Anda di halaman 1dari 7

PENDIDIKAN ANTI KORUPSI

NILAI – NILAI DAN PRINSIP – PRINSIP ANTI KORUPSI

NAMA: FAJAR YULITRADIASTANTO


NPT: 41.16.0039

INSTRUMENTASI 7B

SEKOLAH TINGGI METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

TANGERANG SELATAN

2019
NILAI – NILAI ANTI KORUPSI

Korupsi disebabkan oleh adanya dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal merupakan penyebab korupsi dari faktor individu, sedangkan faktor
eksternal berasal dari lingkungan atau sistem. Upaya pencegahan korupsi pada dasarnya
dapat dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan faktor penyebab korupsi. Nilai-
nilai antikorupsi yang meliputi kejujuran, kemandirian, kedisiplinan, tanggung jawab,
kerja keras, sederhana, keberanian, dan keadilan, harus dimiliki oleh tiap-tiap individu
untuk menghindari munculnya faktor internal sehingga korupsi tidak terjadi. Sementara
itu, untuk mencegah faktor eksternal penyebab korupsi, selain harus memiliki nilai-nilai
antikorupsi, setiap individu juga harus memahami dengan mendalam prinsip-prinsip
antikorupsi yang meliputi akuntabilitas, transparansi, kewajaran, kebijakan, dan kontrol
kebijakan dalam organisasi/individu/masyarakat. Dengan demikian, nilai-nilai dan prinsip-
prinsip antikorupsi harus tertanam dalam diri setiap individu, agar terhindar dari perbuatan
korupsi.

1.1 Kejujuran

Kejujuran merupakan nilai dasar yang menjadi landasan utama bagi penegakan
integritas diri seseorang. Tanpa adanya kejujuran mustahil seseorang bisa menjadi pribadi
yang berintegritas. Seseorang dituntut untuk bisa berkata jujur dan transparan serta tidak
berdusta baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. Kejujuran juga akan terbawa dalam
bekerja sehingga dapat membentengi diri terhadap godaan untuk berbuat curang.
Nilai kejujuran di dalam sekolah dapat diwujudkan dalam bentuk tidak melakukan
kecurangan akademik. Misalnya tidak mencontek, tidak melakukan plagiarisme, dan tidak
memalsukan nilai. Nilai kejujuran juga dapat diwujudkan dalam kegiatan kesiswaan.
Misalnya membuat laporan keuangan kegiatan kepanitiaan dengan jujur.

1.2 Kepedulian

Kepedulian sosial kepada sesama menjadikan seseorang memiliki sifat kasih sayang.
Individu yang memiliki jiwa sosial tinggi akan memperhatikan lingkungan sekelilingnya
di mana masih terdapat banyak orang yang tidak mampu, menderita, dan membutuhkan
uluran tangan. Pribadi dengan jiwa sosial tidak akan tergoda untuk memperkaya diri sendiri
dengan cara yang tidak benar tetapi ia malah berupaya untuk menyisihkan sebagian
penghasilannya untuk membantu sesama.
Nilai kepedulian dapat diwujudkan dalam bentuk antara lain berusaha ikut memantau
jalannya proses pembelajaran, memantau sistem pengelolaan sumber daya di sekolah,
memantau kondisi infrastruktur lingkungan sekolah. Nilai kepedulian juga dapat
diwujudkan dalam bentuk mengindahkan seluruh peraturan dan ketentuan yang berlaku di
dalam sekolah dan di luar sekolah.
1.3 Kemandirian

Kemandirian membentuk karakter yang kuat pada diri seseorang menjadi tidak
bergantung terlalu banyak pada orang lain. Mentalitas kemandirian yang dimiliki
seseorang memungkinkannya untuk mengoptimalkan daya pikirnya guna bekerja secara
efektif. Jejaring sosial yang dimiliki pribadi yang mandiri dimanfaatkan untuk menunjang
pekerjaannya tetapi tidak untuk mengalihkan tugasnya. Pribadi yang mandiri tidak akan
menjalin hubungan dengan pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab demi mencapai
keuntungan sesaat.
Nilai kemandirian dapat diwujudkan antara lain dalam bentuk mengerjakan soal ujian
secara mandiri, mengerjakan tugas-tugas akademik secara mandiri, dan menyelenggarakan
kegiatan kesiswaan secara swadana.

1.4 Kedisiplinan

Disiplin adalah kunci keberhasilan semua orang. Ketekunan dan konsistensi untuk
terus mengembangkan potensi diri membuat seseorang akan selalu mampu
memberdayakan dirinya dalam menjalani tugasnya. Kepatuhan pada prinsip kebaikan dan
kebenaran menjadi pegangan utama dalam bekerja. Seseorang yang mempunyai pegangan
kuat terhadap nilai kedisiplinan tidak akan terjerumus dalam kemalasan yang
mendambakan kekayaan dengan cara yang mudah.
Nilai kedisiplinan dapat diwujudkan antara lain dalam bentuk kemampuan mengatur
waktu dengan baik, kepatuhan pada seluruh peraturan dan ketentuan yang berlaku di
sekolah, mengerjakan segala sesuatunya tepat waktu, dan fokus pada pelajaran.

1.5 Tanggung Jawab

Pribadi yang utuh dan mengenal diri dengan baik akan menyadari bahwa keberadaan
dirinya di muka bumi adalah untuk melakukan perbuatan baik demi kemaslahatan sesama
manusia. Segala tindak tanduk dan kegiatan yang dilakukannya akan
dipertanggungjawabkan sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa, masyarakat, negara,
dan bangsanya. Dengan kesadaran seperti ini maka seseorang tidak akan tergelincir dalam
perbuatan tercela dan nista.
Penerapan nilai tanggung jawab antara lain dapat diwujudkan dalam bentuk belajar
sungguh-sungguh, lulus tepat waktu dengan nilai baik, mengerjakan tugas akademik
dengan baik, menjaga amanah dan kepercayaan yang diberikan.

1.6 Kerja Keras

Perbedaan nyata akan jelas terlihat antara seseorang yang mempunyai etos kerja dengan
yang tidak memilikinya. Individu beretos kerja akan selalu berupaya meningkatkan
kualitas hasil kerjanya demi terwujudnya kemanfaatan publik yang sebesar-besarnya. Ia
mencurahkan daya pikir dan kemampuannya untuk melaksanakan tugas dan berkarya
dengan sebaik-baiknya. Ia tidak akan mau memperoleh sesuatu tanpa mengeluarkan
keringat.
Kerja keras dapat diwujudkan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya dalam
melakukan sesuatu menghargai proses bukan hasil semata, tidak melakukan jalan pintas,
belajar dan mengerjakan tugas-tugas akademik dengan sungguh-sungguh.

1.7 Kesederhanaan

Pribadi yang berintegritas tinggi adalah seseorang yang menyadari kebutuhannya dan
berupaya memenuhi kebutuhannya dengan semestinya tanpa berlebih-lebihan. Ia tidak
tergoda untuk hidup dalam gelimang kemewahan. Kekayaan utama yang menjadi modal
kehidupannya adalah ilmu pengetahuan. Ia sadar bahwa mengejar harta tidak akan pernah
ada habisnya karena hawa nafsu keserakahan akan selalu memacu untuk mencari harta
sebanyak-banyaknya.
Nilai kesederhanaan dapat diterapkan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari, baik di
sekolah maupun di luar sekolah. Misalnya hidup sesuai dengan kemampuan, hidup sesuai
dengan kebutuhan, tidak suka pamer kekayaan, dan lain sebagainya.

1.8 Keberanian

Seseorang yang memiliki karakter kuat akan memiliki keberanian untuk menyatakan
kebenaran dan menolak kebathilan. Ia tidak akan mentolerir adanya penyimpangan dan
berani menyatakan penyangkalan secara tegas. Ia juga berani berdiri sendirian dalam
kebenaran walaupun semua kolega dan teman-teman sejawatnya melakukan perbuatan
yang menyimpang dari hal yang semestinya. Ia tidak takut dimusuhi dan tidak memiliki
teman kalau ternyata mereka mengajak kepada hal-hal yang menyimpang.
Nilai keberanian dapat dikembangkan oleh siswa dalam kehidupan di sekolah dan di
luar sekolah. Antara lain dapat diwujudkan dalam bentuk berani mengatakan dan membela
kebenaran, berani mengakui kesalahan, berani bertanggung jawab, dan lain sebagainya.

1.9 Keadilan

Pribadi dengan karakter yang baik akan menyadari bahwa apa yang dia terima sesuai
dengan jerih payahnya. Ia tidak akan menuntut untuk mendapatkan lebih dari apa yang ia
sudah upayakan. Bila ia seorang pimpinan maka ia akan memberi kompensasi yang adil
kepada bawahannya sesuai dengan kinerjanya. Ia juga ingin mewujudkan keadilan dan
kemakmuran bagi masyarakat dan bangsanya.
Nilai keadilan dapat dikembangkan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari, baik di
dalam sekolah maupun di luar sekolah. Antara lain dapat diwujudkan dalam bentuk selalu
memberikan pujian tulus pada kawan yang berprestasi, memberikan saran perbaikan dan
semangat pada kawan yang tidak berprestasi, tidak memilih kawan berdasarkan latar
belakang sosial, dan lain – lain.
PRINSIP – PRINSIP ANTI KORUPSI

2.1 Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah kesesuaian antara aturan dan pelaksanaan kerja. Semua


lembaga mempertanggung jawabkan kinerjanya sesuai aturan main baik dalam bentuk
konvensi (de facto) maupun konstitusi (de jure), baik pada level budaya (individu dengan
individu) maupun pada level lembaga.
Akuntabilitas publik secara tradisional dipahami sebagai alat yang digunakan untuk
mengawasi dan mengarahkan perilaku administrasi dengan cara memberikan kewajiban
untuk dapat memberikan jawaban (answerability) kepada sejumlah otoritas eksternal
(Dubnik : 2005). Selain itu akuntabilitas publik dalam arti yang lebih fundamental merujuk
kepada kemampuan seseorang terkait dengan kinerja yang diharapkan. (Pierre : 2007).
Seseorang yang diberikan jawaban ini haruslah seseorang yang memiliki legitimasi untuk
melakukan pengawasan dan mengharapkan kinerja (Prasojo : 2005). Akuntabilitas publik
memiliki pola-pola tertentu dalam mekanismenya, antara lain adalah akuntabilitas
program, akuntablitas proses, akuntailitas keuangan, akuntabilitas outcome, akuntabilitas
hukum, dan akuntabilitas politik (Puslitbang, 2001).
Dalam pelaksanaannya, akuntabilitas harus dapat diukur dan
dipertanggungjawabkan melalui mekanisme pelaporan dan pertanggungjawaban atas
semua kegiatan yang dilakukan. Evaluasi atas kinerja administrasi, proses pelaksanaan,
dampak dan manfaat yang diperoleh masyarakat baik secara langsung maupun manfaat
jangka panjang dari sebuah kegiatan.

2.2 Transparansi

Prinsip transparansi penting karena pemberantasan korupsi dimulai dari


transparansi dan mengharuskan semua proseskebijakan dilakukan secara terbuka, sehingga
segala bentuk penyimpangan dapat diketahui oleh publik. Transparansi menjadi pintu
masuk sekaligus kontrol bagi seluruh proses dinamika struktural kelembagaan. Dlam
bentuk yang paling sederhana, transparansi mengacu pada keterbukaan dan kejujuran
untuk saling menjunjung tinggi kepercayaan (trust) karena kepercayaan, keterbukaan, dan
kejujuran ini merupakan modal awal yang sangat berharga bagi semua orang untuk
melanjutkan hidupnya di masa mendatang. Dalam prosesnya transparansi dibagi menjadi
lima, yaitu :

 Proses penganggaran,
 Proses penyusunan kegiatan,
 Proses pembahasan,
 Proses pengawasan, dan
 Proses evaluasi.
Proses penganggaran bersifat bottom up, mulai dari perencanaan, implementasi,
laporan pertanggungjawaban dan penilaian (evaluasi) terhadap kinerja anggaran.
Dalam proses penyusunan kegiatan atau proyek pembangunan terkait dengan
proses pembahasan tentang sumber-sumber pendanaan (anggaran pendapatan) dan alokasi
anggaran (anggaran belanja).
Proses pembahasan membahas tentang pembutan rancangan peraturan yang
berkaitan dengan strategi penggalangan (pemungutan dana), mekanisme pengelolaan
proyek mulai dari pelaksanaan tender, pengerjaan teknis, pelaporan finansial dan
pertanggungjawaban secara teknis.
Proses pengawasan dalam pelksnaaan program dan proyek pembangunan berkaitan
dengan kepentingan publik dan lebih khusus lagi adalah proyek-proyek yang diusulkan
oleh masyarakat sendiri.
Proses evaluasi ini berlaku terhadap penyelenggaraan proyek dijalankan secara
terbuka dan bukan hanya pertanggungjawaban secara administratif, tapi juga secara teknis
dan fisik dari setiap output kerja-kerja pembangunan.

2.3 Kewajaran

Prinsip fairness atau kewajaran ini ditunjukkan untuk mencegah terjadinya


manipulasi (ketidakwajaran) dalam penganggaran, baik dalam bentuk mark up maupun
ketidakwajaran dalam bentuk lainnya. Sifat-sifat prinsip ketidakwajaran ini terdiri dari
lima hal penting komperehensif dan disiplin, fleksibilitas, terprediksi, kejujuran dan
informatif.
Komperehensif dan disiplin berarti mempertimbangkan keseluruhan aspek,
berkesinambungan, taat asas, prinsip pembebanan, pengeluaran dan tidak melampaui batas
(off budget). Fleksibilitas artinya adalah adanya kebijakan tertentu untuk mencapai
efisiensi dan efektifitas. Terprediksi berarti adanya ketetapan dlam perencanaan atas dasar
asas value for money untuk menghindari defisit dalam tahun anggaran berjalan. Anggaran
yang terprediksi merupakan cerminan dari adanya prinsip fairness di dalam proses
perencanaan pembangunan. Kejujuran mengandung arti tidak adanya bias perkiraan
penerimaan maupun pengeluaran yang disengaja yang berasal dari pertimbangan teknis
maupun politis. Kejujuran merupakan bagian pokok dari prinsip fairness. Penerapan sifat
informatif agar dapat tercapainya sistem informasi pelaporan yang teratur dan informatif.
Sistem informatif ini dijadikan sebagai dasar penilaian kinerja, kejujuran dan proses
pengambilan keputusan selain itu sifat ini merupakan ciri khas dari kejujuran.

2.4 Kebijakan

Kebijakan ini berperan untuk mengatur tata interaksi agar tidak terjadi
penyimpangan yang dapat merugikan negara dan masyarakat. Kebijakan anti korupsi ini
tidak selalu identik dengan undang-undang anti korupsi, namun bisa berupa undang-
undang kebebasan mengakses informasi, undang-undang desentralisasi, undang-undang
anti-monopoli, maupun lainnya yang dapat memudahkan masyarakat mengetahui
sekaligus mengontrol terhadap kinerja dan penggunaan anggaran negara oleh para pejabat
negara. Aspek-aspek kebijakan terdiri dari isi kebijakan, pembuat kebijakan, pelaksana
kebijakan, kultur kebijakan. Kebijakan anti korupsi akan efektif apabila didalamnya
terkandung unsur-unsur yang terkait dengan persoalan korupsi dan kualitas dari isi
kebijakan tergantung pada kualitas dan integritas pembuatnya. Kebijakan yang telah dibuat
dapat berfungsi apabila didukung oleh aktor-aktor penegak kebijakan yaitu kepolisian,
kejaksaan, pengadilan, pengacara, dan lembaga pemasyarakatan. Eksistensi sebuah
kebijakan tersebut terkait dengan nilai-nilai, pemahaman, sikap, persepsi dan kesadaran
masyarakat terhadap hukum atau undang-undang anti korupsi. Lebih jauh lagi kultur
kebijakan ini akan menentukan tingkat partisipasi masyarakat dalam pemberantasan
korupsi.

2.5 Kontrol Kebijakan

Kontrol kebijakan merupakan upaya agar kebijakan yang dibuat betul-betul efektif
dan mengeliminasi semua bentuk korupsi. Bentuk kontrol kebijakan berupa partisipasi,
evolusi dan reformasi. Kontrol kebijakan partisipasi yaitu melakukan kontrol terhadap
kebijakan dengan ikut serta dalam penyusunan dan pelaksanaannya. Kontrol kebijakan
evolusi yaitu dengan menawarkan alternatif kebijakan baru yang dianggap lebih layak.
Kontrol kebijakan reformasi yaitu mengontrol dengan mengganti kebijakan yang dianggap
tidak sesuai.

KESIMPULAN

Nilai-nilai antikorupsi yang meliputi kejujuran, kemandirian, kedisiplinan,


tanggung jawab, kerja keras, sederhana, keberanian, dan keadilan, harus dimiliki oleh tiap-
tiap individu untuk menghindari munculnya faktor internal sehingga korupsi tidak terjadi.
Sementara itu, untuk mencegah faktor eksternal penyebab korupsi, selain harus memiliki
nilai-nilai antikorupsi, setiap individu juga harus memahami dengan mendalam prinsip-
prinsip antikorupsi yang meliputi akuntabilitas, transparansi, kewajaran, kebijakan, dan
kontrol kebijakan dalam organisasi/individu/masyarakat. Dengan demikian, nilai-nilai dan
prinsip-prinsip antikorupsi harus tertanam dalam diri setiap individu, agar terhindar dari
perbuatan korupsi.

Anda mungkin juga menyukai