Anda di halaman 1dari 5

Karakter adalah unsur kepribadian yang ditinjau dari segi etis atau moral.

Karakter mengacu pada


serangkaian sikap, perilaku, motivasi, dan keterampilan sebagai manifestasi nilai dan kapasitas moral
manusia dalam menghadapi kesulitan. Karakter mengandung nilai-nilai khas (misalnya, tahu nilai
kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik, dan memberi dampak baik terhadap lingkungan)
yang terpatri dalam diri dan mewujud dalam perilaku. Secara koheren, karakter adalah hasil olah pikir,
olah hati, olah raga, serta olah rasa dan karsa seseorang.

Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang
diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian.
Pendidikan dilakukan di bawah bimbingan orang lain, tetapi dapat juga dilakukan secara otodidak.
Setiap pengalaman yang memiliki efek formatif terhadap cara berpikir, merasa, atau bertindak dapat
dianggap sebagai pendidikan. Pada umumnya, pendidikan dibagi menjadi beberapa jenjang, seperti
prasekolah, sekolah dasar, sekolah menengah, dan perguruan tinggi atau universitas.

Secara sederhana, pendidikan karakter dapat didefinisikan sebagai segala usaha yang dilakukan untuk
memengaruhi karakter. Thomas Lickona, seorang pakar perkembangan anak, menyatakan bahwa
pendidikan karakter merupakan usaha memahami, memerhatikan, dan menerapkan nilai-nilai inti etika
dari segi kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Karakter adalah kepribadian yang mencolok. Karakter mengacu pada serangkaian sikap, perilaku,
motivasi, dan keterampilan sebagai manifestasi nilai dan kapasitas moral manusia dalam menghadapi
kesulitan. Karakter mengandung nilai-nilai khas (misalnya, tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata
berkehidupan baik, dan memberi dampak baik terhadap lingkungan) yang terpatri dalam diri dan
mewujud dalam perilaku. Secara koheren, karakter adalah hasil olah pikir, olah hati, olah raga, serta olah
rasa dan karsa seseorang.

Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang
diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengalaman, pengajaran, pelatihan, atau
penelitian. Pendidikan dilakukan di bawah bimbingan orang lain, tetapi dapat juga dilakukan secara
otodidak. Setiap pengalaman yang memiliki efek formatif terhadap cara berpikir, merasa, atau bertindak
dapat dianggap sebagai pendidikan. Pada umumnya, pendidikan dibagi menjadi beberapa jenjang,
seperti prasekolah, sekolah dasar, sekolah menengah, dan perguruan tinggi atau universitas.
Secara sederhana, pendidikan karakter dapat didefinisikan sebagai segala usaha yang dilakukan untuk
memengaruhi karakter. Thomas Lickona, seorang pakar perkembangan anak, menyatakan bahwa
pendidikan karakter merupakan usaha memahami, memerhatikan, dan menerapkan nilai-nilai inti etika
dari segi kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Menurut Lickona, inti karakter adalah tindakan. Karakter berkembang ketika nilai-nilai diadaptasi
menjadi keyakinan, dan digunakan untuk merespons suatu kejadian agar sesuai dengan nilai-nilai moral
yang baik. Karakter yang dibentuk dengan cara demikian memiliki tiga bagian yang saling berkaitan:
konsep moral (moral knowing), sikap moral (moral feeling), dan perilaku moral (moral behavior).
Karakter yang baik memiliki pengetahuan tentang hal-hal yang baik dan keinginan melakukan perbuatan
baik. Ketiganya dibutuhkan untuk menjalani hidup yang berpedoman nilai-nilai moral dan membentuk
kematangan moral.

Pendidikan karakter dapat membantu mengatasi krisis moral di lingkungan kita. Krisis yang dimaksud
berupa maraknya angka kekerasan di kalangan anak dan remaja, kenakalan terhadap teman, pencurian,
kebiasaan menyontek, penyalahgunaan obat-obatan, pornografi, dan perusakan properti orang lain. Hal-
hal tersebut merupakan bentuk masalah sosial yang hingga saat ini belum dapat diatasi secara tuntas,
dan menjadi indikasi bahwa pendidikan karakter masih merupakan sebuah kebutuhan yang penting.
Pendidikan karakter diharapkan dapat diimplementasikan secara sinergis di sekolah, di rumah, dan di
kalangan masyarakat secara umum.

Pendidikan karakter bukanlah hal baru. Beberapa tokoh pendidik Indonesia modern, seperti Soekarno,
telah mencoba menerapkan program pendidikan karakter sebagai pembentuk kepribadian dan identitas
bangsa guna mewujudkan Indonesia sebagai bangsa berkarakter. Pendidikan karakter membantu
pembentukan karakter secara berkesinambungan dan mengembangkan individu agar menjadi pribadi
yang lebih baik.
Penguatan Pendidikan Karakter merupakan proses pembentukan, transformasi, dan pengembangan
potensi peserta didik agar memiliki pikiran yang baik, hati yang baik, dan perilaku yang baik; sesuai
dengan falsafah Pancasila sebagai pedoman. Penguatan pendidikan karakter telah menjadi perhatian
dalam rangka mempersiapkan generasi yang berkualitas, bukan hanya untuk kepentingan individu,
tetapi juga untuk masyarakat secara keseluruhan.

Penguatan karakter bangsa termasuk salah satu butir Nawacita yang dicanangkan Presiden Joko Widodo
melalui Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM). Pemerintah bahkan telah mengambil langkah
strategis untuk mengutamakan dan membudayakan pendidikan karakter di dunia pendidikan melalui
arahan Presiden kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Atas dasar ini, Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan mencanangkan program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) secara bertahap mulai
tahun 2016. Melalui program yang dapat dilaksanakan oleh guru di berbagai sekolah di seluruh
Indonesia ini, diharapkan potensi peserta didik sebagai generasi penerus dapat semakin diperkuat.

Implementasi PPK didasari oleh pertimbangan bahwa apa yang selama ini dilakukan barulah sebatas
mengembangkan kecerdasan akademis pada peserta didik. Hal ini terlihat dari penentuan kenaikan
kelas serta penetapan kelulusan setiap jenjang pendidikan yang masih menggunakan hasil Ujian
Nasional, dengan soal-soal pilihan ganda sebagai alat ukurnya. Kemampuan berpikir ini pun belum
dikembangkan secara mendalam hingga mencapai tahap pengembangan kemampuan berpikir tingkat
tinggi. Oleh karena itu, melalui berbagai kegiatan pelatihan guru, pemerintah menyiapkan alat ukur dan
penilaian yang mumpuni, guna mengetahui pencapaian kompetensi peserta didik berdasarkan
kemampuan berpikir tingkat tinggi mereka.
Pendidikan karakter dapat dimanfaatkan sebagai strategi untuk membentuk identitas yang solid pada
setiap individu. Dalam hal ini, tujuan pendidikan karakter adalah membentuk sikap yang dapat
membawa individu pada kemajuan, dan sesuai dengan norma yang berlaku. Pendidikan karakter juga
dapat menjadi media pengembangan karakter individu agar senantiasa dapat membawa kemajuan bagi
masyarakat.

Pendidikan karakter bagi individu bertujuan untuk:

⚫ meneladani berbagai karakter baik manusia;

⚫ menjelaskan berbagai karakter manusia;

⚫ menerapkan perilaku baik dalam kehidupan sehari-hari;

⚫ memahami jenis perilaku karakter yang baik.

Pendidikan merupakan sarana strategis dalam membentuk karakter bangsa, karena pendidikan sudah
memiliki sistem, infrastruktur, dan ekosistem tersendiri, serta sudah tersebar luas dari perkotaan hingga
pedesaan di seluruh Indonesia Dunia pendidikan perlu lebih memberdayakan, menguatkan, serta
meningkatkan peran generasi penerus bangsa dalam tahap yang lebih mendasar.
PPK penting untuk dilakukan dikarenakan pertimbangan berikut: (a) revolusi digital yang semakin pesat
dan telah mengubah sendi-sendi kehidupan, kebudayaan, dan peradaban, termasuk pendidikan; (b)
semakin terintegrasinya masyarakat dunia akibat globalisasi, hubungan multilateral antarnegara,
teknologi komunikasi, dan transportasi; (c) dunia semakin 'sempit, terutama karena negara, korporasi,
dan individu yang semakin mengglobal; (d) dunia yang berubah dengan amat cepat, sehingga jarak
tampak memendek, waktu terasa ringkas, dan segala sesuatu menjadi cepat usang; (e) tumbuhnya
masyarakat padat pengetahuan (knowledge society), masyarakat informasi (information society), dan
masyarakat jaringan (network society) yang membuat pengetahuan, informasi, dan jaringan menjadi
modal penting dalam kehidupan; dan (f) kebutuhan atas masyarakat kreatif menempatkan kreativitas
dan inovasi sebagai modal yang amat penting bagi individu dan masyarakat. Keenam hal tersebut telah
menyebabkan munculnya tatanan, parameter, dan kebutuhan baru yang amat berbeda dengan masa
sebelumnya, dan harus ditanggapi oleh dunia pendidikan

Anda mungkin juga menyukai