Anda di halaman 1dari 15

Pendidikan Karakter

Membiasakan Perilaku Jujur

Disusun Oleh:

Kelompok 5

Elma Ainun Nazilah (6)

Fatimatus Zahroh (10)

Dike Syke Andalenta (21)

Yayasan Kebidanan Aifa Husada Madura


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
[Membiasakan perilaku jujur] ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari
penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas [dosen] pada [mata kuliah]
[pendidikan karakter]. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang [membiasakan perilaku jujur] bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada [ibu latifah], selaku [dosen] [mata
kuliah] [pendidikan karakter] yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

[Pamekasan, 24 oktober 2021]

Penulis
Elma Ainun Nazilah (6)
Fatimatus Zahroh (10)
Dike Syke Andalenta (21)
DAFTAR ISI

JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Rumusan Masalah 5
1.3 Tujuan Penelitian 6
1.4 Manfaat Penelitian 6
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kejujuran 7
2.2 Pengertian Kejujuran Akademik dan Non-Akademik 8
2.3 Butir-Butir Kejujuran 8
2.4 Perilaku Jujur Dalam Akademik 9
2.5 Perilaku Jujur Dalam Non-Akademik 10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan 13
3.2 Saran 13
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berkembangnya perilaku di era globalisasi kini cenderung meluas. Menurut
Thomas Lickona terdapat 10 tanda-tanda zaman yang harus diwaspadai, yaitu: (1)
meningkatnya kekerasan di kalangan masyarakat; (2) penggunaan bahasa dan kata-
kata buruk yang meningkat; (3) pengaruh peer group (geng) yang kuat dalam tindak
kekerasan; (4) meningkatnya perilaku merusak diri, seperti penggunaan narkoba,
minum-minuman keras, dan seks bebas; (5) semakin kaburnya pedoman moral baik
dan buruk; (6) menurunnya etos kerja; (7) semakin rendahnya rasa hormat terhadap
orang tua dan guru; (8) rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara;
(9) membudayanya ketidakjujuran; dan (10) adanya rasa saling curiga dan
kebencian di antara sesama (Lickona, 1991).
Bangsa ini menjadi terdegradasi kualitas moral dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara disebabkan oleh salah satu masalah yang signifikan, yaitu masalah
kejujuran. Dengan kata lain, kejujuran menjadi salah satu tolak ukur dalam setiap
aktivitas kehidupan, tak terkecuali dalam dunia pendidikan. Lingkup akademis pada
hakikatnya merupakan ranah untuk membangun karakter disiplin dan penempaan
moral yang lebih baik, salah satunya adalah penanaman sikap kejujuran. Di samping
itu, pembentukan sikap kejujuran diawali dari lingkungan keluarga yang memiliki
peran penting sebelum lingkungan pendidikan. Akan tetapi, sekarang ini telah
terjadi penurunan karakter kejujuran pada setiap manusia yang dinilai sangat
memprihatinkan. Banyak sekali manusia yang tidak berkata jujur, baik itu anak
kecil maupun orang dewasa. Kejujuran dianggap sudah tidak penting lagi bahkan
sebagian orang mengangap kejujuran tidak akan mengutungkan bagi dirinya.
Stratifikasi di dalam masyarakat yang mendorong sebagian orang untuk berkata
tidak jujur, orang berlomba-lomba untuk mencapai kesuksesan dengan cara
membohongi orang lain baik itu dengan cara terang-terangan maupun dengan cara
tertutup. Bisa dilihat sekarang banyak kasus pencurian, penjual yang berbuat curang
bahkan koruptor.
Nilai kejujuran sendiri adalah salah satu hal utama yang harus dijunjung
tinggi oleh seluruh masyarakat. Tidak berhenti pada titik tersebut, nilai kejujuran
diharapkan mampu diimplementasikan ke dalam perilaku sebagai sebuah bentuk
integritas, yaitu konsistensi antara pikiran yang jujur dan perilaku yang jujur. Setiap
orang harusmenjaga perkataannya, tidak berkata kecuali yang benar dan secara
jujur. Jujur yang paling terkenal dan jelas adalah jujur dalam perkataan. Setiap
orang juga harus menghindari perkataan yang dibuat-buat, karena hal ini termasuk
jenis dusta, kecuali jika ada keperluan yang mendorongnya berbuat begitu dan
dalam kondisi-kondisi tertentu bisa mendatangkan kemaslahatan.
Hal ini mendorong perlu diadakannya pembinaan karakter kejujuran yang di
mulai dari hal sederhana terlebih dahulu. Setiap orang mau mengamalkan kejujuran
dengan konsisten jika kondisi yang sedang dialami sedang baik, namun pada saat
sebuah nilai kejujuran yang dipegang bertolak belakang dengan perasaan dan
kondisi yang tidak menguntungkan akan menyebabkan orang untuk berbuat tidak
jujur. Maka perlu bimbingan baik di lingkungan keluarga, masyarakat maupun di
sekolah untuk memperbaiki moral dan membentuk perilaku jujur.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah yang diangkat
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apa itu pengertian dari kejujuran?
2. Apa itu pengertian dari kejujuran akademik dan non-akademik?
3. Apa saja butir-butir dalam kejujuran?
4. Apa saja perilaku yang menunjukkan perilaku jujur dalam kegiatan
akademik dan non-akademik?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian dari kejujuran.
2. Untuk mengetahui pengertian dari kejujuran akademik dan non-akademik.
3. Untuk mengetahui apa saja perilaku yang menunjukkan perilaku jujur dalam
kegiatan akademik dan non-akademik.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat teoretis, yaitu memberikan sumbangan pengetahuan dan menambah
referensi mengenai pembiasaan perilaku jujur di lingkungan akademik dan non-
akademik.
2. Manfaat segi praktis, yaitu untuk memperkaya pengetahuan peneliti dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang pendidikan karakter
menumbuhkan perilaku jujur dalam berbangsa dan bernegara.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kejujuran


Jujur merupakan kesesuaian antara apa yang diucapkan atau diperbuat
dengan kenyataan yang ada. Jujur adalah sikap seseorang yang menyatakan sesuatu
dengan sebenernya atau sesungguhnya secara benar dan apa adanya, tidak
menambah dan tidak mengurangi fakta. Sedangkan, perilaku jujur merupakan sifat
baik berupa menyampaikan sesuatu dengan benar sesuai kenyataan, dan jika
sebaliknya atau tidak disampaikan sesuai kenyataan maka itu dinamakan
berbohong atau dusta. Perilaku jujur ini harus dimiliki oleh setiap manusia, karena
sifat dan sikap ini merupakan prinsip dasar dari cerminan akhlak seseorang. Jujur
juga dapat menjadi cerminan dari kepribadian seseorang bahkan kepribadian
bangsa. Oleh karena itu, kejujuran bernilai tinggi dalam kehidupan setiap manusia.
Penelitian yang dilakukan oleh Lestari dan Adiyanti (2012) mengenai
konsep jujur dalam perspektif orang Jawa mengungkapkan bahwa pengertian jujur
adalah menyampaikan fakta dengan benar dan berusaha mendapatkan sesuatu
dengan cara yang benar. Selain itu, beberapa indikasi perilaku jujur dan tidak jujur
yang masing-masing terdiri dari dua hal. Indikasi jujur adalah menyampaikan
kebenaran dan bertindak adil. Sementara itu, indikasi tidak jujur adalah berbohong
dan bertindak curang.
Kejujuran adalah komponen rohani yang dapat menimbulkan berbagai sikap
terpuji, seperti tanggung jawab (honorable), peduli (respectable), dapat dipercaya
(creditable), dan perilaku baik lainnya. Kejujuran muncul dari dalam diri setiap
individu sebagai cerminan dari nilai-nilai yang telah diajarkan lingkungannya, serta
bukanlah suatu bentuk keterpaksaan, melainkan sebuah panggilan dari dalam diri
dan sebuah wujud keterikatan atau komitmen. Pada praktiknya, perilaku jujur
adalah perilaku yang sesuai dengan kenyataan, baik dalam bentuk perbuatan
maupun perkataan yang diikuti dengan sikap tanggung jawab, termasuk risiko dan
seluruh akibat atas apa yang dilakukan (Tasmara, 2001).

2.2 Pengertian Kejujuran Akademik dan Non-Akademik


Kejujuran akademik adalah perilaku benar dalam berkata dan melakukan
segala pekerjaan yang berkaitan dengan kegiatan akademik. Tujuan utama sebuah
pendidikan sendiri adalah untuk membentuk karakter jujur, sebab kejujuran adalah
modal dasar dalam kehidupan bersama dan kunci menuju keberhasilan. Sedangkan
kejujuran non-akademik merupakan sebuah perilaku benar dalam berkata dan
berbuat hal-hal yang dilakukan di luar hal yang tidak berkaitan dengan akademik,
walaupun terkadang masih dalam lingkup akademik juga. Kejujuran non-akademik
dapat ditemui dalam kegiatan keseharian dalam sekolah. Penelitian yang dilakukan
oleh Nurani (2012) diuraikan lebih lanjut, maka yang termasuk dalam perbuatan
atau perkataan sesuai dengan kenyataan di sekolah adalah menyampaikan
kebenaran, membayar sesuatu sesuai harga barang, tidak melakukan tindakan
pencurian, mengembalikan sesuatu yang bukan menjadi haknya, dan tidak
melarikan uang SPP.

2.3 Butir-Butir Kejujuran


1. Kejujuran dalam ucapan (kesesuaian ucapan dengan kenyataan)
Jujur dalam perkataan merupakan bentuk kemasyhuran. Setiap orang
berkewajiban untuk menjaga lisannya, yakni berbicara jujur dan dianjurkan
menghindari kalimat-kalimat sindiran, karena hal tersebut sepadan dengan
kebohongan, kecuali jika sangat dibutuhkan demi kemaslahatan pada saat-saat
tertentu.
2. Kejujuran dalam niat
Jujur dalam niat merupakan kesesuaian antara ucapan dan perbuatan. Jujur
dalam berkeinginan dan mengimplementasikannya. Keinginan atau tekad dapat
terlaksana dan tidak dapat terlaksana. Penyebab tidak terlaksananya tekad
tersebut bisa saja karena seseorang memiliki kebuntuan yang mendesak,
tekadnya hilang, atau lebih mengutamakan kepentingan nafsunya.
3. Kejujuran dalam perbuatan
Kejujuran yang dimaksudkan adalah kesesuaian ucapan dan perbuatan. Orang
yang memiliki kepercayaan diri, jujur, dan benar akan menjadikan perasaannya
tenang. Kejujuran berarti tidak kontradiksi dalam kata, pikiran, dan tindakan.
4. Kejujuran adalah kesadaran akan apa yang benar dan sesuai dengan perasaan,
tindakan, dan hubungannya. Dengan adanya kejujuran, maka tidak aka nada
kemunafikan atau kepalsuan yang menciptakan kebingungan dan
ketidakpercayaan dalam pikiran dan hidup orang lain. Kejujuran membangun
integritas dalam hidup, karena segala sesuatu yang terdapat di dalam dan di luar
diri adalah cerminan jiwa.

2.4 Jujur Dalam Kegiatan Akademik


Kejujuran akademik adalah suatu perilaku dalam lingkup akademik yang
dilakukan dengan mengutamakan kebenaran atau kenyataan yang ada, tidak berbuat
curang atau berbohong, berkata yang sebenarnya, serta tidak menyembunyikan
suatu informasi apapun. Beberapa tindakan kejujuran dalam bidang akademik,
antara lain:
1. Tidak menyontek
Tindakan menyontek merupakan kegiatan yang dilakukan dengan sadar atau
tidak sadar oleh seorang siswa di sekolah. Kegiatan menyontek dapat
berupa, menyalin hasil kerja milik siswa lainnya, berkomunikasi selama
ujian, dan memberikan hasil jawaban ujian kepada siswa lainnya.
2. Tidak melakukan plagiasi
Tindakan plagiasi dapat berupa mengakui tulisan orang lain sebagai karya
milik sendiri, mengakui pemikiran orang lain sebagai pemikiran milik
sendiri, meringkas dan mengutip tanpa menuliskan sumbernya, serta
meringkas dengan menuliskan sumbernya tetapi susunan kalimat dan
pemilihan kata masih hampir sama dengan sumbernya.
3. Melaksanakan tugas dengan baik dan penuh tanggung jawab
Orang yang memiliki perilaku jujur akan melaksanakan tugas yang
diberikan dengan baik dan penuh tanggung jawab. Apabila, ia merasa tidak
bersedia menerima tugas tersebut, maka ia akan menolak untuk
melaksanakannya karena dirasa masih kurang mampu dan tidak ingin
memberikan hasil yang kurang memuaskan. Orang yang jujur tidak akan
bersifat munafik dai hadapan orang lain. Mereka memiliki pendirian yang
tegas dan berbicara sesuai fakta.
4. Tidak memalsukan tanda tangan
Orang yang memiliki perilaku jujur tidak akan melakukan pemalsuan tanda
tangan karena ia akan mematuhi undang-undang yang berlaku. Apabila
tindakan ini tetap dilanggar, maka tersangka akan dikenai sanksi pidana
Pasal 263 ayat (1) KUHP dengan hukuman penjara selama-lamanya enam
tahun.

2.5 Jujur Dalam Kegiatan Non-Akademik


Kejujuran non-akademik artinya mengatakan sesuatu dengan benar, seperti
tidak membohongi kedua orang tua, tidak membohongi teman, tidak membohongi
tetangga, tidak membohongi keluarga, tidak membohongi masyarakat, serta
berusaha tidak membohongi siapa pun, melakukan perbuatan dengan benar, tidak
mengambil hak orang lain, tidak mencurangi orang lain, tidak mengkhianati orang
lain, tidak mengingkari janji, serta tidak melakukan tindakan korupsi. Beberapa
bentuk perilaku jujur dalam kegiatan non-akademik adalah sebagai berikut:
1) Menepati janji
Janji adalah ucapan seseorang kepada orang lain yang menyangkut
kepentingan keduanya. Perilaku menepati janji merupakan sifat yang terpuji.
Orang yang suka menepati janji berarti ia memiliki akhlak yang terpuji. Janji
itu mudah untuk diucapkan, namun sulit untuk dilakukan. Siapa pun yang
telah mengucapkan janji, maka hal itu harus ditepati. Cara menerapkan
perilaku menepati janji adalah dengan cara selalu konsisiten untuk jujur dan
amanah, sehingga aka mendorong kita menetapi janji yang telah dibuat.
Selain itu, kita juga harus selalu sadar akan dampak yang ditimbulkan dari
perilaku melanggar atau tidak menepati janji. Cara lainnya juga dapat
dilakukan dengan mengatur jadwal kegiatan dengan baik dan membiasakan
diri disiplin, sehingga seluruh agenda dapat dilakukan sesuai dengan yang
telah dijanjikan.
2) Tidak munafik
Munafik adalah salah satu jenis sifat yang dilarang dalam agama apa pun.
Bahkan, sifat munafik bukanlah sifat yang pantas dimiliki oleh manusia
dengan latar belakang kepercayaan apapun. Karena munafik adalah penyakit
hati yang dapat merusak diri dan mencemari pribadi dalam hubungan antar
sesama manusia. Munafik adalah orang yang menampakkan sesuatu yang
sejalan dengan kebenaran di depan orang banyak, padahal kondisi batinnya
atau perbuatan yang sebenarnya tidak sesuai kenyataan. Dalam menjalani
kehidupan sehari-harinya, kaum munafik yang selalu berubah karakternya,
terutama dalam interaksi sesama manusia, yaitu dalam percakapan atau
perbuatan. Oleh karena itu, manusia yang lainnya dapat mengetahui sosok
pribadi mereka melalui sifat bicaranya, yaitu dengan memperhatikan
kesesuaian antara apa yang diucapkan dengan apa yang diyakini dalam
hatinya. Biasanya dilakukan karena seseorang memiliki suatu kepentingan
yang ingin dicapai. Karakter seperti ini, seringkali muncul dalam kehidupan
masyarakat.
3) Menyimpan rahasia orang lain
Dalam hidup ini memang banyak sekali hal yang harus dibicarakan, tetapi
ada pula yang tidak boleh diberitahukan kepada orang lain atau harus
dirahasiakan. Sama halnya jika kita sedang diberitahu oleh seseorang
mengenai sesuatu yang tidak seharusnya diketahui oleh orang lain, maka
wajib bagi kita untuk menjaga sesuatu itu dan tidak membicarakannya
kepada orang lain. Apabila kita mengetahui keburukan seseorang, maka
hendaknya dirahasiakan saja hal tersebut dan jangan diberitahukan atau
dibicarakan kepada orang lain. Menjaga rahasia orang lain termasuk dalam
kategori sifat amanah. Oleh karena itu, setiap orang harus menghormatinya
agar terwujud rasa saling percaya di antara anggota masyarakat dan tidak
timbul rasa permusuhan, pertikaian, serta hilangnya rasa aman.
4) Amanah atau dapat dipercaya
Amanah adalah sesuatu yang dapat dipercaya. Dengan begitu, amanah dapat
dikaitkan dengan sifat seseorang yang dapat dipercaya atau sesuatu yang
dipercayakan. Ketika seseorang mempercayakan sesuatu kepada kita, baik
itu berupa pesan, uangm barang, atau yang lain untuk disampaikan kepada
orang lain di mana hal ini tidak berhak untuk kita ambil atau mungkin
barang tersebut hanya sekadar titipan sampai pada saatnya diambil kembali.
Apabila hal tersebut terjadi, maka solusi tepat agar kita tidak menjadi orang
yang buruk adalah harus selalu menjaga dan melaksanakan apa yang
disampaikan pemberi amanah. Ketika amanah yang telah diberikan oleh
seseorang dapat terlaksana dengan baik, artinya orang tersebut dapat
menjaga amanah dan menjalankan kepribadian yang jujur sesuai tata
perilaku yang baik.
5) Berani mengakui kesalahan
Sebagai manusia biasa, pastinya kita tak terlepas dari kesalahan. Namun,
apabila kita melakukan kesalahan, maka yang harus pertama kali dilakukan
adalah berani mengakui kesalahan yang telah diperbuat dan bertanggung
jawab terhadap risikonya. Berani mengakui kesalahan merupakan perilaku
jujur yang tidak semua orang dapat melaksanakannya. Dengan perilaku
tersebut menjadikan kita memiliki jiwa besar dan membangun kepercayaan
diri karena berani bertanggung jawab.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Jujur memiliki arti kesesuaian antara segala sesuatu yang diucapkan
atau diperbuat dengan kenyataan yang ada. Jujur merupakan sikap
seseorang yang menyatakan sesuatu dengan sesungguhnya secara
benar dan apa adanya, tidak menambah dan tidak mengurangi fakta.
Sedangkan, perilaku jujur merupakan sifat baik berupa
menyampaikan sesuatu dengan benar sesuai kenyataan, dan jika
sebaliknya atau tidak disampaikan sesuai kenyataan maka
itu dinamakan berbohong atau dusta. Perilaku jujur ini harus
dimiliki oleh setiap individu, karena sifat dan sikap ini merupakan
prinsip dasar dari cerminan akhlak seseorang. Penumbuhan perilaku
jujur dalam lingkungan akademik dan non-akademik dapat dimulai
dari lingkup terkecil, contohnya keluarga. Keluarga merupakan
lingkungan pertama dalam pembentukan moral seseorang. Apabila
keluarga mengajarkan segala sesuatu dengan baik, maka seseorang
juga akan tumbuh dengan sikap dan moral yang baik pula.
3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini,
hendaknya dalam keluarga senantiasa menciptakan dan
membiasakan perilaku jujur, seperti orang tua menjadi suri tauladan
yang baik dalam berperilaku jujur agar dapat ditiru oleh anak-
anaknya, dan tidak berbohong serta saling terbuka antara anak dan
orang tua dengan komunikasi yang rutin. Selain itu, pembentukan
moral juga dapat dilakukan di lingkungan sekolah. Diharapkan siswa
dapat memilih teman yang lebih memprioritaskan pada perilaku-
perilaku baik dan menolak pada hal buruk, guru memberikan sanksi
terhadap siswa yang tidak berperilaku jujur dengan memberikan
sanksi moral.
DAFTAR PUSTAKA

Alkhoiroti, F. N. (2021, Oktober 24). Kejujuran Akademik dan Non Akademik Siswa Sekolah
Menengah Pertama Bukit Indah Lawu. Retrieved from
https://docplayer.info/48016760-Kejujuran-akademik-dan-non-akademik-siswa-
sekolah-menengah-pertama-bukit-indah-lawu-naskah-publikasi-disusun-guna-
memenuhi-sebagian-persyaratan.html
Fersian. (2021, Oktober 24). Membiasakan Perilaku Jujur Non Akademik. Retrieved from
https://id.scribd.com/document/428549577/Membiasakan-Perilaku-Jujur-Non-
Akademik
Jurnal64. (2021, Oktober 24). Fix Makalah Prilaku Jujur. Retrieved from
https://id.scribd.com/document/362450764/Fix-Makalah-Prilaku-Jujur
Puspitasar, N. A. (2021, Oktober 24). Retrieved from
http://repository.ump.ac.id/206/2/BAB%20I_Noviana%20Ayu%20P..pdf
Riri. (2021, Oktober 24). Makalah Perilaku Jujur. Retrieved from
https://id.scribd.com/document/350462801/MAKALAH-PRILAKU-JUJUR

Anda mungkin juga menyukai