Anda di halaman 1dari 22

PENDIDIKAN KARAKTER

A. Pengertian Pendidikan Karakter Menurut Ahli


Penguatan pendidikan moral (moral education) atau pendidikan karakter (character
education) dalam konteks sekarang sangat relevan untuk mengatasi krisis moral yang sedang
melanda di negara kita. Krisis tersebut antara lain berupa meningkatnya pergaulan bebas,
maraknya angka kekerasan anak-anak dan remaja, kejahatan terhadap teman, pencurian remaja,
kebiasaan menyontek, penyalahgunaan obat-obatan, pornografi, dan perusakan milik orang lain
sudah menjadi masalah sosial yang hingga saat ini belum dapat diatasi secara tuntas, oleh karena
itu betapa pentingnya pendidikan karakter.
Menurut Lickona, karakter berkaitan dengan konsep moral (moral knonwing), sikap
moral (moral felling), dan perilaku moral (moral behavior). Berdasarkan ketiga komponen ini
dapat dinyatakanbahwa karakter yang baikdidukung oleh pengetahuan tentang kebaikan,
keinginan untuk berbuat baik, dan melakukan perbuatan kebaikan. Bagan di bawah ini
merupakan bagan kterkaitan ketiga kerangka pikir ini.
1.  Pendidikan Karakter Menurut Lickona
Secara sederhana, pendidikan karakter dapat didefinisikan sebagai segala usaha yang
dapat dilakukan untuk mempengaruhi karakter siswa. Tetapi untuk mengetahui pengertian yang
tepat, dapat dikemukakan di sini definisi pendidikan karakter yang disampaikan oleh Thomas
Lickona. Lickona menyatakan bahwa pengertian pendidikan karakter adalah suatu usaha yang
disengaja untuk membantu seseorang sehingga ia dapat memahami, memperhatikan, dan
melakukan nilai-nilai etika yang inti.
2.  Pendidikan Karakter Menurut Suyanto
Suyanto (2009) mendefinisikan karakter sebagai cara berpikir dan berperilaku yang
menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga,
masyarakat, bangsa, maupun  negara.
3.  Pendidikan Karakter Menurut Kertajaya
Karakter adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut
adalah asli dan mengakar pada kepribadian benda atau individu tersebut, serta merupakan
“mesin” yang mendorong bagaimana seorang bertindak, bersikap, berucap, dan merespon
sesuatu (Kertajaya, 2010).
4.  Pendidikan Karakter Menurut Kamus Psikologi
Menurut  kamus psikologi, karakter adalah kepribadian ditinjau dari titik tolak etis atau
moral, misalnya kejujuran seseorang, dan biasanya berkaitan dengan sifat-sifat yang relatif tetap
(Dali Gulo, 1982: p.29).
Nilai-nilai dalam pendidikan karakter
Ada 18 butir nilai-nilai pendidikan karakter yaitu: Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja
Keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa Ingin Tahu, Semangat Kebangsaan, Cinta tanah air,
Menghargai prestasi, Bersahabat/komunikatif, Cinta Damai, Gemar membaca, Peduli
lingkungan, Peduli sosial, Tanggung jawab.
Pendidikan karakter telah menjadi perhatian berbagai negara dalam rangka
mempersiapkan generasi yang berkualitas, bukan hanya untuk kepentingan individu warga
negara, tetapi juga untuk warga masyarakat secara keseluruhan. Pendidikan karakter dapat
diartikan sebagai the deliberate us of all dimensions of school life to foster optimal character
development (usaha kita secara sengaja dari seluruh dimensi kehidupan sekolah/madrasah untuk
membantu pembentukan karakter secara optimal.
Pendidikan karakter memerlukan metode khusus yang tepat agar tujuan pendidikan dapat
tercapai. Di antara metode pembelajaran yang sesuai adalah metode keteladanan,  metode
pembiasaan, dan metode pujian dan hukuman.
Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk
hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu
yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap
mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat.Pembentukan karakter
merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. Pasal I UU Sisdiknas tahun 2003 menyatakan
bahwa di antara tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk
memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia.
Amanah UU Sisdiknas tahun 2003 itu bermaksud agar pendidikan tidak hanya
membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun juga berkepribadian atau berkarakter, sehingga
nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafas
nilai-nilai luhur bangsa serta agama.
Pendidikan yang bertujuan melahirkan insan cerdas dan berkarakter kuat itu, juga pernah
dikatakan Dr. Martin Luther King, yakni; intelligence plus character… that is the goal of true
education (kecerdasan yang berkarakter adalah tujuan akhir pendidikan yang sebenarnya).
B. Memahami Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek
pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Menurut Thomas Lickona,
tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan efektif.
Dengan pendidikan karakter yang diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan, seorang anak
akan menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi ini adalah bekal penting dalam
mempersiapkan anak menyongsong masa depan, karena seseorang akan lebih mudah dan
berhasil menghadapi segala macam tantangan kehidupan, termasuk tantangan untuk berhasil
secara akademis.
Terdapat sembilan pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur universal, yaitu:
1.   Karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya
2.   Kemandirian dan tanggungjawab
3.   Kejujuran/amanah, diplomatis
4.   Hormat dan santun
5.   Dermawan, suka tolong-menolong dan gotong royong/kerjasama;
6.   Percaya diri dan pekerja keras
7.   Kepemimpinan dan keadilan
8.   Baik dan rendah hati, dan
9.   Karakter toleransi, kedamaian, dan kesatuan.
Kesembilan pilar karakter itu, diajarkan secara sistematis dalam model pendidikan holistik
menggunakan metode knowing the good, feeling the good, dan acting the good. Knowing the
good bisa mudah diajarkan sebab pengetahuan bersifat kognitif saja. Setelah knowing the
good harus ditumbuhkan feeling loving the good, yakni bagaimana merasakan dan mencintai
kebajikan menjadi engine yang bisa membuat orang senantiasa mau berbuat sesuatu kebaikan.
Sehingga tumbuh kesadaran bahwa, orang mau melakukan perilaku kebajikan karena dia cinta
dengan perilaku kebajikan itu. Setelah terbiasa melakukan kebajikan, maka acting the good itu
berubah menjadi kebiasaan.
Dasar pendidikan karakter ini, sebaiknya diterapkan sejak usia kanak-kanak atau yang biasa
disebut para ahli psikologi sebagai usia emas (golden age), karena usia ini terbukti sangat
menentukan kemampuan anak dalam mengembangkan potensinya. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sekitar 50% variabilitas kecerdasan orang dewasa sudah terjadi ketika anak
berusia 4 tahun. Peningkatan 30% berikutnya terjadi pada usia 8 tahun, dan 20% sisanya pada
pertengahan atau akhir dasawarsa kedua. Dari sini, sudah sepatutnya pendidikan karakter dimulai
dari dalam keluarga, yang merupakan lingkungan pertama bagi pertumbuhan karakter anak.
Namun bagi sebagian keluarga, barangkali proses pendidikan karakter yang sistematis di
atas sangat sulit, terutama bagi sebagian orang tua yang terjebak pada rutinitas yang padat.
Karena itu, seyogyanya pendidikan karakter juga perlu diberikan saat anak-anak masuk dalam
lingkungan sekolah, terutama sejak play group dan taman kanak-kanak. Di sinilah peran guru,
yang dalam filosofi Jawa disebut digugu lan ditiru, dipertaruhkan. Karena guru adalah ujung
tombak di kelas, yang berhadapan langsung dengan peserta didik.
C. Dampak Pendidikan Karakter
Apa dampak pendidikan karakter terhadap keberhasilan akademik? Beberapa penelitian
bermunculan untuk menjawab pertanyaan ini. Ringkasan dari beberapa penemuan penting
mengenai hal ini diterbitkan oleh sebuah buletin, Character Educator, yang diterbitkan
oleh Character Education Partnership.
Dalam buletin tersebut diuraikan bahwa hasil studi Dr. Marvin Berkowitz dari University of
Missouri- St. Louis, menunjukan peningkatan motivasi siswa sekolah dalam meraih prestasi
akademik pada sekolah-sekolah yang menerapkan pendidikan karakter. Kelas-kelas yang secara
komprehensif terlibat dalam pendidikan karakter menunjukkan adanya penurunan drastis pada
perilaku negatif siswa yang dapat menghambat keberhasilan akademik.
Sebuah buku yang berjudul Emotional Intelligence and School Success (Joseph Zins, et.al,
2001) mengkompilasikan berbagai hasil penelitian tentang pengaruh positif kecerdasan emosi
anak terhadap keberhasilan di sekolah. Dikatakan bahwa ada sederet faktor-faktor resiko
penyebab kegagalan anak di sekolah. Faktor-faktor resiko yang disebutkan ternyata bukan
terletak pada kecerdasan otak, tetapi pada karakter, yaitu rasa percaya diri, kemampuan bekerja
sama, kemampuan bergaul, kemampuan berkonsentrasi, rasa empati, dan kemampuan
berkomunikasi.
Hal itu sesuai dengan pendapat Daniel Goleman tentang keberhasilan seseorang di
masyarakat, ternyata 80 persen dipengaruhi oleh kecerdasan emosi, dan hanya 20 persen
ditentukan oleh kecerdasan otak (IQ). Anak-anak yang mempunyai masalah dalam kecerdasan
emosinya, akan mengalami kesulitan belajar, bergaul dan tidak dapat mengontrol emosinya. 
Anak-anak yang bermasalah ini sudah dapat dilihat sejak usia pra-sekolah, dan kalau tidak
ditangani akan terbawa sampai usia dewasa. Sebaliknya para remaja yang berkarakter akan
terhindar dari masalah-masalah umum yang dihadapi oleh remaja seperti kenakalan, tawuran,
narkoba, miras, perilaku seks bebas, dan sebagainya.
Beberapa negara yang telah menerapkan pendidikan karakter sejak pendidikan dasar di
antaranya adalah; Amerika Serikat, Jepang, Cina, dan Korea. Hasil penelitian di negara-negara
ini menyatakan bahwa implementasi pendidikan karakter yang tersusun secara sistematis
berdampak positif pada pencapaian akademis.
Seiring sosialisasi tentang relevansi pendidikan karakter ini, semoga dalam waktu dekat tiap
sekolah bisa segera menerapkannya, agar nantinya lahir generasi bangsa yang selain cerdas juga
berkarakter sesuai nilai-nilai luhur bangsa dan agama.
CARA BELAJAR EFEKTIF
Belajar yang efektif adalah proses belajar mengajar yang berhasil guna, dan proses
pembelajaran itu mampu memberikan pemahaman, kecerdasan, ketekunan, kesempatan dan
mutu / kualitas yang lebih baik serta dapat memberikan perubahan perilaku dan dapat
diaplikasikan atau diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga hasil dari pembelajaran itu
akan dapat menghasilkan sumber daya manusia yang unggul. untuk mencapai belajar yang
efektif tentu saja dalam proses belajarnya harus dilakukan dengan baik dan benar. Berikut ini
adalah tips-tips belajar yang baik dan benar :
1. Belajar Kelompok
Belajar kelompok dapat menjadi kegiatan belajar menjadi lebih menyenangkan karena
ditemani oleh teman dan berada di rumah sendiri sehingga dapat lebih santai. Namun sebaiknya
tetap didampingi oleh orang dewasa seperti kakak, paman, bibi atau orang tua agar belajar tidak
berubah menjadi bermain. Belajar kelompok ada baiknya mengajak teman yang pandai dan rajin
belajar agar yang tidak pandai jadi ketularan pintar. Dalam belajar kelompok kegiatannya adalah
membahas pelajaran yang belum dipahami oleh semua atau sebagian kelompok belajar baik yang
sudah dijelaskan guru maupun belum dijelaskan guru.
2. Rajin Membuat Catatan Intisari Pelajaran
Bagian-bagian penting dari pelajaran sebaiknya dibuat catatan di kertas atau buku kecil
yang dapat dibawa kemana-mana sehingga dapat dibaca di mana pun kita berada. Namun catatan
tersebut jangan dijadikan media mencontek karena dapat merugikan kita sendiri.
3. Membuat Perencanaan Yang Baik
Untuk mencapai suatu tujuan biasanya diiringi oleh rencana yang baik. Oleh karena itu
ada baiknya kita membuat rencana belajar dan rencana pencapaian nilai untuk mengetahui
apakah kegiatan belajar yang kita lakukan telah maksimal atau perlu ditingkatkan. Sesuaikan
target pencapaian dengan kemampuan yang kita miliki. Buat rencana belajar yang diprioritaskan
pada mata pelajaran yang lemah. Buatlah jadwal belajar yang baik.
4. Disiplin Dalam Belajar
Apabila kita telah membuat jadwal belajar maka harus dijalankan dengan baik.
Contohnya seperti belajar tepat waktu dan serius tidak sambil main-main dengan konsentrasi
penuh. Jika waktu makan, mandi, ibadah, dan sebagainya telah tiba maka jangan ditunda-tunda
lagi. Lanjutkan belajar setelah melakukan kegiatan tersebut jika waktu belajar belum usai.
Bermain dengan teman atau game dapat merusak konsentrasi belajar. Sebaiknya kegiatan
bermain juga dijadwalkan dengan waktu yang cukup panjang namun tidak melelahkan jika
dilakukan sebelum waktu belajar. Jika bermain video game sebaiknya pilih game yang mendidik
dan tidak menimbulkan rasa penasaran yang tinggi ataupun rasa kekesalan yang tinggi jika kalah.
5. Menjadi Aktif Bertanya dan Ditanya
Jika ada hal yang belum jelas, maka tanyakan kepada guru, teman atau orang tua. Jika
kita bertanya biasanya kita akan ingat jawabannya. Jika bertanya, bertanyalah secukupnya dan
jangan bersifat menguji orang yang kita tanya. Tawarkanlah pada teman untuk bertanya kepada
kita hal-hal yang belum dia pahami. Semakin banyak ditanya maka kita dapat semakin ingat
dengan jawaban dan apabila kita juga tidak tahu jawaban yang benar, maka kita dapat
membahasnya bersama-sama dengan teman.
6. Belajar Dengan Serius dan Tekun
Ketika belajar di kelas dengarkan dan catat apa yang guru jelaskan. Catat yang penting
karena bisa saja hal tersebut tidak ada di buku dan nanti akan keluar saat ulangan atau ujian.
Ketika waktu luang baca kembali catatan yang telah dibuat tadi dan hapalkan sambil dimengerti.
Jika kita sudah merasa mantap dengan suatu pelajaran maka ujilah diri sendiri dengan soal-soal.
Setelah soal dikerjakan periksa jawaban dengan kunci jawaban. Pelajari kembali soal-soal yang
salah dijawab.
7. Hindari Belajar Berlebihan
Jika waktu ujian atau ulangan sudah dekat biasanya kita akan panik jika belum siap. Jalan
pintas yang sering dilakukan oleh pelajar yang belum siap adalah dengan belajar hingga larut
malam / begadang atau membuat contekan. Sebaiknya ketika akan ujian tetap tidur tepat waktu
karena jika bergadang semalaman akan membawa dampak yang buruk bagi kesehatan, terutama
bagi anak-anak.
8. Jujur Dalam Mengerjakan Ulangan dan Ujian
Hindari mencontek ketika sedang mengerjakan soal ulangan atau ujian. Mencontek dapat
membuat sifat kita curang dan pembohong. Kebohongan bagaimanapun juga tidak dapat ditutup-
tutupi terus-menerus dan cenderung untuk melakukan kebohongan selanjutnya untuk menutupi
kebohongan selanjutnya. Anggaplah dengan nyontek pasti akan ketahuan guru dan memiliki
masa depan sebagai penjahat apabila kita melakukan kecurangan.
9. Jadilah Seorang Pemimpin. Latihlah rasa tanggung jawabmu.
Apabila guru meminta bantuanmu untuk mengerjakan sesuatu misalnya membersihkan
kelas, jangan ragu untuk menerimanya. Ajak beberapa teman kelas dan pimpin mereka untuk
membersihkan kelas bersama-sama.
10. Mendengarkan Penjelasan Guru Dengan Baik.
Jawablah setiap pertanyaan yang diajukan oleh guru apabila kamu mengetahui
jawabannya. Jangan menunggu guru untuk memanggil kamu untuk menjawab pertanyaan.
11. Jangan Malu Untuk Bertanya.
Selalu ajukan pertanyaan kepada guru apabila tidak mengerti tentang sesuatu hal.
12. Kerjakan PR
Kerjakan PR dengan baik, jangan selalu mencari alasan untuk tidak mengerjakannya.
Jangan malas mengerjakan PR dengan alasan lupa atau menunda-nunda mengerjakannya. Enak
kan kalau kita cepat mengerjakan PR, jadi masih punya banyak waktu untuk bermain dan nonton
TV deh!
13. Selalu Mengulang Pelajaran yang Sudah diajarkan
Setiap pulang dari sekolah, selalu mengulang pelajaran yang tadi diajarkan. Nanti
sewaktu ada ulangan jadi tidak banyak yang harus dipelajari! Asyik!
14. Cukup Istirahat, Makan Dan Bermain
Semuanya dilakukan secara berimbang. Setelah pulang sekolah, kita sering ingin cepat-
cepat bermain dan melupakan segala hal penting lainnya, contohnya makan dan istirahat.
Padahal setelah seharian di sekolah, tak terasa badan kita membutuhkan masukan energi
tambahan yang bisa didapatkan dari istirahat dan makanan yang kita makan. Oleh karenanya kita
harus dapat membagi waktu untuk makan, istirahat dan bermain. Kalau semuanya dilakukan
dengan baik, badan jadi segar setiap hari! Jadi tidak sering mengantuk di kelas!
15. Banyak Berlatih Pelajaran Yang Kurang Disukai
Apabila kamu tidak menyenangi suatu mata pelajaran, contohnya matematika, maka
banyak-banyaklah berlatih, mengikuti kursus atau belajar berkelompok dengan teman. Sehabis
belajar bisa bermain dan menambah teman baru di tempat kursus. Selain itu, siapa tahu dari
kurang menyukai matematika, kalian malahan menyukainya.
16. Ikutilah Kegiatan Ektrakurikuler Yang Kamu Senangi
Cari tahu kegiatan apa yang cocok dan kamu suka. Contohnya apabila kalian suka
pelajaran tae kwon do, cobalah untuk mengikuti kursus dari kegiatan tersebut, sehingga selain
belajar pelajaran-pelajaran yang diajarkan di sekolah, kalian juga dapat mendapatkan pelajaran
tambahan di luar sekolah.
17. Cari Seorang Pembimbing Yang Baik
Orangtua adalah pembimbing yang terbaik selain guru. Apabila ada yang kurang jelas
dari keterangan guru di sekolah, kalian dapat menanyakan hal tersebut kepada orang tua. Selain
itu, kalian juga dapat belajar dari teman yang berprestasi.
18. Jangan Suka Mencontek Teman
Kalau mencontek, kamu bisa bodoh karena tidak berpikir sendiri. Lagipula belum tentu,
teman yang kamu contek itu menjawab pertanyaan dengan benar. Belum lagi kalau ketahuan
guru dan teman lain, malu kan? Kalau kamu rajin belajar, pasti bisa menjawab semua pertanyaan
dengan benar sehingga ulangan dapat nilai baik.
19. Niat Dengan Sungguh-Sungguh
Kalau belajar tidak sungguh-sungguh ataupun tidak niat, yang ada malah pikiran kita
melayang kemana-mana. Entah itu tentang makanan, games, lawan jenis, dll. Oleh sebab itu,
belajar yang baik dimulai dengan niat yang sungguh-sungguh.
20. Lokasi dan Situasi Yang Kondusif
Jikalau kita belajar, tidak mungkin kalau kita lakukan di tengah jalan raya? Ataupun
ketika kita sedang makan. Cara yang paling efektif untuk belajar adalah mencari tempat yang
nyaman dan tidak terlalu banyak gangguan agar kita bisa lebih konsentrasi.
21. Hindari Sikap Tidak Jujur
Sekarang ini banyak siswa membuat catatan untuk mencontek saat ada ulangan atau
ujian. Dengan belajar dengan jadwal yang teratur seorang murid akan selalu siap jika ada
ulangan dadakan dan tidak perlu mencontek.
22. Metode Imitasi
Proses belajar bisa berjalan dengan sempurna melalui metode imitasi atau meniru.
Metode ini di realisasikan ketika seorang meniru orang lain atau gurunya, metode ini sering di
gunakan anak kecil untuk melafal kata bahasa dari orang tuanya, Begitu juga jika ia meniru
berbagai perilaku,etika dan tradisi
23. Trial and Error
Manusia juga belajar dari eksperimen pribadi.dia akan berusaha secara mandiri untuk
memecahkan masalah yang di hadapi.terkadang beberapa kali dia melakukan kesalahan dalam
memecahkan masalah, namun dia juga beberapa kali mencoba untuk melakuakan kembali.
Sampai pada akhirnya dia mampu untuk menyelesaikan permasalahan dengan benar.
24. Conditioning
Manusia bisa belajar dengan pengkondisian. Seseorang di katakan belajar dengan
pengkondisian jika ada stimulun dari indrawi yang merangsangnya. Ketika itulah seseorang
menanggapi stimulus tersebut. Tanggapan yang ia berikan ialah suatu respon yang juga di
barengkan dengan stimulus netral. Kemudian respon menyertai stimulus netral itu akan di ulang
beberapa kali.
Setelah di lakukan pengulangan beberapa kali, kita akan menjumpai bahwa stimulus
netrsl bisa memberikan respon dengan sendirinya sekalipun stimulus indrawi sudah tidak ada
lagi.contoh klasi yang dilakukan psikolog Rusia Ivan pavlov dalam experimennya yang cukup
masyur. Dia membunyikan lonceng (stimulus netral) pada waktu dia meletakkan sedikit
makanan di mulut anjing (indrawi).biasanya, jika makanan itu di letakkan di deapn mulut anjing
maka anjing tersebut akan meneteskan air liur (respon).dengan demikian air liur berbarengan
dengan bunyi lonceng.
Ketika hal ini di ulangi beberapa kali, maka peneliti mencoba untuk membunyikan
lonceng tanpa meletakkan makanan pada mulut anjing tersebut. Maka hasilnya anjing tersebut
tetap meneteskan air liur ketika ia mendengar suara lonceng, sebuah respon baru yang belum
pernah dialami oleh anjing. Sekarang anjing tersebut merespon bunyi lonceng dengan
meneteskan air liurnya.padahal sebelum di lakukan eksperimen anjing tersebut tidak meneteskan
air liur kalau hanya mendengar bunyi lonceng.
25. Metode Berpikir
Proses belajar juga bisa berjalan sempurna dengan melalui metode berpikir, dengan
metode ini seseorang sering kali mampu menyelesaikan masalah hidupnya, dia akan memilki
kesamaan dan apa saja yang tidak memiliki kemiripan. Dengan demikian dia akan bisa menarik
kesimpulan, dengan pilihan tersebut. Maka pada kuncinya berilah anak-anak kita pertanyaan
yang menurut dia mudah, dengan demikian anak tersebut akan selalu belajar dan berpikir.
26. Mulailah Dari yang “Kecil”
Mulailah belajar dari topik yang paling anda kuasai / gampang. Setelah itu barulah
dilanjutkan dengan topik yang lebih “menantang”. Hal ini dimaksudkan agar kita tidak
langsung down dan putus asa jika mengerjakan soal-soal sulit terlebih dahulu.
27. Sering-seringlah “Practice”
Latihan dan latihan itulah kunci untuk mahir dalam suatu mata pelajaran. Semakin
banyak anda mengerjakan dan memahami soal semakin terbiasa pula anda dalam
mengerjakannya.
28. Fokus
Ketika belajar, kita dituntut untuk serius. Jangan setengah hati. Karena pikiran kita tidak
dapat melakukan / memikirkan beberapa kegiatan / hal dalam satu waktu.
29. Mohon Bimbingan-NYA
Jangan lupa banyak-banyak berdoa. Karena selain dari nilai religi-nya, hal tersebut dapat
membuat kita lebih fokus ketika belajar dan dapat membuat pikiran kita lebih tenang.
30. Menggunakan Media dan Sumber-Sumber Yang Relevan
Jika kita hanya menggunakan 1 buku sebagai bahan patokan untuk belajar. Apapun hasil
yang kita dapat belum tentu maksimal. Untuk itulah, cobalah untuk mencari-cari hal yang terkait
kita pelajari dengan menggunakan Sumber dan Media yang sudah ada. Kita bisa mencarinya
dengan menggunakan Internet, Koran, Buku lain, Majalah, dan lain-lain. Tentu kita juga tidak
mau ilmu yang kita dapat hanya segitu saja karena hanya mempunyai 1 buku atau sumber yang
tidak lengkap. Untuk itulah, Sumber dan Media hanyalah sebagai pelengkap dalam belajar yang
baik dan benar.
TATA KRAMA SISWA
Tata krama atau adat sopan santun atau sering disebut etiket telah menjadi bagian dalam
hidup, contoh; pada waktu Anda masih kanak-kanak, orang tua Anda sudah melatih Anda
menerima pemberian orang dengan tangan sebelah kanan dengan mengucapkan terima kasih.
Orang tua Anda melatih Anda cara makan, minum, menyapa, memberi hormat dan berpakaian.
Lama kelamaan perilaku Anda menjadi kebiasan. Tata krama adalah kebiasaan, yang lahir dalam
hubungan antar manusia. Tata krama yang semula berlaku dalam lingkungan terbatas lama
kelamaan dapat merambabt ke lingkungan yang lebih luas. Tata krama telah menjadi bagian dari
pergaulan sehari-hari. Jadi dapat disimpulkan bahwa tata kram adalah kebiasaan sopan santun
yang dispakati dalam lingkungan pergaulan antara manusia setempat.
Tata krama terdiri atas kata tata dan krama. Tata berarti adat, aturan, norma, peraturan. Krama
berarti sopan santun, kelakuan, tindakan, perbuatan. Tata krama berarti adat sopan santun,
kebiasaan sopan santun. Dalam pergaulan sehari-hari sering kita jumpai manusia dengan type
kedondong yaitu orang yang berpenampilan menarik dalam berpakaian, berbicara, makan,
minum, dan berjalan. Namun penampilan itu hanyalah polesan saja. Ternyata hatinya dikuasai
oleh sifat-sifat tak terpuji, suka dendam, egois, suka menyakiti hati. Ada juga manusia yang
bertype durian, penampilan tidak menarik, kasar, dan tidak mengundang simpati, namun berhati
emas, rendah hati, suka memaafkan, suka menolong dan menghargai orang lain. Kulit durian
memang tajam dan kasar, tetapi buah durian terasa enak kalau dimakan. Makna tata krama yang
sesungguhnya bukanlah seperti kedondong yang licin kulitnya dan masam rasanya, demikian
pula makna tata krama bukanlah seperti durian yang tajam tapi enak rasanya. Kedua-duanya
sama merugikan.   Macam-macam tata krama:
1. Tata krama pergaulan
§  Komunikasi sebagai sifat alami manusia
§  Komunikasi dan tata krama pergaulan adalah hal yang tidak dapat dipisahkan.
Ada beberapa kunci pokok yang perlu dicamkan dalam masalah komunkasi yaitu:
a. Perlakuan orang lain sebagaimana Anda ingin diperlakukan.
b. Setiap orang mempunyai perbedaan-perbedaan perorangan tidak ada kembar satu
telur yang sama.
c. Kenal dulu baru sayang, makin kenal makin sayang, tak kenal makin tak sayang.
2. Tata krama berkenalan Kedua belah pihak saling menyebutkan nama, saling memandang,
berjabatan tangan, tidak mengayun-ayunkan tangan.  
3. Tata krama bertamu Hendaknya berjanji dahulu dan datang tepat waktu.  
4. Tata krama berbicara: berkata peliharalah lidah, jangan menyinggung perasaan, jangan
memotong pembicaraan orang lain, perhatikan anda berbicara dengan siapa  
5. Tata krama berpenampilan
a. Cara menggunakan pakaian
 Kalau pakai seragam sekolah harus dimasukkan pakai dasi sabuk hitam
(seragam putih abu-abu)
 Pada waktu olahraga pakailah pakaian dan olahraga
 Memakai pakaian harus cocock denagn situasi dan tempat
b. Cara berjalan bersama
 Laki-laki harus melindungi wanita
 Kalau ada dua wanita dan satu pria, pria berjalan di sisi yang berdekatan
dengan lalu lintas
 Kalau ada dua pria dan satu wanita, wanita ada di tengah.
c. Tata cara makan
 Cicipilah makan dan minuman dengan tidak bersuara.
 Jika batuk pada waktu makan tutupi mulut.
 Berdoa sebelum makan.
d. Tata cara menggunakan fasilitas umum
 Buang sampah pada tem patnya
 Jagalah kebersihan baik di dalam kelas maupun di sekitar halaman.
 Taman umum harus ikut kita jaga kebersihannya.
 Sopan berkendara di jalan.
PENGENALAN KEPRAMUKAAN

Syarat Kecakapan Umum (SKU) adalah syarat kecakapan yang wajib dimiliki oleh peserta didik.
Tanda Kecakapan Umum (TKU) diperoleh setelah lulus melewati ujian-ujian dan disematkan
melalui upacara pelantikan.
Syarat Kecakapan Khusus (SKK) adalah syarat kecakapan pada bidang tertentu berdasarkan
pilihan pribadi dalam pengembangan minat dan bakat peserta didik.Tanda Kecakapan Khusus
(TKK) diperoleh setelah melalui ujian-ujian dan disematkan pada upacara latihan mingguan.
Syarat Pramuka Garuda (SPG) adalah syarat-syarat kecakapan yang harus dipenuhi oleh seorang
Pramuka untuk mencapai persyaratan tertentu sebagai Pramuka Garuda. Untuk memperoleh
Tanda Pramuka Garuda (TPG), peserta telah melalui ujian-ujian dan disematkan dalam upacara
pelantikan.
Penilaian ujian dalam pemenuhan syarat Kecakapan Umum. Syarat Kecakapan Khusus dan
Syarat Pramuka Garuda dititik beratkan kepada perkembangan proses kemampuan peserta didik
terhadap suatu pengetahuan dan keterampilan.
1)   SKU dan TKU.
a)  SKU, sebagai alat pendidikan, merupakan rangsangan dan dorongan bagi para Pramuka
untuk memperoleh kecakapan-kecakapan yang berguna baginya, untuk berusaha mencapai
kemajuan, dan untuk memenuhi persyaratan sebagai anggota Gerakan Pramuka.
b)  SKU disusun menurut pembagian golongan usia Pramuka yaitu golongan Siaga, golongan
Penggalang, golongan Penegak, dan golongan Pandega.
c)  SKU untuk golongan Siaga terdiri dari 3 tingkat, yaitu: Siaga Mula, Bantu, dan Tata. SKU
untuk golongan penggalang terdiri dari 3 tingkat, yaitu: Penggalang Ramu, Rakit, dan
Terap.
d)  SKU untuk golongan Penegak, terdiri dari 2 tingkat, yaitu: tingkat Bantara, Laksana, dan
Pandega.
e)  TKU diraih oleh peserta didik melalui bentuk ujian-ujian yang dilakukan secara
perseorangan.
2)   SKK dan TKK
a) SKK adalah syarat kecakapan khusus berupa kecakapan, kepandaian, kemahiran,
ketangkasan, keterampilan, dan kemampuan dibidang tertentu, yang lain dari kemampuan
umum yang ditentukan dalam SKU.
b)  SKK dipilih seorang Pramuka sesuai dengan minat dan bakatnya.
c)  TKK sebagai alat pendidikan, merupakan rangsangan dan dorongan bagi para Pramuka
untuk memperoleh kecakapan, dan keterampilan yang berguna bagi kehidupan dan
penghidupannya sesuai dengan bakat dan keinginannya sehingga dapat mendorong
semangat menjadi wiraswastawan di masa mendatang.
d) TKK diperoleh setelah meyelesaikan ujian-ujian SKK yang bersangkutan.
e)  TKK dikelompokkan menjadi 5 bidang:Agama, Bidang Patriotisme dan Seni Budaya,
Bidang Keterampilan dan Teknik Pembangunan, Bidang Ketangkasan dan Kesehatan, dan
Bidang sosial, Perikemanusiaan, Gotong royong, Ketertiban Masyarakat, Perdamaian
Dunia dan Lingkungan Hidup.
3)   TKK
TKK dibedakan atas tingkatan-tingkatan, yaitu Pramuka Siaga, Penggalang, Penegak, dan
Pandega.
4)   PG/TPG
Seorang yang telah menyelesaikan SPG disebut sebagai Pramuka Garuda, berhak
menyandang TPG menjadi teladan bagi teman-temannya di gudep dan masyarakat di
sekitarnya. SPG/TPG terdapat di semua golongan usia Pramuka.
5) Penguji
Penguji SKU adalah Pembina/Pembantu Pembina Pramuka yang langsung membina
Pramuka yang diuji.
Jenis Kegiatan Pembentuk Karakter Pramuka sebagai salah satu kegiatan ekstrakurikuler di
sekolah sangat relevan sebagai wadah penanaman nilai karakter. Nilai karakter yang dapat
dikembangkan melalui kegiatan kepramukaan adalah sebagai berikut: religius, jujur, toleransi,
disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta
tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli
lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.
Berikut keterampilan kepramukaan yang dapat membentuk karakter peserta didik,
termasuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan:
a. Keterampilan Tali Temali
1) Cara dan manfaat
Keterampilan Tali Temali digunakan dalam berbagai keperluan diantaranya membuat tandu,
memasang tenda, membuat tiang jemuran, dan tiang bendera. Setiap anggota gerakan
pramuka diharapkan mampu dan dapat membuat dan menggunakan tali-temali dengan baik.
2) Implementasi Nilai Karakter
Membuat simpul dan ikatan diharapkan dapat membentuk karakter ketelitian, kesabaran,
kerjasama, dan tanggung jawab. Membuat tandu diharapkan dapat membentuk karakter
ketelitian, kesabaran, kerjasama, dan tanggung jawab.
b. Keterampilan Pertolongan Pertama Gawat Darurat (PPGD)
1) Cara dan Manfaat
Keterampilan Pertolongan Pertama Gawat Darurat (PPGD) merupakan kegiatan untuk
memberikan pertolongan pertama pada korban kecelakaan atau orang sakit. Yang perlu
diperhatikan dalam hal ini adalah bahwa tindakan ini hanya tindakan pertolongan sementara.
Langkah berikutnya tetap harus segera dibawa ke puskesmas atau rumah sakit terdekat.
2) Implementasi Nilai Karakter:
Mencari dan memberi obat diharapkan dapat membentuk karakter ketelitian, kesabaran,
kerjasama, tanggung jawab, dan peduli sosial. Membalut luka, menggunakan bidai dan mitela
diharapkan dapat membentuk karakter ketelitian, kesabaran, kerjasama, tanggung jawab, dan
peduli sosial.
c. Ketangkasan Pionering
1) Cara dan Manfaat
Ada beberapa kegiatan keterampilan dan pengetahuan yang sekiranya dapat membantu
membuat kegiatan kepramukaan tetap menarik dan menantang minat peserta didik untuk tetap
menjadi anggota gerakan pramuka.Kegiatan ketangkasan pionering merupakan kegiatan yang
sudah biasa dalam kegiatan kepramukaan.Kegiatan itu meliputi membuat gapura, menara
pandang, membuat tiang bendera, membuat jembatan tali goyang, meniti dengan satu atau dua
tali.
2) Implementasi Nilai Karakter:
Dalam kegiatan membuat gapura, menara pandang dan membuat tiang bendera diharapkan
dapat membentuk karakter ketelitian, percaya diri, ketekunan, dan kerjasama. Dalam kegiatan
membuat jembatan tali goyang dan meniti dengan satu atau dua tali diharapkan dapat
membentuk karakter keberanian, ketelitian, percaya diri, ketekunan, dan kesabaran.
d. Keterampilan Morse dan Semaphore
1) Cara dan manfaat
Kedua keterampilan ini sebenarnya merupakan bahasa sandi dalam kepramukaan. Perbedaan
keduanya adalah terletak pada penggunaan media. Morse menggunakan media peluit, senter,
bendera, dan pijatan. Semaphore menggunakan media bendera kecil berukuran 45 cm X 45
cm. Keterampilan ini perlu dimiliki oleh setiap anggota gerakan pramuka agar dalam kondisi
darurat mereka tetap dapat menyampaikan pesan.
2) Implementasi Nilai Karakter:
Morse dan Semaphore diharapkan dapat membentuk karakter kecermatan, ketelitian,
tanggung jawab, dan kesabaran.
e. Keterampilan Membaca Sandi Pramuka
1) Cara dan Manfaat
Keterampilan ini sangat diperlukan dalam kegiatan penyampaian pesan rahasia dengan
menggunakan kunci yang telah disepakati. Seorang pramuka harus dapat dipercaya untuk
dapat melakukan segala hal termasuk penyampaian dan penerimaan pesan-pesan rahasia.
Dalam menyampaikan pesan rahasia ini diperlukan kode-kode tertentu yang dalam
kepramukaan disebut sandi. Sandi dalam pramuka antara lain sandi akar, sandi kotak biasa,
sandi kotak berganda, sandi merah putih, sandi paku, dan sandi angka.
2) Implementasi Nilai Karakter:
Sandi akar, sandi kotak biasa, sandi kotak berganda, sandi merah putih, sandi paku, dan sandi
angka diharapkan dapat membentuk karakter kreatif, ketelitian, kerjasama, dan tanggung
jawab.
f. Penjelajahan dengan Tanda Jejak
1) Cara dan Manfaat
Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk latihan berpetualang. Anggota gerakan pramuka
harus terbiasa dengan alam bebas. Di alam bebas tidak terdapat rambu-rambu secara jelas
sebagaimana di jalan raya. Oleh karena itu, seorang anggota gerakan pramuka harus dapat
memanfaatkan fasilitas alam sebagai petunjuk arah dan atau tanda bahaya kepada teman
kelompoknya.
2) Implementasi Nilai Karakter:
Penjelajahan dengan memasang dan membaca tanda jejak diharapkan dapat membentuk
karakter religius, toleransi, cinta tanah air, peduli lingkungan, kerja sama, dan tanggung
jawab.
g. Kegiatan Pengembaraan
1) Cara dan Manfaat
Kegiatan pengembaraan ini bukan sekedar jalan-jalan di alam bebas atau rekreasi bersama
melainkan melakukan perjalanan dengan berbagai rintangan yang perlu diperhitungkan agar
tujuan kita dapat dicapai. Hal ini dengan sendirinya juga mendidik generasi muda bahwa
untuk dapat mencapai cita-cita itu banyak rintangan dan sangat memerlukan perjuangan yang
kuat. Oleh karena itu, pendidikan di alam bebas dengan berbagai rintangan merupakan
pendidikan yang menantang dan menyenangkan.
2) Implementasi Nilai Karakter:
Kegiatan pengembaraan ini diharapkan dapat membentuk karakter mandiri, peduli
lingkungan, tangguh, tanggung jawab, kepemimpinan, kerja sama, peduli sosial, ketelitian,
dan religius.
h. Keterampilan Baris-Berbaris (KBB)
1) Cara dan manfaat
Di lingkungan gerakan pramuka, peraturan baris-berbaris disebut keterampilan baris-berbaris.
Kegiatan ini merupakan keterampilan untuk melaksanakan perintah atau instruksi yang
berkaitan dengan gerakan-gerakan fisik. Keterampilan Baris-berbaris ini dilakukan untuk
melatih kedisiplinan, kekompakan, keserasian, dan seni dalam berbaris.
2) Implementasi Nilai Karakter:
Keterampilan baris-berbaris ini diharapkan dapat membentuk karakter kedisiplinan, kreatif,
kerja sama, dan tanggung jawab.
i. Keterampilan Menentukan Arah
1) Cara dan Manfaat
Keterampilan ini merupakan suatu upaya bagi anggota gerakan pramuka untuk mengetahui
arah. Dalam penentuan arah ini dapat digunakan kompas, dan benda yang ada di alam sekitar,
misalnya: kompas sederhana (silet, magnet, dan air) bintang, pohon, dan matahari. Hal ini
sangat penting apabila anggota gerakan pramuka itu tersesat di alam bebas ketika melakukan
pengembaraan.
2) Implementasi Nilai Karakter:
Keterampilan menentukan arah ini diharapkan dapat membentuk karakter kreatif, kerja keras,
rasa ingin tahu, dan kerja sama.
j. Internalisasi Nilai-nilai Karakter
Beberapa strategi yang dapat lakukan untuk membentuk karakter peserta didik melalui
kegiatan ekstra kurikuler pramuka adalah sebagai berikut;
1) Intervensi
Intervensi adalah bentuk campur tangan yang dilakukan pembimbing ekstrakurikuler pramuka
terhadap peserta didik. Jika intervensi ini dapat dilakukan secara terus menerus, maka lama
kelamaan karakter yang diintervensikan akan terpatri dan mengkristal pada diri peserta didik. 
Di berbagai jeniskegiatan ekstrakurikuler pramuka, terdapat banyak karakter yang dapat
diintervensikan oleh pembimbing terhadap peserta didik yang mengikuti kegiatan ekstra
kurikuler pramuka. Pembimbing dapat melakukan intervensi melalui pemberian pengarahan,
petunjuk dan bahkan memberlakukan aturan ketat agar dipatuhi oleh para peserta didik yang
mengikutinya.
2) Pemberian Keteladanan
Kepala sekolah dan guru pembimbing peserta didik adalah model bagi peserta didik. Apa
saja yang mereka lakukan, banyak yang ditiru dengan serta merta oleh peserta didik. Oleh
karena itu, berbagai karakter positif yang mereka miliki, sangat bagus jika ditampakkan
kepada peserta didik dengan maksud agar mereka mau meniru atau mencontohnya.
Karakter disiplin yang ingin disemaikan kepada peserta didik, haruslah dimulai dengan
contoh keteladanan yang diberikan oleh kepala sekolah dan guru, termasuk ketika dalam
pelaksanaan kegiatan ekstra kurikuler pramuka.
Karakter disiplin yang dicontohkan oleh kepala sekolah dan guru dalam kegiatan ekstra
kurikuler pramuka ini, dapat diwujudkan dalam bentuk selalu hadir tepat waktu saat
latihan/kegiatan ekstra kurikuler pramuka, mentaati waktu dan jadwal latihan yang disepakati.
Dengan contoh konkret yang diberikan secara terus menerus, dan kemudian ditiru secara terus
menerus, akan membentuk karakter disiplin peserta didik.
3) Habituasi/Pembiasaan
Ada ungkapan menarik terkait pembentukan karakter peserta didik: “Hati-hati dengan
kata-katamu, karena itu akan menjadi kebiasaanmu. Hati-hati dengan kebiasaanmu, karena itu
akan menjadi karaktermu”. Ini berarti bahwa pembiasaan yang dilakukan secara terus
menerus, akan mengkristal menjadi karakter.
Ada ungkapan senada terkait dengan pembentukan kebiasaan ini. Yaitu, “Biasakanlah
yang benar, dan jangan membenarkan kebiasaan”. Kebenaran harus dibiasakan agar
membentuk karakter yang berpihak pada kebenaran. Semenara itu, tidak semua kebiasaan itu
benar, dan oleh karena itu, hanya yang benar saja yang perlu dibiasakan. Sementara yang
salah, sebagai salah satu ujung dari karakter yang tidak positif, hendaknya tidak dibiasakan.
Dalam realitas kehidupan, orang menjadi bisa karena biasa atau banyak membiasakan.
4) Mentoring/pendampingan
Pendampingan adalah suatu fasilitasi yang diberikan oleh pendamping kegiatan ekstra
kurikuler pramuka terhadap berbagai aktivitas yang dilaksanakan oleh peserta didik, agar
karakter positif yang sudah disemaikan, dicangkokkan dan diintervensikan tetap terkawal dan
diimplementasikan oleh peserta didik.
Dalam proses pendampingan ini, bisa terjadi terdapat persoalan actual riil keseharian
yang ditanyakan peserta didik kepada pembimbingnya, sehingga pembimbing yang dalam hal
ini berfungsi sebagai mentor, dapat memberikan pencerahan sehingga tindakan peserta didik
tidak keluar dari koridor karakter positif yang hendak dikembangkan.
Pembimbing peserta didik, dalam proses-proses pendampingan (mentoring), juga bisa
mengedepankan berbagai kelebihan dan kekurangan, efek positif dan negatif setiap tindakan
manusia, serta keuntungan dan kerugian (jangka pendek dan jangka panjang), baik tindakan
yang positif maupun negatif.
Dengan demikian, sebelum dan selama peserta didik bertindak, senantiasa dikerucutkan
pada tujuan-tujuan yang positif dan juga dengan menggunakan cara-cara yang positif.Untuk
mencapai tujuan yang baik hanya boleh dengan menggunakan tindakan yang baik dan dengan
menggunakan cara yang baik juga. Tujuan tidak membolehkan segala cara untuk
mencapainya, sebaik dan sepositif apapun tujuan tersebut. Hanya dengan cara yang baiklah,
tujuan yang baik itu boleh dicapai.
5) Penguatan
Dalam berbagai perspektif psikologi, penguatan yang diberikan oleh pembimbing ekstra
kurikuler pramuka berkhasiat untuk memperkuat perilaku peserta didik.Oleh karena itu,
jangan sampai pembimbing peserta didik kalah start dengan peer group peserta didik yang
sering mencuri start dalam hal memberikan penguatan perilaku sebayanya.
Sebab, jika peer group peserta didik telah “dikuasai” oleh peer group-nya, termasuk peer
group yang mengarahkan ke tindakan-tindakan yang negatif, akan sangat sukar dikuasai oleh
pembimbingnya. Penguasaan atas peserta didik ini dapat ditempuh dengan secepatnya
memberikan penguatan terhadap perilaku berkarakter positif.
6) Keterlibatan Berbagai Pihak
Berbagai pihak yang sepatutnya terlibat dalam kegiatan ekstra kurikuler pramuka adalah
kepala sekolah, wakil kepala sekolah urusan kesiswaan, guru pembimbing ekstra kurikuler
pramuka, komite sekolah, pengawas sekolah dan orang tua siswa. Berbagai bentuk
keterlibatan berbagai pihak tersebut dapat bertanggung jawab sebagai berikut:
1) Kepala Sekolah Sebagai Ketua Mabigus.
2) Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan.
3) Pembimbing Kegiatan Ektra Kurikuler Pramuka sebagai Ketua Gugus Depan Pramuka.
4) Pengawas Sekolah.
5) Komite Sekolah.
PILAR KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA
Dalam berbagai wacana selalu terungkap bahwa telah menjadi kesepakatan bangsa adanya empat
pilar penyangga kehidupan berbangsa dan bernegara bagi negara-bangsa Indonesia. Empat pilar
tersebut adalah :
(1). Pancasila,
(2). Undang-Undang Dasar 1945,
(3). Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan
(4). Bhinneka Tunggal Ika.
Pilar adalah tiang penyangga suatu bangunan. Pilar memiliki peran yang sangat sentral dan
menentukan, karena bila pilar ini tidak kokoh atau rapuh akan berakibat robohnya bangunan
yang disangganya. Dalam bahasa Jawa tiang penyangga bangunan atau rumah ini disebut ”soko”,
bahkan bagi rumah jenis joglo, yakni rumah yang atapnya menjulang tinggi terdapat empat soko
di tengah bangunan yang disebut soko guru. Soko guru ini sangat menentukan kokoh dan
kuatnya bangunan, terdiri atas batang kayu yang besar dan dari jenis kayu yang dapat
dipertanggung jawabkan. Dengan demikian orang yang bertempat di rumah tersebut akan merasa
nyaman, aman dan selamat dari berbagai bencana dan gangguan.
Demikian pula halnya dengan bangunan negara-bangsa, membutuhkan pilar atau soko
guru yang merupakan tiang penyangga yang kokoh agar rakyat yang mendiami akan merasa
nyaman, aman, tenteram dan sejahtera, terhindar dari segala macam gangguan dan bencana. Pilar
bagi suatu negara-bangsa berupa sistem keyakinan atau belief system, atau philosophische
grondslag, yang berisi konsep, prinsip dan nilai yang dianut oleh rakyat negara-bangsa yang
bersangkutan yang diyakini memiliki kekuatan untuk dipergunakan sebagai landasan dalam
hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Seperti halnya soko guru atau pilar bagi suatu rumah harus memenuhi syarat agar dapat
menjaga kokohnya bangunan sehingga mampu bertahan serta menangkal segala macam ancaman
dan gangguan, demikian pula halnya dengan belief system yang dijadikan pilar bagi suatu
negara-bangsa. Pilar yang berupa belief system suatu negara-bangsa harus menjamin kokoh
berdirinya negara-bangsa, menjamin terwujudnya ketertiban, keamanan, dan kenyamanan, serta
mampu mengantar terwujudnya kesejahteraan dan keadilan yang menjadi dambaan warga
bangsa.
1. PILAR PANCASILA
Pilar pertama bagi tegak kokoh berdirinya negara-bangsa Indonesia adalah Pancasila.
Pancasila dinilai memenuhi syarat sebagai pilar bagi negara-bangsa Indonesia yang pluralistik
dan cukup luas dan besar ini. Pancasila mampu mengakomodasi keanekaragaman yang terdapat
dalam kehidupan negara-bangsa Indonesia. Sila pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa,
mengandung konsep dasar yang terdapat pada segala agama dan keyakinan yang dipeluk atau
dianut oleh rakyat Indonesia, merupakan common denominator dari berbagai agama, sehingga
dapat diterima semua agama dan keyakinan.
Demikian juga dengan sila kedua, kemanusiaan yang adil dan beradab, merupakan
penghormatan terhadap hak asasi manusia. Manusia didudukkan sesuai dengan harkat dan
martabatnya, tidak hanya setara, tetapi juga secara adil dan beradab. Pancasila menjunjung tinggi
kedaulatan rakyat, namun dalam implementasinya dilaksanakan dengan bersendi pada hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan Sedang kehidupan berbangsa dan bernegara
ini adalah untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, bukan untuk
kesejahteraan perorangan atau golongan. Nampak bahwa Pancasila sangat tepat sebagai pilar
bagi negara-bangsa yang pluralistik.
Pancasila sebagai salah satu pilar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara memiliki
konsep, prinsip dan nilai yang merupakan kristalisasi dari belief system yang terdapat di seantero
wilayah Indonesia, sehingga memberikan jaminan kokoh kuatnya Pancasila sebagai pilar
kehidupan berbangsa dan bernegara.
2. PILAR UNDANG-UNDANG DASAR 1945
Pilar kedua kehidupan berbangsa dan bernegara bagi bangsa Indonesia adalah Undang-
Undang Dasar 1945. Dalam rangka memahami dan mendalami UUD 1945, diperlukan
memahami lebih dahulu makna undang-undang dasar bagi kehidupan berbangsa dan bernegara
dan prinsip-prinsip yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945. Tanpa memahami prinsip
yang terkandung dalam Pembukaan tersebut tidak mungkin mengadakan evaluasi terhadap pasal-
pasal yang terdapat dalam batang tubuhnya dan barbagai undang-undang yang menjadi
derivatnya.
Undang-Undang Dasar suatu negara ialah hanya sebagian dari hukum dasar negara itu.
Undang-Undang Dasar ialah hukum dasar yang tertulis, sedang disampingnya Undang-Undang
Dasar itu berlaku juga hukum dasar yang tidak tertulis, ialah atura-aturan dasar yang timbul dan
terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara meskipun tidak tertulis.
Konstitusi berasal dari istilah Latin constituere, yang artinya menetapkan atau
menentukan. Dalam suatu konstitusi terdapat ketentuan-ketentuan yang mengatur hak dasar dan
kewajiban warganegara suatu negara, perlin-dungan warganegara dari tindak sewenang-wenang
sesama warganegara maupun dari penguasa. Konstitusi juga menentukan tatahubungan dan
tatakerja lembaga yang terdapat dalam negara, sehingga terjalin suatu sistem kerja yang efisien,
efektif dan produktif, sesuai dengan tujuan dan wawasan yang dianutnya.
3. PILAR NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA (NKRI)
Bentuk Negara Kesatuan adalah ketentuan yang diambil oleh para founding fathers pada
tahun 1945 berdasarkan berbagai pertimbangan dan hasil pembahasan yang cukup mendalam.
Namun dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia pernah juga menerapkan bentuk negara
federal sebagai akibat atau konsekuensi hasil konferensi meja bundar di Negeri Belanda pada
tahun 1949. Namun penerapan pemerintah federal ini hanya berlangsung sekitar 7 bulan untuk
kemudian kembali menjadi bentuk Negara kesatuan.
Sejak itu Negara Replublik Indonesia berbentuk kesatuan sampai dewasa ini, meskipun
wacana mengenai negara federal masih sering timbul pada permukaan, utamanya setelah Negara-
bangsa Indonesia memasuki era reformasi. Namun nampaknya telah disepakati oleh segala pihak
bahwa bentuk negara kesatuan merupakan pilihan final bangsa.
4. PILAR BHINNEKA TUNGGAL IKA
Sesanti atau semboyan Bhinneka Tunggal Ika diungkapkan pertama kali oleh mPu
Tantular, pujangga agung kerajaan Majapahit yang hidup pada masa pemerintahan Raja
Hayamwuruk, di abad ke empat belas (1350-1389). Sesanti tersebut terdapat dalam karyanya;
kakawin Sutasoma yang berbunyi “Bhinna ika tunggal ika, tan hana dharma mangrwa, “ yang
artinya “Berbeda-beda itu, satu itu, tak ada pengabdian yang mendua.” Semboyan yang
kemudian dijadikan prinsip dalam kehidupan dalam pemerintahan kerajaan Majapahit itu untuk
mengantisipasi adanya keaneka-ragaman agama yang dipeluk oleh rakyat Majapahit pada waktu
itu. Meskipun mereka berbeda agama tetapi mereka tetap satu dalam pengabdian.
Pada tahun 1951, sekitar 600 tahun setelah pertama kali semboyan Bhinneka Tunggal Ika
yang diungkap oleh mPu Tantular, ditetapkan oleh pemerintah Indonesia sebagai semboyan
resmi Negara Republik Indonesia dengan Peraturan Pemerintah No.66 tahun 1951. Peraturan
Pemerintah tersebut menentukan bahwa sejak 17 Agustus 1950, Bhinneka Tunggal Ika
ditetapkan sebagai seboyan yang terdapat dalam Lambang Negara Republik Indonesia, “Garuda
Pancasila.” Kata “bhinna ika,” kemudian dirangkai menjadi satu kata “bhinneka”. Pada
perubahan UUD 1945 yang kedua, Bhinneka Tunggal Ika dikukuhkan sebagai semboyan resmi
yang terdapat dalam Lambang Negara, dan tercantum dalam pasal 36a UUD 1945.
Semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang mengacu pada bahasa Sanskrit, hampir sama
dengan semboyan e Pluribus Unum, semboyan Bangsa Amerika Serikat yang maknanya
diversity in unity, perbedaan dalam kesatuan. Semboyan tersebut terungkap di abad ke XVIII,
sekitar empat abad setelah mpu Tantular mengemukakan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
Sangat mungkin tidak ada hubungannya, namun yang jelas konsep keanekaragaman dalam
kesatuan telah diungkap oleh Mpu Tantular lebih dahulu.
Bhinneka Tunggal Ika berisi konsep pluralistik dan multikulturalistik dalam kehidupan
yang terikat dalam suatu kesatuan. Pluralistik bukan pluralisme, suatu faham yang membiarkan
keanekaragaman seperti apa adanya. Membiarkan setiap entitas yang menunjukkan ke-berbedaan
tanpa peduli adanya common denominator pada keanekaragaman tersebut. Dengan faham
pluralisme tidak perlu adanya konsep yang mensubstitusi keanekaragaman. Demikian pula
halnya dengan faham multikulturalisme. Masyarakat yang menganut faham pluralisme dan
multikulturalisme, ibarat onggokan material bangunan yang dibiarkan teronggok sendiri-sendiri,
sehingga tidak akan membentuk suatu bangunan yang namanya rumah.
Prinsip pluralistik dan multikulturalistik adalah asas yang mengakui adanya
kemajemukan bangsa dilihat dari segi agama, keyakinan, suku bangsa, adat budaya, keadaan
daerah, dan ras. Kemajemukan tersebut dihormati dan dihargai serta didudukkan dalam suatu
prinsip yang dapat mengikat keanekaragaman tersebut dalam kesatuan yang kokoh.
Kemajemukan bukan dikembangkan dan didorong menjadi faktor pemecah bangsa, tetapi
merupakan kekuatan yang dimiliki oleh masing-masing komponen bangsa, untuk selanjutnya
diikat secara sinerjik menjadi kekuatan yang luar biasa untuk dimanfaatkan dalam menghadapi
segala tantangan dan persoalan bangsa.
Untuk dapat mengimplementasikan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara dipandang perlu untuk memahami secara mendalam prinsip-prinsip yang
terkandung dalam Bhinneka Tunggal Ika. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut :
Dalam menerapkan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
perlu dilandasi oleh rasa kasih sayang. Saling curiga mencurigai harus dibuang jauh-jauh. Saling
percaya mempercayai harus dikembangkan, iri hati, dengki harus dibuang dari kamus Bhinneka
Tunggal Ika. Hal ini akan berlangsung apabila pelaksanaan Bhnneka Tunggal Ika menerap-kan
adagium “leladi sesamining dumadi, sepi ing pamrih, rame ing gawe, jer basuki mowo beyo”.
Eksistensi kita di dunia adalah untuk memberikan pelayanan kepada pihak lain, dilandasi
oleh tanpa pamrih pribadi dan golongan, disertai dengan pengorbanan. Tanpa pengorbanan,
sekurang-kurangnya mengurangi kepentingan dan pamrih pribadi, kesatuan tidak mungkin
terwujud.
Bila setiap warganegara memahami makna Bhinneka Tunggal Ika, meyakini akan
ketepatannya bagi landasan kehidupan berbangsa dan bernegara, serta mau dan mampu
mengimplementasikan secara tepat dan benar insya Allah, Negara Indonesia akan tetap kokoh
dan bersatu selamanya.

Anda mungkin juga menyukai