Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya
di masa yang akan datang. Secara bahasa definisi pendidikan adalah proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran, pembiasaan dan
penerapan yang berkelanjutan. Sehingga pendidikan dapat menjadi sarana
untuk mencegah munculnya berbagai permasalahan karakter. Menurut Ki
Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia) menyebutkan:
“Pendidikan adalah tuntutan bagi seluruh kekuatan kodrat yang ada pada
anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat
dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya”.1
Permasalahan karakter menjadi masalah mendasar karena karakter
terbentuk dalam kurun waktu yang lama dan proses yang panjang, oleh
karenanya pendidikan karakter menjadi hal penting yang harus
dilaksanakan melalui proses yang panjang, bertahap serta berkelanjutan.
Pemerintahan di Jepang contohnya memberikan perhatian yang besar
terhadap pendidikan karakter. Pada dasarnya yang paling menentukan
keberhasilan pembentukan karakter masyarakat Jepang dalam lembaga
pendidikan formal adalah pada implementasinya dalam kehidupan nyata
para siswa. Lembaga formal di Jepang mulai dari tingkat SD sampai
tingkat SMA, pendidikan karakter diajarkan melalui mata pelajaran moral
(doutoku) yang diintegrasikan ke seluruh mata pelajaran yang diajarkan di
sekolah. Pelajaran moral tidak hanya sekedar diajarkan teorinya saja,

1
Wawan Eko Mujito, Konsep Belajar Menurut Ki Hadjar Dewantara Dan Relevansinya
Dengan Pendidikan Agama Islam, Jurnal Pendidikan Agama Islam, UIN Sunan Kali Jaga,
Yogyakarta, Tahun 2014.

1
Fakultas Agama Ilsam
melainkan lebih banyak diajarkan praktek serta penerapan dari ajaran
moral tersebut dalam kehidupan sehari-hari2.
Menurut Thomas Lickona terdapat 10 aspek moral yang melanda
suatu negara yang merupakan tanda-tanda kehancuran suatu bangsa.
Kesepuluh tanda tersebut adalah meningkatnya kekerasan pada remaja,
penggunaan kata-kata yang memburuk, pengaruh peer group (rekan
kelompok) yang kuat dalam tindak kekerasan, meningkatnya penggunaan
narkoba alkohol dan seks bebas, kaburnya batasan moral baik-buruk,
menurunya etos kerja, rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru,
rendahnya tanggung jawab individu dan warga negara, membudayanya
ketidakjujuran, serta adanya saling curiga dan kebencian di antara sesama3.
Atas dasar inilah penulis merasa bahwa pendidikan karakter menjadi
amat penting ditanamkan dalam dunia pendidikan khusunya di sekolah.
Pendidikan karakter menjadi tumpuan harapan bagi terselamatkannya
suatu bangsa.
Menurut Thomas Lickona, karakter berkaitan dengan konsep moral
(moral knowing), sikap moral (moral feeling), dan perilaku moral (moral
behavior). Berdasarkan ketiga komponen ini dapat dinyatakan bahwa
karakter yang baik didukung oleh pengetahuan tentang kebaikan,
keinginan untuk berbuat baik, dan melakukan perbuatan kebaikan.
Berkaitan dengan hal ini dia juga mengemukakan bahwa pendidikan
karakter adalah usaha sengaja (sadar) untuk membantu manusia
memahami, peduli tentang, dan melaksanakan nilai-nilai etika inti. Dengan
demikian, proses pendidikan karakter, ataupun pendidikan akhlak dan
karakter bangsa sudah tentu harus dipandang sebagai usaha sadar dan
terencana, bukan usaha yang sifatnya terjadi secara kebetulan. Bahkan kata
lain, pendidikan karakter adalah usaha yang sungguh-sungguh untuk
memahami, membentuk, memupuk nilai-nilai etika, baik untuk diri sendiri
2
Budi Mulyadi, Model Pendidikan Karakter dalam Masyarakat Jepang, Jurnal (Mulyadi,
2014)
3
Yuni Maya Sari, Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial dalam Upaya Memantapkan
Watak Kewarganegaraan (Civic Disposition) Siswa, Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Tahun 2014,
h. 17

2
Fakultas Agama Ilsam
maupun untuk semua warga masyarakat atau warga negara secara
keseluruhan. Thomas Lickona menyebutkan tujuh unsur-unsur karakter
esensial dan utama yang harus ditanamkan kepada peserta didik yang
meliputi: 1) Ketulusan hati atau kejujuran (honesty); 2) Belas kasih
(compassion); 3) Kegagah Beranian (courage); 4) Kasih sayang
(kindness); 5) Kontrol diri (self-control); 6) Kerja sama (cooperation);
dan 7) Kerja keras (diligence or hard work).4
Masalah yang tengah dihadapi lembaga pendidikan di Indonesia salah
satunya adalah sistem pendidikan yang ada sekarang ini hanya berorientasi
pada pengembangan otak kiri (kognitif) dan kurang memperhatikan
pengembangan otak kanan (afektif, dan empati). Padahal, optimalisasi
fungsi otak kanan berperan dalam pembentukan karakter. Mata pelajaran
yang berkaitan dengan pendidikan karakter pun seperti (budi pekerti dan
pendidikan agama) ternyata pada prakteknya lebih menekankan pada
aspek otak kiri (hafalan). Pembentukan karakter harus dilakukan secara
sistematis dan kesinambungan yang melibatkan aspek “knowledge
(pengetahuan), feeling (perasaan), loving (cinta), dan acting (tindakan).
Pada dasarnya, anak yang kualitas karakternya rendah adalah anak yang
tingkat perkembangan emosi-sosialnya rendah, sehingga anak beresiko
besar mengalami kesulitan dalam belajar, berinteraksi sosial, dan tidak
mampu mengontrol diri. Pembentukan karakter tidak dapat dilakukan
dengan cara menghafal, karena ini melekat dalam diri setiap manusia dan
tergantung dari kemampuan diri. Karakter hanya dapat diajarkan kepada
generasi muda dengan contoh dan teladan.
Upaya penerapan pendidikan karakter sejalan dengan UU yang
berlaku di Indonesia. Menurut UU No. 20 tahun 2003 pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

4
Dalmeri: Pendidikan Untuk Pengembangan Karakter (Telaah Terhadap Gagasan Thomas
Lickona dalam Educating For Character) (Dalmeri,2014)

3
Fakultas Agama Ilsam
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara5. Akhlak mulia merupakan aspek
penting dalam dunia pendidikan. Bahkan sebuah bangsa yang berkarakter
juga ditentukan oleh akhlak bangsanya. Berdasarkan pada UU No 20
Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, yang
menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Setelah masa Orde Baru berakhir dan bangsa Indonesia memasuki
masa reformasi mata pelajaran PMP yang menjadi trademark
pemerintahan orde baru dihapus dan digantikan dengan Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn). Pada masa reformasi, dilakukan perubahan
dalam pembentukan jiwa dan kepribadian bangsa, karena tidak melalui
pembelajaran nilai-nilai moral melainkan difokuskan pada dimensi
religius keagamaan yang menekankan iman, takwa, dan akhlak mulia.
Pengembangan dimensi religius peserta didik menjadi prioritas dalam
kinerja pendidikan pada masa reformasi, bahkan sering dipromosikan
bahwa pendidikan religius merupakan salah satu cara yang efektif dalam
menangkal kemerosotan moral bangsa6. Dari sini kita dapat mengetahui
bahwa pendidikan karakter sangat besar perhatiannya dari aspek dunia
pendidikan. Selain menjadikan seseorang mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang tinggi, pendidikan karakter pada khususnya bertujuan
untuk membenahi moralitas perilaku anak atau generasi muda. Pendidikan
juga bertujuan supaya memiliki kehidupan yang bermartabat, yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki akhlak
yang luhur, terampil, sosialis, cerdas dan kemandirian.
Pendidikan karakter hadir sebagai solusi atas problematika degradasi
moralitas dan karakter (Wibowo 2012). Karakter merupakan nilai-nilai
perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri
5
UU No. 20 tahun 2003 (Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, n.d.)
6
Buchory, Implementasi Program Pendidikan Karakter Di SMP, Jurnal Universitas PGRI
Yogyakarta Tahun 2014(Buchory & Swadayai, 2014)

4
Fakultas Agama Ilsam
sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud
dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan
norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.
Pendidikan karakter bukan suatu hal baru, karena sebelumnya sudah
ada pendidikan budi pekerti, pendidikan kewarganegaraan, pendidikan
agama dan lain sebagainya. Hanya saja, pendidikan karakter ini memiliki
kelebihan karena merangkum tiga aspek kecerdasan peserta didik, yaitu
kecerdasan afektif, kognitif, dan psikomotorik7.
Pendidikan karakter merupakan proses sosial yang bertujuan
membantu peserta didik selaku generasi muda agar mengerti dengan baik
tatanan sosial dalam masyarakat, mengerti pola perilaku, norma sopan
santun dan tata krama yang dihargai dalam masyarakat. Dengan demikian,
kelak saat para peserta didik terjun ke dalam masyarakat, mereka tidak
mengalami kesulitan dalam pergaulan, dalam rangka pengembangan
kehidupan profesional mereka sebagai orang-orang dewasa bertanggung
jawab8. Dalam rangka lebih memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter
pada satuan pendidikan, telah teridentifikasi 18 nilai yang bersumber dari
agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional. Mulai tahun
ajaran 2011, seluruh tingkat pendidikan di Indonesia harus menyisipkan
pendidikan berkarakter tersebut dalam proses pendidikannya, yaitu:
religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis,
rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,
bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan,
peduli sosial, dan tanggung jawab9.
Berdasarkan hasil data pra survey yang penulis lakukan pada tanggal
03 Februari 2022, coba untuk teliti di Sekolah Menengah Pertama Ilsam
Terpadu (SMPIT) Sahabat Alam Palangka Raya, sekolah ini merupakan
sekolah yang menerapkan pendidikan Ilsam yang berbasis lingkungan
7
Wibowo A Stategi membangun karakter bangsa berperadaban (Wibowo, n.d.)
8
Koesoema, A.D. 2012. Pendidikan Karakter Utuh dan Menyeluruh (Koesoema, 2012)
9
Badan Penelitian dan Pengembangan Riset Kurikulum 2009. Pengembangan Pendidikan
Budaya dan Karakter Bangsa Kementerian Pendidikan Nasional (Badan Penelitian dan
Pengembangan Riset Kurikulum 2009, n.d.)

5
Fakultas Agama Ilsam
alam yang mana para peserta didik melakukan proses kegiatan belajar
mengajar lebih aktif di luar ruangan, hal tersebut terlihat jelas berbeda dari
kebanyakan sekolah pada umumnya yang mana selalu melakukan kegiatan
belajar mengajarnya di dalam ruang kelas. Selama pembelajarannya
sehari-hari para peserta didik diajarkan dalam tiga aspek perkembangan
peserta didik, yakni: kecerdasan afektif, kognitif, dan psikomotorik dengan
dibarengi nilai-nilai Ilsami. sesuai dengan visi sekolah yaitu “Merupakan
lembaga pendidikan Ilsami yang berkualitas dengan pendekatan nurani“
dengan misi sekolah “1). Membentuk sumber daya insani yang selaras
antara jasad, akal dan hati 2). Mengembangkan potensi anak didik dalam
aktualisasi diri 3). Menyediakan kebutuhan pembelajaran individual dan
komunal dengan sistem dan metode yang modern 4). Menanamkan sejak
dini kepada anak didik kecintaan kepada alam”. Jadi peserta didik
diajarkan sesuai dengan tingkat kecerdasan masing-masing/ Student
Centered. Peserta didik dirangsang untuk aktif, kreatif, mandiri dan
memiliki disiplin tinggi tanpa ancaman dan paksaan.
SMPIT Sahabat Alam Palangka Raya mempraktikkan kegiatan unik
satu pekan sekali di hari Senin, pada saat penyambutan peserta didik
datang ke sekolah. Para guru piket menunggu di jam 06.30-07.00 WIB
yang pertama dengan pengukuran suhu terlebih dahulu setelah itu peserta
didik diajak bermain diantaranya adalah inting, tebak gaya, bawa buku
diatas kepala dan masih ada beberapa kegiatan lainya lagi. kemudian
dilanjutkan mulai pukul 07.00-08.00 kegiatan pagi adalah duha, jurnal,
fonik, dilanjutkan 08.00-08.30 dengan Quran time dilanjutkan pukul
08.30-09.00 dengan snack time, doa, murojaah dan persiapan kelas.
dimaksudkan untuk membangun kecerdasan emosi dan spiritual secara
bersamaan untuk mencapai prestasi belajar peserta didik secara maksimal.
memungkinkan peserta didik bebas bergerak tanpa harus kehilangan jati
diri. karena otak, jasad dan rohani dibingkai dalam suatu kekuatan
rangkuman rukun iman, rukun Ilsam dan keikhlasan amal.

6
Fakultas Agama Ilsam
Berikut penjelasan kepala Sekolah SMPIT Sahabat Alam Palangka
Raya dalam wawancara tentang tujuan dilakukannya kegiatan
penyambutan tersebut: “kami melakukan kegiatan seperti permainan dan
lain sebagainya adalah untuk yang pertama membangun mood anak-anak
dan menyenangkan mereka terlebih dahulu, adapun tujuan kami pada
permainan untuk melatih kerjasama, peduli kasih antar sesama,
menumbuhkan sikap kepemimpinan (leader), sebagai contoh terompah /
bakiak, ketika mereka kami minta untuk memainkan nya ada tiga orang
anak, akan ada satu orang anak yang mempunyai jiwa kepemimpinan
untuk menginstruksi teman-temanya agar permainan tersebut dapat
dijalankan dengan seimbang, dari situ secara tidak sadar adalah untuk
melatih jiwa kepemimpinan / leader serta kerja sama tim”.10
Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik di SMPIT
Sahabat Alam Palangka Raya mampu mengembangkan dan meningkatkan
kualitas kepribadiannya, serta secara mandiri dapat menggunakan
pengetahuannya dan menerapkan nilai-nilai karakter ke dalam perilaku
sehari-hari. Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang di atas maka
peneliti ingin mengetahui bagaimana “Upaya Penerapan Pendidikan
Karakter di SMPIT Sahabat Alam Palangka Raya”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah bagaimana penerapan pendidikan karakter di SMPIT
Sahabat Alam Palangka Raya?

C. Tujuan Penelitian

10
Annisa Shofa Fitria, Kepala Sekolah SMPIT Sahabat Alam Palangka Raya, Wawancara
Pribadi, Palangka Raya, 02 Februari 2022.

7
Fakultas Agama Ilsam
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini
adalah untuk mendeskripsikan bagai mana penerapan pendidikan karakter
di SMPIT Sahabat Alam Palangka Raya.

D. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang terkait terutama bagi kalangan penyelenggara pendidikan maupun
bagi penulis, baik secara teoritis maupun praktis sebagai berikut:
1. Manfaat Teoretis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan
dan sumbangan pemikiran dalam pengembangan manajemen
pendidikan karakter dalam upaya pengembangan pembentukan
karakter peserta didik.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Sekolah / Kepala Sekolah
1) Sebagai masukan pengembangan karakter peserta didik di
sekolah tersebut.
2) Mengetahui kelebihan dan kekurangan dalam
mengintegrasikan nilai-nilai karakter dan program kegiatan
sekolah.
b. Bagi Guru
1) Memberikan gambaran pengembangan karakter peserta
didik di sekolah tersebut.
2) meningkatkan motivasi bagi guru-guru untuk
mengintegrasikan nilai-nilai dalam proses kegiatan belajar
mengajar.
c. Bagi Orang Tua
1) Memberi informasi kepada orang tua peserta didik tentang
nilai-nilai karakter yang dikembangkan oleh sekolah.

8
Fakultas Agama Ilsam
2) memberi informasi kendala-kendala yang dihadapi sekolah
agar orang tua dan guru dapat bersinergi dalam
menjalankan pendidikan karakter terhadap peserta didik.

E. Definisi Operasional
Dalam penelitian ini dimaksudkan agar tidak terjadi kesalahpahaman
dalam penafsiran istilah, maka perlu peneliti jabarkan beberapa istilah
sebagai berikut:
1. pengembangan karakter peserta didik adalah usaha yang dilaksanakan
oleh sekolah dan yayasan guna membimbing peserta didiknya menjadi
siswa-siswi yang berakhlak baik, sesuai dengan norma-norma agama,
hukum sesuai dengan nilai-nilai yang dianut pancasila. Karakter
tersebut dapat dikembangkan melalui tahapan-tahapan pembiasaan
(habit) pengetahuan (knowledge) pelaksanaan (acting).
2. Pelaksanaan pengembangan karakter siswa adalah proses internalisasi
karakter yang dilakukan dengan pembiasaan dan keteladanan dalam
keseharian siswa di sekolah.
3. faktor pendukung pengembangan karakter peserta didik adalah hal-hal
yang mendukung dalam upaya pengembangan karakter peserta didik,
bisa dari internal sekolah maupun eksternal eksternal sekolah
diantaranya SDM sekolah, didikan orang tua peserta didik, lingkungan
dari sekolah maupun luar sekolah serta sarana dan prasarana sekolah
yang digunakan peserta didik.
4. faktor penghambat pengembangan karakter peserta didik adalah hal-
hal yang menghambat pengembangan karakter peserta didik, seperti
SDM sekolah, didikan orang tua peserta didik, lingkungan dari sekolah
maupun luar sekolah serta sarana dan prasarana sekolah yang
digunakan peserta didik.

9
Fakultas Agama Ilsam
F. Kajian Pustaka / Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian terdahulu dicantumkan untuk mengetahui perbedaan
penelitian saat ini dengan penelitian terdahulu agar terhindar dari plagiasi
(Penjiplakan) karya dan untuk mempermudah fokus pada apa yang akan
dikaji dalam penelitian ini. tujuan disebutkan hasil penelitian terdahulu
juga sebagai perbandingan dan pandangan dari peneliti selanjutnya agar
tidak terjadi kekaburan dalam penelitian yang sebelumnya dilakukan.
Adapun beberapa hasil penelitian yang relevan diantaranya:
1. Penelitian yang dilakukan Agus Kholidin dengan judul Upaya
Penerapan Pendidikan Karakter di SMP Muhammadiyah 4 Metro
Utara pada tahun 2017. Hasil penelitian tersebut menyatakan
pembiasaan hal-hal yang positif memang harus ditanamkan kepada
peserta didik agar nantinya peserta didik terbiasa tanpa harus
diingatkan lagi, melaksanakan penuh dengan kesadaran. Kepribadian
yang dimiliki peserta didik harus dijalankan dirumah dan dalam
kehidupan sehari-hari adapun faktor penghambat / kendala sekolah
dalam upaya penerapan pendidikan karakter adalah sarana dan
prasarana yang kurang memadai / gedung yang kurang proporsional,
faktor lingkungan yang kurang kondusif sehingga tidak terdukungnya
program kegiatan sekolah, kondisi siswa yang kurang memahami nilai-
nilai karakter, adanya pengaruh negatif dari dunia luar sehingga siswa
merasakan malas dalam kegiatan, dan keterbatasan anggaran yang
berimplikasi terhadap terhambatnya kegiatan-kegiatan yang
seharusnya relevan dengan upaya penerapan pendidikan karakter.11
2. Penelitian yang dilakukan Buchory MS dan Tulus Budi Swadayani
dengan judul Implementasi Program Pendidikan Karakter di SMP pada
tahun 2014 tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perencanaan
program pendidikan karakter di SMP, pengorganisasian program
pendidikan karakter, pelaksanaan program pendidikan karakter, dan

11
Agus Kholidin, Upaya Penerapan Pendidikan Karakter di SMP Muhammadiyah 4
Metro Utara, Skripsi IAIN Metro, tahun 2017 (Kholidin, 2017)

10
Fakultas Agama Ilsam
pengawasan program pendidikan karakter. Subjek penelitian adalah
kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru PPKn, guru agama, guru
olahraga, guru bimbingan dan konseling, orang tua, dan siswa SMP.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan teknik
analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian disimpulkan bahwa: (1)
perencanaan pendidikan karakter di SMP dilaksanakan oleh kepala
sekolah, wakil kepala sekolah, dan semua guru; (2) pengorganisasian
pendidikan karakter dilakukan secara bersama-sama antara kepala
sekolah, wakil kepala sekolah, dan semua guru; (3) pelaksanaan
pendidikan karakter didukung penuh oleh semua komponen sekolah,
baik kepala sekolah dan wakilnya, semua guru, orang tua, pengawas
sekolah, maupun siswa, dan (4) pengawasan pendidikan karakter
diserahkan tanggung jawabnya kepada wakil kepala sekolah urusan
kurikulum dan urusan kesiswaan, pembina OSIS, STP2K, dan guru
bimbingan konseling dengan saling bekerja sama.12
3. Penelitian yang dilakukan Dwi Wahyu Silvana Yoga dengan judul
Implementasi Pendidikan Karakter di SMP Negeri 1 Semarang dengan
hasil penelitian Implementasi pendidikan karakter di SMP Negeri 1
Semarang dilaksanakan pada: (a) kegiatan pembelajaran yang
terintegrasi pada setiap mata pelajaran, dan (b) luar kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan melalui kegiatan ekstrakurikuler dan
budaya sekolah. Faktor pendukung dan penghambat implementasi
pendidikan karakter di SMP Negeri 1 Semarang. Faktor pendukung
meliputi: (a) situasi yang kondusif, (b) kegiatan yang sudah
terprogram, (c) sarana prasarana mendukung, (d) SDM,
kepemimpinan, dan keteladan guru yang baik. Faktor penghambat
meliputi: (a) kurangnya komunikasi antara pihak sekolah dengan orang
tua, (b) kesadaran peserta didik yang masih kurang, dan (c)
12
Buchory MS dan Tulus Budi Swadayani, Implementasi program Pendidikan Karakter di
SMP, Jurnal Pasca Sarjana Universitas PGRI Yogyakarta, tahun 2014 (Buchory & Swadayai,
2014)

11
Fakultas Agama Ilsam
pemahaman warga sekolah yang berbeda tentang pendidikan
karakter.13
Ketiga peneliti terdahulu memiliki perbedaan yang mendasar dengan
penelitian yang akan peneliti teliti.
Perbedaan dan persamaan dengan 3 penelitian diatas adalah terletak pada
lokasi penelitian yang dilakukan. Berbeda di mana yang lain proses
pembelajarannya lebih menekankan di dalam ruang kelas, sedangkan
SMPIT Sahabat Alam ini, dia Sekolah Alam yang mana proses belajar
mengajarnya juga lebih banyak di alam terbuka. Sedangkan persamaan
penelitian ini sama-sama meneliti tentang nilai Pendidikan karakter yang
ada di sekolahan tersebut khususnya pada upaya penerapannya. Teori yang
digunakan pun sama-sama menggunakan teori dari kemendikbudristek,
sedangkan perbedaan penelitian ini terletak pada objek penelitian dimana 3
penelitian sebelumnya dilakukan di sekolaha SMP Muhammadiyah 4
Metro Utara, Pendidikan Karakter di SMP formal, dan SMP Negeri 1
Semarang.
Penelitian ini akan menggali data di SMP terpadu yang mana dari SMP IT
tentunya memiliki keunggulan yang sangat unik dibandingkan pendidikan
yang lainnya cara penerapan nilai karakter di SMP IT ini lebih kepada
keterbukaan dengan alam, misal proses belajar mengajarnya di lingkungan
terbuka yang menjadi perbedaan signifikan.
Penanaman nilai karakter di SMPIT ini tidak hanya dilakukan di dalam
kelas tetapi juga di luar kelas salah satunya melalui belajar yang cenderung
dilakukan di luar kelas pula dalam prosesnya seperti kegiatan Quran time,
Snack time, jurnal, penyambutan siswa. Kemudian penelitian ini juga
menekankan kepada pembelajaran diluar kelas yang terstruktur seperti:
1. Outing menanamkan rasa tanggung jawab, disiplin, kerja sama,
kekompakan, dan lain-lain.

13
Dwi Wahyu Silvana Yoga, Implementasi Pendidikan Karakter di SMP Negeri 1
Semarang, Skripsi UNNES tahun 2017 (Yoga, 2017)

12
Fakultas Agama Ilsam
2. Camping menanamkan rasa tanggung jawab, disiplin, kerja sama,
sosial emosi, dan lain-lain.
3. Traveling keluar kalimantan menanamkan rasa tanggung jawab,
disiplin, kerja sama, sosial emosi, kemandirian, kepemimpinan, dan
lain-lain.
4. Quran nigth menanamkan nilai-nilai keIlsaman.

G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan tentang hal-hal yang akan ditulis yang terdiri
dari bagian awal, bagian isi dan bagian akhir yaitu sebagai berikut:
1. BAB I: Pendahuluan berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, kegunaan penelitian, definisi operasional, kajian pustaka/
penelitian terdahulu dan sistematika penulisan.
2. BAB II: Landasan teori, pengertian pendidikan karakter, macam-
macam nilai karakter, pendidikan karakter dalam perspektif Ilsam,
upaya penanaman pendidikan karakter.
3. BAB III: Jenis dan pendekatan penelitian, tempat penelitian, data dan
sumber data, teknik pengumpulan data, uji keabsahan data, analsis
data.

13
Fakultas Agama Ilsam

Anda mungkin juga menyukai