Anda di halaman 1dari 11

BAB III

MEMBANGUN KARAKTER

Disusun oleh Eka Rachmawati B, Mutiara Anugrah R dan Neneng Kurnia A.

A. PENDAHULUAN
Selama ini, kita seringkali dihadapkan pada berbagai situasi dan pilihan yang menguji
moralitas dan integritas kita. Membangun karakter yang kuat dan teguh menjadi sangat
penting di tengah dinamika kehidupan yang sering kali penuh dengan godaan dan
tantangan. Karakter muncul sebagai hasil dari pembelajaran, pengalaman, dan keputusan
yang kita buat sepanjang hidup. Bab ini akan membahas tentang pengertian karakter, Unsur-
unsur yang membangun karakter di dalam lingkungan, mengetahui Pendidikan di era digital
serta mengimplementasi pilar-pilar karakter anak.
Konsep dan prinsip dasar yang diperlukan untuk membangun karakter yang baik dan
positif mencakup pemahaman tentang karakter itu sendiri, pentingnya memiliki karakter
yang kuat dalam kehidupan sehari-hari dan implementasi karakter anak. Sebuah karakter
yang baik tidak hanya ditandai dengan integritas dan moralitas, tetapi juga dengan
kemampuan untuk bertanggung jawab, berempati, dan beradaptasi dalam berbagai situasi.
Melalui pembahasan yang mendalam dan reflektif dalam bab ini, diharapkan pembaca dapat
mendapatkan wawasan baru dan motivasi untuk terus berupaya membangun karakter yang
lebih baik dan positif dalam kehidupannya.

B. PENGERTIAN KARAKTER DAN PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN


KARAKTER
Karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti, tabiat, watak dan akhlak yang
membedakan seseorang dengan yang lain. Karakter merupakan nilai-nilai yang khas dan baik
yang tertanam dalam diri dan perilaku seseorang. Nilai-nilai ini termasuk pengetahuan
tentang kebaikan, keinginan untuk berbuat baik, kehidupan yang baik, dan dampak positif
terhadaplingkungan. Karakter secara koheren adalah hasil dari olah pikir, olah hati, olah raga,
serta rasa dan karsa. Karakter merupakan ciri khas seseorang atau sekelompok orang yang
mengandung nilai, kemampuan, kapasitas moral, dan ketegaran dalam menghadapi kesulitan
dan tantangan. Sementara itu, pendidikan karakter adalah salah satu proses untuk mengubah
perilaku dan sikap seseorang agar lebih dewasa dengan upaya pelatihan dan pengajaran.
Dengan cara pembiasaan, perilaku dan pelatihan terus-menerus akan dapat membentuk watak
dan sikap seseorang. Karakter bukanlah bawaan dari kandungan dan bukan juga sebuah
warisan. Namun, karakter dibangun dan diciptakan melalui sebuah Pendidikan.
Pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan guru yang dapat
mempengaruhi karakter siswa. Guru membantu membentuk karakter peserta didik
berdasarkan prinsip pendidikan karakter. Prinsip-prinsip yang digunakan dalam
pengembangan pendidikan nilai atau karakter bangsa adalah sebagai berikut:
1. Nilai-nilai dapat diajarkan atau dikuatkan dengan nilai-nilai luhur budaya bangsa melalui
mata pelajaran yang berhubungan dengan pikiran, perasaan, karsa, hati dan olah raga.
sedang diselidiki. diintegrasikan ke dalam mata pelajaran.
2. Proses pengembangan nilai/karakter kebangsaan dilakukan pada setiap mata pelajaran dan
setiap pembelajaran.
3. Proses pengembangan nilai karakter bangsa merupakan proses yang berkelanjutan sejak
siswa memasuki mata pelajaran
4. Pembahasan berbagai metafora diajarkan untuk melatih berpikir, melatih emosi, melatih
semangat dan melatih syarat kesadaran diri dan penampilan sebagai hamba Tuhan, anggota
masyarakat dan bangsa, serta sebagai warga negara dan bagian dari lingkungan hidup. apa
yang kita jalani.
5. Program pengembangan diri melalui aksi atau kegiatan rutin budaya sekolah, teladan,
kegiatan spontan saat acara, pengkondisian dan pengintegrasian pendidikan nilai karakter ke
dalam jurusan dan mengacu pada pengembangan kompetensi dasar masing-masing jurusan.
Pendidikan karakter pada tingkat institusi mengarah pada pembentukan budaya sekolah,
yaitu terbentuknya nilai-nilai dasar perilaku, tradisi, praktik sehari-hari dan simbol-simbol,
yang diamalkan oleh seluruh warga sekolah dan masyarakat sekitar sekolah. Budaya
sekolah merupakan ciri, watak atau sikap serta citra sekolah di mata masyarakat luas.

C. UNSUR-UNSUR MEMBANGUN KARAKTER DALAM LINGKUNGAN


Karakter seseorang sangat dipengaruhim oleh lingkungannya, terutama lingkungan
keluarga ataupun lingkungan sekitarnya. Karena keluarga adalah ruang lingkup paling kecil
yang ada di dalam masyarakat sebagai lembaga pendidikan (Informal) sangatlah penting
dalam keberlangsungan proses Pendidikan untuk generasi-generasi muda (Setiardi &
Mubarok, 2017). Bagi seorang anak, keluarga merupakan Lembaga Pendidikan informal
pertama di mana ia tinggal, berkembang dan menjadi dewasa. Dari Pendidikan keluarga,
anak memperoleh pengalaman, kebiasaan, keterampilan, sikap dan informasi yang berbeda.
Pendidikan karakter dalam sebuah keluarga dapat diartikan sebagai usaha yang sangat
tepat dalam menamkan arti dari nilai-nilai etika sehingga dapat membangun dan
membangkitkan rasa empati terhadap orang lain. Selain itu, dapat juga diartikan bahwa
pembiasaan yang konsisten dilakukan seperti menghargai orang lain, disiplin, dan tanggung
jawab dalam pembentukan karakter seseorang dapat membentuk moral dan etika.
Selain dari lingkungan sekitar dan keluarga, ada beberapa unsur-unsur yang saling
berkaitan sehingga dapat membentuk karakter seseorang yaitu sebagai berikut:
1. Kepercayaan
Kepercayaan merupakan salah satu komponen kognitif yang dapat dimiliki oleh
seseorang dari faktor sosiologis psikologisnya. Kepercayaan akan ada suatu hal yang
benar ataupun salah atas dasar sugesti otoritas, pengalaman, bukti serta intuisi sangatlah
penting dalam pembangunan karakter seseorang. Maka dari itu, kepercayaan yang
dimiliki oleh seseorang akan sanagt memperkuat individu tersebut dalam hal eksistensi
diri serta memperkuat hubungan inidvidu tersebut dengan orang lain.
2. Emosi
Pada dasarnya, pengertian dari emosi adalah suatu gejolak jiwa dan sebuah perasaan
yang akan muncul dari dalam diri seorang individu karena adanya suatu rangsangan,
baik itu dari luar ataupun dari dalam diri mereka. Jika tidak ada emosi, kehidupan
seseorang akan terasa hambar, karena manusia selalu hidup dengan cara berfikir dan
perasa yang kuat.
3. Konsepsi Diri (Self Conception)
Konsepsi diri adalah salah satu proses totalitas yang dilakukan baik secara sadar
ataupun tidak sadar tentang bagaimana karakter dan diri seseorang dibangun. Maka dari
itu, konsepsi diri adalah bagaimana cara seseorang membentuk diri serta apa yang
diinginkan oleh individu tersebut serta bagaimana mereka menempatkan dirinya dalam
kehidupan. Sederhananya, konsepsi diri adalah sikap ataupun cara pandang seseorang
pada dirinya sendiri. Konsepsi diri juga mempunyai hubungan yang sangat erat dengan
motivasi diri, dimensi fisik dan karakter seseorang.
4. Kebiasaan dan Kemauan
Kebiasaan merupakan salah satu aspek sikap dan perilaku manusia yang sudah ada,
menetap, dan berlangsung dengan waktu yang lama. Kebiasaan seorang manusia tidak
terencana dan diulangi berkali-kali. Dan kemauan merupakan salah satu kondisi yang
mencerminkan sebuah karakter seseorang karena kemauan tersebut berhubungan erat
dengan tindakan yang dapat mencerminkan perilaku dari orang tersebut.
5. Sikap
Sikap merupakan bagian dari karakter seorang manusia, bahkan sikap seorang
individu dapat dianggap sebagai gambaran karakter orang tersebut. Dengan ini, perilaku
seseorang pada hal yang ada di hadapannya, akan menunjukan bagaimana wujud dan
bentuk karakter yang dimiliki oleh seseorang.
Jika ada seorang yang mempunyai perilaku yang baik terhadap orang lain, maka
dapat dikatakan jika individu tersebut juga mempunyai karakter yang baik. Begitu pun
sebaliknya, jika seorang individu mempunyai perilaku atau sikap yang buruk, maka
dapat dikatakan juga jika individu tersebut mempunyai karakter yang buruk pula.

D. PENDIDIKAN KARAKTER DI ERA DIGITAL

Teknologi yang dapat meningkatkan kecepatan dan besarnya perputaran pengetahuan


dalam perekonomian dan masyarakat merupakan ciri-ciri era digital (Shepherd, 2011).
Pendidikan karakter di era digital saat ini sangat pesat, perkembangan teknologi tidak
hanya dinikmati selain orang dewasa, anak-anak sekolah dasar juga dapat menikmati hasil
perkembangan teknologi saat ini, yang bertujuan untuk menjamin terbentuknya karakter
yang baik bagi siswa dan akhlak sebagai pengikut bangsa, guna mewujudkan kehidupan
nasional yang adil, aman dan sejahtera. Tujuan Pendidikan Hukum Sistem Pendidikan
Nasional Tahun 2003 No. 20 yang menyatakan bahwa “Tujuan pendidikan nasional adalah
mengembangkan bakat dan membentuk watak serta budaya bangsa yang bermartabat, agar
mencerdaskan kehidupan bangsa, berupaya mengembangkan potensi peserta didik untuk
menjadi orang yang bertaqwa dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, berbakat, kreatif, mandiri serta menjadi warga negara yang
demokratis dan bertanggung jawab. Pembelajaran karakter digital sangat membantu siswa
mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. Meskipun begitu, guru masih salah
memahami pembelajaran digital. Pembelajaran karakter digital sering disebut pembelajaran
dengan alat digital. Ini menunjukkan ketidakmampuan untuk memahami ide dan
simplifikasi. Pembelajaran digital tidak hanya sekadar penggunaan alat digital di kelas
karena itu adalah tanggung jawab untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Menurut
penelitian Davis (2020), hanya memberikan akses internet kepada siswa tidak selalu
menghasilkan hasil yang positif. Untuk memastikan bahwa siswa memiliki pengalaman
belajar yang berkualitas, teknologi yang tepat diperlukan untuk memungkinkan mereka
terlibat secara aktif dengan konsep. Ini adalah masalah nyata.

Pemerintah memperkenalkan program pemerintah yang disebut Luonneskasvatus


vekstaminen (Penguatan Pendidikan Karakter),PPK adalah program pemerintah yang
upaya peningkatan pendidikan karakter di sekolah Program PPK dilaksanakan secara
bertahap dan sesuai kebutuhan, tujuan dari program PPK adalah untuk memajukan
pendidikan yang bermutu dan bermoral yang merata di seluruh tanah air. Keputusan
Presiden No.87 Pendidikan Karakter (PPK) Tujuan PPK adalah:

1. Membangun dan membekali peserta didik menjadi generasi emas Indonesia tahun 2045
yang berjiwa Pancasila dan pendidikan karakter yang baik untuk perubahan di masa
depan.
2. Perkembangan sistem pendidikan nasional. sebuah wadah dimana pendidikan karakter
dijadikan sebagai jiwa utama dalam mendidik peserta didik, mendampingi masyarakat
melalui jalur pembelajaran formal, informal dan santai, dengan memperhatikan
keberagaman budaya Indonesia.
3. Merevitalisasi dan memperkuat potensi dan kompetensi pendidik dan dosen,
mahasiswa, masyarakat dan lingkungan keluarga dalam penerapan PPK.
Teknologi memudahkan seluruh aktivitas manusia, pencarian informasi, transmisi
informasi. Teknologi biasanya merupakan proses yang bernilai tambah, teknologi adalah
produk yang digunakan dan diproduksi untuk memfasilitasi dan meningkatkan aktivitas,
struktur atau sistem di mana proses dan produk tersebut dikembangkan dan digunakan.
Teknologi tidak bisa lepas dari dampak negatifnya, sehingga sebagai guru kita harus
membimbing siswa dalam memanfaatkan teknologi. Sebagai orang terdekat dengan siswa,
keluarga juga turut serta memimpin dan membimbing siswa dalam pemanfaatan teknologi.
Keluarga juga mempunyai hak untuk mengontrol dengan siapa anak berkomunikasi di
lingkungan sekitarnya. Berikut ini adalah beberapa hal yang harus dilakukan orang tua
terhadap anaknya dalam pendidikan digital, yaitu:
1. Meningkatkan dan memperbarui informasi tentang Internet dan perangkat. Orang tua
tidak bisa mengontrol anak jika mereka buta teknologi.
2. Jika ada koneksi internet di rumah, letakkan di ruang keluarga dan siapa yang bisa
melihat apa yang dilakukan anak menggunakan internet.
3. Jaga waktu yang dihabiskan anak di internet perangkat dan internet.
4. Memberikan saling pengertian dan kesadaran akan dampak negatif internet atau
perangkat.
5. Menolak menonton sesuatu yang tidak pantas pada kesempatan pertama.
6. Menciptakan komunikasi dua arah yang terbuka dengan anak.

E. IMPLEMENTASI PILAR-PILAR KARAKTER ANAK


Anak-anak dianggap luar biasa dan mungkin bermanfaat. Anak-anak juga dapat
dianggap sebagai orang yang baru belajar tentang hal-hal seperti tata krama, sopan santun,
aturan, norma, etika, dan lainnya. Anak-anak harus diberi bimbingan dan pelatihan agar
mereka memahami keterampilan yang diperlukan untuk hidup bermasyarakat. Sistem otak
terdiri dari saraf motorik, saraf visual, saraf auditori, dan saraf perilaku. Selain itu, sistem
ini memiliki kemampuan untuk memproses informasi, atau materi pelajaran, yang
mengarah pada tindakan atau perilaku.
Salah satu sekolah yang menerapkan pendidikan nilai-nilai karakter adalah
pendidikan anak usia dini. Sentra dan buku 9 pilar-pilar karakter digunakan untuk
mengajar. Anak-anak usia dini mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang cepat,
jadi lingkungan mereka dapat membentuk karakter mereka. Diharapkan bahwa penerapan
pendidikan karakter dapat menanamkan nilai-nilai moral agar anak-anak memiliki karakter
yang baik. Karakter adalah watak atau budi pekerti seseorang. Pendidikan karakter
mengajarkan tabiat, moral, tingkah laku, dan kepribadian. Sifat kuat tidak terpengaruh oleh
kenyataan, sementara sifat lemah mudah terpengaruh oleh situasi. Tujuan dari proses
pembelajaran karakter di lembaga pendidikan adalah untuk mengarahkan,
mengembangkan, mendidik, dan menanamkan nilai-nilai kebaikan kepada anak-anak usia
dini sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Metode implementasi pembelajaran karakter adalah cara menyampaikan pelajaran
kepada anak usia dini dengan cara yang menyenangkan agar mereka dapat belajar dengan
baik. Metode ini disesuaikan dengan perkembangan anak usia dini dan harus membantu
kemajuan mereka. Ada beberapa metode yang digunakan dalam pembelajaran pendidikan
karakter, yaitu: keteladanan, pembiasaan, bercerita, dan karyawisata.
Metode pembiasaan adalah cara yang efektif untuk membentuk karakter anak. Anak
usia dini mudah diatur dengan kebiasaan-kebiasaan baik karena mereka memiliki ingatan
yang kuat dan mudah diberi stimulus. Metode ini erat kaitannya dengan metode
keteladanan, dimana kebiasaan anak dipengaruhi oleh figur yang dicontohkan. Pembiasaan
dilakukan melalui pengulangan sehingga sangat efektif untuk melatih anak dalam
kebiasaan-kebiasaan baik seperti berdoa sebelum makan, mengambil makanan dengan
tangan kanan, mengucapkan terimakasih jika mendapatkan suatu kebaikan, memakai
pakaian yang sopan, dan lain-lain.
Metode bercerita juga merupakan salah satu cara untuk memberikan pengalaman
belajar kepada anak-anak. Cerita harus menarik dan dekat dengan lingkungan anak agar
dapat membangkitkan perhatian mereka. Saat bercerita harus memberikan perasaan
senang, gembira, lucu dan mengasyikkan agar cerita dapat disampaikan secara optimal
pada perkembangan moral serta agama pada anak-anak.
Metode karyawisata adalah metode pengajaran melalui observasi makhluk hidup
(manusia, hewan, tumbuhan, dll) maupun objek sekitar kita seperti air atau angin. Dalam
metode ini, anak akan belajar mendengar, melihat, rangsang indra penciumannya ataupun
meraba sesuatu. Metodenya sering digunakan sebagai sarana edukasi di museum atau
tempat wisata alam. Kegiatannya bisa mulai dari sekedar jalan-jalan mencari informasi
sampai melakukan eksperimen sederhana.
Pendidikan karakter anak memiliki perencanaan yang terstruktur. Kurikulum 2013
(K13) digunakan dalam perencanaan pembelajaran pendidikan karakter anak usia dini.
Perencanaan ini memuat program semester dan indikator-indikator yang harus dicapai.
Indikator-indikator tersebut menjadi acuan dalam membuat RPPM dan RPPH, yaitu
rencana pelaksanaan pembelajaran mingguan dan harian. RPPM berisi tentang tema,
subtema, topik, sentra pembelajaran, serta pilar-pilar karakter yang akan diajarkan selama
seminggu. Setelah itu guru membuat RPPH dengan menguraikan dari indikator-indikator
di RPPM untuk kegiatan pembelajaran satu hari seperti nilai karakter yang ingin
ditumbuhkan dan metode apa saja yang akan digunakan saat pembelajaran.
Perencanaan tersebut sesuai dengan Permendiknas nomor 58 tahun 2009 tentang
standar isi, proses dan penilaian dalam perencanaan pembelajaran. Sehingga dapat
membantu pengembangan kegiatan pembelajaran pada anak usia dini melalui perencanaan
mingguan dan harian oleh guru agar lebih efektif dan terarah.
Pembelajaran karakter anak usia dini adalah proses mengajarkan nilai-nilai positif
kepada anak-anak sejak dini. Salah satu cara untuk melakukannya adalah dengan
menggunakan buku 9 pilar karakter dan K4 (Kebersihan, Kerapian, Kesehatan, dan
Keamanan).
Bab ini berisi tentang 9 pilar karakter yang harus dipahami oleh anak-anak :

1. Pilar pertama adalah Cinta Tuhan dan Segenap Ciptaannya yang mengajarkan bahwa
kita harus mencintai Tuhan serta makhluk hidup lainnya di sekitar kita.
2. Pilar kedua adalah Kemandirian, Disiplin, dan Tanggungjawab yang mengajarkan bahwa
kita harus mandiri dalam melakukan tugas-tugas kita serta bertanggung jawab atas apa
yang telah dilakukan.
3. Pilar ketiga yaitu Kejujuran, Amanah, dan Berkata Bijak menekankan pentingnya
kejujuran dalam berbicara maupun bertindak.
4. Pilar keempat yaitu Hormat dan Santun yang mengajarkan agar kita selalu hormat pada
orang lain serta bersikap santun saat berinteraksi dengan mereka.
5. Pilar kelima Dermawan,Suka Menolong,dan Kerjasama,mengajarkan tentang pentingnya
sikap dermawan,suka menolong,dalam bekerja sama dengan orang lain.
6. Pilar keenam Percaya Diri, Kreatif, dan Pantang Menyerah memberikan motivasi agar
selalu percaya diri, kreatif, dalam menciptakan hal baru tanpa pantang menyerah.
7. Pilar ketujuh yaitu Kepemimpinan dan Keadilan yang mengajarkan bagaimana menjadi
pemimpin yang adil bagi semua orang.
8. Pilar kedelapan Baik Dan Rendah Hati, mengajarakan agar memiliki sikap baik hati
terhadap sesama manusia,tidak sombong atau merasa lebih dari orang lain.
9. Pilar kesembilan Toleransi, Kedamaian, Dan Kesatuan yang mempelajari tentang
pentingya toleransi antarsesama manusia untuk menjaga perdamaian serta persatuan
bangsa.
Dengan mempelajari sembilan pilar tersebut diharapkan dapat membantu meningkatkan
kualitas kepribadian anak-anak sehingga mereka dapat tumbuh menjadi individu-individu
berkarakter tinggi di masa depan.
Dalam mengajarkan nilai-nilai karakter pada anak usia dini, ada beberapa faktor
pendukung dan penghambat yang perlu diperhatikan. Faktor pendukungnya adalah ketika
anak merasa senang dan antusias saat pembelajaran karakter, serta media yang digunakan
bervariasi sehingga membuat pembelajaran lebih menarik. Selain itu, orangtua juga sangat
mendukung dengan adanya buku 9 pilar karakter yang diterapkan di sekolah.
Namun sayangnya, ada juga faktor penghambat dalam mengimplementasikan nilai-nilai
karakter pada anak usia dini yaitu kurangnya waktu dalam pembelajaran tersebut.
Pembelajaran pilar-pilar karakter hanya dilakukan setiap hari selama 15 menit saja karena
kegiatan jurnal pagi lain seperti mengaji, hafalan hadist, dan calistung harus tetap dilakukan.
Sehingga porsi pembelajaran untuk nilai-nilai karakter masih sangat kurang. Keluarga
memegang peran penting dalam membentuk moral dan karakter anak sejak kecil. Oleh
karena itu keluarga harus memberikan dukungan terhadap proses belajar-mengajar untuk
meningkatkan kualitas pendidikan moral bagi perkembangan optimal si buah hati kita.

F. PENUTUP
Pendidikan karakter adalah sebuah sistem untuk menanamkan nilai-nilai karakter
yang meliputi pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan dalam diri seseorang.
Nilai-nilai tersebut dapat dilaksanakan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama
manusia, lingkungan sekitar dan juga kebangsaan. Pengembangan karakter bangsa dapat
dilakukan melalui pengembangan karakter individu seseorang. Namun demikian, karena
manusia hidup dalam lingkungan sosial dan budaya tertentu maka perkembangan karakter
individu hanya bisa dilakukan di dalam lingkungan sosial dan budaya yang bersangkutan.
Pendidikan karakter bertujuan untuk menjadikan anak-anak menjadi lebih berkualitas di
berbagai aspek kehidupannya.
Masih begitu banyak kekurangan dalam dunia pendidikan namun salah satu jalan agar
anak-anak kembali menyadari betapa pentingnya norma-norma serta nilai-nilai adalah
dengan memberikan pendidikan karakter. Karakter yang dibentuk dan diajarkan secara benar
akan memungkinkan setiap anak untuk menjalankan visi serta misinya sehingga impian
mereka dapat tercapai sesuai dengan apa yang telah dicita-citakan.
Pembentukan karakter pada anak merupakan tugas penting bagi orang tua sebagai
pendidik pertama dan utama. Pembentukan karakter meliputi proses pembelajaran yang
diberikan oleh orang tua maupun guru, seperti tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau
budi pekerti yang dimiliki oleh seseorang.
Orang tua memiliki peran besar dalam membentuk karakter anak-anak mereka.
Mereka harus memberikan bimbingan, mengasuh dengan baik, berkomunikasi secara efektif
dengan anak-anak mereka serta memenuhi kebutuhan fisiknya. Pendidikan karakter di
lingkungan keluarga sangat penting agar terjadi penguatan dari orang tua sehingga anak
dapat memiliki perilaku berkarakter yang baik.
Pendidikan karakter tidak hanya dilakukan di sekolah tetapi juga di rumah oleh orang
tua. Orang tua harus menjadi teladan bagi anak-anak mereka dan memberi contoh perilaku
positif agar dapat membantu pembentukan karakter yang kuat pada anak-anak mereka. Maka
peran orangtua sangatlah penting dalam membentuk kepribadian dan moralitas anak sejak
dini.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional, Undang-Undang No 20 Tahun 2003, (Jakarta:


Depdiknas, 2003)

Peraturan Presiden No 87 Pasal 2 Tahun 2017, Penguatan Pendidikan Karakter,


(http://www.setkab.go.id/wp-content/upload/2017/09/Perpres No 87 tahun 2017,
( Diakses 20 april 2017)

Putri, D. P. (2018). Pendidikan karakter pada anak sekolah dasar di era digital. AR-
RIAYAH: Jurnal Pendidikan Dasar, 2(1), 37-50.

Saiful Bahri, Implementasi Pendidikan Karakter dalam Mengatasi Krisis Moral di Sekolah ,
2015, TA’ALLUM Vol 03. No 01, juni 2015

Sri Sudarsih, & Widisuseno, I. (2019). Pentingnya Membangun Karakter Generasi Muda di
Era Global. Jurnal Harmoni, 3(2), 55–59.
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/harmoni/article/view/27196/16294

Triyanto, T. (2020). Peluang dan tantangan pendidikan karakter di era digital. Jurnal Civics:
Media Kajian Kewarganegaraan, 17(2), 175-184.

Yasin, M., & Habibah, N. (2023). Prinsip - Prinsip Dasar Keluarga Dalam Membentuk
Karakter Anak. SINOVA: Jurnal Ilmu Pendidikan & Sosial, 01, 1–8.

Yulia Palupi. Digital Parenting Sebagai Wahana Terapi untuk Menyeimbangkan Dunia
Digital dengan Dunia Nyata Bagi Anak. (Yogyakarta: Seminar Nasional Universitas
PGRI Yogyakarta, 2015), 49

Anda mungkin juga menyukai