup bermewah-mewahan, dan hilangnya moral dalam diri.
Mahasiswa yang hidup di era modern ini diharapkan mampu melakukan
aksi nyata sebagai problem solver demi membentuk aktualiasi dalam
mempertahankan budaya bangsa yang telah menjadi warisan oleh para nenenk
moyang kita. Diantaranya kita dapat mengadakan forum tentang kajian
keagamaan yang melibatkan para generasi milenial tentang ancaman yang
mungkin akan terjadi pada industri 4.0. Pendakwah yang dihadirkan harus
mampu membuat para milenial mempunyai pandangan yang cerdas dan cerah
dengan cara mengkategorikan kehidupan yang akan dihadapi dengan tetap
memperhatikan perkembangan yang ada. Milenial cerdas berasal dari dalam
diri dengan cara menanggapi perkembangan yang sudah pasti memiliki
dampak positif dan negatif. Membentuk pondasi yang kokoh merupakan tujuan
dari diadakannya forum keagamaan ini yang tentunya para kaum milenial
sudah memiliki iman yang kuat dalam mengontrol diri.
Bukan hanya membentuk forum keagamaan, mahasiswa juga dapat
mengajak para milenial untuk ikut serta dalam beberapa organisasi tertentu.

14
Organisasi di analogikan seperti sebuah kapal yang didalamnya ada nahkoda
dan abk. Tugas dari nahkoda yaitu sebagai penentu arah dan tujuan kapal,
sedangkan abk sebagai penjalan mesin kapal. Begitu juga dalam sebuah
organisasi tentunya memiliki yang namanya pemimpin dan anggota. Pemimpin
memiliki tugas untuk memberikan arahan kemana sebuah organisasi hendak
dibawa. Sedangkan anggota tugasnya mematuhi hasil keputusan yang di gagas
bersama. Dengan melibatkan kaum milenial dalam organisasi, tentunya akan
menumbuhkan rasa tanggungjawab, kerja sama, dan rasa keikhlasan yang luas.
Tentunya ketiga hal tersebut mampu menjadi modal bagi kaum milenial untuk
menghadapi era digital ini.
Milenial yang sudah terbiasa bergabung dengan organisasi juga cenderung
sangat kooperatif. Mereka telah dilatih untuk terus bersama hingga tujuan
dalam organisasi bisa tercapai. Terlepas dari manfaat yang yang mereka terima,
mereka percaya bahwa suatu hari tidak ada yang sia-sia. Melalui beberapa hal
yang telah dilakukan mahasiswa tersebut, diharapkan dapat mengurangi dari
kebodohan kaum milenial dengan tetap memperhatikan lingkungan sekitar
sebagai apresiasi interaksi sosial. Mahasiswa sebagai agen perubahan adalah
yang mempunyai kesadaran jiwa, peka, peduli, dan punya imajinasi akan
kehidupan yang lebih baik. Upaya untuk membuat perubahan inilah yang perlu
diperjuangkan. Perubahan tidak bisa terjadi begitu saja. Diperlukan gerakan
masif dan terus-menerus untuk mengubah kondisi sekarang.
Contoh nyata mahasiswa sebagai agen perubahan adalah saat reformasi
tahun 1998. Pada masa itu gerakan mahasiswa berada di puncaknya karena
berhasil menumbangkan kepemimpinan Presiden Soeharto setelah puluhan
tahun menjabat. Presiden Soeharto menjabat selama 32 tahun yakni sejak Surat
Perintah Presiden Republik Indonesia dikeluarkan tahun 1966. Kemudian pada
bulan Mei 1998, ia berhasil dilengserkan karena dinilai kepemimpinannya
selama ini banyak menggunakan praktik KKN (Kolusi, Korupsi, dan
Nepotisme). Gerakan reformasi ini mendapatkan momentumnya saat terjadi
krisis moneter pada tahun 1997. Krisis membuat harga kebutuhan pokok
melambung tinggi dan daya beli masyarakat menurun. Kondisi perekonomian
terguncang hebat. Rakyat kian sengsara. Sementara para elit pemerintahan

15
hidup kaya. Gerakan reformasi digerakkan mahasiswa dan gerakan ini
disambut oleh masyarakat. Apalagi masyarakat juga sudah lelah dengan
pemerintahan Soeharto yang hanya menguntungkan golongannya sendiri.
Masyarakat Indonesia menginginkan pemerintahan yang pro-demokrasi.
Presiden yang dipilih oleh rakyat langsung. Untuk itu mahasiswa melakukan
demonstrasi. Menyuarakan tuntutan-tuntutan, antara lain:
1) Menciptakan pemerintahan yang bersih dari KKN
2) Adili Soeharto dan kroni-kroninya
3) Laksanakan amandemen UUD 1945
4) Pelaksanaan otonomi daerah seluas-luasnya
5) Tegakkan supremasi hukum
6) Hapuskan dwifungsi ABRI.
Mahasiswa di seluruh Indonesia melakukan protes. Mereka menyerbu
gedung parlemen yakni Gedung Nusantara dan gedung-gedung DPRD di
daerah dan menduduki gedung-gedung tersebut. Mahasiswa tidak akan pergi
dari gedung-gedung tersebut bila tuntutan tidak dikabulkan. Akhirnya, dengan
desakan yang kian kuat, Presiden Soeharto mengundurkan diri dari jabatannya
sebagai Presiden Republik Indonesia. Peristiwa ini menjadi contoh nyata
mahasiswa sebagai agen perubahan. Mahasiswa berperan dalam mengubah
perubahan dalam tatanan sosial dan pemerintahan. Meskipun masih menjadi
perdebatan bahwa gerakan belum berhasil karena agenda reformasi belum
tercapai. Namun gerakan mahasiswa pada masa Reformasi Mei 1998 telah
membawa perubahan meski belum signifikan.
Contoh nyata lainnya dapat dilihat dari gerakan mahasiswa dua tahun
terakhir. Walaupun belum menunjukkan hasil yang memuaskan karena
tuntutan demonstrasi belum terpenuhi, gerakan mahasiswa dua tahun terakhir
ini menggambarkan bahwa mahasiswa masih memiliki potensi untuk
menjalankan 5 peran salah satunya sebagai agen perubahan. Pada September
2019 lalu, gerakan Reformasi Dikorupsi. Gerakan ini juga digagas oleh
mahasiswa. Mahasiswa dari berbagai universitas di Indonesia menyuarakan hal
sama yakni menolak Rancangan Undang-Undang (RUU) KPK yang justru
bertentangan amanat reformasi 1998. Mahasiswa yang ikut turun ke jalan di

16
daerah ibukota meliputi Universitas Indonesia, keluarga Mahasiswa Institut
Teknologi Bandung, Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) Universitas
Paramadina, Universitas Trisakti, Universitas Pembangunan Nasional Veteran,
dan masih banyak lagi. Mahasiswa di daerah juga ikut turun jalan di kotanya
masing-masing seperti Mahasiswa menolak disahkannya RUU KPK karena
akan mengurangi wewenang KPK sebagai lembaga independen yang
menangani kasus korupsi. Beberapa pasal dalam RUU ini dapat membatasi
KPK dalam menjalankan fungsinya. Untuk itu mahasiswa melakukan
demonstrasi guna menggagalkan pengesahan RUU KPK. Paling terbaru adalah
gerakan menolah Omnibus Law (UU Cipta Kerja). Gerakan ini
diselenggarakan awal Oktober 2020. Mahasiswa kembali melakukan aksi baik
mahasiswa di ibukota maupun di daerah. Mereka menolak pengesahan UU
Cipta Kerja yang merugikan rakyat. Apalagi UU ini disahkan tanpa
mendengarkan keluhan rakyat yang sejak awal menolah undang-undang yang
berpotensi lebih banyak menguntungkan investor ketimbang para pekerja.
Tiga peristiwa tersebut menjadi contoh nyata mahasiswa sebagai agen
perubahan. Mahasiswa berani mengambil sikap dan menyuarakan aspirasi.
Mencoba untuk mendobrak tatanan yang ada apalagi bila tatanan tersebut
justru merugikan masyarakat dan menguntungkan segelintir orang. Bagaimana
peran mahasiswa dalam gerakan massa tersebut bisa menjadi pembelajaran.
Mungkin kamu bisa menjadikan inspirasi dan motivasi untuk memaksimalkan
potensi sebagai mahasiswa dan menjalankan sesuai lima peran mahasiswa
selama ini. Perlu diingat, menjadi agen perubahan bukan berarti hanya berkutat
dengan gerakan seperti tiga peristiwa di atas. Ada banyak gerakan yang bisa
dilakukan mahasiswa untuk mendorong terjadinya perubahan. Contohnya
mendirikan taman baca, perpustakaan jalanan, dan lainnya. Gerakan literasi di
akar rumput seringkali menjadi alternatif gerakan untuk mendorong
terciptanya perubahan sosial. Sehingga peran agen perubahan bisa beragam
bentuknya. Sebagai mahasiswa dan anak muda, kamu bisa mengembangkan
banyak cara untuk membuat perubahan. Tak melulu perubahan besar,
perubahan kecil pun akan tetap memberi dampak.

17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Peran mahasiswa sebagai agent of change yaitu sebagai agen perubahan ke
arah yang lebih baik dari sebelumnya, melalui pengetahuan, ide, dan
keterampilan yang sudah dimiliki dan didapat dari kampus maupun dari
lingkungan sekitar sehingga mahasiswa dapat menjadi lokomotiv sebuah
kemajuan bagi bangsa Indonesia. Mahasiswa berada di garda depan untuk
menjaga dan melindungi nilai leluhur yang berkembang dalam masyarakat
bangsa Indonesia. Saat nilai-nilai luhur tersebut diguncang maka peran
mahasiswa sangat dibutuhkan untuk menjaga dan melindungi nilai-nilai
tersebut dari sebuah gangguan baik dari dalam maupun dari luar. mahasiswa
harus sadar akan pentingnya sebagai penerus bangsa untuk mempersiapkan diri
dengan sebaik-baiknya. Selain itu, mahasiswa juga dikenal sebagai social
control. Maksudnya yaitu mahasiswa memiliki peran sosial kontrol dalam
masyarakat, pemerintahan, bangsa dan negara.

Sebagai agent of change mahasiswa diharapkan mampu mengembangan


inovasi-inovasi kreatif yang bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Untuk diri
sendiri manfaat sebagai agent of change adalah menjadikan diri semakin baik
yaitu dengan rasa bersyukur, baik kualitas keimanan maupun hubungan sosial.
Jadi, mahasiswa sebagai agent of change untuk dirinya terlebih dahulu baru
dapat diimplementasikan kedalam kehidupan masyarakat yang lebih luas
(Jannah & Sulianti, 2021). Suara mahasiswa yang juga suara rakyat bangsa
Indoneisa yang memiliki wawasan yang luas dan terpelajar, dimana suaranya
pantas di perhatikan dan didengar oleh pemerintah bangsa Indonesia. Demi
terciptanya kesejahteraan bangsa Indoneisa yang tentunya sesuai dengan
Ideologi Pancasila.

3.2 Saran
Mahasiswa sebagai agent of change masih tetap ada dan akan terus abadi
berada di masyarakat walaupun diterpa perubahan zaman. Oleh karena itu
harapannya, menjadi maksimal disetiap peran yang akan diemban oleh

18
mahasiswa dalam mengawal haluan bangsa menjadi sebuah keharusan. Tugas
mahasiswa adalah membuktikannya. Jika semua itu berjalan ideal, maka suatu
saat negara Indonesia yang maju bukanlah khayalan karena kita adalah Agen
Perubahan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Abdhul, Yusuf. 2021. Contoh Nyata Mahasiswa Sebagai Agen Perubahan. Diakses
melalui https://penerbitbukudeepublish.com/contoh-nyata-mahasiswa-sebagai-
agen-perubahan/. Pada tanggal 04 Agustus 2022 pada pukul 22.05.

Amalia, Nur Fadlin, Umi Dayati, Zulkarnain Natusion. (2017). Peran Agent
Perubahan dalam Pelaksanaan Program Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Pantai
Bajulmati Kabupaten Malang. Jurnal Pendidikan:Teori, Penelitian dan
Pengembangan Vol. 2, No. 11, Hal 1572-1576.

Anggreni, Minatul. 2021. Mahasiswa Sebagai Agent Of Change. Diakses melalui


https://febi.iainponorogo.ac.id/index.php/2021/11/05/mahasiswa-sebagai-agent-
of-change/. Pada tanggal 04 Agustus 2022 pada pukul 21.50.

Anwar, S., & Utama, W. 2019. Agen Perubahan (Agent of Change). Diakses
melalui https://www.slideshare.net/asriksei/2013-agen-perubahan. Pada tanggal 01
Agustus 2022.

Jannah, Faridatul, dan Ani Sulianti. (2021). Perspektif Mahasiswa Sebagai Agent of
Change Melalui Pendidikan Kewarganegaraan. Journal of Social Science and
Education. Vol 2, No. 2, Hal. 181-193.

Jannah, F., & Sulianti, A. (2021). Perspektif Mahasiswa sebagai Agen of Change
melalui Pendidikan Kewarganegaraan. Journal of Social Science and Education,
2021. Vol. 2, No. 2, Hal. 181-193.

Kurniaji, Ardana. (2012). Peran Mahasiswa dalam Perubahan. Diakses dari


https://www.academia.edu/18579978/MAHASISWA_DALAM_PERUBAHAN.
Pada tanggal 02 Agustus 2022 pukul 06:49 WIB.

20

Anda mungkin juga menyukai