Disusun oleh:
Nama Stambuk
UNIVERSITAS TADULAKO
2015
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun Tuga
Pendidikan Karakter & Anti Korupsi ini dengan baik dan tepat waktu.
Seperti yang telah kita ketahui Pendidikan Karakter itu sangat penting
bagi anak bangsa dari mulai dini. Semua akan dibahas pada makalah ini kenapa
Pendidikan Karakter itu sangat dibutuhkan dan layak dijadikan sebagai materi
pelajaran.
Tugas ini kami buat untuk memberikan penjelasan tentang keberadaan
Pendidikan Karakter bagi kemajuan bangsa. Semoga makalah yang kami buat ini
dapat membantu menambah wawasan kita menjadi lebih luas lagi.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam menyusun
makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat
kami harapkan guna kesempurnaan makalah ini.Kami mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Pembina mata Pendidikan Karakter & Anti Korupsi yang telah
membimbing kami.
Atas perhatian dan waktunya, kami sampaikan banyak terima kasih.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
Bab II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pendidikan Karakter
2.2 Faktor-Faktor Pendidikan Karakter
2.3 Pentingnya pendidikan karakter
2.4 Pilar-Pilar Pendidikan Karakter
2.5 Tujuan,Fungsi dan Media Pendidikan Karakter & Nilai-Nilai
Pembentukan Karakter
2.6 Pendidikan karakter di universitas
2.7 Contoh Kasus yang Terkandung Didalamnya
Bab III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Daftar Pustaka
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
skill. Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan karakter peserta didik
sangat penting untuk ditingkatkan. Melihat masyarakat Indonesia sendiri juga
lemah sekali dalam penguasaan soft skill. Untuk itu penulis menulis makalah ini,
agar pembaca tahu betapa pentingnya pendidikan karakter bagi semua orang,
khususnya bangsa Indonesia sendiri. (Ali Ibrahim Akbar, 2000)
BAB II
5
PEMBAHASAN
6
sangat ditentunkan oleh faktor lingkungan ini. Dengan kata lain pembentukan dan
rekayasa lingkungan yang mencakup diantaranya lingkungan fisik dan budaya
sekolah, manajemen sekolah, kurikulum, pendidik, dan metode mengajar.
Pembentukan karakter melalui rekasyasa faktor lingkungan dapat dilakukan
melalui strategi :
1. Keteladanan
2. Intervensi
4. Penguatan.
Dengan kata lain perkembangan dan pembentukan karakter memerlukan
pengembangan keteladanan yang ditularkan, intervensi melalui proses
pembelajaran, pelatihan, pembiasaan terus-menerus dalam jangka panjang yang
dilakukan secara konsisten dan penguatan serta harus dibarengi dengan nilai-nilai
luhur.
2. Recpect (Respek)
7
Bersikap toleran terhadap perbedaan, gunakan sopan santun, bukan bahasa
yang buruk, pertimbangkan perasaan orang lain, jangan mengancam, memukul
atau menyakiti orang lain, damailah dengan kemarahan, hinaan dan perselisihan.
3. Responsibility (Tanggungjawab)
Selalu lakukan yang terbaik, gunakan kontrol diri, disiplin, berpikirlah
sebelum bertindak mempertimbangkan konsekuensi, bertanggung jawab atas
pilihan anda.
4. Fairness (Keadilan)
Bermain sesuai aturan, ambil seperlunya dan berbagi, berpikiran terbuka;
mendengarkan orang lain, jangan mengambil keuntungan dari orang lain, jangan
menyalahkan orang lain sembarangan.
5. Caring (Peduli)
Bersikaplah penuh kasih sayang dan menunjukkan anda peduli, ungkapkan
rasa syukur, maafkan orang lain, membantu orang yang membutuhkan.
6. Citizenship (Kewarganegaraan)
8
1. Mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan
berperilaku baik.
2. Toleransi
3. Disiplin
4. Kerja keras
5. Kreatif
6. Mandiri
7. Demokratis
9
8. Rasa Ingin Tahu
9. Semangat Kebangsaan
12. Bersahabat/Komunikatif
18. Religius
Meskipun telah terdapat 18 nilai pembentuk karakter bangsa, namun
satuan pendidikan dapat menentukan prioritas pengembangannya dengan cara
melanjutkan nilai prakondisi yang diperkuat dengan beberapa nilai yang
diprioritaskan dari 18 nilai di atas. Dalam implementasinya jumlah dan jenis
karakter yang dipilih tentu akan dapat berbeda antara satu daerah atau sekolah
yang satu dengan yang lain. Hal itu tergantung pada kepentingan dan kondisi
satuan pendidikan masing-masing. Di antara berbagai nilai yang dikembangkan,
dalam pelaksanaannya dapat dimulai dari nilai yang esensial, sederhana, dan
mudah dilaksanakan sesuai dengan kondisi masing-masing sekolah/wilayah, yakni
bersih, rapih, nyaman, disiplin, sopan dan santun.
10
Secara khusus, Pemerintah Indonesia melalui kebijakan nasional
pembangunan karakter bangsa, menekankan perlunya pendidikan karakter bagi
bangsa dengan beberapa alasan adanya (1) disorientasi dan belum dihayatinya
nilai-nilai Pancasila; (2) keterbatasan perangkat kebijakan terpadu dalam
mewujudkan nilai-nilai Pancasila; (3) bergesernya nilai etika dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara; (4) memudarnya kesadaran terhadap nilai-nilai budaya
bangsa; ancaman disintegrasi bangsa; dan (5) melemahnya kemandirian bangsa
(Buku Induk Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa 2010-2025,
dalam Siswanto 2011). Melalui UU no 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional ditegaskan komitmen tentang pendidikan karakter sebagaimana termuat
dalam rumusan fungsi dan tujuan pendidikan nasional. Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Dalam kaitannya dengan perguruan tinggi, Peraturan
Pemerintah no 17 tahun 2010 pasal 84 ayat 2, menyebutkan bahwa perguruan
tinggi memiliki tujuan membentuk insan yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, dan berkepribadian luhur, sehat, berilmu
dan cakap, kritis, kreatif, inovatif, mandiri, percaya diri, dan berjiwa wirausaha,
serta toleran, peka sosial dan lingkungan, demokrtis dan bertanggung jawab.
(Muhammad Fauzi Ahmad - Academia.edu )
Berdasarkan UU Sisdiknas tahun 2003 dan PP no 17 tahun 2010 diatas,
nampak jelas bahwa pemerintah Indonesia memberikan dukungan secara konkrit
pada pendidikan karakter ini. Mengingat keberhasilan institusi pendidikan
terletak tidak saja pada penguasaan ilmu pengetahuan namun juga pada
pembentukan karakter yang baik pada anak didiknya, maka tanggungjawab
pembentukan karakter baik tidak hanya terletak pada tingkat pendidikan sekolah
dasar dan menengah namun juga perguruan tinggi. Meskipun demikian, yang
11
selama ini terjadi adalah penerapan pendidikan karakter dominan dilakukan pada
pendidikan dikedua level sebelumnya, dan belum pada level perguruan tinggi.
Pendidikan karakter adalah pendidikan yang menekankan pada
pembentukan nilai-nilai karakterpada anak didik. Saya mengutip empat ciri
dasar pendidikan karakter yang dirumuskan oleh seorang pencetus pendidikan
karakter dari Jerman yang bernama FW Foerster:
1. Pendidikan karakter menekankan setiap tindakan berpedoman terhadap
nilai normatif. Anak didik menghormati norma-norma yang ada dan
berpedoman pada norma tersebut.
4. Keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan adalah daya tahan anak didik dalam
mewujudkan apa yang dipandang baik. Dan kesetiaan marupakan dasar
penghormatan atas komitmen yang dipilih.
Pendidikan karakter penting bagi pendidikan di Indonesia. Pendidikan
karakter akan menjadi basic atau dasar dalam pembentukan karakter berkualitas
bangsa, yang tidak mengabaikan nilai-nilai sosial seperti toleransi, kebersamaan,
kegotongroyongan, saling membantu dan mengormati dan sebagainya.Pendidikan
karakter akan melahirkan pribadi unggul yang tidak hanya memiliki kemampuan
kognitif saja namun memiliki karakter yang mampu mewujudkan kesuksesan.
Berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat, ternyata
kesuksesan seseorang tidak semata-mata ditentukan oleh pengetahuan dan
12
kemampuan teknis dan kognisinyan (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan
mengelola diri dan orang lain (soft skill).
Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20
persen hard skill dan sisanya 80 persen oleh soft skill. Dan, kecakapan soft skill
ini terbentuk melalui pelaksanaan pendidikan karater pada anak didik. Berpijak
pada empat ciri dasar pendidikan karakter di atas, kita bisa menerapkannya dalam
polapendidikan yang diberikan pada anak didik. Misalanya, memberikan
pemahaman sampai mendiskusikan tentang hal yang baik dan buruk, memberikan
kesempatan dan peluang untuk mengembangkan dan mengeksplorasi potensi
dirinya serta memberikan apresiasi atas potensi yang dimilikinya, menghormati
keputusan dan mensupport anak dalam mengambil keputusan terhadap dirinya,
menanamkan pada anakdidik akan arti keajekan dan bertanggungjawab dan
berkomitmen atas pilihannya. Kalau menurut saya, sebenarnya yang terpenting
bukan pilihannnya, namun kemampuan memilih kita dan pertanggungjawaban
kita terhadap pilihan kita tersebut, yakni dengan cara berkomitmen pada pilihan
tersebut.
Pendidikan karakter hendaknya dirumuskan dalam kurikulum, diterapkan
metode pendidikan, dan dipraktekkan dalam pembelajaran. Selain itu, di
lingkungan keluarga dan masyarakat sekitar juga sebaiknya diterapkan
pola pendidikan karakter. Dengan begitu, generasi-generasi Indonesia nan unggul
akan dilahirkan dari sistem pendidikan karakter.
13
7. Belajar mengarahkan pada pencapaian pemantapan identitas diri
8. Belajar merupakan proses untuk mencapai aktualisasi diri (self
actualization)
Selain sebagai orang dewasa, mahasiswa juga disebut sebagai pembelajar
dewasa (adult learner/adult student) adalah individu yang sedang dalam proses
belajar yang oleh lingkungan sosialnya sudah dianggap dewasa, baik dalam
pendidikan formal maupun non formal. Pebelajar dewasa dicirikan belajar
berbasis masalah dan mencari ilmu untuk memecahkan solusi tertentu dank arena
suatu kebutuhan yang jelas, terutama berhubungan dengan karier dan
kehidupannya (Budu:2012).
Mahasiswa dengan berbagai karakternya memiliki peranan dan fungsi
yang sangat strategi dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Ada tiga
peran dan fungsi utama mahasiswa, yaitu: agent of change, social of control, dan
moral force (manggala:2011). Sebagai agen perubahan (agent of change),
mahasiswa memiliki tanggung jawab yang besar dalam membuat perubahan-
perubahan mendasar dalam masyarakat.
Melihat peran dan fungsi mahasiswa yang begitu strategis, mahasiswa
perlu memiliki karakter yang kuat. Karakter tersebut tidak bisa dibentuk secara
otomatis. Seorang mahasiswa yang menyelesaikan pendidikan disebuah perguruan
tinggi misalnya, tidak serta merta memiliki karakter mulia tertentu secara otomatis
setelah melalui semua proses pembelajarannya.
Karakter mahasiswa dapat dikembangkan diperguruan tinggi. Karena
karakter seseorng dapat tumbuh secara perlahan dan berkelanjutan melalui proses
pendidikan. Perguruan tinggi merupakan jenjang pendidikan kelanjutan dari
jenjang-jenjang pendidikan sebelumnya, dari TK, SD, SMP dan SMA. Seorang
tidak mungkin menjadi mahasiswa tanpa melalui jenjang-jenjang pendidikan
sebelumnya.
Buchori(2010) mengungkapkan: pembentukan karakter perlu waktu
panjang, dari masa kanak-kanak sampai usia dewasa ketika seseorang mampu
mengambil keputusan mengenai dirinya sendiri dan mempertanggung jawabkan
kepada dirinya sendiri.
14
Berdasarkan pada pemikiran bahwa karakter mahasiswa dapat
dikembangkan secara perlahan dan berkelanjutan, pendidikan karakter
diperguruan tinggi haruslah memperhatikan bahwa terbentuknya karakter
seseorang dipengaruhi banyak factor. Djohar(2011) mengidentifikasi tiga factor
yang mempengaruhi terbentuknya karakter seseorag yaitu:
1. Modal budaya yang dibawa sejak kecil
2. Dampak lingkungannya
3. Kekuatan individu orang merespons dampak lingkungannya.
15
1. Bullying secara fisik: tindakan menikam, memalak, mencubit, memukul,
meludah, menarik leher kerah baju, mendorong, yang semuanya dilakukan
dengan sengaja (deliberately).
2. Bullying secara verbal: mengolok olok, menertawakan, memanggil nama
orangtua, mencemooh, menghina bahkan memfitnah, dan lagi-lagi dilakukan
dengan sengaja.
3. Bullying secara psikologis: mendiamkan, mengucilkan, tidak diajak dalam
kegiatan apapun, dibiarkan sendirian.
Semua praktek bullying, tentu saja sangat menyakitkan bagi seorang anak maupun
remaja, karena masa mereka adalah masa berkawan, dan di-bully merupakan hal
yang paling dibenci oleh seluruh anak dan remaja diseluruh dunia, dan hal ini
harus dicegah, oleh berbagai pihak.
Faktor- faktor moral yang mempengaruhi bullying:
1. Toleransi
1. Status sosial
Status sosial menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi bagaimana
masing-masing orang saling menghargai. Di saat seseorang memiliki status
sosial tinggi misalnya seseorang yang berpengaruh di suatu wilayah (Ex.
Gubernur, Walikota, Ustad, dst.), tingkat pendapatan, memiliki banyak
kenalan pejabat, pasti ia akan memiliki tingkat penghargaan yang lebih tinggi
pula. Begitu juga di saat seseorang yang tidak memiliki status sosial yang
tinggi.
2. Status ekonomi
3. Hak asasi
4. Pengaruh media
2. Religius
Kurangnya pendidikan agama (dendam).
3. Tanggung jawab
Perbuatan yang dilakukan tidak didasari tanggng jawab (menyebarkan
gossip yang membuat seseorang dibully).
Dalam kasus ini, ada beberapa alternatif atau solusi yg dapat kita lakukan
untuk mencegah atau menghentikan tindakan bullying antara lain :
16
a. perlunya penambahan wawasan dalam bidang ke agamaan, atau perlunya
pendekatan diri kepada Tuhan. Serta mentaaiti segala perintah dan
larangan-Nya
b. sangat di butuhkan partisipasi dari orang tua ataupun lingkungan sekitar,
untuk lebih menanamkan nilai nilai moral antara sesama
c. perlunya kesadaran dari dalam diri kita sendiri untuk lebih menghargai
orang lain.
17
membuka mata bangsa Indonesia bahwa oknum yang seharusnya menangkat
genderang perang bagi korupsi ternyata melakukan praktek korupsi. Dari berbagai
pemaparan di atas dapat kita lihat bahwa mental dan moral anak bangsa sudah
rusak. Kalau boleh dikatakan- walaupun saya sangat bergumul mengatakannya-
bahwa mental anak bangsa kita adalah mental korupsi. Membenahi persoalan
korupsi dalam negeri ini sama dengan membenahi persoalan karakter bangsa
Indonesia.
(1) Ditemukannya soal bahasa Indonesia tertukar dengan bahasa Inggris di Bali;
(3) Jual beli soal UN yang belum diketahui asli atau palsu di Sumbar;
(4) Ada Guru mata pelajaran bahasa Indonesia ikut menjaga ujian bahasa
Indonesia, padahal dalam standar operasional pelaksanaan, hal itu jelas-jelas
dilarang;
18
(5) Ada laporan yang masuk di posko pengaduan UNAS di Kemendiknas (Sumut
Post, 23/3).
Belum lama ini kita juga dihentakkan oleh kasus plagiat yang terjadi di
dunia pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan yang seharusnya
menjunjung tinggi kejujuran ternyata telah memberi contoh sebaliknya.
Pendidikan yang seharusnya menghargai proses pembelajaran ternyata lebih
menyukai sesuatu yang instan. Pendidikan yang bertujuan untuk menghasilkan
peserta didik yang cinta akan negara, kenyataannya pendidikan tidak demikian,
malah sebaliknya pendidikan menjadi tempat tumbuhnya kecurangan.
Pembentukan karakter tidak lagi ditemukan bahkan yang ironinya malah menjadi
tempat ditemukan kecurangan, kriminalitas, bahkan individualisme, yang ternyata
bukan hal yang seharusnya terjadi dalam dunia pendidikan.
19
segala keinginannya baik itu kecerdasan, kekayaan, kebahagiaan, dan
kesejahteraan. Sehingga orang tersebut akan mencoba segala cara untuk
memenuhinya keinginannya. Yaitu dengan cara melakukan kecurangan
UN agar lulus dan mendapat nilai yang bagus, dan melakukan korupsi agar
dapat cepat memiliki kekayaan.
4. Disiplin
Disiplin merupakan suatu hal yang perlu dilakukan dalam menaati aturan
atau hukum yang berlaku. Dalam pelaksanaan UN pun telah memiliki
aturan yang berlaku, salah satunya yaitu tidak dapat melakukan
kecurangan dalam bentuk apapun berkaitan dalam pelaksanaan UN
tersebut. Jadi, apabila terdapat kecurangan dalam pelaksanaan UN maka
orang tersebut tidak disiplin dalam melaksanakan aturan yang berlaku.
20
Kurangnya pendidikan agama juga turut mempengaruhi tingkat kejujuran
seseorang. Apabila seseorang mengetahui secara benar ajaran agama
mengenai kejujuran, pasti ia tidak akan melakukan hal yang tidak baik,
seperti mencuri.
Dalam kasus ini, ada beberapa alternatif atau solusi yg dapat kita lakukan untuk
mencegah atau menghentikan tindakan pencurian antara lain :
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bangsa Indonesia telah berusaha untuk meningkatkan kesesuaian dan mutu
pendidikan karakter melalui sekolah-sekolah, terutama Sekolah Menengah
Pertama (SMP), karena anak usia SMP sangat cocok untuk diberi pembelajaran
tentang pendidikan karakter.
Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan
dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan
karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang. Bila
21
pendidikan karakter telah mencapai keberhasilan, tidak diragukan lagi kalau masa
depan bangsa Indonesia ini akan mengalami perubahan menuju kejayaan. Dan bila
pendidikan karakter ini mengalami kegagalan sudah pasti dampaknya akan sangat
besar bagi bangsa ini, negara kita akan semakin ketinggalan dari negara-negara
lain.
3.2 Saran
Pemerintah harus selalu memantau atau mengawasi dunia pendidikan,
karena dari dari dunia pendidikan Negara bisa maju dan karena dunia pendidikan
juga Negara bisa hancur, bila pendidikan sudah disalah gunakan. Selain mengajar,
seorang guru atau orang tua juga harus mendoakan anak atau muridnya supaya
menjadi lebih baik, bukan mendoakan keburukan bagi anak didiknya. Guru harus
memberikan rasa aman dan keselamatan kepada setiap peserta didik di dalam
menjalani masa-masa belajarnya, karena jika tidak semua pembelajaran yang di
jalani anak didik akan sia-sia. Semoga karya tulis dapat bermanfaat bagi kita
semua, khususnya bagi pembaca. Amiiin..
DAFTAR PUSTAKA
Budu : 2012
22
Djohar : 2011
Manggala : 2011
http://www.pendidikankarakter.com/peran-pendidikan-karakter-dalam-
melengkapi-kepribadian/
http://www.pendidikankarakter.com/kurikulum-pendidikan-karakter/
http://pndkarakter.wordpress.com/
https://www.academia.edu/3317403/MODEL_PENDIDIKAN_KARAKTER_DI
_PERGURUAN_TINGGI_AGAMA_ISLAM_Studi_tentang_Pendidikan_Karakter_Berb
asis_Ulul_albab_di_Universitas_Islam_Negeri_
http://news.metrotvnews.com/read/2014/10/13/304302/kpai-sanksi-bagi-bocah-
pelaku-bullying-bukan-penjara
http://www.republika.co.id/berita/koran/halaman-1/14/10/15/ndh4sp-aduan-
bullying-tertinggi
23
DAFTAR PUSTAKA
http://www.pendidikankarakter.com/peran-pendidikan-karakter-dalam-
melengkapi-kepribadian/
24
http://www.pendidikankarakter.com/kurikulum-pendidikan-karakter/
http://www.pendidikankarakter.com/peran-pola-asuh-dalam-membentuk-
karakter-anak/
http://www.academia.edu/
25