Pada bagian ini, mahasiswa akan diajak untuk menyelami hakikat guru yang selayak- nya
berintegritas. Seperti apa sosok guru berintegritas. Hal ini perlu digali, disadari dan diyakini
oleh masing-masing individu. Karena integritas sangat erat kaitannya dengan hakikat
manusia dan keyakinan yang dianutnya.
Melalui kegiatan pembelajaran mandiri ini, diharapkan setiap mahasiswa memiliki keyakinan
yang kuat bahwa profesi guru bukan hanya mengajarkan pengetahuan, tetapi menjadi teladan
bagi peserta didik dan masyarakat. Keyakinan pribadi menjadi kunci dan daya dorong
penerapan perilaku berintegritas secara konsisten.
1. Menemukan nilai pembentuk integritas pada setiap individu dan merumuskan potret
diri guru berintegritas serta posisi dirinya saat ini;
2. Melakukan refleksi yang menunjukkan keyakinan, posisi dan peran guru berintegri-
tas yang membawa perubahan;
3. Mendalami persoalan moralitas bangsa dan memosisikan dirinya sebagai bagian dari
solusi;
4. Memahami dan mendalami landasan dan prinsip penguatan integritas bagi dirinya
sendiri dan peserta didik, sebagai landasan dalam melakukan proses penguatan in-
tegritas di kelas dan sekolah.
Pada bagian ini, mahasiswa akan diajak untuk menyelami hakikat guru yang selayak- nya
berintegritas. Seperti apa sosok guru berintegritas. Hal ini perlu digali, disadari dan diyakini
oleh masing-masing individu. Karena integritas sangat erat kaitannya dengan hakikat
manusia dan keyakinan yang dianutnya.
Melalui kegiatan pembelajaran mandiri ini, diharapkan setiap mahasiswa memiliki keyakinan
yang kuat bahwa profesi guru bukan hanya mengajarkan pengetahuan, tetapi menjadi teladan
bagi peserta didik dan masyarakat. Keyakinan pribadi menjadi kunci dan daya dorong
penerapan perilaku berintegritas secara konsisten.
1. Menemukan nilai pembentuk integritas pada setiap individu dan merumuskan potret
diri guru berintegritas serta posisi dirinya saat ini;
2. Melakukan refleksi yang menunjukkan keyakinan, posisi dan peran guru berintegri-
tas yang membawa perubahan;
3. Mendalami persoalan moralitas bangsa dan memosisikan dirinya sebagai bagian dari
solusi;
4. Memahami dan mendalami landasan dan prinsip penguatan integritas bagi dirinya
sendiri dan peserta didik, sebagai landasan dalam melakukan proses penguatan in-
tegritas di kelas dan sekolah.
Manapun jalan yang dilalui, itu semua kehendak Yang Maha Kuasa, anda dipanggil untuk
menjadi guru.
Hidup anda ke depan, akan dilalui sebagai guru. Apakah anda akan mengisi hidup dengan
penuh kebahagiaan? Atau biasa saja sebagaimana bekerja dan mendapat upah? Dua keadaan
ini bukan takdir, melainkan pilihan yang sepenuhnya, berada di tangan anda. Tidak
ditentukan orang lain. Berikut adalah jalan mudah untuk menjadi guru sejati, yakni menjadi
guru yang berintegritas.
Untuk mempermudah Anda dalam mempelajari materi, Anda dapat mengunduh materi yang
dibaca secara offline Materi KB I PDF yang telah disediakan di Folder Bahan
Pembelajaran KPK.
A. HAKIKAT GURU
Kata “guru” berasal dari bahasa Sansekerta. “GU” berarti gelap, dan “RU” berarti membawa
terang atau mengusir kegelapan. Berarti, secara maknawi, Guru adalah orang yang senantiasa
memerangi kegelapan dan membawa terang. Semakin gelap suasana di sekitarnya, semakin
bermakna kehadirannya. Jika seorang guru memilih bertahan dalam suasana yang sudah
terang, maka lama kelamaan eksistensinya menjadi hilang. Untuk itu, setelah selesai
menerangi yang gelap, carilah situasi yang lebih gelap, karena di sanalah kehadiran anda
ditunggu dan memberi makna.
B. PROFIL GURU BERINTEGRITAS
Jelaslah bahwa guru identik dengan sosok berintegritas. Lalu, apakah integritas itu? Beragam
definisi akademik dapat kita peroleh dari berbagai sumber. Se- bagai contoh anda juga dapat
menggalinya dari video berikut.
Konsep diri guru berintegritas sebenarnya tertuang dalam empat kompetensi dasar yang harus
dimiliki guru sebagaimana ditampilkan dalam standar yang ditetapkan pemerintah, yakni
kompetensi pribadi, kompetensi sosial, kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional.
Masing-masing dirinci secara terurai sebagai perwujudan integritas.
Akan tetapi secara umum terdapat empat ciri yang paling mendasar yang harus dimiliki guru
yakni (1) berintegritas, (2) terpercaya, (3) memiliki pengetahuan luas, dan (4) selalu menebar
kebaikan. Keempat ciri ini kemudian diurai ke da- lam nilai pembentuk yang menjadi
landasan perilaku seorang guru. Secara ilus- trasi, dapat dilihat pada Gambar 1.1.
Menjadi jelaslah bahwa menjadi guru apapun, entah itu guru kelas, guru mata pelajaran,
konselor, bahkan tenaga kependidikan dan warga sekolah sekalipun, integritas adalah
“pakaian” yang harus melekat kuat. Integritas dipahami mak- nanya, disadari pentingnya
untuk kehidupan pribadi, diyakini sebagai prinsip hidup, dan diterapkan dalam perilaku
pribadi di manapun, kapanpun, dan dalam suasana apapun. Tanpa integritas, sejatinya tidak
layak menyandang predikat guru. Adapun menularkannya kepada peserta didik, adalah
tahapan berikutnya setelah “pakaian” itu terpasang serasi dalam diri.
Untuk lebih lengkapnya tentang perilaku berintegritas dapat dipelajari dalam bahan
Pendidikan Antikorupsi untuk perguruan tinggi di laman berikut.
Sumber perilaku tak berintegritas adalah melemahnya nilai-nilai karakter dari da- lam diri
individu. Nilai-nilai karakter seperti jujur, tanggung-jawab, disiplin, peduli, dan nilai lainnya
hanya sebatas dipahami, tapi tidak diyakini dan diamalkan sebagai prinsip hidup pada setiap
individu. Inilah persoalan bangsa kita.
Melihat kondisi sekolah saat ini, maka untuk melakukan penguatan integritas perlu
upaya yang tidak biasa dengan cara pandang yang berbeda. Guru perlu memiliki
keyakinan yang kuat dan kerja keras mewujudkannya;
Penguatan integritas adalah hal paling mendasar dalam pendidikan yang mutlak
dilakukan oleh seluruh guru, apakah ia guru kelas, guru mata pelajaran, konselor, atau
warga sekolah dewasa lainnya.
X.1.1.1. KEGIATAN BELAJAR 1
DAFTAR PUSTAKA
Adler, M. 2009. Program Paedia: Silabus Pendidikan Humanistik (Terj.). Indonesia
Publishing. Bandung
Anita Woolfolk. 2009. Educational Psychology; Aktive Learning Edition. Pustaka Pe- lajar.
Yogyakarta.
Joyce, A., Weil, M., Calhoun, E. 2009. Model of Teaching: Model-Model Pengajaran.
Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Karzon, A. A. 2010. Tazkiyatun Nafs: Gelombang Energi Penyucian Jiwa Menurut Al-
Qur’an dan As-Sunnah di Atas Manhaj Salafus Shaalih. Akbarmedia. Jakarta.
Komisi Pemberantasan Korupsi. 2017. Pendidikan Antikorupsi untuk Pendidikan Dasar dan
Menengah. . KPK, Jakarta.
Komisi Pemberantasan Korupsi. 2018. Insersi Pendidikan Antikorupsi untuk Pendidi- kan
Dasar dan Menengah melalui Mata Pelajaran PPKN. KPK, Jakarta.
Ki Hadjar Dewantara. 1977. Pendidikan. Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa. Yo-
gyakarta.
Murty, Ade Iva. 2016. Perumusan Indikator Nilai-Nilai Antikorupsi. Komisi Pemberan- tasan
Korupsi-GIZ, Jakarta.
Murty, Ade Iva. 2016. Kajian Kristalisasi Nilai-Nilai Antikorupsi. Komisi Pemberan- tasan
Korupsi-GIZ, Jakarta.
Samani, M., Hariyanto. 2012. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Remaja Rosda- karya.
Bandung.
Sandra Aamodt dan Sam Wang. Welcome to Your Child’s Brain; Cara Pikiran Berkem- bang
dari Masa Pembuahan Hingga Kuliah. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Soedarsono,S. (2008). Membangun Kembali Jati Diri Bangsa. Peran Penting Karakter dan
Hasrat untuk Berubah. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Sjafei, M. 2010. Arah Aktif: Sebuah Seni Mendidik Berkreativitas dan Berakhlak Mulia. Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri. Solo.
World Economic Forum. (2020). School of the Future, Defining New Models of Edu- cation
for the Fourth Industrial Revolution. Geneva: World Economic Forum.
Kasus: Anda menjadi guru di satu sekolah. Peraturan sekolah menentukan bahwa siswa yang
terlambat tidak bisa masuk kelas. Tujuannya untuk menegakkan disiplin siswa. Gerbang
dikunci. Namun, tatkala guru datang terlambat, ia boleh masuk, dan disaksi- kan siswa. Hal
itu ternyata lumrah terjadi. Anda sudah mencoba menyampaikan kepada kepala sekolah tapi
tidak ada respon. Andapun sudah mencoba memperbaiki keadaan dengan mengajak teman
guru untuk tidak melakukan itu, tapi malah anda dikucilkan dan dianggap mengganggu
kenyamanan.
Pertanyaan:
1. Bagaimana langkah anda menghadapi situasi tersebut sebagai orang yang berinte-
gritas? Buat dalam bentuk naskah reflektif!
2. Buat daftar tentang faktor penyebab guru tidak berintegritas serta solusinya yang bisa
dilakukan oleh diri pribadi. Bukan solusi yang dilakukan pihak lain.
3. Berdasarkan kasus di atas sebagai referensi buat mind map tentang landasan dan
prinsip penguatan integritas dengan gambar yang anda buat sendiri.
Your answer